• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desa Ciburayut merupakan salah satu Desa di Wilayah Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor, memiliki luas wilayah + 348 787 Ha. Jumlah

11 penduduk pada 2013 sebanyak 12 401 jiwa, terdiri dari 6 503 laki-laki dan 5 898 perempuan.

Desa Ciburayut secara umum merupakan daerah persawahan Jenis komoditas pertanian didominasi oleh komoditas tanaman pangan seperti padi. Desa Ciburayut memiliki delapan Rukun Warga, yaitu Ciburayut, Panyarang, Padurenan, Pasir Jaya, Selaawi, Cigowang, Ciadeg, dan Tugu Jaya. Dusun Ciburayut, Padurenan, Selaawi, dan Cigowang merupakan dusun yang ada di Desa tersebut mayoritas berprofesi sebagai Petani dengan luas persawahan sebesar 100 ha. Berdasarkan data BP3K (2013), Jumlah petani sawah di Desa Ciburayut sebanyak 165 orang yang tergabung dalam kelompok tani ( Gapoktan).

Akses untuk mendapatkan informasi membeli perhiasan emas di Desa Ciburayut cukup mudah, karena lokasinya 1 km dari desa menuju ke pasar kecamatan Cigombong selain itu di Pasar kecamatan Cigombong memilki empat toko emas yang biasanya konsumen membeli diasana.

Karakteristik Individu Usia

Pemahaman mengenai usia konsumen adalah penting, karena perbedaan usia akan menyebabkan seseorang megonsumsi produk dan jasa yang berbeda (Sumarwan 2011). Berdasarkan kategori usia menurut Papalia et al. (2009), maka rata-rata usia suami berada pada tahap dewasa madya (41-65 tahun). Hampir dari setengah jumlah rata-rata contoh usia suami dan usia istri berada pada kategori dewasa madya. Keadaan usia contoh antara suami dan istri tidak berbeda jauh. Usia suami contoh paling muda 24 tahun maupun usia istri contoh paling muda 21tahun sedangkan usia suami contoh paling tua 90 tahun maupun usia istri contoh paling tua 70 tahun.

Tabel 3 Sebaran keluarga contoh berdasarkan usia

Kelompok usia (tahun) Suami Istri

n % n % Dewasa awal (20-40) 15 23 24 37 Dewasa madya (41-65) 34 52 36 55 Dewasa Akhir (≥66) 16 25 5 8 Total 65 100 65 100 Min-Max 24-90 21-70 Rata-rata ± sd 52.7±13.3 45.6±11.9 Lama Pendidikan

Pendidikan akan menentukkan jenis pekerjaan yang selanjutnya akan mempengaruhi pendapatan yang diterima oleh konsumen (Sumarwan 2011). Pendidikan suami berkisar pada rentang kurang dari enam tahun sampai lebih dari dua belas tahun. Hampir dari setengah jumlah suami dan istri contoh hanya menamatkan pendidikannya tidak sampai dari SD (< 6tahun). Rata-rata keadaan pendidikan suami dan istri tidak berbeda jauh menamatkan pendidikannya antara (6.1-9 tahun) atau SMP. Sebagian kecil saja dari contoh yang menamatkan pendidikannya sampai lebih dari (12 tahun) atau Perguruan Tinggi.

12

Tabel 4 Sebaran keluarga contoh berdasarkan lama pendidikan

Lama Pendidikan Suami Istri

n % n % < 6 tahun 28 43 27 41.5 6.1 – 9 tahun 26 40 26 40 9.1 – 12 tahun 9 13.9 10 15.4 >12 tahun 2 3.1 2 3.1 Total 65 100 65 100 Min-Max 0-16 0-16 Rata-rata ± sd 5.6 ± 3.3 6.1 ± 3.5 Jenis Pekerjaan

