• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Perkebunan Bah Butong dibuka pada tahun 1917 oleh Nederland Handel Maskapai (NV.NHM). Pabrik pertama didirikan pada tahun 1927 dan mulai beroperasi sejak tahun 1931. Pada tahun 1957, Pemerintah Indonesia melakukan pengambilan alihan perusahaan yang dikelola bangsa asing, termasuk perusahaan NHM melalui SK Menteri Pertanian No. 229/UM/57, tanggal 10 Agustus 1957 yang diperkuat dengan Undang-Undang Nasionalisasi No. 86/1958. Pada tahun 1961, PPN baru dan Pusat Perkebunan Negara dilebur menjadi Badan Pimpinan Umum PPN Daerah Sumatera Utara I-IX melalui UU No. 141 tahun 1961 Sumut III dan PP No. 141 tahun 1961. Tahun 1963 perkebunan teh Sumatera Utara dialihkan menjadi Perusahaan Aneka Tanaman IV (ANTAN-IV) melalui PP No. 27 tahun 1963. Tahun 1968 terjadi perubahan menjadi perusahaan Negara Perkebunan VIII (PNP VIII) melalui PP No. 141 tahun 1968 tanggal 13 April 1968. Perubahan berikutnya mulai tahun 1974 menjadi persero yaitu PT Perkebunan VIII (PTP VIII) melalui Akta Notaris GHS Lumban Tobing SH, No. 65 tanggal 31 April 1974 yang diperkuat SK Menteri Pertanian No. YA/ 5/ 5/ 23, pada tanggal 7 Januari 1975. Semenjak tanggal 11 Maret 1996 terjadi restrukturisasi kembali dimana perkebunan Bah Butong masuk dalam lingkup PTP Nusantara IV melalui akte pendiririan PTPN IV No. 37 tanggal 11 Maret 1996 yang mengatur peleburan PTP VI, VII, dan VIII menjadi PT

44

Perkebunan Nusantara VI (PERSERO). Sejak tahun 1998 s/d 2000 dibangun pabrik baru yang lebih besar dan modern dan diresmikan pada tanggal 20 Januari 2001.

Lokasi kebun Bah Butong berada di Kecamatan Sidamanik, 26 Km dari Kota Pematang Siantar dan 155 Km dari Kantor Pusat yang berada di Kota Medan. Luas areal HGU (Hak Guna Usaha) adalah 2.891.84 Ha dengan luas tanaman adalah 428.2 Ha dan dengan ketinggian 890 mdpl. Secara geografis, PT Perkebunan Teh Unit Usaha Bah Butong berbatasan dengan :

1. Utara : Berbatasan dengan persawahan kampung Sidamanik, 2. Selatan : Berbatasan dengan kampung Jorlang Huluan,

3. Timur : Berbatasan dengan Perkebunan Nusantara IV Bah Birung Ulu, dan 4. Barat : Berbatasan dengan Gunung Bosar.

4.1.2. Gambaran Alur Proses Pengolahan Teh Hitam PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Bah Butong

Berdasarkan pengamatan di lapangan, diketahui bahwa PT Perkebunan Nusantara IV memiliki 8 unit/ stasiun pengolahan daun pucuk teh segar menjadi teh hitam. Proses ini dilakukan setiap hari senin hingga minggu. Akan tetapi, pada hari senin, proses produksi teh tidak berlangsung sepenuhnya, hanya proses pelayuan daun pucuk teh segar saja yang beroperasi sehingga pada hari selasa mulai dilakukan proses turunan daun layu hingga pada proses pengepakan, dan demikianlah untuk hari-hari berikutnya. Khusus untuk unit/ stasiun pelayuan, karyawan bekerja pada pukul 17.00-08.00 WIB. Bagi karyawan yang bekerja pada unit lainnya bekerja sejak pukul 06.30-17.00 WIB. Dimana disetiap unit/ stasiun memiliki 2 orang krani/

masing-masing. Karyawan pimpinan tidak ikut bekerja seperti yang karyawan pelaksana kerjakan. Karyawan pimpinan mengatur dan memanajemen para anggotanya sehingga proses produksi berjalan sesuai dengan target dan mengingatkan pekerja untuk melakukan pekerjaan dengan konsentrasi dan kemauan yang tinggi demi nama baik perusahaan dan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja. Berikut alur proses pengolahan teh hitam PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Bah Butong.

