5. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
5.3 Hasil Kegiatan Koordinasi dengan Instansi
5.3.1 Perkembangan rencana pembangunan pilot plant gas sintesis teknologi TIGAR®
Koordinasi dengan instansi terkait dilakukan dalam membicarakan perkembangan rencana pembangunan pilot plant gas sintesis teknologi TIGAR® di Indonesia. Pihak-pihak yang terlibat adalah IHI Corp. Jepang yang berencana membangun pilot plant di Indonesia, Puslitbang tekMIRA sebagai wakil Balitbang ESDM, PT. Pusri (Holding) sebagai perusahaan induk dari PT. Pupuk Kujang, di mana pilot plant gas sintesis
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 H2 CO CH4 CO2 N2 BB BB+raw catalyst BB+treated catalyst
P
er
o
le
ha
n
g
as
[%
vo
l]
35
direncanakan berdiri, Kementerian Perekonomian sebagai Koordinator dari beberapa Kementerian seperti ESDM dan Perindustrian yang berkepentingan dengan industri pupuk. Hasil-hasil dari pembicaraan ini umumnya berupa notulen-notulen dan laporan hasil rapat.
Masalah utama dalam rencana pembangunan pilot plant gas sintesis adalah lahan pabrik yang semula direncanakan di PT. Pupuk Kujang. Seiring dengan pergantian manajemen di PT. Pupuk Kujang dan PT. Pupuk Kujang juga merupakan perusahaan di bawah PT. Pusri (Holding), pengambilan keputusan mengenai kepastian lanjut tidaknya rencana pembangunan pilot plant ini berada dalam ketidakpastian. Rapat koordinasi dengan berbagai pihak termasuk dengan Kementerian Perekonomian juga tidak menemukan titik terang, karena terkendala juga dengan masalah harga batubara yang akan digunakan sebagai bahan baku pada proyek ini, apabilan nanti masuk pada tahap komersial. Apabila digunakan harga batubara acuan sebagai dasar perhitungan, maka proyek ini dinilai tidak akan menguntungkan secara ekonomis. Oleh karena itu, sampai saat ini belum ada kejelasan status rencana pembangunan pilot plant gas sintesis di Indonesia. Hasil-hasil rapat disajikan pada Lampiran.
5.3.2 Hasil Kunjungan/Koordinasi ke PT. Pupuk Kalimantan Timur (PKT) dan Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Kalimantan Timur
Dalam kajian pengembangan dan pengusahaan gas sintesis batubara sebagai bahan baku industri pupuk telah dilakukan survei ke PT. Pupuk Kalimantan Timur dan Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Kalimantan Timur. Tujuan/sasaran dari kegiatan tersebut adalah untuk memperoleh data-data kebutuhan gas alam, produksi dan konsumsi pupuk, ketersediaan batubara sebagai bahan baku gas sintesis serta masalah dan dampak penggunaannya. Menurut data dari Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Kalimantan Timur, sumber daya batubara di Kaltim sampai tahun 2010 adalah 28,4 milyar ton dengan cadangan 7,7 milyar ton. Lokasi cadangan batubara yang paling potensial adalah Kutai Timur dengan jumlah sumber daya (tereka+terunjuk+terukur) adalah 15,5 milyar ton dan cadangan (terkira+terbukti) adalah 4,1 milyar ton (data sampai dengan triwulan I tahun 2011). Sementara itu,
36
dalam kaitan dengan aplikasi teknologi pemanfaatan batubara seperti gasifikasi batubara, khususnya maupun kebijakan dalam menghadapi penerapan Peningkatan Nilai Tambah yang akan mulai diberlakukan pada tahun 2014 belum terlihat.
Sementara itu, dalam kunjungan ke PKT di Bontang, kami diterima oleh manajemen PKT, yaitu Manager Litbang PT. Pupuk Kaltim yaitu Bapak Ezrinal Aziz, Business Development Engineer Ir. Digna Jatiningsih, M.T., beserta para staf. Gambar 5.13 menggambarkan suasana diskusi dengan Bidang Litbang PT. Pupuk Kaltim.