Karakteristik wilayah tempat penelitian adalah pedesaan. Wilayah pedesaan dicirikan dengan pertanian sebagai sumber penghasilan sehingga persentase terbesar pekerjaan suami contoh hampir sebagian contoh berprofesi sebagai petani, hampir

sebagian besar contoh menggantungkan hidupnya pada pekerjaan di bidang pertanian dan sebagian besar contoh adalah ibu rumah tangga, tetapi meskipun ibu rumah tangga contoh ada yang memilki pekerjaan tambahan untuk menambah pendapatan keluarga seperti memilki warung, bekeja di lahan pertanian, dan bekerja di pabrik (Tabel 5). Pekerjaan seseorang mempengaruhi pemilihan barang dan jasa yang akan dibeli, sehingga terkadang pemasar berusaha mengenali kelompok pekerjaan yang memiliki minat di atas rata-rata akan produk mereka (Kotler & Amstrong 1996).

Tabel 5 Sebaran keluarga contoh berdasarkan jenis pekerjaan

Jenis Pekerjaan Suami Istri

n % n %

Petani pemilik 30 46.2 4 6.2

Petani Penggarap 7 10.8 1 1.5

Buruh tani 28 43 10 15.4

Ibu rumah tangga 0 0 37 56.9

Pedagang (warung) 0 0 10 15.4

Buruh pabrik 0 0 3 4.6

Total 65 100 65 100

Karakteristik Keluarga Besar Keluarga

Menurut BKKBN (1998) besar keluarga adalah jumlah total seluruh anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (≥ 8 orang). Lebih dari separuh contoh keluarga contoh merupakan kategori keluarga kecil. Jumlah anggota keluarga paling kecil dalam penelitian ini adalah dua orang dan jumlah anggota keluarga paling besar adalah sebelas orang. Hal ini dapat memengaruhi perilaku contoh dalam pembelian perhiasan emas . Besar

13 keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi suatu barang dan jasa (Sumarwan 2004).

Tabel 6 Sebaran keluarga contoh berdasarkan besar keluarga

Besar keluarga n % Kecil (≤4 orang) 34 52.3 Sedang (5-7 orang) 19 29.2 Besar ( ≥8 orang) 12 18.5 Total 65 100 Min-Max 2 - 11 orang Rata-rata ±sd 4.7 ± 2.2

Pendapatan /kapita per bulan

Berdasarkan Garis Kemiskinan Pedesaan Jawa Barat (BPS 2013),rataan pendapatan perkapita dari seluruh keluarga contoh adalah Rp 424 428 per bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh yang memilki pendapatan perkapita di atas garis kemiskinan daerah pedesaan jawa barat. Pendapatan perkapita adalah total pendapatan keluarga per bulan dibagi dengan jumlah anggota keluarga. Istilah pendapatan mengacu pada aliran kompensasi ekonomi yang diterima dalam suatu periode tertentu (Schiller 2008). Dalam penelitian ini yang diamati adalah pendapatan per bulan keluarga, yaitu total keseluruhan pemasukan yang diterima keluarga baik melalui ayah, ibu, ataupun anggota keluarga lainnya. Tujuan menghitung pendapatan keluarga per kapita adalah untuk mengetahui jumlah pendapatan yang layak dalam memenuhi kebutuhan minimal serta dapat mengetahui keluarga miskin atau tidak miskin. Pendapatan per kapita minimum Rp 59 091 dan pendapatan maksimum Rp1 875 000.

Tabel 7 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori miskin dan tidak miskin

Kategori keluarga n % Miskin (≤ Rp 240 945) 27 41.5 Tidak miskin ( > Rp 240 945) 38 58.5 Total 65 100 Min-maks 59 091-1 875 000 Rata-rata ± sd 422 120.3 ± 355 454.2

Jenis dan Kepemilikan Aset

Aset merupakan sumberdaya materi yang dimiliki dan bernilai ekonomi. Kotler dan Amstrong (2008) menyatakan bahwa kelas sosial berguna untuk mengidentifikasi kecenderungan pembelian konsumen, karena konsumen yang berada pada kelas sosial yang sama akan melakukan perilaku pembelian perhiasan emas. Pada penelitian ini jenis aset dilihat dari kendaraan, elektronik, pertanian, kepemilikan rumah, dan barang berharga seperti emas dan tabungan.