Gambar 4.1. Alur proses pengolahan teh hitam Penerimaan Pucuk Teh Pengepakan Sortasi Pra Sortasi Pelayuan Penggulungan Fermentasi Pengeringan Turunan Daun Layu

46

1. Stasiun Penerimaan Daun Teh Basah

Penerimaan daun teh basah dari Afdeling dilakukan sebanyak 3 kali sehari. Daun teh basah diangkut ke unit/ stasiun pelayuan dan dimasukkan ke Withering Trough dengan menggunakan alat angkut Monorail, yang selanjutnya daun teh basah di diserakkan pada box pelayuan untuk dilayukan.

2. Stasiun Pelayuan

Pelayuan daun teh basah bertujuan untuk menurunkan kandungan air, sehingga daun teh basah menjadi layu fisik serta memberi kesempatan terjadinya perubahan senyawa-senyawa kimia. Dalam proses pelayuan, diperlukan aliran udara panas dari Heat Exchanger dengan suhu 26-30oC. Lama pelayuan antara 18 sampai dengan 20 Jam.

3. Stasiun Turunan Daun Layu

Pada saat daun teh basah sudah payu dari stasiun pelayuan, maka daun teh yang sudah layu diturunkan melalui corong dimana dasarnya adalah mesin penggulungan daun teh layu dan kapasitas daun layu sekitar 10 kilo setiap mesinnya.

4. Stasiun Penggulungan

Penggulungan bertujuan untuk memeras/ memulas cairan getah daun dan juga untuk membentuk pecahan daun menjadi menggulung.mesin yang digunakan yaitu OTR-PCR-RV-RV yang menghasilkan bubuk I, II, III, IV dan Badag. Selama proses penggulungan, suhu dan kelembaban ruangan harus tetap terjaga, antara 22-24oC dan RH>95%. Untuk mengendalikan suhu dan RH maka digunakan alat pengabut air (Humidifier).

5. Stasiun Fermentasi

Fermentasi/ Oksidasi Enzimatis bertujuan untuk memberikan kesempatan terjadinya reaksi oksidasi enzimatis dalam bubuk teh dan mengendalikannya sehingga terbentuk kualitas teh hitam yang baik.

Waktu Fermentasi :

Bubuk I (menit) Bubuk II (menit) Bubuk III (menit) Bubuk IV(menit) Bubuk V (menit)

120 130 130 130 130

Tabel. 4.1. Waktu Fermentasi bubuk teh hitam

Suhu dan Kelembaban di ruang fermentasi diupayakan sama kondisinya dengan ruang pengggulungan.

6. Stasiun Pengeringan

Proses peneringan bertujuan untuk menghentikan proses kerja enzim pada titik optimal dan memfiksasi sifat-sifat baik yang telah dicapai pada waktu proses oksidasi enzymatis serta menurunkan kadar air dalam teh sehingga dapat tahan lama ketika disimpan.

7. Stasiun Pra Sortasi

Sebelum masuk pada stasiun sortasi, maka pada stasiun Pra sortasi bubuk teh yang sudah dikeringkan akan di ayat/ di saring, sehingga batang-batang daun teh ataupun bagian daun teh yang masih kasar akan tersaring oleh mesin stasiun pra sortasi.

8. Stasiun Sortasi

Pada stasiun sortasi bertujuan untuk memisahkan teh berdasarkan jenisnya sesuai dengan kriteria yang berlaku pada peamasaran teh hitam.

