• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Data Hasil Penelitian dan Pembahasan

2. Hasil Implementasi Pembelajaran Kreatif Melalui

pembelajaran.

3. Faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi pembelajaran kreatif melalui pemanfaatan media audio visual di PAUD Bina Buah Hati BPKB DIY.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian dan menambah wawasan serta penerapan ilmu pendidikan luar sekolah khususnya tentang penerapan pembelajaran kreatif melalui pemanfaatan media audio visualdi PAUD Bina Buah Hati BPKB DIY.

2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti

Sebagai pengalaman dalam melakukan penelitian sebagai salah satu cara untuk mengembangkan program Pendidikan Luar Sekolah dan dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di bangku kuliah. b. Bagi Pendidik PAUD

Pendidik PAUD mampu memanfaatkan media audio visual dalam mengembangkan pembelajaran PAUD.

G. Pembatasan Istilah

1. Impelementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovatif suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik

8

berupa perubahan, pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap (Mulyasa, 2003:93).

2. Pembelajaran Kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan, mengimajinasikan, melakukan inovasi, dan melakukan hal – hal astistik lainya. Dikarakterkan dengan adanya keaslian dan hal yang baru, dibentuk melalui suatu proses yang baru. Memiliki kemampuan untuk menciptakan. Dirancang untuk menstimulasi. (Utami,1999:9)

3. Pemanfaatan media audio visual atau video merupakan rangkaian gambar elektronis yang disertai oleh unsur suara audio juga mempunyai unsur gambar yang dituangkan melalui pita video (video tape). Rangkaian gambar elektronis tersebut kemudian diputar dengan suatu alat yaitu video cassette recorder atau video player. (Ronal Anderson,1994:99),

4. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir samapai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. (UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal 1 ayat 14)

9 BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 1. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi. Salah satu diantaranya ialah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang membahas pendidikan untuk anak usia 0 – 8 tahun. Anak usia tersebut dipandang memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak usia diatasnya sehingga pendidikannya dipandang perlu untuk dikhususkan. PAUD telah berkembang dengan pesat dan mendapat perhatian .

Anak – anak adalah generasi penerus bangsa. Merekalah yang kelak membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju, yang tidak tertinggal dari bangsa – bangsa lain. Dengan kata lain, masa depan sangat ditentukan oleh pendidikan yang diberikan kepada anak – anak kita. Oleh karena itu, PAUD merupakan investasi bangsa yang berharga dan sekaligus merupakan infrastruktur bagi pendidikan selanjutnya. Itulah sebabnya negara – negara maju sangat serius mengembangkan PAUD.

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal 1 ayat 14, mendefinisikan pendidikan anak usia dini sebagai berikut:

“Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir samapai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Menurut artikel Wikipedia tentang pendidikan anak usia dini. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah adalah jenjang pendidikan

10

sebelum jenjang yang merupakan suatu upaya yang ditujukan bagi sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan dan agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.

Marjory Ebbeck dalam Slamet Suyanto (2005: 95), menyatakan bahwa “pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah pelayanan kepada anak mulai lahir sampai umur delapan (8) tahun”.

Menurut Hibana S. Rahman (2002: 2), mengartikan PAUD sebagai: “Pendidikan anak usia dini merupakan upaya yang terencana dan sistematis yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0 – 8 tahun dengan tujuan agar mampu mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal”.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan Pendidikan Anak Usia Dini adalah bentuk pelayanan pendidikan yang ditujukan pada anak yang berusia 0 - 6 tahun melalui pemberian rangsangan – rangsangan atau stimulus untuk membantu pertumbuhan jasmani dan rohani sebagai persiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut.

2. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Menurut Slamet Suyanto (2008: 4), PAUD bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak agar dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh sesuai dengan bangsa. Anak dapat dipandang sebagai individu yang baru mulai mengenal dunia. Ia belum mengetahui tata krama, sopan santun, aturan, norma, etika, dan berbagai hal tentang dunia.

11

Ia juga sedang belajar berkomunikasi dengan orang lain dan belajar memahami berbagai hal tentang dunia dan isinya. Ia juga perlu dibimbing agar memahami berbagai fenomena alam dan dapat melakukan keterampilan – keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup di masyarakat. Interaksi anak dengan benda dan orang lain diperlukan agar anak mampu mengembangkan kepribadian, watak, dan akhlak yang mulia. Usia dini merupakan saat yang sangat berharga untuk menanamkan nilai – nilai nasionalisme, agama, etika moral, dan social yang berguna untuk kehidupan anak selanjutnya.

