• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indonesia memiliki enam agama resmi: Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu. Keragaman agama yang ada di Indonesia pasti terkait dengan masa lalu. Sejarah masyarakat nusantara masih memberikan kontribusi dalam kehidupan masyarakat saat ini dalam bidang agama. Adanya agama Hindu dan Budha di Indonesia saat ini dipengaruhi juga oleh sejarah nusantara.

Sampai saat ini, berdasarkan sensus tahun 2010, jumlah penduduk beragama Hindu adalah 4,01 juta jiwa. Pemeluk agama Budha sejumlah 1,70 juta jiwa. Adanya penduduk Indonesia yang beragama Hindu dan agama Budha menjadi bukti adanya kesinambungan sejarah sejak abad V masehi sampai sekarang.

Dalam bidang sosial dan ekonomi, pengaruh Hindu-Budha muncul dalam beberapa hal. Pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Budha, secara umum di kepulauan Nusantara terdapat pelapisan sosial. Masyarakat terbagi ke dalam golongan-golongan atau kelompok-kelompok tertentu. Sampai saat ini pengaruh itu masih tampak nyata dalam kehidupan kita sehari-hari.

Menurut sumber-sumber penemuan, baik prasasti atau kitab, ada lima aspek yang menjadi landasan pelapisan sosial masyarakat pada masa kerajaan Hindu-Budha. Aspek yang melatarbelakangi terjadinya pelapisan sosial adalah (1) umur, (2) jenis kelamin, (3) pemilikan harta, (4) kedudukan dalam pemerintahan, dan (5) warna atau kasta. (Rahardjo, 2002)

Dalam tataran masyarakat Hindu-Budha, kekayaan merupakan indikator kesempurnaan dalam suatu kepemimpinan, mulai dari raja sampai masyarakat desa. Kedudukan seseorang akan lebih tinggi dari orang lain dapat diukur berdasarkan harta yang dimiliki. Bagi pemimpin atau raja, salah satu ciri penting yang harus dimiliki adalah sifat dewa Kuwera, yakni dewa yang menjadi simbol kekayaan.

Di tingkat desa, pelapisan sosial juga didasarkan atas kekayaan yang dimiliki, yaitu kepemilikan tanah. Dalam masyarakat desa ada dua golongan masyarakat. Pertama, elite pedesaan yang memiliki hak penuh atas tanah atau landed gentry yang biasanya memiliki gelar rakai atau pamegat. Kedua, kelompok “budak” atau hulun sebagai pekerja.

Dalam suatu pemerintahan kerajaan, terdapat adanya susunan jabatan mulai dari tingkat yang tinggi ke yang rendah. Adanya pembagian jabatan dalam pemerintahan merupakan salah satu bentuk dari pelapisan sosial. Pada masa kerajaan Hindu-Budha, terdapat kurang lebih 65 susunan jabatan dalam kerajaan mulai dari Mahraja, Narapati, sampai Hulun. (Rahardjo, 2002)

Pengaruh Hindu Budha tampak pula dari berbagai ritual dan upacara adat yang masih dilakukan masyarakat sampai saat ini. Masyarakat Bali yang mayoritas memeluk agama Hindu masih taat menjalankan berbagai ritual dan upacara adat. Ada dua ritual yang paling populer adalah Puja dan Yajna. Puja adalah yang paling umum dari ritual. Bagian utama dari ritual ini adalah persembahan yang dibuat dari banyak bahan. Kemudian ada pula Yajna yang dilakukan pada altar yang dibangun sementra sesuai dengan hukum-hukum Tantra. Selain puja dan yajna ada pula samskara. Samskara, artinya "perbaikan" atau "pemurnian". Samksara terdiri dari semua upacara sejak waktu kelahiran sampai waktu kematian. (Rahardjo, 2002)

Pengaruh Hindu-Budha selain di Bali tampak pada beberapa ritual yang masih dilakukan oleh masyarakat Jawa. Di Jawa masyarakat masih sangat percaya pada ritual keselamatan. Hampir di setiap peristiwa, selalu dilakukan selamatan. Ritual

selamatan yang dilakukan oleh masyarakat Jawa mendapat pengaruh dari kepercayaan Hindu.