14

Tabel 8 Sebaran keluarga berdasarkan kepemilikan jenis aset

Jenis Aset

Kepemilikan aset

Keluarga Rata-rata Aset keluarga (Rp) n % Kendaraan : 1. Sepeda 5 7.7 215 38.5 ± 86 136.4 2. Motor 16 24.6 1 723 076.9 ± 3 578 397.4 3. Mobil 0 0 0 Elektronik : 1. TV 38 58.5 381 430.8 ± 513 977.8 2. Radio 7 10.8 13 461.5 ± 50 597.4 3. VCD/DVD player 16 24.6 48 769.2 ± 136 204.2 4. Rice Cooker 35 53.8 73 384.6 ± 82 310.9 5. Hp 27 41.5 94 615.4 ± 70 819.5 6. Mesin cuci 3 4.6 45 769.2 ± 212 112.2 7. Kulkas 22 33.9 245 384.6 ± 403 667.1 Pertanian. perikanan dan ternak :

1. Sawah 30 46.1 13 561 538.5 ± 21 955 122.5 2. Ladang / kebun 15 23.1 3 323 076.9 ± 7 733 566.6 3. Empang 8 12.3 369 230.7 ± 1 159 293.1 4. Ternak 25 38.5 76 384.6 ± 161 437.6 Kebutuhan papan: 1. Rumah 59 90.8 37 145 276.9 ± 28 441 865.2 2. Pekarangan 47 72.3 3 465 738.5 ± 453 1827.2 Barang berharga 1. Emas 36 55.4 775 307.7 ± 1 148 927.4 2. Tabungan 14 21.5 142 000 ± 483 820.1 Total Aset Keluarga

Min – max 1-13 1 150 000 – 173 194 000 Rata-rata ± sd 5.9 ± 2.9 62 044 446.1 ± 44 681 240.8

Hasil pada Tabel 8 Aset kendaraan yang paling banyak dimiliki keluarga petani adalah motor karena motor salah satu alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut sayuran yang siap dipasarkan. Pada jenis aset barang elektronik, televisi merupakan barang paling banyak dimiliki keluarga petani yang menjadi salah satu hiburan keluarga yang bisa dinikmati bersama.

Surachman (2011) Wilayah pedesaan dicirikan dengan pertanian sebagai sumber penghasilan sehingga kepemilikan lahan pertanian dapat menentukan status sosial dan tingkat kesejahteraan adalah sawah. Pada jenis aset dalam bentuk ternak, kepemilikan hewan ternak juga dianggap turut menentukan status sosial suatu keluarga di wilayah pedesaan, jenis aset yang banyak dimilki contoh yaitu ayam yang merupakan ternak paling banyak dimiliki oleh keluarga petani karena pemeliharaan dan pemanfaatan ayam yang tergolong mudah.

15 Sementara itu hampir seluruh keluarga petani telah memiliki rumah sendiri, sedangkan beberapa yang masih tinggal bersama orangtuanya. Iskandar (2007) mengungkapkan bahwa perumahan dan lingkungan dapat dijadikan indikator kesejahteraan rakyat karena semakin baik fasilitas yang dimiliki maka dapat diasumsikan bahwa rumah tangga yang menempatinya akan semakin sejahtera Selain tempat tinggal barang berharga lain yang dimiliki keluarga petani hampir dari separuh contoh keluarga petani memiliki barang berharga lain berupa perhiasan emas, Kartikasari (2013) menyatakan bahwa keluarga petani memiliki tabungan dalam bentuk perhiasan emas. Pernyataan tersebut didukung dalam hasil penelitian yang menunjukkan bahwa aset berpengaruh positif signifikan dengan frekuensi pembelian dan berat perhiasan emas yang dibeli. Rata-rata aset yang dimilki oleh keluarga petani dalam rupiah minimal Rp 1 150 000 dan maksimal Rp 173 194 000.