Menurut Hibana S Rahman (2002: 48), Secara umum tujuan dari pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Melalui program pendidikan yang telah dirancang dengan baik dan sistematis , maka anak akan mampu mengembangkan segenap potensi yang dimiliki, dari aspek fisik, sosial, moral, emosi, kepribadian dan lain-lain.

Jadi tujuan pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah membentuk anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan selain itu juga mempersiapkan anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.

3. Pengembangan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini

Menurut Isjoni (2009 : 63-64), Pengembangan kemampuan dasar merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh pendidik/guru untuk

12

meningkatkan kemampuan dan kreativitas sesuai dengan tahap perkembangan anak. Bidang pengembangan kemampuan dasar yang dimaksud adalah :

a. Kemampuan berbahasa. Pengembangan kemampuan berbahasa bertujuan agar anak mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara tepat, serta mampu berkomunikasi secara baik.

b. Kemampuan berpikir (kognitif). Dalam pengembangan kemampuan berpikir dimaksudkan agar anak dapat mengolah apa yang diperoleh dari belajarnya, mampu memecahkan masalah dalam keseharian dan dapat mengembangkan kemampuan matematiknya.

c. Kemampuan fisil motorik. Dalam pengembangan fisik motorik ini dimaksudkan untuk melatih motorik halus dan kasar, meningkatkan kemampuan mengontrol gerkaan tubuh, koordinasi serta meningkatkan ketahanan tubuh supaya memiliki kesehatan jasmani dan rohani.

d. Kemampuan seni. Pengembangan seni bertujuan agar anak mampu mencitpakan sesuatu sesuai dengan imajinasi anak serta menunmbuhkembangkan sikap menghargai hasil karya sendiri.

4. Prinsip – Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini

Menurut Isjoni (2009: 59-60), proses pembelajaran PAUD harus memenuhi prinsip – prinsi pembelajaran sebagai berikut :

a. Berangkat dari yang dimiliki anak

b. Belajar harus menantang pemahaman anak c. Belajar dilakukan sambil bermain

13

d. Menggunakan alam sebagai sarana pembelajaran e. Belajar dilakukan melalui sensorinya

f. Belajar membekali ketrampilan hidup g. Belajar sambil melakukan

Berdasarkan pendapat di atas, bahwa dalam kegiatan pembelajaran, anak adalah subjek dan sebagai objek kegiatan pembelajaran. Anak harus dirangsang untuk aktif di dalam kegiatan pembelajaran. Anak akan merasa senang karena mereka bisa memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan di dalam perkembangan, tanpa merasa terpaksa. Anak akan merasa senang dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik maupun orang tua.

B. Kajian tentang Pembelajaran Kreatif 1. Pengertian Pembelajaran Kreatif

Menurut Utami Munandar (1999: 9) Pembelajaran kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan, mengimajinasikan, melakukan inovasi, dan melakukan hal – hal astistik lainya. Dikarakterkan dengan adanya keaslian dan hal yang baru, dibentuk melalui suatu proses yang baru. Memiliki kemampuan untuk menciptakan. Dirancang untuk menstimulasi. Pembelajaran kreatif adalah usaha membangun pengalaman belajar siswa dengan berbagai keterampilan proses untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru, melalui penciptaan kegiatan belajar yang beragam dan mengkondisikan suasana belajar sehingga mampu

14

memberikan pelayanan pada berbagai tingkat kemampuan dan gaya belajar siswa, serta siswa lebih terpusat perhatiannya secara penuh.

Pembelajaran kreatif menurut Muhibbin Syah, (2009: 32 – 32) : “Kreatif (creative) berarti menggunakan hasil ciptaan / kreasi baru atau yang berbeda dengan sebelumnya. Pembelajaran yang kreatif mengandung makna tidak sekedar melaksanakan dan menerapkan kurikulum. Kurikulum memang merupakan dokumen dan rencana baku, namun tetap perlu dikritisi dan dikembangkan secara kreatif. Dengan demikian, ada kreativitas pengembangan kompetensi dan kreativitas dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber bahan dan sarana untuk belajar. Pembelajaran kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa dan tipe serta gaya belajar siswa.

Di dalam pengertian di atas, alhasil, di satu sisi guru bertindak kreatif dalam arti: (1) mengembangkan kegiatan pembelajaran yang beragam; (2) membuat alat bantu belajar yang berguna meskipun sederhana. Di sisi lain, siswa pun kreatif dalam hal: (1) merancang / membuat sesuatu; (2) menulis/mengarang.