Peninggalan masa Hindu Budha yang sampai kini masih dapat kita temui adalah monumen-monumen keagamaan. Monumen keagamaan yang dikenal pada masa Hindu-Budha adalah Candi dan Arca. Candi menurut agama Hindu merupakan salah satu bangunan berasal dari kata candika, yaitu salah satu nama dari dewi Durga (dewi maut), selain itu kata candi berasal dari kata candika, yang berarti makam. Bagi agama Budha, candi diistilahkan dengan “stupa”, yaitu tempat untuk melakukan ritual keagamaan, yaitu penyembahan kepada Tuhan. Namun demikian, makna filosofi candi tetap sama, yaitu melambangkan adanya keharmonisan antara manusia dan penciptanya, antara mikro dan makrokosmos. Candi juga melambangkan kehidupan manusia, di mana ada tahapan-tahapan di dalamnya.

Kata "candi" mengacu pada berbagai macam bentuk dan fungsi bangunan, antara lain empat beribadah, pusat pengajaran agama, tempat menyimpan abu jenazah para raja, tempat pemujaan atau tempat bersemayam dewa, petirtaan (pemandian) dan gapura. Walaupun fungsinya bermacam-macam, secara umum fungsi candi tidak dapat dilepaskan dari kegiatan keagamaan, khususnya agama Hindu dan Budha, pada masa yang lalu. Oleh karena itu, sejarah pembangunan candi sangat erat kaitannya dengan sejarah kerajaan-kerajaan dan perkembangan agama Hindu dan Budha di Indonesia, sejak abad V sampai dengan abad XIX. (Rahardjo, 2002; Soekmono, 1984) Monumen kedua sebagai hasil peninggalan Hindu Budha adalah arca. Arca merupakan patung perwujudan dewa. Antara Hindu dan Budha terdapat perbedaan arca. Pada candi Hindu, arca yang kerap ditemui adalah (1) Çiwa Mahadewa, (2) Çiwa Mahaguru, (3) Çiwa Mahakala (Bhairawa), (4) Durga Mahisasuramardini, (5) Çiwa sebagai Lingga, (6) Wisnu, (7) Sri atau Lakshmi, (8) Mahadewi/Uma/Parwati, (9) Mahakali atau Bhairawi, (10) Brahma, (11) Kama, (12) Yama, (13) Surya, (14) Kuwera, (15) Ganesha, (16) Dewa Penjaga mata angin. (Soekmono, 1984)

Sementara itu pada candi Budha yang menjadi penanda arca satu dengan lainnya antara lain adalah dari sikap mudranya. Arca Budha yang digambarkan selalu digambarkan sebagai manusia biasa dan bertangan dua. Namun demikian, terdapat pula tanda-tanda berupa telinga yang lebih panjang, pada kepala terdapat ushnisha, diantara kening terdapat urna, yaitu bulatan kecil berupa titik di dahi yang

menunjukkan kelebihan pandangan tentang segala hal. Pada agama Budha arca yang ada antara lain (1) Aksobhya, (2) Ratnasambhawa, (3) Amithaba, (4) Amogasidhata, (5) Wairocana, (6) Awalokitecwara, (7) Mairetya, (8) Manjucri, (9) Tara, (10) Pradjnaparamita. (Soekmono, 1984)

Bentuk lain pengaruh Hindu Budha tampak dalam kesenian. Beragam karya seni, seperti seni sastra, seni pertunjukan, seni rupa terpengaruh oleh Hindu Budha. Salah satu satu contoh perpaduan ragam seni tersebut adalah wayang kulit. Wayng kulit merupakan perpaduan dari seni pertunjukan, seni musik, seni peran, seni sastra, dan seni rupa. Wayang kulit biasanya diiringi oleh alunan gamelan. Dalang menjadi tokoh kunci dalam wayang kulit. Dalang berperan dalam menentukan jalan cerita, memerankan tokoh-tokoh, dan mengatur seluruh pertunjukan.

Cerita-cerita wayang sebagian besar diangkat dari kitab-kitab Hindu dan Budha. Beberapa kisah diangkat dari kitab Ramayana dan Mahabarata. Namun, pertunjukan tetapi tak dibatasi hanya dengan standar atau pakem tersebut. Ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita Panji.

Pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity ). Wayang kulit lebih populer di Jawa bagian tengah dan timur, sedangkan wayang golek lebih sering dimainkan di Jawa Barat.

L. Rangkuman

Selamat, Anda telah berhasil menyelesaikan modul tentang sejarah kehidupan masyarakat pada masa Hindu Budha. Dengan demikian, Anda sebagai guru sejarah telah mampu menganalisis dan membandingkan Kehidupan masyarakat, akulturasi, pemerintahan, hasil kebudayaan dan bukti peninggalan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu/Budha di Indonesia. Hal-hal penting yang telah Anda pelajari dalam modul ini adalah sebagai berikut.