Persepsi Konsumen

Solomon (2002) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses yang dilalui saat sebuah sensasi, tampilan, suara, dan mau dipilih, diatur serta diterjemahkan. Timbulnya persepsi dimulai dari pemaparan stimulus yang kemudian diterima oleh konsumen. Sumarwan (2011) menyatakan bahwa konsumen seringkali memutuskan pembelian suatu produk berdasarkan persepsinya terhadap produk tersebut. Dalam konteks pemasaran, maka persepsi konsumen dapat berupa persepsi produk, persepsi harga, persepsi kualitas produk, persepsi toko atau persepsi terhadap produsen. Persepsi yang diukur pada penelitian ini adalah persepsi perhiasan emas sebagai tabungan dan persepsi perhiasan emas sebagai fashion. Persepsi terhadap perhiasan emas merupakan evaluasi konsumen terkait dengan pandangan konsumen terhadap stimuli berupa atribut perhiasan emas yang kemudian digambarkan dengan kata-kata sifat, dimana menurut Simamora (2002) persepsi tersebut merupakan proses seseorang dalam mengorganisasikan, menyeleksi, dan menginterpretasikan stimuli menjadi sebuah gambaran yang memiliki arti. Stimuli tersebut dalam hal ini adalah setiap input yang dapat ditangkap oleh indera perasaan, seperti persepsi terhadap tabungan dan persepsi terhadap fashion.

Hasil pada Tabel 9 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan jawaban persepsi pada pernyataan tentang perhiasan emas sebagai tabungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa contoh tidak setuju terhadap pernyataan bahwa membeli perhiasan emas dapat memberi tambahan pendapatan dengan skor sebesar 2.21. Hal ini disebabkan karena membeli perhiasan emas tidak sesuai dengan harga jualnya, sehingga contoh menjual perhiasan emas tidak sebanding dengan harganya dengan membeli perhiasan emas. Sedangkan sebaran contoh berdasarkan jawaban persepsi pada pernyataan tentang perhiasan emas sebagai fashion. Hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase terbesar jawaban yang diberikan contoh dalam hal persepsi sebagai fashion adalah contoh sangat setuju bahwa pilihan perhiasan emas banyak manfaatnya dengan perolehan skor sebesar 3.09. Hasil ini sejalan dengan penelitian Oktavia (2009) karena perhiasan emas selain banyak manfaatnya juga bisa dijadikan trend bagi seorang wanita dengan bentuk perhiasan yang selalu berubah-ubah dalam setiap tahunnya. Sehingga para wanita tidak bisa lepas dari perhiasannya itu sendiri sebagai fashion.

16

Rata-rata persepsi contoh terhadap perhiasan emas sebagai tabungan adalah 2.9 ± 0.3 dalam rentang nilai minimal 7 dan maksimal 28 (skala likert 1 hingga 4). Sedangkan untuk persepsi terhadap perhiasan emas sebagai fashion. contoh memiliki rata-rata 2.7 ± 0.4 dalam rentang nilai minimal 8 dan maksimal 32 (skala likert 1-4). Adapun rata-rata total persepsi (15 item pernyataan) adalah 2.8 ± 0.3 dari skala nilai minimal 15 dan maksimal 60 (skala likert 1-4).

Tabel 9 sebaran contoh berdasarkan tingkatan Persepsi sebagai Tabungan dan Fashion,Rataan Skor, dan Kategori.