48

BOP 1 BOP BOPF BP BT PF DUST 1 BP 2

BT II PF II DUST II DUST III DUST VI FANN II RBO Tabel 4.2. Jenis teh sesuai kriteria pemasaran

9. Pengepakan

Teh yang sudah memenuhi jumlah 1 Chop langsung di Pak. Kemasan yang digunakan untuk pengepakan yaitu Paper sack dan Poly Bag.

Grade Jenis Kemasan Per Chop Isi Per

Sack ( Kg) Netto (Kg) I BOP I P.Sack 40 48 1920 BOP P.Sack 40 48 1920 BOPF P.Sack 40 50 2000 BP P.Sack 20 60 1200 BT P.Sack 40 40 1600 PF P.Sack 40 53 2120 DUST I P.Sack 40 60 2400 II BP II P.Sack 40 60 2400 BT II P.Sack 40 50 2000 PF II P.Sack 40 53 2120 DUST II P.Sack 40 60 2400

DUST III P.Sack 40 60 2400

DUST IV P.Sack 25 60 1500

FAN II P.Sack 40 57 2280

III RBO P.Sack 50 50 2000

Tabel 4.3. Jenis kemasan dan berat bubuk teh hitam Negara tujuan eksport teh :

1. Negara-Negara Timur Tengah : Mesir, Irak, Iran dan Syria.

2. Negara-Negara Eropa : Jerman, Irlandia, Italia, Belanda, Prancis, Spanyol, Inggris.

3. Negara-Negara lainnya : Amerika, Australia, New Zealand, Fiji, Taiwan, Singapura, Malasya, China, dan

4.1.3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Perusahaan membentuk suatu wadah dalam melaksanakan program dan kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang bertujuan untuk menciptakan suasana kerja yang aman, nyaman, dan sehat sehingga tenaga kerja dapat bekerja secara efisien dan produktif. Tahun 2009 PT Nusantara IV Unit Usaha Teh bah Butong telah menerima sertifikat dan Bendera Emas dari Pemerintah oleh Menteri Tenaga Kerja atas Penerapan SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja). PT Perkebunan Nusantara IV mempunyai tim Audit Eksternal, yaitu Sucofindo dimana melakukan Audit SMK3 satu kali dalam tiga tahun.

50

4.1.4. Struktur Organisasi P2K3 PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Bah Butong

Medis

Regu Medis Pabrik dan Evakuasi

Regu dari Pabrik Rescue Regu dari Pabrik

Inspeksi dan Investigasi Tim dari Pabrik Tanggap Darurat

Tim dari Pabrik

Manajemen Resiko Tim dari Pabrik

Pemadam Inti Regu Pemadam Inti

Logistik dan Komunikasi Pengamanan Regu Keamanan

Regu Pemadam Regu Pemadam Pabrik Regu Pemadam Afdeling

Evakuasi Tim dari Afdeling

Rescue

Tim dari Afdeling Manajemen Resiko Tim dari Afdeling Internal Audit

Tim Internal Audit

Tanggap Darurat Tim dari Afdeling

Ketua 1

Kepala Dinas Tanaman

Ketua II Ketua Dinas Pengolahan Teh Ketua III Asisten Pengolahan Dokumen Control

Bid. Dokumen Control

Fire Shief Pa- Pam

Ketua Umum Manager Unit Usaha

Sekertaris Aisten Tata Usaha

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Analisis Univariat

4.2.1.1. Distribusi Pekerja Berdasarkan Data Demografi

Secara administratif berdasarkan data terbaru tahun 2013, PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Teh Bah Butong, ada 10 Unit/ stasiun pengolahan daun teh menjadi bubuk teh hitam, dengan jumlah karyawan pelaksana sebagai sampel sebanyak 65 orang. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut :

Tabel 4.4. Distribusi karyawan Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber : Profil PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Teh Bah Butong, 2013

