• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Uji Instrumen Penelitian 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif 1.Hasil Uji Statistik Deskriptif

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif 1.Hasil Uji Statistik Deskriptif

35 13 16 14,67% 46,67% 17,33% 21,33% Jenis Kelamin L P 42 33 56% 44% Jabatan Manager Tax Spesialist Accounting Finance Staf Dan lain-lain 5 5 35 17 13 6,67% 6,67% 46,67% 17,33% 22,67% Lama menduduki jabatan

15-11 10-5 <5 29 46 38,67% 61,33%

Sumber : Data primer yang diolah

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi kebijakan perpajakan, undang-undang perpajakan, administrasi perpajakan, loopholes, tarif pajak dan tax planning dalam secara statistik deskriptif seperti yang terlihat dalam tabel 4.4.

83

Tabel 4.4.

Hasil Uji Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation Kp 75 15.00 30.00 21.7600 4.02975 Uup 75 12.00 23.00 17.3600 3.43133 Ap 75 12.00 23.00 17.5200 3.01510 Loop 75 11.00 22.00 18.3600 2.33447 Tp 75 14.00 25.00 18.7067 2.79852 Tpl 75 12.00 25.00 18.6133 2.92655 Valid N (listwise) 75

Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 4.4. menjelaskan bahwa pada variabel kebijakan perpajakan jawaban minimum responden sebesar 15 dan maksimum sebesar 30 dengan rata-rata total jawaban 21.7600 dan standar deviasi sebesar 4.02975. Variabel minimum undang-undang perpajakan sebesar 12 dan maksimum sebesar 23, dengan rata-rata total jawaban 17.3600 dan standar deviasi sebesar 3.43133. Pada variabel administrasi perpajakan minimum jawaban responden sebesar 12 dan maksimum sebesar 23, dengan rata-rata total jawaban 17.5200 dan standar deviasi sebesar 3.01510. Variabel loopholes minimum jawaban responden sebesar 11 dan maksimum sebesar 22, dengan rata-rata total jawaban 18.3600 dan standar deviasi sebesar 2.33447. Variabel minimum tarif pajak sebesar 14 dan maksimum sebesar 25, dengan rata-rata total jawaban 18.7067 dan standar deviasi sebesar 2.79852 Pada variable tax planning minimum jawaban responden sebesar 12 dan maksimum sebesar 25, dengan rata-rata total jawaban 18.6133 dan standar deviasi sebesar 2.92655.

84 2. Hasil Uji Kualitas Data

a. Hasil Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan

Pearson Corelation, pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat signifikansinya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid. Tabel di bawah ini menunjukkan hasil uji validitas dari enam variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu kebijakan perpajakan (KP), undang-undang perpajakan (UUP), administrasi perpajakan (AP), loopholes (LOP), tarif pajak (TP), tax planning (TPL).

Tabel 4.5.

Uji Validitas Instrumen Kebijakan Perpajakan

Instrumen Pearson Correlation Signifikan Keterangan

KP1 .847 .000 Valid KP2 .735 .000 Valid KP3 .808 .000 Valid KP4 .874 .000 Valid KP5 .788 .000 Valid KP6 .804 .000 Valid

Sumber : Data primer yang diolah

Dari tabel 4.5. diatas terlihat bahwa instrumen kebijakan perpajakan memiliki koefisien korelasi > 0,05 ini menunjukan hasil yang signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan valid.

85

Tabel 4.6.

Uji Validitas Instrumen Undang-Undang Perpajakan Instrumen Pearson Correlation Signifikan Keterangan

UUP1 .833 .000 Valid

UUP2 .716 .000 Valid

UUP3 .802 .000 Valid

UUP4 .816 .000 Valid

UUP5 .833 .000 Valid

Sumber : Data primer yang diolah

Dari tabel 4.6. diatas terlihat bahwa instrumen undang-undang perpajakan memiliki koefisien korelasi > 0,05 ini menunjukan hasil yang signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan valid.

Tabel 4.7.

