• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Evaluasi

Dalam dokumen Laporan Praktikum Semi Solid (Halaman 27-39)

1. Organoleptis  Tekstur : lembut  Warna : kekuningan  Bau : menthol 2. Penetapan pH  Alat pH meter pH yang didapat = 6.39

Spesifikasi pH sediaan yang kami rencanakan adalah 4,5-6,5 menyesuaikan dengan pH kulit manusia dan juga dengan pertimbangan tetap stabilnya bahan-bahan yang kami gunakan dalam pembuatan sediaan ini atau lebih tepatnya tidak ditemukannya pada literatur adanya pH stabilitas pada masing-masing bahan. sehingga pH sediaan yang telah kami buat sesuai/masuk dalamrentang PH yang direncanakan.

3. penetapan viskositas

 Alat : viscometer cup and bog

Di dapat viskositas spindel 2sebesar: 190 dPa.s 4. Penetapan daya sebar

 Alat : kaca transparan 2 buah

 Hasil yang didapat : - kaca (tanpa beban) = 9,1 - 3g ; 5g ; 10 g = 9,2

- 50 g = 9,4

- 100 g = 9,5

- 150 g = 9,6

28 8.4 8.6 8.8 9 9.2 9.4 9.6 9.8 10 10.2 d iam e te r (c m ) Beban (gram) Series1 Linear (Series1) y = 0,0038x + 9,0869 R² = 1,444 x 10-5

No. Beban (gram) Diameter (cm)

1 18,522 g 9,1 2 Penambahan 3 g (21,522 g) 9,2 3 Penambahan 5 g (23,522 g) 9,2 4 Penambahan 10 g (28,522 g) 9,2 5 Penambahan 50 g (68,522 g) 9,4 6 Penambahan 100 g (118,522 g) 9,5 7 Penambahan 150 g (168,522 g) 9,6 8 Penambahan 200 g (218,522 g) 10 Hasil regresi → y = bx + a a = 9,0869 r = 0,9739 b/ harga slope = 0,0038

29

5. Uji tipe emulsi

 Dilarutkan dalam air : tidak larut

 Menggunakan pewarnaan dengan sudan III

Gambar menunjukkan bahwa tipe emulsi : o/w

 Menggunakan pewarnaan dengan metylen blue

Gambar menunjukkan bahwa tipe emulsi : o/w

Berdasarkan hasil dari ketiga tes yang dilakukan didapatkan dua hasil yang menunjukkan tipe emusi cream yang kami buat adalah o/w, sedangkan satu hasil percobaan menunjukkan bahwa tipe emulsi yang kami buat w/o saat dilarutkan dalam air.

30

6. Uji Acceptabilitas

Kehalusan/Tekstur

Tidak halus Agak halus Halus Sangat halus

0 1 9 0

Grafik 1. Tekstur

Sensasi rasa : Tidak dingin

(panas)

Biasa Dingin Sangat dingin

10 0 0 0

Grafik 2. Sensasi Rasa

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tidak halus Agak Halus Halus Halus Sekali

0 2 4 6 8 10

31

Daya lengket :

Tidak lengket Agak lengket lengket Sedikit lengket

1 3 3 3

Grafik 3. Kelengketan

Kemudahan dioleskan

Mudah Agak Mudah Sulit Sangat Sulit

9 1 0 0

Grafik 4. Kemudahan dioleskan

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

Tidak Lengket Agak Lengket Lengket Sedikit Lengket

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

32

Kemudahan dicuci

Sulit Agak Mudah Mudah Sangat mudah

9 0 1 0

Grafik 5. Kemudahan dicuci

Bau

Agak Bau Bau Bau Sekali

3 6 1 Grafik 6. Bau 0 2 4 6 8 10

Sulit Agak Mudah Mudah Sangat Mudah

0 1 2 3 4 5 6

33

Kesimpulan:

Krim yang diperoleh sulit dicuci dengan air. Hal ini disebabkan karena tipe sediaan yang kami buat adalah tipe w/o sehingga lebih lama kontak dengan kulit tetapi sulit di cuci. Mempunyai bau/ aroma dari menthol. sensasi dingin yang kami harapkan tidak ada, hal ini dikarenakan menthol yang diigunakan menguap sehingga sensasi dingin menjadi hilang. Sedangkan untuk tekstur krim setelah ditambah tween 80 dan gliserin menjadi halus.