No Persepsi Perhiasan Emas

Sebagai Tabungan

STS TS S SS Rataan Kategori

1 Perhiasan emas dapat dijadikan tabungan

1 10 46 8 2.9 Setuju

2 Perhiasan emas salah satu

barang berharga

0 3 45 17 3.2 Setuju

3 Perhiasan emas mudah diperjual

belikan

0 4 42 19 3.2 Setuju

4 Perhiasan emas dapat memberi tambahan pendapatan

5 42 17 1 2.2 Tidak Setuju

5 Kualitas perhiasan emas

menguntungkan

0 9 46 10 3.0 Setuju

6 Perhiasan emas meningkat

nilainya

0 10 48 7 2.9 Setuju

7 Perhiasan emas sebagai

cadangan investasi

0 5 53 7 3.0 Setuju

Rata-rata ± sd 2.9 ± 0.3 Setuju

No Persepsi Perhiasan Emas

Sebagai Tabungan

STS TS S SS Rataan Kategori

1 Emas membuat lebih percaya

diri

0 30 28 7 2.6 Setuju

2 Emas telah menjadi trend kaum

perempuan

1 21 40 3 2.7 Setuju

3 Emas murni lebih banyak

diminati

2 13 46 4 2.8 Setuju

4 Perhiasan emas dapat

mempercantik diri

1 26 28 10 2.7 Setuju

5 perhiasan emas menigkatkan

status sosial

5 34 19 7 2.4 TidakSetuju

6 Perhiasan emas yang

berlebihan sebagai pusat

perhatian

7 22 25 11 2.6 Setuju

7 Perhiasan emas banyak

manfaatnya.

0 9 41 15 3.1 Setuju

8 Emas putih lebih menarik

daripada emas kuning

1 29 28 7 2.6 Setuju

Rata-rata ± sd 2.7 ± 0.4 Setuju Rata-rata total ± sd 2.8 ± 0.3 Setuju ket kategori persepsi sebagai tabungan dan fashion terhadap perhiasan emas yaitu Sangat Tidak setuju( 1.00 – 1.75), Tidak setuju (1.76 – 2.50), Setuju (2.51 – 3.25), Sangat Setuju ( 3.26 – 4.00).

Hasil pada Tabel 10 menunjukkan persepsi contoh tentang perhiasan emas. Persepsi yang diukur mengenai perhiasan emas sebagai tabungan dan perhiasan emas sebagai fashion. Hasil penelitian ini menunjukkan hampir seluruh contoh sebesar (93.8%) memiliki persepsi baik terhadap perhiasan emas sebagai tabungan, sedangkan (55.4%) memiliki persepsi yang baik terhadap perhiasan emas sebagai fashion. Persepsi kurang mempunyai nilai kurang dari 50, sedangkan persepsi baik mempunyai nilai lebih dari 51. Persepsi emas sebagai tabungan mempunyai nilai rataan sebesar 64.8 dengan nilai minimum sebesar 33.3 dan nilai maksimum

17 sebesar 95.2. Adapun persepsi emas sebagai fashion mempunyai nilai rataan sebesar 56.8, nilai minimum sebesar 29.2 dan nilai maksimum sebesar 87.5.

Tabel 10 Sebaran contoh menurut kategori persepsi tentang perhiasan emas Persepsi Perhiasan Emas Tabungan Fashion Total

n % n % n % Kurang (≤50) 4 6.2 29 44.6 8 12.3 Baik (≥51) 61 93.8 36 55.4 57 87.7 Total 65 100 65 100 65 100 Min-Maks 33.3 - 95.2 29.2- 87.5 35.6 – 91.1 Rata-rata ± sd 64.8± 9.9 56.8 ± 12.7 60.5 ± 10.3 Pengetahuan Konsumen

Salah satu karakter konsumen adalah memilki rasa keingintahuan yang tinggi. Keingintahuan yang tinggi terhadap suatu produk mendorong konsumen untuk cenderung menyukai suatu produk. Sumarwan (2004) mengemukakan bahwa pengetahuan konsumen adalah segala informasi yang dimiliki oleh konsumen tentang berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa tersebut dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagi konsumen. Mowen dan Minor (1995) dalam sumarwan (2011) melakukan klasifikasi pengetahuan konsumen menjadi tiga jenis, yaitu pengetahuan objektif, pengetahuan subjektif, dan informasi mengenai pengetahuan lainnya. Pengetahuan objektif merupakan pengetahuan yang benar mengenai kelas produk yang disimpan dalam memori jangka panjang konsumen. Pengetahuan objektif inilah yang diukur dengan tujuh pertanyaan disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan jawaban benar terhadap pernyataan pengetahuan perhiasan emas

No. Pernyataan Jawaban benar

n %

1 Emas murni adalah emas 24 karat 60 92.3

2 Perhiasan emas murni terkandung unsur logam mulia

48 73.8

3 perhiasan emas kuning berasal dari 25 persen perak dan 25 persen tembaga

32 49.2

4 Emas kuning merupakan salah satu perhiasan yang memberikan banyak kelebihan

46 70.8

5 Emas putih 18 karat adalah campuran 75 peratus emas dan 25 peratus lain-lain logam seperti perak (Ag) dan palladium (Pd).