Uji Validitas Instrumen Administrasi Perpajakan Instrumen Pearson Correlation Signifikan Keterangan

AP1 .803 .000 Valid

AP2 .713 .000 Valid

AP3 .745 .000 Valid

AP4 .772 .000 Valid

AP5 .738 .000 Valid

Sumber : Data primer yang diolah

Dari tabel 4.7. diatas terlihat bahwa instrumen administrasi perpajakan memiliki koefisien korelasi > 0,05 ini menunjukan hasil yang signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan valid.

86

Tabel 4.8.

Uji Validitas Instrumen Loopholes (Celah Undang-Undang Perpajakan)

Instrumen Pearson Correlation Signifikan Keterangan

LOP1 .804 .000 Valid

LOP2 .762 .000 Valid

LOP3 .607 .000 Valid

LOP4 .405 .000 Valid

LOP5 .774 .000 Valid

Sumber: Data primer yang diolah

Dari tabel 4.8. diatas terlihat bahwa instrumen loopholes (celah undang-undang perpajakan) memiliki koefisien korelasi > 0,05 ini menunjukan hasil yang signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan valid.

Tabel 4.9.

Uji Validitas Instrumen Tarif Pajak

Instrumen Pearson Correlation Signifikan Keterangan

TP1 .737 .000 Valid

TP2 .771 .000 Valid

TP3 .787 .000 Valid

TP4 .714 .000 Valid

TP5 .719 .000 Valid

Sumber: Data primer yang diolah

Dari tabel 4.9. diatas terlihat bahwa instrumen tarif pajak memiliki koefisien korelasi > 0,05 ini menunjukan hasil yang signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan valid.

87

Tabel 4.10.

Uji Validitas Instrumen Tax Planning

Instrumen Pearson Correlation Signifikan Keterangan

TPL1 .726 .000 Valid

TPL2 .731 .000 Valid

TPL3 .742 .000 Valid

TPL4 .743 .000 Valid

TPL5 .766 .000 Valid

Sumber : Data primer yang diolah

Dari tabel 4.10. diatas terlihat bahwa instrumen tax planning

memiliki koefisien korelasi > 0,05 ini menunjukan hasil yang signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan valid.

b. Hasil Uji Reliabiltas

Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari instrumen penelitian. Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha berada diatas 0,6.

Tabel 4.11.

Uji Reliabiltas Instrumen Kebijakan Perpajakan

Cronbach’s Alpha N of Items

.889 6

Sumber: Data primer yang diolah

Dari tabel 4.11. di atas dapat dilihat bahwa instrument kebijakan perpajakan memiliki koefisien korelasi > 0,600 yaitu 0,889. menunjukan hasil yang signifikan. Jadi dapat disimpulkan

88 bahwa pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan reliabel.

Tabel 4.12.

Uji Reliabiltas Instrumen Undang-undang Perpajakan

Croanbach Alpha N of Items

.858 5

Sumber: Data primer yang diolah

Dari tabel 4.12. di atas dapat dilihat bahwa instrument undang-undang perpajakan memiliki koefisien korelasi > 0,600 yaitu 0,858. menunjukan hasil yang signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan reliabel.

Tabel 4.13.

Uji Reliabiltas Instrumen Administrasi Perpajakan

Croanbach Alpha N of Items

.805 5

Sumber: Data primer yang diolah

Dari tabel 4.13. di atas dapat dilihat bahwa instrument administrasi perpajakan memiliki koefisien korelasi > 0,600 yaitu 0,805. menunjukan hasil yang signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan reliabel.

Tabel 4.14.

Uji Reliabiltas Instrumen Loopholes

Croanbach Alpha N of Items

.701 5

89 Dari tabel 4.14 di atas dapat dilihat bahwa instrument loopholes memiliki koefisien korelasi > 0,600 yaitu 0,701. menunjukan hasil yang signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan reliabel.

Tabel 4.15.

Uji Reliabiltas Instrumen Tarif Pajak

Croanbach Alpha N of Items

.793 5

Sumber: Data primer yang diolah

Dari tabel 4.15 di atas dapat dilihat bahwa instrument tarif pajak memiliki koefisien korelasi > 0,600 yaitu 0,793. menunjukan hasil yang signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan reliabel.