34

BAB IV PEMBAHASAN

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat, terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan dalam membuat sediaan cream dengan bahan aktif CTM, langkah yang kami lakukan pertama adalah memilih bahan-bahan tambahan yang meliputi: basis, emulgator, humectant, corigen, dan pengawet. Pertimbangan pemilihan bahan-bahan ini berdasarkan atas sifat fisika kimianya dan disesuaikan dengan bahan-bahan yang tersedia di laboratorium.

Pada praktikum kali ini, kami merancang satu formula yang selanjutnya disebut formula I dan mengoptimasi formula tersebut. Saat praktikum berlangsung ada penambahan konsentrasi pada beberapa bahan dalam formula I yang selanjutnya disebut formula II.dan formula III.

Formula I terdiri dari CTM sebagai bahan aktiv sebanyak 500 mg, cera alba 1,5 g dan vaselin alba 2 g sebagai basisnya. Dari penentuan konsentrasi basis ini, kami dapat menghitung HLB butuh dari system dan mengetahui seberapa banyak TEA dan asam stearat sebagai emulgator yang diperlukan dalam formula kami (perhitungan HLB dapat dilihat pada halaman….). Sehingga didapatkan TEA yang digunakan sebanyak 0,2 g dan asam stearat 1,2 g. Selain bahan-bahan yang telah disebutkan, dalam formula I ini juga terdapat nipagin, nipasol, propilenglikol, menthol, dan air.

Pengoptimasian formula I dilakukan dengan membuat sediaan cream sebanyak 10 g. Bahan-bahan yang larut dalam air (fase air), dilarutkan dalam air. Bahan-bahan tersebut adalah CTM, propilenglikol, TEA, dan nipagin. Disamping itu, bahan-bahan yang larut dalam minyak (fase minyak) dilebur bersama-sama dalam cawan penguap di atas penangas air. Bahan-bahan tersebut adalah cera alba, vaselin alba, dan asam stearat. Nipasol ditambahkan saat fase minyak telah melebur. Fase air dan fase minyak dipanaskan dalam suhu yang sama kemudian dicampur menjadi satu dalam mortir panas yang telah disiapkan terlebih dahulu. Pencampuran dilakukan dengan menambahkan fase air dalam fase minyak dan diaduk cepat secara konstan. Setelah itu ditambahkan menthol yang telah dilarutkan dengan alcohol 96%, dicampur ad homogen dan menjadi massa cream.

Sediaan optimasi sebanyak 10 g yang kami buat dalam praktikum ini berhasil menjadi sediaan cream yang baik dengan konsistensi yang sesuai dengan spesifikasi yang kami

35

rancang. Karena itu kami membuat formula scale up sesuai formula I dengan penambahan konsentrasi bahan-bahan untuk dibuat menjadi 200 g. Cara pembuatan pada saat scale up juga sama dengan cara pembuatan formula I, namun hasil yang kami dapatkan tidak sebaik saat optimasi. Sediaan cream saat scale up ini sangat sulit untuk bercampur menjadi system emulsi yang stabil. Factor yang mungkin menyebabkan hal tersebut terjadi adalah kurang cepatnya pengadukan atau pengadukan yang kurang konstan karena bahan-bahan yang digunakan lebih banyak dibanding saat optimasi. Untuk mempermudah pengadukan, kami memindahkan massa cream kami ke dalam mortir yang lebih besar. Tetapi pergantian mortir ini menyebabkan berkurangnya berat dari massa cream.

Setelah memaksimalkan cara pengadukan, ternyata hasilnya tidak menunjukkan adanya perubahan kestabilan dari cream. Sehingga kami menambahkan TEA sebanyak 2 tetes, yang 1 tetesnya setara dengan 0,23 g. Penambahan TEA yang tidak direncanakan ini membuat formula I sedikit berubah menyangkut konsentrasi TEA, sehingga formula scale up menjadi formula II. TEA yang ditambahkan dapat sedikit menstabilkan system emulsi dalam cream kami. Kemudian kami menyimpan cream selama satu minggu.

Setelah penyimpanan tersebut, dilakukan evaluasi yang diantaranya adalah organoleptis, viskositas, daya sebar, pH, dan tipe emulsi. Organoleptis yang dievaluasi adalah warna, bau, tekstur, dan sensasi. Warna sediaan kami setelah penyimpanan menjadi lebih kuning dibanding sebelum penyimpanan. Warna yang kami dapatkan tidak sesuai dengan spesifikasi sediaan yang kami rancang, yaitu warna putih. Baunya sesuai dengan spesifikasi yaitu bau menthol, bau pada sediaan kami tidak menghilang setelah penyimpanan. Tekstur tidak terlalu halus. Sensasi dingin dan sedikit panas dirasakan setelah beberapa saat diolekan pada kulit.