1. Kerajaan Kutai di hulu Sungai Mahakam, Kalimantan Timur merupakan kerajaan Hindu pertama di Nusantara. Rakyat Kutai sudah aktif terlibat dalam perdagangan internasional. Kehidupan kebudayaan masyarakat Kutai erat kaitannya dengan kepercayaan/agama yang dianut.

2. Kerajaan Tarumanegara terletak di Bogor, Jawa Barat. Kerajaan ini merupakan kerajaan Hindu tertua kedua di Indonesia. Sumber-sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara dapat dikategorikan menjadi dua, bukti yang berada di luar dan bukti yang ada di dalam negeri. Corak utama kehidupan perekonomian masyarakat Tarumanegara adalah pertanian dan peternakan.

3. Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 M. Kerajaan Sriwijaya bukan lagi merupakan kerajaan senusa (negara yang berkuasa atas satu pulau saja) melainkan merupakan negara antarnusa (negara yang berkuasa atas beberapa pulau), sehingga Sriwijaya merupakan negara kesatuan pertama di Indonesia.

4. Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah dengan intinya yang sering disebut Bumi Mataram. Kehidupan ekonomi masyarakat bertumpu pada pertanian. Kondisi alam bumi Mataram yang tertutup dari dunia luar sulit untuk mengembangkan aktivitas perekonominan dengan pesat.

5. Pada abad ke-10 pusat pemerintahan di Jawa Tengah yang dipindahkan ke Jawa Timur alam Jawa Timur lebih terbuka untuk mengembangkan aktivitas perdagangan dengan dunia luar. Pemindahan kekuasaan ke Jawa Timur dilakukan oleh raja Empu Sendok, dan membentuk dinasti baru yakni Isana. Kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kerajaan di Jawa Timur ini cukup baik, karena mendapat perhatian dari raja-raja yang memerintah.

6. Dalam persaingan antara Panjalu dengan Kediri, ternyata Kediri yang unggul dan menjadi negara yang besar kekuasaannya. Pada masa Kejayaan Kediri, perhatian raja terhadap kehidupan sosial ekonomi rakyat juga besar. Hal ini dapat dibuktikan dengan karya-karya sastra saat itu, yang mencerminkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat saat itu.

7. Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singasari atau Singosari, adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah Singosari, Malang. Kerajaan ini disebut pula sebagai Tumapel.

8. Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia, yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun

1350 hingga 1389. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia.

9. Kerajaan Sunda adalah kerajaan yang pernah ada antara tahun 932 dan 1579 Masehi di bagian Barat pulau Jawa (Provinsi Banten, Jakarta, Jawa Barat, dan sebagian Jawa Tengah sekarang). Kerjaan ini bahkan pernah menguasai wilayah bagian selatan Pulau Sumatera. Kerajaan ini bercorak Hindu dan Buddha. Kemudian sekitar abad ke-14 diketahui kerajaan ini telah beribukota di Pakuan Pajajaran serta memiliki dua kawasan pelabuhan utama di Kalapa dan Banten. 10. Kerajaan Bali merupakan cikal bakal kuatnya pengaruh Hindu di Bali pada saat

ini. Prasasti yang menceritakan raja yang berkuasa di Bali ditemukan di desa Blanjong, dekat Sanur. Prasasti ini berangka tahun 914 M (836 saka). Sektor ekonomi di Bali dikembangkan dari sektor pertanian.

11. Berbagai pengaruh Hindu dan Budha masih dapat ikita jumpai pada saat ini. Pengaruh Hindu Budha tampak dari berbagai ritual dan upacara adat yang masih dilakukan masyarakat sampai saat ini. Masyarakat Bali yang mayoritas memeluk agama Hindu masih taat menjalankan berbagai ritual dan upacara adat. Peninggalan masa Hindu Budha yang sampai kini masih dapat kita temui adalah monumen-monumen keagamaan. Monumen keagamaan yang dikenal pada masa Hindu-Budha adalah Candi dan Arca. Bentuk lain pengaruh Hindu Budha tampak dalam kesenian. Beragam karya seni, seperti seni sastra, seni pertunjukan, seni rupa terpengaruh oleh Hindu Budha.

Dokumen terkait