Tabel 4.16.

Uji Reliabiltas Instrumen Tax Planning

Croanbach Alpha N of Items

.791 5

Sumber: Data primer yang diolah

Dari tabel 4.16. di atas dapat dilihat bahwa instrument tax planning memiliki koefisien korelasi > 0,600 yaitu 0,791. menunjukan hasil yang signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan reliabel.

90 3. Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Hasil Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen (Ghazali, 2005). Jika terjadi korelasi, maka terdapat problem multikolonieritas atau multiko. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independennya. Ada tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance. Regresi yang terbebas dari problem multikolonieritas apabila nilai VIF <10 dan nilai tolerance >0,10, maka data tersebut tidak ada M tolerance. Hasil uji multikolonieritas terhadap data untuk pengujian hipotesis ditunjukkan pada tabel 4.17.

Tabel 4.17. Uij Multikolineritas Coefficientsa Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant) Kp .264 3.785 Uup .137 7.301 Ap .252 3.966 Loop .207 4.839 Tp .236 4.235 a. Dependent Variable: Tp Sumber: Data primer yang diolah

91 Berdasarkan tabel diatas nilai tolerance variabel kebijakan perpajakan, undang-undang perpajakan, administrasi perpajakan,

loopholes dan tarif pajak mempunyai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1, hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapatnya korelasi antar variabel independen tersebut. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas.

b. Hasil Uji Normalitas

Berikut ini adalah hasil uji normalitas variabel dependen dan variabel independent.

Gambar 4.1.

Hasil Uji Normalitas Menggunakan Histogram

3 2 1 0 -1 -2 -3

Regression Standardized Residual

14 12 10 8 6 4 2 0 Mean =-8.33E-16 Std. Dev. =0.966 N =75 Histogram Dependent Variable: tpl Fr e que n c y

92 Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa penyebaran data terdistribusi secara normal. Ini menunjukkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.

Gambar 4.2.

Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot

Gambar 4.2 memperlihatkan penyebaran data yang berada disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, ini menunjukkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 E xp e ct ed C u m P rob

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: tpl

93 Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada pola scatterplot antar SPRESID dan ZPRED di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu x adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar pengambilan keputusannya jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan bahwa telah terjadi Heteroskedastisitas. jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghazali, 2005).

Gambar 4.3.

Grafik Hasil Uji Heteroskedastisitas

2 0

-2

Regression Standardized Predicted Value

2.5 0.0 -2.5 Scatterplot Dependent Variable: tpl R e gr e s s ion S tu de nt iz e d R e s idua l

94 Dari grafik di atas, da pat disimpulkan bahwa grafik tersebut menunjukan titik-titik yang membentuk pola diagonal, baik di atas maupun di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y. hal ini menunjukan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam regresi linier berganda. 4. Hasil Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi berganda (multiple regression analysis), yaitu:

a. Uji Koefisien Determinasi

Uji ini dilakukan untuk mengukur kamampuan variabel-variabel independen, yaitu kebijakan perpajakan, undang-undang perpajakan, administrasi perpajakan, loopholes, dan tarif pajak dalam menjelaskan variasi variabel dependen yaitu tax planning.

Hasil uji koefisien Adjusted R Square pada tabel 4.18. Tabel 4.18.

Koefisien Determinasi

a. Predictors: (Constant): kebijakan perpajakan, UU perpajakan, administrassi perpajakn, loopholes, tarif pajak

b. Dependent Variable: tax planning

Sumber: Data primer yang diolah

Berdasarkan analisis data pada tabel 4.19 menunjukkan bahwa nilai koefisien Adjusted R Square adalah sebesar 0,702, hal ini berarti 70,2% variabel tax planning dapat dipengaruhi oleh variabel kebijakan perpajakan, undang-undang perpajakan, administrasi

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .850(a) .722 .702 1.59676

95 perpajakan, loopholes, dan tarif pajak Sedangkan sisanya (100% - 70,2% = 29,8%) dijelaskan oleh faktor-faktor lain.

b. Hasil Uji Statistik t

Uji statistik t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05. Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.11, jika nilai

probability t lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0,

sedangkan jika nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka H0

diterima dan menolak Ha.