36 55.4

6 Menggunakan perhiasan emas dianggap lebih fresh, elegan dan tidak mencolok

44 67.7

7 Investasi perhiasan emas di Indonesia pada tahun 2012 jauh di atas rata-rata Asia yang mencapai 42 persen

18

Tabel 11 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan jawaban benar pada pernyataan pengetahuan tentang perhiasan emas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh contoh memiliki pengetahuan yang baik terkait pernyataan bahwa emas murni adalah emas 24 karat. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase contoh sebesar 92.3 persen. Pengetahun paling kurang yang dimiliki contoh terkait pernyataan jenis perhiasan emas kuning berasal dari 25 persen perak dan 25 persen tembaga dapat dilihat sebesar 49.2 persen, karena contoh kurang begitu paham dengan produk yang dia beli akan tetapi pengetahuan contoh membeli perhiasan emas hanya untuk ditabung.

Hasil pada Tabel 12 memperlihatkan tingkat pengetahuan contoh terhadap perhiasan emas. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pengetahuan contoh di dominasi pada tingkat pengetahuan yang baik sebesar (72.3%). Keterjangkauan contoh terhadap sumber informasi diduga memilki kontribusi terhadap baik kurangnya pengetahuan contoh. Solomon (1992) menyatakan bahwa komunikasi verbal menjadi media penyebaran informasi yang baik bagi konsumen. Pengetahuan contoh tersebar diantara kategori sedang dan baik, karena peluang terjadinya pertukaran informasi secara verbal lebih besar.

Tabel 12 Sebaran contoh menurut pengetahuan tentang perhiasan emas

Pengetahuan Contoh n % Kurang (≤50) 18 27.7 Baik (≥51) 47 72.3 Total 65 100 Min-Maks 14.3 – 100 Rata-rata ± sd 65.9 ± 24.6

Perilaku Pembelian Perhiasan Emas

Menurut sumarwan (2004), proses pembelian terdiri dari tahap prapembelian dan pembelian. Tahap prapembelian meliputi pencarian informasi dan pengambilan dana. Pada penelitian ini, tahap prapembelian pencarian informasi dan pengambilan dana. Pada penelitian ini tahap prapembelian meliputi sumber informasi dan sumber uang. Sementara itu, tahap pembelian terdiri dari hubungan langsung dengan toko, hubungan dengan produk, dan transaksi. Pada penelitian ini, tahap pembelian meliputi, waktu membeli dan menjual, alasan membeli, tempat membeli, jumlah produk yang dibeli dan dijual, jenis karat perhiasan yang dibeli dan dijual, harga perhiasan emas yang dibeli dan dijual serta potongan harga dan frekuensi membeli dan menjual.

Perilaku Pembelian Perhiasan emas

Perilaku pembelian perhiasan emas dapat dilihat dari jenis perhiasan seperti anting, cincin, gelang, dan kalung yang dibeli oleh contoh. Hasil penelitian ini menunjukkan lebih dari separuh contoh (55%) pernah membeli perhiasan emas sedangkan kurang dari separuh contoh (45%) tidak membeli. Oktavia (2009) menyatakan bahwa konsumen dalam membeli tidak hanya didasarkan pada ciri-ciri produk akan tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti harga, citra

19 toko, kemasan, nama merek, dan identitas merek juga dapat menjadi faktor yang dipertimbangkan. Dengan demikian terdapat hubungan yang erat perilaku konsumen dengan produk.