Tabel 4.5. Distribusi Pekerja Berdasarkan Unit Kerja

No Unit Kerja f Persentase %

1 Daun basah 7 10.8

2 Pelayuan 4 6.2

3 Turunan daun layu 4 6.2

4 Penggulungan 15 23.1 5 Pengeringan 6 9.2 6 Pra- sortasi 8 12.3 7 Sortasi 13 20.0 8 Boyan 4 6.2 9 Pengepakan 4 6.2 Total 65 100.0

Sumber : Profil PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Teh Bah Butong, 2013

No Jenis Kelamin f Persentase %

1 Perempuan 25 38.5

2 Laki-laki 40 61.5

52

Tabel 4.6. Distribusi Pekerja berdasarkan Umur

No Umur f Persentasi % 1 2 ≤45 tahun 33 50.8 >45 tahun 32 49.2 Total 65 100.0

Sumber : Profil PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Teh Bah Butong, 2013

Tabel 4.7. Distribusi Pekerja Berdasarkan Masa kerja

No Umur f Persentasi %

1 <17 tahun 27 41.5

2 ≥17 tahun 38 58.5

Total 65 100.0

Sumber : Profil PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Teh Bah Butong, 2013

Berdasarkan tabel distribusi jenis kelamin dapat dilihat bahwa jumlah karyawan jenis kelamin Laki-laki lebih banyak yaitu 40 karyawan dari pada Jenis kelamin Perempuan yaitu 25 karyawan, tabel distribusi unit kerja terlihat bahwa karyawan bernomor induk pekerja lebih banyak sebagai sampel untuk dilakukan wawancara yaitu pada stasiun penggulungan sebanyak 14 karyawan, tabel distribusi kelompok umur, dapat dilihat bahwa umur pekerja <=45 tahun lebih banyak yaitu 33 karyawan, dan tabel distribusi masa kerja, terlihat bahwa masa pekerja >=17 tahun lebih banyak, yaitu 38 orang.

4.1.1.2. Distribusi Pekerja Berdasarkan Program Keselamatan Kerja

Program keselamatan kerja PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Teh Bah Butong sudah menerapkan program keselamatan kerja. Ini dapat dilihat pada tabel penerapan program keselamatan kerja dimana dari 65 karyawan 100 % responden menjawab hasil wawancara bahwa PT Perkebunan Nusantara IV benar sudah menerapkan program keselamatan kerja. Secara rinci dapat kita lihat melalui tabel berikut.

Tabel 4.8. Distribusi Pekerja Berdasarkan Program Keselamatan Kerja No Program Keselamatan Kerja Ya Tidak 1 Prosedur kerja (instruksi kerja) dibuat disetiap

unit kerja

65 - 2 Sosialisasi program keselamatan kerja secara

berkala 65 -

3 Diadakan rapat bulanan dengan Panitia Pembina

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) 65 - 4 Ada program untuk mendeteksi, mengkoreksi,

mengontrol kondisi berbahaya, lingkungan beracun dan bahaya-bahaya keselamatan

65

- 5 Ada petugas khusus untuk menangani keadaan

darurat di pabrik 65 - 6 Diadakan pelatihan keselamatan kerja untuk

karyawab bagian produksi 65 - 7 Pelatihan dilakukan oleh sumber daya yang

memadai 65 -

8 Ada tindakan kontrol kondisi bahaya di pabrik 65 - 9 Tersedia alat-alat pelindung diri untuk

keselamatan karyawan 65 - 10 Penggunaan mesin-mesin yang dilengkapi alat

pengaman 65 -

11 Sosialisasi perkembangan alat pelindung diri yang baru dan standar keselamatan kerja yang

baru 65 -

12 Terdapat standar kepatuhan kerja (seperti sanksi)

apabila lalai menjalankan prosedur kerja 65 -

13 Melakukan inspeksi keselamatan dan kesehatan

kerja bulanan 65 - 14 Adanya pemeliharaan fasilitas pabrik untuk

54

mengurangi resiko kecelakaan di tempat kerja 65 -

15 Pemantauan lingkungan kerja oleh HIPERKES 65 -

16 Penyediaan kotak P3K di tiap lokasi kerja 65 - Sumber : Hasil wawancara dengan responden PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Teh Bah Butong, 2013