Tabel 4.19. Hasil Uji Statistik t Coefficients(a) Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .467 1.664 .281 .780 Kp -.094 .090 -.129 -1.044 .300 Uup .182 .146 .213 1.243 .218 Ap -.087 .123 -.089 -.706 .482 Loop .546 .175 .436 3.122 .003 Tp .455 .136 .435 3.336 .001 a Dependent Variable: tpl

Sumber: Data primer yang diolah

Hasil Uji Hipotesis 1: Pengaruh kebijakan perpajakanterhadap tax planning

Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.20, variabel kebijakan perpajakan mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,300. Hal ini berarti menolak Ha1 sehingga dapat dikatakan bahwa kebijakan

96 perpajakan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tax planning karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel kebijakan perpajakan lebih kecil dari 0,05.

Hasil Uji Hipotesis 2: Pengaruh undang-undang perpajakan terhadap tax planning

Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.20, variabel undang-undang perpajakan mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,218. Hal ini berarti menolak Ha2 sehingga dapat dikatakan bahwa undang-undang perpajakan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tax planning karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel undang-undang perpajakan lebih kecil dari 0,05.

Hasil Uji Hipotesis 3: Pengaruh administrasi perpajakan terhadap tax planning

Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.20, variabel administrasi perpajakan mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,482. Hal ini berarti menolak Ha3 sehingga dapat dikatakan bahwa administrasi perpajakan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

tax planning karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel administrasi perpajakan lebih kecil dari 0,05.

Hasil Uji Hipotesis 4: Pengaruh loopholes terhadap tax planning Hasil uji hipotesis 4 dapat dilihat pada tabel 4.20, variabel loopholes

mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,003. Hal ini berarti menerima Ha4 sehingga dapat dikatakan bahwa loopholes

97 berpengaruh secara signifikan terhadap tax planning karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel loopholes lebih kecil dari 0,05. Hasil Uji Hipotesis 5: Pengaruh tarif pajak terhadap tax planning

Hasil uji hipotesis 5 dapat dilihat pada tabel 4.20, variabel tarif pajak mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,001. Hal ini berarti menerima Ha5 sehingga dapat dikatakan bahwa tarif pajak berpengaruh secara signifikan terhadap tax planning karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel tarif pajak lebih kecil dari 0,05. c. Hasil Uji Statistik F

Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05. Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel 4.21, jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0, sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka H0

diterima dan menolak Ha.

Tabel 4.20.

Uji F atau ANOVA untuk Tax Planning ANOVAb

a Predictors: (Constant), tp, kp, ap, loop, uup b Dependent Variable: tpl

Sumber: Data primer yang diolah Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 457.862 5 91.572 35.916 .000(a) Residual 175.925 69 2.550 Total 633.787 74

98

Hasil Uji Hipotesis 6: Pengaruh kebijakan perpajakan, undang-undang perpajakan, administrasi perpajakan, loopholes, dan tarif pajakterhadap tax planning.

Hasil uji hipotesis 6 dapat dilihat pada tabel 4.21 nilai F diperoleh sebesar 35,916 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha6 diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa kebijakan perpajakan, undang-undang perpajakan, administrasi perpajakan, loopholes, dan tarif berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadaptax planning.

C. Pembahasan

1. Pengaruh kebijakan perpajakan terhadap tax planning

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel kebijakan perpajakan 0,300 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa kebijakan perpajakan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tax planning. Hal ini di karenakan bahwa sistem pembayaran pajak yang berlaku di Indonesia dilandasi oleh sistem self assessment system dimana wajib pajak boleh menghitung, memperhitungkan dan membayar sendiri besarnya pajak yang harus di setorkan. Sistem self assessment dapat terlaksana dengan baik apabila wajib pajak memahami peraturan perpajakan dan mengikuti aturan yang berlaku sesuai dengan undang-undang perpajakan. Hasil suatu tax planning bisa dikatakan baik atau tidak tergantung dengan apa yang kita lakukan apabila Sistem self

99 assessment tersebut dapat terlaksana dengan baik dan wajib pajak dapat memahami peraturan perpajakan dan mengikuti aturan yang berlaku sesuai dengan undang-undang perpajakan. Oleh karena itu, kebijakan perpajakan tidak dipengaruhi oleh tax planning. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Marfuah (2010).