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan perilaku pembelian perhiasan emas

Contoh n %

Membeli perhiasan emas 36 55

Tidak membeli perhiasan emas 29 45

Total 65 100

Frekuensi Pembelian dan penjualan Perhiasan emas

Oktavia (2009) menyatakan bahwa produk dan ciri-ciri produk bisa memengaruhi kognisi (pikiran), afeksi (perasaan) dan perilaku dari konsumen salah satunya bagaimana meningkatkan kemungkinan dan frekuensi konsumen melakukan kontak dengan produk, membeli dan menjual dan melakukan pembelian ulang. Hasil pada Tabel 14 menunjukkan tiga dari perempat contoh (77.8%) pernah melakukan pembelian terhadap perhiasan emas sebanyak satu kali, dan contoh sebesar (87.1%) pernah melakukan penjualan terhadap perhiasan emas sebanyak satu kali juga, tetapi terdapat perbedaan antara pembelian dan penjualan perbedaannya yaitu dari (36 orang) yang membeli ada (5 orang) yang tidak dijualnya kembali di karenakan persepsi contoh bahwa yang lima orang itu masih menyimpan tabungannya dalam bentuk perhiasan emas.

Tabel 14 Frekuensi pembelian dan penjualan perhiasan emas (n=36)

Jumlah (kali) Pembelian Penjualan

n % n % 1 28 77.8 27 87.1 2 5 13.8 4 12.9 3 1 2.8 0 0 4 2 5.6 0 0 Total 36 100 31 100

Jenis perhiasan emas yang dibeli

Hasil pada Tabel 15 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan jenis perhiasan yang dibeli. Hasilnya menunjukkan bahwa jenis perhiasan yang sering dibeli sebesar (33.3%) jenis perhiasan gelang sedangkan yang paling sedikit dibeli sebesar (19.4%) jenis perhiasan kalung. Hal ini dikarenakan berat gram kalung yang besar sehingga memengaruhi harga menjadi lebih mahal dibandingkan jenis perhiasan yang lainnya. Menurut Kotler dan Amstrong (1996) keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli.

Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan jenis perhiasan emas yang dibeli (n=36)

Jenis Perhiasan Ya Tidak Total n % n % n % Anting 8 22.2 28 77.8 36 100 Cincin 11 30.6 25 69.4 36 100 Gelang 12 33.3 24 66.7 36 100 Kalung 7 19.4 29 80.6 36 100

20

Berat Perhiasan Emas yang dibeli dan dijual

Hasil pada Tabel 16 hampir seluruh contoh berat perhiasan yang dibeli dan dijual. Terdapat perbedaan antara pembelian dan penjualan yang dilakukan oleh contoh terdapat lima orang yang masih menyimpan tabungannya dalam bentuk perhiasan emas dalam rentang 1-5 gram. Hal ini hasil penelitian menyatakan bahwa berat perhiasan hampir sebagian contoh yang membeli dan menjual pada jenis perhiasan anting dan cincin.

Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan berat perhiasan emas saat pembelian dan penjualan (n=36) Berat Perhiasan (gram) Pembelian Penjualan n % n % 1-5 33 91.7 28 90.3 6-10 2 5.6 2 6.5 >10 1 2.7 1 2.7 Total 36 100 31 100

Alasan Membeli Perhiasan Emas

Tahap-tahap yang telah dilalui dalam kehidupan (life cycle) merupakan faktor yang menyebabkan kosumen membeli perhiasan emas. Contoh dapat mempunyai lebih dari satu alasan ketika hendak membeli perhiasan emas. Hampir seluruh contoh membeli perhiasan emas karena alasan perhiasan emas dapat dijadikan tabungan. Oleh karena itu membeli perhiasan emas salah satu bentuk alasan yang nyata untuk ditabung sebesar (86.1%).

Tabel 17 sebaran contoh menurut alasan pembelian perhiasan emas (n =36)

Alasan membeli Perhiasan emas Contoh

n %

Mengikuti mode 1 2.8

Menabung 31 86.1

Meningkatkan status sosial 1 2.8

Memilki nilai lebih (dapat dijual kembali) 3 8.3

Total 36 100

Hasil Uji Hubungan Persepsi dengan Pengetahuan

Pada Tabel 18 menunjukkan bahwa persentase terbesar contoh memiliki Sebesar (93.8%) memilki persepsi yang baik terhadap persepsi perhiasan emas sebagai tabungan dengan pengetahuan yang baik (p-value = 0.000 < α = 0.05) Artinya jika persepsi sebagai tabungan semakin baik, maka pengetahuan juga akan semakin baik pula, sedangkan sebesar (55.4%) memilki persepsi baik pula terhadap persepsi perhiasan emas sebagai fashion dengan pengetahuan yang baik (p-value = 0.000 < α = 0.05) maka dari itu persepsi sebagai fashion memilki kecenderungan hubungan dengan pengetahuan meskipun persepsinya baik dengan pengetahuan nya baik. Hasil total uji hubungan menunjukan terdapat hubungan