4.2.1.3. Distribusi Penilaian Risiko Pada Karyawan Berdasarkan Tindakan Tidak Aman

Tindakan tidak aman oleh karyawan PT Perkebunan Nusantara IV Unit Bah Butong dari 65 karyawan sebagai responden yang paling banyak dilakukan dan beresiko sedang (Moderate Risk) yaitu sebanyak 23 keryawan menggunakan alat yang rusak. Selanjutnya, 21 karyawan tidak memakai APD, 16 karyawan melakukan perbaikan pada saat mesin sedang berjalan, 15 karyawan memuat sesuatu secara berlebihan, 11 karyawan menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, 5 karyawan mengangkat beban secara berlebihan dan juga 5 karyawan melakukan posisi kerjayang tidak, 3 karyawan melepaskan alat pengaman atau membuat alat pengaman tidak berfungsi dan hanya 1 karyawan melakukan panggilan dan menerima panggilan telefon sambil bekerja.Tindakan tidak aman beresiko sedang juga terjadi pada setiap unit kerja. Pada unit Daun basah terdapat 4 karyawan tidak memakai APD, 3 karyawan melakukan perbaikan pada saat mesin sedang berjalan, 2 karyawan menggunakan alat yang rusak, 2 karyawan memuat sesuatu cesara berlebihan, 2 karyawan melakukan posisi kerja yang tidak tepat dan 1 karyawan mengangkat beban berlebihan. Pda unit pelayuan, terdapat 2 karyawan menggunakan alat bantu kerja yang rusak, 2 karyawan memuat sesuatu secara berlebihan, dan 2 karyawan

karyawan yidak memakai APD, 2 karyawan menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, 2 karyawan melakukan perbaikan pada saat mesin sedang berjalan, 1 karyawan menggunakan alat bantu kerja yang rusak dan 1 karyawan memuat sesuatu secara berlebihan. Pada unit penggulungan, terdapat 6 karyawan menggunakan alat bantu kerja yang rusak, 6 karyawan memuat sesuatu tudak pada tempatnya, 5 karyawan tidak memakai APD, 3 karyawan menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, dan 3 karyawan melakukan perbaikan pada saat mesin sedang berjalan.

Pada unit pengeringan, terdapat 2 karyawan menggunakan alat bantu kerja yang rusak, 1 karyawan tidak memakai APD, 1 karyawan mengangkat beban berlebihan, dan 1 karyawan melakukan perbaikan pad saat mesin sedang berjalan. Pada unit pra sortasi, 3 karyawan menggunakan alat bantu kerja yang rusak, 3 karyawan melakukan perbaikan pada saat mesin sedang berjalan, 2 karyawan tidak memakai APD, 1 karyawan memuat sesuatu secara berlebihan, 1 karyawan menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, dan 1 karyawan melakukan posisi kerja yang tidak tepat. Pada unit sortasi, terdapat 2 karyawan menggunakan alat bantu kerja yang rusak, 2 karyawan tidak memakai APD, 1 karyawan memuat sesuatu secara berlebihan, 1 karyawan mengangkat beban berlebihan dan 1 karyawan melakukan perbaikan pada saat mesin sedang berjalan. Pada unit boyan, terdapat 2 karyawan melepaksan alat pengaman atau membuat alat pengaman menjadi tidak berfungsi, 2 karyawan tidak memakai APD, 2 karyawan melakukan perbaikan pada saat mesin sedang berjalan, 1 karyawan menggunakan alat bantu kerja yang rusak dan 1 karyawan menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Pada unit pengepakan, terdapat 4 karyawan menggunakan alat bantu kerja yang rusak, 3 karyawan tidak

56

memakai APD, 2 karyawan memuat sesuatu secara berlebihan, 1 karyawan melakukan pekerjaan dengan posisi kerja yang tidak tepat, 1 karyawan melakukan perbaikan pada saat mesin sedang berjalan dan 1 karyawan melakukan panggilan dan menerima telephon sambil bekerja.