2. Ciri – Ciri Pembelajaran Kreatif

Salah satu model pembelajaran yaitu Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM). Pembelajaran kreatif termasuk di dalam pembelajaran tersebut. Berikut ini ciri-ciri PAIKEM (Isjoni, 2009: 67) :

a. Anak didik terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan melalui perbuatan.

15

b. Pendidik menggunakan berbagai alat bantu dan membangkitkan semangat, lingkungan sebagai sumber belajar agar pembelajaran menarik, menyenangkan dan sesuai dengan dunia anak didik.

c. Pendidik mengatur kelas yang dapat membuat anak betah dan kerasan untuk berlama – lama di dalamnya.

d. Pendidik menerapkan pembelajaran yang kooperatif dan interaktif termasuk di dalam pembelajaran kelompok.

e. Pendidik mendorong anak didik untuk menemukan pemecahan masalah untuk mengungkapkan gagasannya dan melibatkan dalam menciptakan lingkungan sekolah.

Menurut Muhibbin Syah (2009: 3-4), ciri – ciri PAIKEM di dalam penerapan pembelajaran kreatif, yaitu :

a. Berpusat pada siswa;

b. Belajar yang menyenangkan (joyfull learning);

c. Belajar yang berorientasi pada tercapainya kemampuan tertentu (competency-based learning);

d. Belajar secara tuntas (mastery learning);

e. Belajar secara berkesinambungan (continuous learning);

f. Belajar sesuai dengan ke-kini-an dan ke-disini-an (contextual learning).

3. Implementasi Pembelajaran Kreatif di PAUD

Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovatif suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan, pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap (Mulyasa, 2003: 93).

16

Langkah – langkah pembelajaran kreatif menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (1999: 200) antara lain : ketrampilan bertanya, penguatan, adanya variasi, menjelaskan, membuka dan menutup.

Ketrampilan bertanya sangat perlu dikuasai guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Penguatan merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut. Mengadakan variasi merupakan ketrampilan yang harus dikuasai pendidik yang bertujuan untuk meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi standar yang relevan. Menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta, dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku. Penjelasan dapat diberikan selama pembelajaran. Membuka dan menutup pelajaran merupakan dua kegiatan rutin yang dilakukan guru untuk memulai dan mengakhiri pelajaran.

Suasana belajar perlu dirancang dengan baik oleh pendidik agar dalam pembelajaran tumbuh minat belajar siswa. Penciptaan suasana belajar merupakan langkah awal bagi guru untuk memfasilitasi siswa-siswanya untuk belajar. Suasana belajar yang kondusif memungkinkan imajinasi dan kreativitas siswa berkembang. Latar belakang siswa yang beragam dapat merupakan masukan yang baik dalam kelas bila dikelola secara benar. Pengelolaan siswa berdasar kelompok keterampilan berfikir, keterampilan bertindak, dan keterampilan lainnya dirancang oleh guru dalam pengelolaan kelas. Perencanaan pembelajaran, penilaian, dan

17

pengelolaan kelas sangat menentukan keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran.

Implementasi pembelajaran kreatif Pendidikan Anak Usia Dini melalui pemanfaatan media audio visual memudahkan bagi pendidik dalam kegiatan pembelajaran. Pendidik dapat memanfaatkan media audio visual untuk mencari solusi dari kendala – kendala yang dihadapi dalam pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran yang memanfaatkan media audio visual akan sangat berbeda sekali dengan pembelajaran yang hanya menggunakan buku dan alat, pembelajaran akan sangat menyenangkan karena adanya gambar – gambar menarik yang di senangi anak, anak didik juga dapat menirukan suara atau lagu – lagu yang ditampilkan. Selama pembelajaran anak menjadi tidak jenuh.

Sebelum pendidik menggunakan media audio visual di dalam pembelajaran PAUD, pendidik perlu menyiapkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai melalui pemanfaatan media audio visual tersebut. Disamping itu pendidik juga perlu mengasah kemampuan bertanya, dengan tujuan untuk menggali gagasan atau pendapat anak, setelah anak didik melakukan kegiatan belajar dengan menggunakan media audio visual tersebut. Setelah tujuan pembelajaran disusun, pendidik menyampaikan materi pembelajaran dengan memanfaatkan media audio visual tersebut. Pembelajaran yang memanfaatkan media audio visual memungkin anak didik bisa nyaman dan senang, karena anak didik belajar melalui indera pendengaran dan penglihatan. Setelah pembelajaran

18

dilakukan, pendidik menggali gagasan atau pendapat anak dengan bertanya kepada anak didik apa yang ditangkap anak didik dari pembelajaran yang dilakukan tadi. Anak didik diberikan kesempatan untuk menyampaikan gagasan atau pendapatnya, pendidik dan anak didik lainya mendengarkan. Pendidik perlu memberikan apresiasi yang positif kepada anak didik yang telah mengeluarkan gagasan atau idenya, agar anak merasa senang dan yakin dengan apa yang disampaikan oleh anak tadi. Pembelajaran yang interaktif seperti ini, memungkinkan pembelajaran menjadi menarik. Pendidik juga bisa menyampaikan refleksi atau pemaknaan dari pembelajaran tersebut, agar anak bisa memahami dan mengerti tujaun dari pembelajaran yang diikuti tersebut.

