• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Evaluasi RPJMD Tahun 2010-2015 sampai dengan Tahun 2014

Dalam dokumen 5. Bab 2 Evaluasi 1 (Halaman 76-79)

usia non produktifnya sebanyak 161.781 jiwa maka dapat diketahui bahwa rasio ketergantungan penduduk di Kota Surakarta adalah sebesar 39,9 persen.

Tabel 2.46. Komposisi Sumber Daya Manusia di Kota Surakarta Tahun 2011-2014

No Usia (tahun) Jenis Kelamin Jumlah

Laki-Laki Perempuan

1 Jumlah penduduk <15 thn dan >64 thn

79.591 82.190 161.781 2 Jumlah penduduk usia

15-64 thn 193.447 197.422 390.869

3 Dependency ratio 41,14 41,63 41,39 Sumber: Dispendukcapil Kota Surakarta, 2014

B. Hasil Evaluasi RPJMD Tahun 2010-2015 sampai dengan Tahun 2014

Berdasarkan analisis hasil capaian misi pembangunan daerah Kota Surakarta dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan capaian indikator makro diketahui prestasi pembangunan daerah Kota Surakarta hasil yang dicapai termasuk sangat baik. Hal ini terutama terkait dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang diketahui besarnya nilai IPM (2013) sebesar 79,1 tertinggi di Jawa Tegah. Capaian hasil pembangunan berdasarkan kesetaraan gender menunjukkan peningkatan yang baik, hal ini diketahui dari tingginya nilai IPG (2012) sebesar 76,76

dan IDG (2012) sebesar 77,56 tertinggi di Jawa Tengah. Hal ini didukung pula dengan meningkatkanya rata-rata kesejahteraan masyarakat masyarakat diketahui dari besarnya PDRB per kapita (ADHK tahun 2000) sebesar Rp12,15 juta pada tahun 2013, termasuk rata-rata pendapatan per kapita tertinggi di Jawa Tengah. Namun terdapat hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam pelaksanaan pembangunan daerah di tahun mendatang, antara lain masih cukup tingginya jumlah penduduk miskin (2013) sebesar 11,74%, tingkat pengangguran terbuka (2013) sebesar 7,18%, peningkatan keterampilan pencari kerja dan pengembangan wirausaha baru dalam masyarakat.

2. Capaian Misi ke 1, secara umum tercapai sesuai dengan target yang ditetapkan dalam RPJMD. Namun terdapat kendala dalam pencapaian pembentukan BUMM sebanyak 8 unit dari 51 unit (14,55%).

3. Capaian Misi ke 2, secara umum telah dicapai dengan baik, terutama dalam melestarikan dan mengembangkan Budaya Jawa sebagai daya tarik wisata di Kota Surakarta sehingga dikenal secara regional dan internasional. Kota Surakarta pada tahun 2010 mendapatkan penghargaan Kota Terfarorit Wisatawan 2010 dari Indonesia Tourist Award.

4. Capaian Misi ke 3, secara umum diketahui telah berhasil dalam melestarikan aset Budaya Jawa baik yang bersifat bendawi

(tangible) maupun tak benda (intangible) berdasarkan Perpres No. 78 Tahun 2007 tentang Konvensi Perlindungan Warisan Budaya dan Kota Surakarta telah menetapkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Cagar Budaya. Penataan wajah kota dengan aksentuasi Budaya Solo telah dilaksanakan dengan baik, sehingga masyarakat luas lebih mengenal baik aksen Jawa di tempat-tempat publik sdi seluruh penjuru Kota Surakarta.

5. Capaian Misi ke 4. secara umum upaya peningkatan pendidikan di Kota Surakarta cukup berhasil, rata-rata lama sekolah penduduk Kota Surakarta sebesar 10-11 tahun tertinggi di Jawa Tengah, meningkatnya akses pendidikan berkeadilan gender. Hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah peningkatan peran serta dunia usaha dalam pendanaan dan pengembangan pendidikan melalui CSR secara berkelanjutan, baik pendidikan formal mapun pendidikan non formal serta kecakapan hidup (life skills).

6. Capaian Misi ke 5. Pada umumnya capaian misi ke lima, terutama terkait kesehatan telah baik, terutama penyediaan sarana-prasarana, sumberdaya manusia serta pelayanan kesehatan. Namun dalam hal menurunkan AKI dan AKB, angka kesakitan penyakit Tuberculosis (TB), Demam Berdarah Dengue (DBD), dan HIV/AIDs, serta dukungan dunia usaha untuk fasilitasi kesehatan melalui CSR perlu ditingkatkan.

7. Capaian Misi ke 6. Dalam hal peningkatan akses ke lapangan kerja, upaya menciptakan wirausaha baru, pelatihan keterampilan UMKM dan membangun jejaring produk unggulan lokal telah dapat

dilaksanakan dengan baik. Namun fasilitilasi UMKM, industri kreatif dalam kemitraan usaha dengan pengusaha menengah dan besar masih perlu mendapatkan perhatian.