Berikut tabel hasil tindakan tidak aman oleh karyawan dPT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Teh Bah Butong. Secara rinci dapat kita lihat pada tabel berikut.

Tabel 4.9. Distribusi Penilaian Risiko Pada Karyawan Berdasarkan Tindakan Tidak Aman

No Tindakan Tidak Aman

Penilaian Risiko

E H M L Jumlah 1 Melakukan pekerjaan yang bukan

tugasnya 0 0 0 65 65

2 Menjalankan mesin lebih dari kecepatan

yang telah ditetapkan 0 0 0 65 65

3 Melepaskan alat pengaman atau membuat

alat pengaman tidak berfungsi 3 62 65

4 Menggunakan alat bantu kerja yang rusak 0 0 23 42 65

5 Tidak memakai APD 0 0 21 44 65

6 Memuat sesuatu secara berlebihan 0 0 15 50 65

7 Menempatkan sesuatu tidak pada

tempatnya 0 0

11 54 65

8 Mengangkat beban berlebihan 0 0 5 60 65

9 Posisi kerja yang tidak tepat 0 0 5 60 65

10 Melakukan perbaikan pada waktu mesin

sedang berjalan 0 0 16 49 65

11 Bersenda gurau sambil bekerja 0 0 0 65 65

12 Merokok sambil bekerja 0 0 0 65 65

13 Melakukan panggilan dan menerima

panggilan telepon sambil bekerja 0 0 1 64 65

Sumber : Hasil wawancara dengan responden PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Teh Bah Butong, 2013

Keterangan :

E = Extreme Risk/ Risiko Ekstrim

H = High Risk/ Risiko Tinggi

M = Moderate Risk/ Risiko Sedang

58

Tabel 4.10. Distribusi Tindakan Tidak Aman Berdasarkan Unit Kerja

No Unit Tindakan 1 Tindakan 2 Tindakan 3 Tindakan 4 Tindakan 5 Tindakan 6 Tindakan 7

M L M L M L M L M L M L M L 1 Unit 1 0 7 0 7 0 7 2 5 4 3 2 5 2 5 2 Unit 2 0 4 0 4 0 4 2 2 0 4 2 2 2 2 3 Unit 3 0 4 0 4 0 4 1 3 2 2 1 3 2 2 4 Unit 4 0 15 0 15 0 15 6 9 5 10 6 9 3 12 5 Unit 5 0 6 0 6 0 6 2 4 1 5 0 6 0 6 6 Unit 6 0 8 0 8 0 8 3 5 2 6 1 7 1 7 7 Unit 7 0 13 0 13 0 13 2 11 2 11 1 12 0 13 8 Unit 8 0 4 0 4 2 2 1 3 2 2 0 4 1 3 9 Unit 9 0 4 0 4 1 3 4 0 3 1 2 2 0 4 Jumlah 0 65 0 65 3 62 23 42 21 44 15 50 11 54

No Unit Tindakan 8 Tindakan 9

Tindakan 10 Tindakan 11 Tindakan 12 Tindakan 13 Tindakan 14 M L M L M L M L M L M L M L 1 Unit 1 1 6 2 5 3 4 0 7 0 7 0 7 0 7 2 Unit 2 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4 3 Unit 3 0 4 0 4 2 2 0 4 0 4 0 4 0 4 4 Unit 4 1 14 0 15 3 12 0 15 0 15 0 15 0 15 5 Unit 5 1 5 0 6 1 5 0 6 0 6 0 6 0 6 6 Unit 6 1 7 1 7 3 5 0 8 0 8 0 8 0 8 7 Unit 7 1 12 0 13 1 12 0 13 0 13 0 13 0 13 8 Unit 8 0 4 1 3 2 2 0 4 0 4 0 4 0 4 9 Unit 9 0 4 1 3 1 3 0 4 0 4 1 3 0 4