2. Pengaruh undang-undang perpajakan terhadap tax planning

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel undang-undang perpajakan 0,218 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa undang-undang perpajakan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tax planning. Hasil penelitian terdahulu oleh Agus Subekti (2007) dan Marfuah (2010) menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara undang-undang perpajakan dengan tax planning, demikian juga dengan penelitian yang sekarang bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara undang-undang perpajakan dengan

tax planning. Hal ini dikarenakan perbedaan jenis usaha dari masing-masing perusahaan yang ada di wilayah DKI Jakarta. Karena dalam melakukan tax planning wajib pajak harus memahami karakter dari jenis usahanya, karena hampir setiap perusahaan memiliki perbedaan-perbedaan dalam kebijakan maupun perilaku, dan kebiasaan-kebiasaannya. Dengan memahami secara mendalam seluk beluk usaha akan sangat membantu dalam melakukan tax planning melalui pengetahuan wajib pajak dalam menafsirkan undang-undang perpajakan.

100 3. Pengaruh administrasi perpajakan terhadap tax planning

Hasil uji hipotesis untuk administrasi perpajakan mempunyai signifikansi 0,482 yang berarti lebih besar dari 0.05. karena nilai hasil uji t untuk variabel administrasi perpajakan lebih besar dari 0.05 maka H3 ditolak. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Marfuah (2010). Hal ini dikarenakan pajak merupakan kelanjutan dari pelaksanaan tax planning. Administrasi pajak adalah metode untuk mayakinkan bahwa apa yang dilaksanakan telah sesuai dengan yang direncanakan. Oleh karena itu tax planning tidak terlalu mempengaruhi motivasi manajemen perusahaan untuk melakukan tax planning.

4. Pengaruh loopholes terhadap tax planning

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel loopholes 0,003 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa loopholes berpengaruh secara signifikan terhadap tax planning. Tax planning merupakan suatu proses yang mendeteksi cacat teoritis dalam ketentuan perundang-undangan perpajakan tersebut. Loopholes juga, dapat dimanfaatkan untuk membayar pajak lebih kecil dari atau bahkan tidak membayar sama sekali atas suatu income tertentu. Dalam tax avoidance wajib pajak memanfaatkan peluang-peluang (loopholes) yang ada dalam undang-undang perpajakan, sehingga dapat membayar pajak yang lebih rendah. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Marfuah (2010).

101 5. Pengaruh tarif pajak terhadap tax planning

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel tarif pajak 0,001 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tarif pajak berpengaruh secara signifikan terhadap tax planning. Pemberian natura kepada karyawan tidak dapat diperlukan sebagai deductible expense. Sehingga bagi perusahaan hal ini tidak menguntungkan, oleh karena itu perusahaan memberikannya dalam bentuk cash dan memasukannya ke dalam daftar gaji karyawan sehingga perusahaan bisa diperlakukan sehingga deductible expense. Dengan adanya perbedaan tarif pajak atas objek pajak, memotivasi perusahaan untuk memanfaatkannya agar beban pajaknya rendah.

6. Pengaruh kebijakan perpajakan, undang-undang perpajakan, administrasi perpajakan, loopholes, dan tarif pajak terhadap tax planning

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa kebijakan perpajakan, undang-undang perpajakan, administrasi perpajakan, loopholes, dan tarif pajak berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap tax planning.