Gambar 5.13 Suasana diskusi dengan Bidang Litbang PT. Pupuk Kaltim
Dijelaskan bahwa PT. Pupuk Kaltim memiliki 5 pabrik pupuk urea dengan kapasitas total 2,9 – 3 juta ton urea/tahun dan 4 pabrik amoniak dengan kapasitas total 1,85 juta ton amoniak/tahun dengan bahan baku gas alam; dari jumlah tersebut, untuk pupuk subsidi 2 – 2,3 juta ton urea, dengan kebutuhan gas alam sebesar 250 MMSCFD. Produksi pupuk dari PT. Pupuk Kaltim digunakan untuk kebutuhan dalam negeri yaitu untuk pasokan ke Wilayah Indonesia Timur, Kalimantan (kecuali Kalimantan Barat dari PT. Pusri) dan Jawa Timur; juga mensuplai ke PT. Pusri untuk kebutuhan pupuk di Jawa Tengah. PT. Pupuk Kaltim berencana akan menggunakan batubara untuk sumber energi bagi boiler. Dalam upaya penyediaan pasokan batubara tersebut maka dibentuk anak perusahaan khusus. Kebutuhan batubara tersebut 2000 ton/hari (untuk PKT 5). PT. Pupuk Kaltim juga telah menjajagi
37
penerapan gasifikasi batubara. Pada tahun 2008, mereka telah bekerjasama dengan Mitsubishi untuk melakukan studi kelayakan penggunaan gasifikasi (Mitsubishi
Kalimantan Coal to Ammonia Project) untuk mengurangi ketergantungan kepada gas
alam yang selama ini digunakan sebagai sumber bahan baku dan pembangkit listrik. Hasil studi kelayakan itu menunjukkan bahwa dengan tingkat harga saat ini maka aplikasi gasifikasi batubara di Pupuk Kaltim belum menguntungkan sehingga kerjasama tidak berlanjut pada tahap komersial. Penggunaan batubara yang cukup bermasalah adalah dalam penanganan abu batubara yang disebabkan adanya peraturan pemerintah tentang pengelolaan limbah B3. Pupuk Kaltim menggunakan gas alam sebagai sumber pembangkit listrik dengan kapasitas terpasang sebesar 90 MW.
6. KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
- Telah dilakukan modifikasi distributor udara pada alat cold model fluidized bed, yaitu pada riser dan loopseal; Hasil ujicoba menunjukkan bahwa alat cold model
fluidized bed dapat berjalan dengan baik dengan menggunakan media unggun
pasir sungai;
- Kecepatan superficial udara ke loopseal dan riser dipengaruhi oleh frekuensi blower masing-masing. Kecepatan superficial udara ke loopseal meningkat, dengan catatan frekuensi blower ke loopseal lebih tinggi dari frekuensi blower ke
riser. Frekuensi blower ke loopseal dan ke riser yang sama menyebabkan adanya
tekanan balik dari riser ke loopseal;
- Kecepatan udara minimum di riser untuk mengangkat unggun pasir sungai
adalah 4,79 m/s, yang tercapai pada kecepatan superficial udara ke riser dan
loopseal 8,90 dan 10,55 m/s;
- Percobaan gasifikasi telah dilakukan terhadap batubara Peranap, PKN, Wara, Lahat dan Aceh dengan menggunakan pereaksi steam, campuran steam/oksigen dan oksigen;
- Percobaan dengan pereaksi steam menghasilkan perolehan gas hidrogen
tertinggi, sementara dengan pereaksi oksigen perolehan gas hidrogen menurun dan gas CO meningkat;
38
- Penggunaan katalis pada proses gasifikasi batubara Aceh menyebabkan
perolehan CO meningkat;
- Katalis mentah terbukti lebih aktif dibandingkan dengan katalis yang mengalami
proses pemanasan.
- Pembicaraan rencana pembangunan pilot plant gas sintesis oleh IHI Corp. di Indonesia masih terus berlanjut, namun rapat-rapat koordinasi dengan pihak terkait belum menemukan titik terang, disebabkan belum tercapai kesepakatan antara pihak-pihak yang berkepentingan.
39