Keterangan :

1. Tindakan 1 = Melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya

2.Tindakan 2 = Menjalankan mesin lebih dari kecepatan yang telah ditetapkan 3. Tindakan 3 = Melepaskan alat pengaman atau membuat alat pengaman tidak berfungsi

4. Tindakan 4 = Menggunakan alat yang rusak 5. Tindakan 5 = Tidak memakai APD

6. Tindakan 6 = Memuat sesuatu secara berlebihan

7. Tindakan 7 = Menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya 8. Tindakan 8 = Mengangkat beban berlebihan

9. Tindakan 9 = Posisi kerja yang tidak tepat

10. Tindakan 10 = Melakukan perbaikan pada waktu sedang berjalan

11. Tindakan 11 = Bersenda gurau sambil bekerja 12. Tindakan 12 = Merokok sambil bekerja

13. Tindakan 13 = Melakukan panggilan atau menerima panggilan telephone sambil bekerja

60

Unit 1 = Daun Basah Unit 2 = Pelayuan

Unit 3 = Turunan Daun Layu Unit 4 = Penggulungan Unit 5 = Pengeringan

Unit 6 = Pra Sortasi Unit 7 = Sortasi

Unit 8 = Boyan Unit 9 = Pengepakan

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Penerapan Program Keselamatan Kerja

Berdasarkan tabel indikator penerapan program keselamatan kerja, diperoleh 65 karyawan (100%) mengakui ada program keselamatan kerja di PTPN IV Unit Usaha Teh Bah Butong dan sudah dilaksanakan. Melihat hal ini, PTPN IV Unit Usaha Teh Bah Butong sudah menerapkan Undang- Undang Ketenagakerjaan No. 3 Tahun 2003 yang menegaskan bahwa setiap pekerja/ buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja (pasal 86, ayat 1).

5.2. Tindakan Tidak Aman

Berdasarkan tabel indikator penilaian risiko pada pekerja berdasarkan tindakan tidak aman, terdapat beberapa tindakan tidak aman yang dilakukan oleh karyawan bagian produksi PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Teh Bah Butong diantaranya yang mendapat jawaban tertinggi untuk menggunakan alat bantu kerja yang rusak yaitu dari 65 karyawan sebanyak 23karyawan. Alat bantu kerja yang digunakan pekerja misanya, ember, kayu untuk membantu memasukkan daun yang hampir jatuh dari mesin, sapu, dan sekop. Alat bantu kerja yang digunakan pekerja ada yang sudah rusak (tidak layak pakai), namun pekerja tetap menggunakannya karena karyawan sudah terbiasa menggunakan alat bantu kerja tersebut, sehingga mereka tidak mengganti alat bantu kerja tersebut. Sementara, alat bantu kerja yang sudah rusak, bisa saja mengganggu pekerjaan atau bisa juga menyebabkan kecelakaan