Hal ini dikarenakan, untuk mendapatkan hasil yang baik dalam melakukan tax planning manajemen harus mengandalkan variabel-variabel independen sebagai alat perencanaan pajak. Pemahaman ketentuan perpajakan sangat mutlak diperlukan oleh wajib pajak supaya pelaksanaan tugas pekerjaan entitas yang bersangkutan dapat terselenggara dengan baik tanpa meninggalkan dinamika yang ada. Untuk itu diperlukan semacam nuansa atau iklim continuing professional

102 education bagi mereka yang secara khusus ditugasi mengelola pajak. Pajak merupakan jumlah biaya yang tidak sedikit jumlahnya, sangat wajar jika perusahaan menempatkan petugas dengan keahlian memadai untuk menangani kewajiban pajak atau mengelola pajak sesuai dengan siklus keberadaan perusahaan. Masalah administrasi perpajakan selalu berkaitan dengan sistem akuntansi yang baik. Jika perusahaan belum sanggup memiliki sistem akuntansi yang baik, maka pembukuan yang memadai dapat digunakan, tergantung dengan besar-kecilnya perusahaan dan kompleksitas yang dihadapi. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Marfuah (2010)

107 DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hamid. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.

Agus Subekti. ”Analisis Faktor-faktor yang Memotivasi Manajemen Perusahaan Melakukan Tax Planning”,UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.

Christinawati. ” Pengaruh Informasi Prospektus Terhadap Return Saham Di Pasar Perdana”, Uinversitas Trisakti, Jakarta, 2005.

Erly Suandy. ”Perencanaan Pajak Edisi 4”, Salemba Empat, Jakarta, 2008.

Erly Suandy.”Hukum Pajak Edisi 4”, Selemba Empat, Jakarta, 2008.

I Kadek Sumadi. “Analisis Peranan Perencanaan Pajak Untuk Meminimalkan Beban Pajak Penghasilan Yang Harus Diayar Serta Meningkatkan Laba Bersih Setelah Pajak Pada PT. “ESP”. Jakarta: Program Studi Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2004

Ina Handayani. ”Penerapan Tax Planning Dalam Usaha Meminimalkan Kewajiban Pembayaran Pajak Pada PT X”, Universitas Trisakti, Jakarta, 2004.

Irwansyah, Lubis, SE., M.Si. “Perpajakan Domestik Indonesia Suatu Pengantar”. Jakarta, YP2SDM, 2006.

Ismarita. “Pengaruh Penerapan Tax Planning Biaya Pegawai Terhadap Beban Pajak Terhutang Wajib Pajak Badan”. Program Studi Akuntansi Universitas Widyatama, 2007

Marfuah. “Analisis Faktor-Faktor Yang Memotivasi Manajemen Perusahaan Melakukan Tax Planning” UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010.

108 Martha Tanuwardi. “Analisis Faktor-Faktor Yang Memotivasi Manajemen

Perusahaan Melakukan Tax Planning” Universitas Kristen Petra, 2009

Mohammad Zain.”Manajemen Perpajakan”, Salemba Empat, Jakarta, 2008.

Mr. Dr.N.J Feldman.1949. Overheidsmid Delen Van Indonesia dalam Irwansayh Lubis. 2005

Nur Hidayat. “Tax Planning Bukan Untuk Hindari Pajak. Sumber: Bisnis Indonesi,. 2005.

Perancis. Leroy Beaulieu yang berjudul Traite de la Science des Finances, 1906.

Rini, dan Sartika.”Pengaruh Kecerdasan Spiritual, Kinerja Pelayanan Pajak dan Ketegasan Sanksi Perpajakan Terhadap Motivasi Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan”, Jurnal Akuntansi, Keuangan, dan Pajak, Volume 1, Nomor 3, Oktober 2008.

Siti Resmi. ”Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 4”,Salemba Empat, Jakarta, 2008.

Sophar B. Lombartoruan. “Akuntansi Pajak”, edisi revisi, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana. 1996.

Suwarta.” Akuntansi Perpajakan Brevet AB Terpadu”. STAN, Jakarta, 2007.

Syafi’i, Tax Planning Sebagai Upaya Meminimalkan Beban Pajak. Dialektika Vol.4 No.1-2 2005

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan

Lamampiran 1

ANALISIS

MO

ISIS FAKTO