8. Capaian Misi ke 7. Dalam hal membuka akses lapangan kerja dengan iklim investasi yang semakin kondusif telah terselenggara dengan baik. Pemerintah Kota Surakarta menyediakan pelayanan perijinan secara terpadu melalui KPPT, penyediaan sistem Simpedal, kemudahan pelayanan perijinan secara on-line, dan pelayanan di tingkat kecamatan. Kota Surakarta dalam pelayanan perijinan telah mendapatkan penghargaan pelayanan publik dari Presiden RI.

9. Capaian Misi ke 8. Dalam hal peningkatan sarana dan prasarana perkotaan, pelayanan air bersih, penuntasan RTLH, mengurangi kawasan kumuh dan penataaan sarana-prasarana dapat terselenggara cukup baik. Bahkan Kota Surakarta mendapatkan Penghargaan Nasional dalam Pelayanan Perkotaan dari Menteri Dalam Negeri pada tahun 2014 dan Penghargaan Penataan Ruang Nasional pada tahun 2010. Namun dalam hal pemugaran RTLH, penataan prasarana-sarana utilitas, perbaikan dan penataan pemukiman kumuh dan penanggulangan banjir perlu mendapatkan perhatian.

10. Capaian Misi ke 9. Dalam hal pengembangan brand image Kota Surakarta, penataan kawasan wisata, budaya dan perdagangan telah terselenggara dengan baik. Kota Surakarta telah dikenal sebagai Kota Terfavorit Wisatawan (tahun 2010), Kota Surakarta meraih Best City Award Asia Tenggara dari Asosiasi Kerjasama Pemerintah Kota di ASEAN (tahun 2012).

Berdasarkan hasil penilaian dan analisis capaian kinerja RPJMD Kota Surakarta tahun 2010-2015, dapat diambil beberapa rekomendasi kebijakan dalam penyusunan RKPD tahun 2016 sebagai berikut:

1. Perlunya peningkatan koordinasi dan penyusunan strategi penanggulangan kemiskinan daerah implementasi program-program penanggulangan kemiskinan dilaksanakan secara terpadu antar SKPD secara sinergis dan mengarah pada penurunan jumlah penduduk miskin dan pemberdayaan masyarakat berbasis gender. 2. Peningkatan perbaikan sarana prasarana dan manajemen pasar

tradisional, dan penataan dan pemberdayaan Pedagang Kaki Lima

(PKL), “pedagang pasar krempyeng“ sehingga dapat menggerakkan

perekonomian rakyat dan menyerap tenaga kerja.

3. Peningkatan koordinasi dan kerjasama antara pemerintah daerah dengan dunia dalam pengalokasian pendanaan pendidikan dan kesehatan melalui CSR secara berkelanjutan, baik pendidikan formal, non formal dan life skills (kecakapan hidup) terutama bagi pencari kerja dan ibu RT.

4. Upaya secara terpadu dalam rangka penurunan AKI, AKB, dan angka kesakitan penyakit Tuberculosis (TB), Demam Berdarah Dengue (DBD), dan HIV/AIDs melalui pendekatan partisipatif bersama masyarakat, kerjasama dengan SKPD, rumah sakit

swasta, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat dan kalangan dunia usaha di tingkat kelurahan dan kelompok-kelompok masyarakat.

5. Peningkatan kesadaran ibu untuk memantau perkembangan berat badan balita, peningkatan kesadaran ibu menyusui untuk memberikan ASI eksklusif dan perilaku hidup sehat (PHBS) di lingkungan dan kelompok masyarakat.

6. Peningkatan kesempatan kerja, peningkatan pelatihan pencari kerja melalui kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan keterampilan dalam rangka mengurangi pengangguran melalui pelatihan dan magang kerja di perusahaan.

7. Pengembangan Sistem Inovasi Daerah (SIDA) perlu ditingkatkan, salah satunya dengan pengembangan inkubator bisnis dan teknologi (IBT) melalui lembaga pendidikan dan pelatihan (kursus), pendidikan dan pelatihan (diklat) di Solo Techno Park (STP) dan lain-lain.

8. Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana perkotaan perlu ditingkatkan, terutama terkait dengan pengurangan kawasan kumuh, peningkatan sarana sanitasi dan drainase, penanganan kerusakan jalan dan jembatan, penanganan persampahan, peningkatan taman sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH), penyediaan sarana transportasi dan lalu lintas, serta pemerataan sarana dan prasarana perkotaan mendukung akselerasi pembangunan terutama di Kota Surakarta Wilayah Utara.

9. Perlunya merumuskan indikator kinerja pembangunan daerah dengan baik dalam RKPD maupun RPJMD Kota Surakarta tahun 2016-2020 mendatang, agar dapat dapat diperhitungkan kinerja secara kuantitatif pencapaian masing-masing indikator, tujuan dan sasaran serta program pembangunan, sehingga memudahkan dapat diketahui perkembangan dan memudahkan dalam proses evaluasi. 10.Perlunya setiap indikator kinerja dirumuskan definisi operasional

dengan perhitungan pencapaiannya sehingga setiap akhir tahun dapat diketahui hasil-hasil capaian dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan. Demikian pula dapat diketahui SKPD penanggung jawab urusan yang melaksanakannya.

Dalam dokumen 5. Bab 2 Evaluasi 1 (Halaman 76-79)

Dokumen terkait