62

kerja, misalnya menggunakan ember yang sudah rusak. Bisa saja ember yang sudah diisi dengan daun teh terjatuh karena gagang pegangan sudah lepas dan mengenai kaki karyawan. Diikuti oleh tindakan tidak aman dimana karyawan tidak menggunakan APD yaitu sebanyak 21 karyawan. Karyawan menyatakan bahwa menggunakan APD membuat mereka menjadi tidak nyaman bekerja dan karyawan juga mengatakan bahwa mereka belum pernah mengalami kecelakaan akibat dari tidak menggunakan APD. Melakukan perbaikan pada saat mesin sedang berjalan sebanyak 16 karyawan, alasan karyawan melakukan tindakan tersebut karena mereka ingin cepat menyelesaikan pekerjaannya. Sebanyak 15 karyawan memuat sesuatu secara berlebihan, tindakan ini mempunyai alasan yang sama dengan tindakan melakukan perbaikan pada saat mesin sedang berjalan, yaitu agar prkerjaan cepat selesai. Sebanyak 11 karyawan menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, 5 karyawan mengangkat beban berlebihan begitu juga 5 karyawan bekerja dengan posisi yang tidak tepat dan hanya 1 karyawan melakukan panggilan dan menerima panggilan telepon pada saat sedang bekerja. Pada saat sedang bekerja memerlukan konsentrasi yang tinggi. Alasan karyawan menerima panggilan pada saat sedang bekerja karena menganggap bahwa telefon yang masuk adalah penting. Sementara, seharusnya keselamatan kerja lebih penting dari pada segalanya.

Berdasarkan tabel indikator tindakan tidak aman berdasarkan unit kerja menunjukkan bahwa tindakan tidak aman lebih banyak terdapat pada unit penggulungan. Unit penggulungan yaitu proses kerja dimana pekerja memeras/ memulas cairan getah daun dan juga untuk membentuk pecahan daun menjadi

menghasilkan bubuk I, II, III, IV dan Badag. di unit ini, pekerjaan tidak terlalu berat. Daun yang masuk kedalam mesin penggulungan melalui unit turunan berproses selama 15 menit dan selama daun dalam mesin penggulungan karyawan hanya menjaga apabila ada daun yang keluar dari mesin penggulung. Apabila terdapat daun yang keluar dari mesin penggulung, maka karyawan harus menampung dan mengambilnya dengan alat yang sudah disediakan perusahaan. Namun, terkadang karyawan memperbaiki daun yang keluar dari mesin penggulung dengan tangan kosong, sementara karyawan tidak memakai APD. Hal ini berkaitan dengan pernyataan Heinrich (2009), yang mengungkapkan bahwa tindakan tidak aman merupakan tindakan atau perbuatan dari seseorang atau beberapa orang yang memperbesar kemungkinan terjadinya kecelakaan terhadap pekerja. Tindakan tidak aman menyumbang 98% penyebab kecelakaan, dan kunci untuk mencegah kecelakaan adalah dengan menghilangkan tindakan tidak aman.

Penerapan program di PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Teh Bah Butong, sudah 100 % diterapkan, namum tindakan tidak aman masih terjadi pada saat karyawan melaksanakan tugasnya. Hal ini berkaitan dengan pernyataan Silalahi (1991), yang menyatakan bahwa sebenarnya setiap kecelakaan itu dapat diramalkan atau diduga dari semula jika perbuatan dan tindakan yang tidak aman tidak memenuhi persyaratan. Statistik mengungkapkan bahwa 80% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak aman ( Unsafe act), dan hanya 20% oleh kondisi yang tidak aman (Unsafe Condition).

Berdasarkan tabel indikator unit kerja, menunjukkan bahwa pekerja lebih banyak bekerja pada unit penggulungan.

64

Pada penelitian ini, dari 65 karyawan terdapat 33 karyawan yang berusia ≤45 tahun. Hal ini menjadi pemicu terjadinya tindakan tidak aman ketika sedang bekerja. Karyawan berumur muda merasa lebih konsentrasi dan lebih sehat dari pekerja yang berumur diatasnya sehingga merasa lebih mampu dan cepat tanggap apabila akan terjadi kesalahan sementara, menurut Weigman (2007), Pelanggaran pada saat bekerja disisi lain mengacu pada niat untuk mengabaikan petunjuk atau aturan yang telah ditetapkan untuk melakukan suatu tugas tertentu.

Berdasarkan tabel indikator masa kerja, dari 65 karyawan terdapat 38

Dokumen terkait