C. Kajian tentang Media Audio Visual 1. Pengertian Media Audio Visual

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti „tengah’, „perantara’ atau „pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Menurut Gerlach & Ely (Azhar Arsyad, 2011: 3) media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, pendidik, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan

19

sebagai alat – alat grafis, potografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

Susilana dan Riyana dalam Arif Wahyudi (2011: 32), berpendapat bahwa media audio visual adalah media yang penyampaian pesannya dapat diterima oleh indera pendengaran dan indera penglihatan . Sedangkan Sumantri dan Permana dalam Arif Wahyudi (2011: 32), mengemukakan bahwa media audio visual merupakan media yang tidak hanya dapat dipandang atau diamati tetapi juga dapat didengar. Media audio visual memiliki jenis jenis yang beragam. Contohnya yaitu media film, televisi, slide bersuara, dan multimedia berbasis komputer.

Menurut Ronal Anderson (1994: 99), media audio visual atau video adalah merupakan rangkaian gambar elektronis yang disertai oleh unsur suara audio juga mempunyai unsur gambar yang dituangkan melalui pita video (video tape). Rangkaian gambar elektronis tersebut kemudian diputar dengan suatu alat yaitu video cassette recorder atau video player.

Dari beberapa pendapat terkait pengertian media audio visual, dapat disimpulkan bahwa media audio visual adalah media yang penyampaian pesanya dapat diterima melalui indera pendengaran dan indera penglihatan.

2. Contoh – Contoh Media Audio Visual Beberapa contoh media audio video yaitu:

20 a. VCD

Video CD disingkat VCD atau disebut juga View CD atau Compact Disc digital video adalah format digital standar untuk penyimpanan gambar video dalam suatu cakram padat. Cakram VCD ini dapat dijalankan dengan alat perekam/pemutar VCD. Namun hampir semua jenis komputer PC, perekam/pemutar cakram DVD, serta beberapa konsol permainan video juga dapat menjalankan jenis cakram VCD ini. (Wikipedia, 2011).

b. Televisi

Televisi adalah sebuah mediatelekomunikasi terkenal yang digunakan untuk memancarkan dan menerima siaran gambar bergerak, baik itu yang monokrom ("hitam putih") maupun warna, biasanya dilengkapi oleh suara. "Televisi" juga dapat diartikan sebagai kotak televisi, rangkaian televisi atau pancaran televisi. Kata televisi merupakan gabungan dari kata televisi atau jauh dari bahasa Yunani dan visio atau penglihatan dari bahasa Latin. Sehingga televisi dapat diartikan sebagai telekomunikasi yang dapat dilihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi. (Wikipedia, 2011).

21 3. Karakteristik Media Audio Visual

Menurut Ronald Anderson (1994: 103-105) bahwa dalam media video terdapat kelebihan dan kekurangan, antara lain:

Kelebihan media video:

a. Dapat digunakan untuk klasikal atau individual b. Dapat digunakaan seketika.

c. Digunakan secara berulang.

d. Dapat menyajiakn materi secara fisik tidak dapat bicara kedalam kelas.

e. Dapat menyajikan objek yang bersifat bahaya f. Dapat menyajikan obyek secara detail

g. Tidak memerlukan ruang gelap h. Dapat di perlambat dan di percepat i. Menyajikan gambar dan suara Kelemahan media video :

a. Sukar untuk dapat direvisi b. Relatif mahal

c. Memerlukan keahlian khusus

4. Pemanfaatan Media Audio Visual dalam PAUD

Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, bahwa media audio visual memiliki kelebihan dan kekurangan. Pemanfaatan media audio visual di dalam PAUD melalui pemutaran film – film yang terkait dengan tema pembelajaran, sehingga dengan pemanfaatan media ini, anak bisa

22

mendengar dan melihat langsung apa yang sedang diputar/ditontonnya. Di dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media audio visual ini, anak didik, diajak untuk mengambil hikmah atau pelajaran yang terkandung di dalam film atau cerita. Anak diberikan kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya terkait dengan apa yang ditangkap anak dalam film – film tersebut.