Setelah pengujian organoleptis, saat dianalisis secara visual ternyata sediaan kami terlalu keras untuk menjadi cream yang mudah dioleskan, konsistensi cream kami lebih menyerupai salep. Karena itu sebelum pengujian lebih lanjut, cream ditambahkan dengan beberapa bahan tambahan untuk memperbaiki konsistensinya. Bahan-bahan yang ditambahkan adalah Tween 80 sebanyak 31 tetes atau 1,27 g dan gliserin 48 tetes atau 2,12 g. Penambahan bahan-bahan tambahan tersebut menjadikan berat CTM juga harus ditambah. Bahan-bahan yang ditambahkan ini dimasukkan dalam formula III.

Viskositas diuji dengan alat viscometer, didapatkan viskositas sediaan sebesar 190 dPa’s. Viskositas menggambarkan kekentalan dari suatu sediaan yang manivestasinya

36

berkaitan dengan aseptabilitas juga untuk mengetahui kemudahan mengalir sediaan tersebut yang nantinya bermanfaat untuk kemudahan pengemasan.

Uji daya sebar menggambarkan manivestasi dari sifat alir sediaan/rheology yang berkaitan dengan aseptabilitas sediaan. Dari uji evalusi yang kami lakukan, nilai slope dapat diketahui dengan menggunakan rumus regresi linier dan dapat dibuat dalam bentuk grafik yang menggambarkan penyebaran cream saat ditambahkan beban. Nilai slope yang kami dapatkan adalah 0,0038. Harga slope menunjukkan besarnya kemampuan menyebar suatu sediaan akibat penambahan suatu satuan beban atau dapat dikatakan sebagai daya sebar dari suatu sediaan. Kapasitas penyebaran dicapai pada saat beban konstan yaitu beban dimana sediaan sudah tidak mampu menyebar lagi meskipun diberikan penambahan beban. Jadi kapasitas daya sebar sediaan ini pada beban 200g.

Pengujian pH dengan pH meter menunjukkan pH sediaan adalah 6,39. pH tersebut masuk dalam rentang spesifikasi kami yang disesuaikan dengan pH kulit, yaitu 4,5 – 6,5.

Uji tipe emulsi dilakukan dengan pewarnaan methylen blue dan menggunakan sudan III untuk lebih memastikan tipe emulsi dalam cream. Saat dicampurkaan dengan methylen blue dan diamati lewat mikroskop, tipe emulsi yang didapatkan adalah o/w karena methylen blue terlihat menyebar dan terdapat tetesan-tetesan berwarna bening. Saat dicampurkan dengan sudan III, tetesan-tetesan berwarna agak merah walaupun tidak terlalu jelas. Pengamatan pada mikroskop ini dapat dilihat pada gambar-gambar dalam bab evaluasi. Namun, spesifikasi yang kami rancang adalah cream dengan tipe w/o, sehingga disini terjadi pembalikan fase dalam sediaan cream kami.

Untuk uji aseptabilitas, kami menggunakan sepuluh responden yang mengisi kriteria-kriteria yang kami buat, hasil uji dengan skor terbanyak pada masing-masing kriteria-kriteria sebagai berikut :

Kehalusan tekstur  halus dengan skor 9

Sensasi  tidak dingin dengan skor 10

Daya lengket  agak sampai sedikit lengket dengan skor 3 Kemudahan dioleskan  mudah dengan skor 9

Kemudahan dicuci  sulit dengan skor 9

38

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sediaan cream dengan bahan aktif CTM memerlukan bahan-bahan tambahan untuk membantu CTM berpenetrasi ke dalam kulit agar dapat memberikan efek terapi yang diinginkan.

Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan terlihat bahwa sediaan sebagian besar tidak memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan, teramati dari organoleptis, uji daya sebar, tipe emulsi, dan aseptabilitas.

B. Saran

Pada proses produksi suatu sediaan benar-benar diperhatikan setiap langkah proses produksinya untuk menghindari masalah-masalah yang mungkin terjadi selama proses pembuatan.

39

LAMPIRAN

 Gambar sebelum (setelah penyimpanan selama seminggu) dan sesudah ditambahkan tween 80 dan gliserin

Dalam dokumen Laporan Praktikum Semi Solid (Halaman 27-39)

Dokumen terkait