21 yang nyata dan positif antara persepsi sebagai tabungan dan persepsi sebagai fashion dengan pengetahuan (p-value = 0.000 < α = 0.05). Artinya jika persepsi sebagai tabungan dan persepsi sebagai fashion semakin positif, maka pengetahuan juga akan semakin baik pula. Hasil penelitian ini sejalan dengan Lestari (2012) menyatakan bahwa Persepsi contoh terhadap pembelian online memilki hubungan yang positif dengan pengetahuan.

Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan persepsi dan pengetahuan dan hasil p-value (n=65) Persepsi (Skor) Pengetahuan Total P-value Kurang Baik (≤50) (≥51) Tabungan Kurang (≤50) 2 2 4 0.000** Baik (≥51) 16 45 61 Total 18 47 65 Fashion Kurang (≤50) 15 14 29 0.000** Baik (≥51) 3 33 36 Total 18 47 65 Persepsi Total Kurang (≤50) 5 3 8 0.000** Baik (≥51) 13 44 57 Total 18 47 65

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Pembelian Perhiasan Emas Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa total nilai asset berpengaruh sangat signifikan terhadap frekuensi pembelian (β=0.330, p=0.008) dan berat perhiasan emas (β=0.311, p=0.019). Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar total nilai asset contoh maka frekuensi pembelian akan semakin sering dan jumlah gram emas yang dibeli akan semakin berat. Sedangkan semakin tinggi persepsi contoh mengenai perhiasan emas sebagai tabungan akan meningkatkan frekuensi pembelian perhiasan emas contoh. Hal ini ditunjukkan oleh adanya pengaruh yang signifikan dari persepsi sebagai tabungan terhadap frekuensi pembelian (β=0.186, p=0.050). Berdasarkan nilai adjusted R2, model uji regresi lama pendidikan, pendapatan per kapita/bulan, total nilai aset, persepsi sebagai tabungan, fashion, dan pengetahuan dapat mengukur frekuensi pembelian sebesar 20.6 persen (p=0.001) dan juga berat perhiasan emas sebesar 9,7 persen (p=0.061). Adapun persentase sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

22

Tabel 19 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap frekuensi pembelian dan berat rerhiasan yang dibeli

Frekuensi Pembelian Berat perhiasan (gram)

B β Sig B Β Sig Konstanta -1.890 .078 -6.727 .402 Lama pendidikan istri (Tahun) .053 .195 .143 -5.055E-7 -.028 .816 Pendapatan per kapita / bulan (Rupiah) 3.097E-8 .012 .914 .365 .189 .183 Total aset Keluarga (Rupiah) 6.614E-9 .330 .008** 4.422E-8 .311 .019* Persepsi sebagai tabungan (skor) .098 .186 .050* -.144 -.069 .712 Persepsi sebagai fashion (skor ) .136 .315 .239 .411 .134 .427 Pengetahuan (skor) -.061 -.207 .174 .222 .060 .681 F 3.773 2.148 Adj. R2 0.206 0.097 Sig 0.003** 0.061*

Ket: * signifikan pada p-value < 0,05 ** sangat signifikan pada p-value < 0,01

Pembahasan

Perilaku pembelian perhiasan emas pada konsumen diartikan sebagai perilaku konsumen yang bertindak untuk membeli atau tidak membeli perhiasan emas. Perilaku pembelian ini meliputi frekuensi membeli perhiasan emas, jumlah gram perhiasan emas yang dibeli, jenis perhiasan emas yang dibeli, serta alasan

Dokumen terkait