D. Penelitian yang Relevan

Di bawah ini akan disajikan secara garis besar tentang beberapa temuan atau hasil dari penelitian yang dianggap ada keterkaitannya dengan penelitian ini, yaitu :

1. Judul Skripsi : Pembelajaran Bercerita Menggunakan Media Video di Kelompok BermainTunas Mulia Bonggalan Srigading Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul oleh Mela Wijayanti (08111244022) : 2012

Hasil Penelitian : Pembelajaran bercerita menggunakan media video di Kelompok Bermain Tunas Mulia dilakukan melalui beberapa tahap, antara lain : (1) perencanaan pembelajaran yang meliputi administrasi, perencanaan kurikulum, menetapkan tujuan pembelajaran, menyusun persiapan mengajar; (2) peran guru dalam pembelajaran, yaitu mulai dari perencanaan,

23

menyiapkan media, membimbing pelaksanaan pembelajaran, sampai evaluasi belajar; (3) media yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah poster/gambar, laptop, dan pengeras suara atau speaker, serta meja berukuran sedang untuk meletakkan semua media; (4) pelaksanaan pembelajaran yang dapat terlaksana sampai evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan pembelajaran bercerita menggunakan media video ini dapat dicapai yaitu menggunakan wawancara/tanya jawab.

2. Judul Skripsi : Pengaruh Pemanfaatan Media Pembelajaran CD Interaktif terhadap Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD N Nganggrung Wonokerto Turi Sleman oleh Ratih Dwie Chahyani (07105241007) : 2011

Hasil Penelitian : Pemanfaatan media pembelajaran CD interaktif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar siswa. Hal ini ditunjukan pada hasil rata – rata pre test kelompok eksperimen sebesar 84 dan nilai rata – rata post test sebesar 95,17 dengan hasil uji-t nilai p sebesar 0,04 (p<0,05). Pemanfaatan media CD interaktif ini

24

mampu meningkatkan motivasi belajar IPA dibanding dengan menggunakan media pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan buku teks.

E. Kerangka Berpikir

Penelitian ini akan mengkaji terkait dengan implementasi pembelajaran kreatif melalui pemanfaatan media audio visual. Sebagaimana fakta yang ada di lapangan bahwa pendidik PAUD memiliki tugas dan kewajiban untuk membantu memberikan ransangan pendidikan kepada anak usia dini, sehingga anak usia dini mampu berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Pemberian rangsangan yang tepat akan berdampak pada kualitas anak usia dini.

Pendidik PAUD di dalam proses pembelajaran bagi anak usia dini harus menggunakan strategi atau langkah – langkah yang tepat, agar anak usia dini bisa berkembang dengan lebih baik. Hal tersebut tentunya harus didukung oleh kemampuan pendidik dalam mengelola pembelajaran anak usia dini. Di dalam pengelolaan pembelajaran anak usia dini, pendidik PAUD harus menguasai kamampuan standar bahkan lebih, sehingga pembelajaran paud bisa berjalan lebih efekif. Proses pembelajaran anak usia dini, di dahului dengan penyusunan desain pembelajaran. Desain pembelajaran ini meliputi beberapa aspek pembelajaran seperti tujuan pembelajaran, kurikulum (menu

25

generik), sasaran pembelajaran, media dan metode pembelajaran, dan lain sebagainya.

Setelah desain pembelajaran disusun, langkah selanjutnya adalah pelaksanaan pembelajaran yang mengacu pada desain pembelajaran yang disusun sebelumnya. Proses pembelajaran ini yang nantinya akan memberikan dampak bagi perkembangan anak usia dini. Semakin baik desain pembelajaran, dan semakin efektif proses pembelajaran akan memberikan dampak yang besar bagi kualitas anak usia dini.

Semua hal di atas tentunya perlu di dukung oleh kemampuan Pendidik PAUD dalam memanfaatkan media pembelajaran. Sebagaimana fakta di lapangan bahwa perkembangan media pembelajaran audio visual berkembang dengan cepat, sehingga pendidik PAUD perlu memanfaatkan media audio visual tersebut dalam melaksanakan pembelajaran anak usia dini. Pemanfaatan media audio visual tersebut diharapkan mampu memunculkan pembelajaran yang kreatif, sehingga kualitas atau mutu pembelajaran anak usia dini berkembang dengan baik.

Permasalahan yang terjadi di PAUD Bina Buah Hati BPKB DIY adalah

Dokumen terkait