Lokasi penelitian terletak di Sungai Cigamea yang berada di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak Endah II Bogor. Pengambilan contoh dilakukan pada enam stasiun dengan mempertimbangkan tutupan kanopi vegetasi riparian dan orde sungai. Stasiun 1 terletak pada koordinat 6˚ 42 1.8 LS dan 106˚ 41 47.5 BT,dan berada pada ketinggian 1168 mdpl. Rata-rata kedalaman pada stasiun ini ialah 20.7 cm dengan kecepatan arus 0.45 m/s (Tabel 6). Tipe substratnya yaitu berupa batuan besar, kerikil, dan pasir, dengan persentase batuan besar yaitu sekitar 60% (Lampiran 6a&6b). Stasiun 1 ini terletak paling hulu dibandingkan stasiun lainnya, dan berada pada orde 1. Tutupan kanopi vegetasi riparian di stasiun ini yaitu 90-100% (Lampiran 7a). Stasiun 1 ini juga berada disamping jalur pendakian menuju kawasan wisata Kawah Ratu Gunung Salak dengan tepi sungai merupakan area hutan
Stasiun 2 terletak pada6˚ 41 45 LS dan 106˚ 41 39.8 BT, dan berada pada ketinggian 1090 mdpl. Rata-rata kedalaman stasiun ini ialah 19.4 cm dengan kecepatan arus 0.43 m/s (Tabel 6). Tipe substratnya yaitu berupa batuan besar, kerikil, dan
pasir,dengan persentase batuan besar yaitu sekitar 80% (Lampiran 6c&6d).Stasiun ini berada pada ordo 2 dengan tutupan kanopi vegetasi riparian di stasiun ini yaitu sekitar 60-80% (Lampiran 7b). Pada stasiun 2 ini terdapat curug, namun lokasinya semi tertutup. Sehingga masih jarang ada yang datang ke curug ini.Lahan di sekitar tepi sungai stasiun ini berupa hutan.Stasiun 3 terletak pada 6˚ 41 44 LS dan 106˚ 41 37 BT, dan berada pada ketinggian 1075 mdpl. Rata-rata kedalaman stasiun ini ialah 20.3 cm dengan kecepatan arus 0.37 m/s (Tabel 6). Tipe substratnya yaitu berupa batuan besar, kerikil, dan pasir, dengan persentase batuan besar yaitu sekitar 60% (Lampiran 6e&6f). Stasiun 3 sama seperti stasiun 2, yaitu masih berada pada orde 2. Tutupan kanopi vegetasi riparian di stasiun ini yang berbeda yaitu sekitar 40-60% (Lampiran 7c) . Seperti halnya stasiun 2, pada stasiun ini juga terdapat curug, lokasinya pun semi tertutup. Sehingga jarang juga pengunjung yang datang ke curug ini. Lahan di sekitar tepi sungai stasiun ini juga berupa hutan.
Stasiun 4 terletak pada 6˚ 41 37.9 LS dan 106˚ 41 32.1 BT, dan berada pada ketinggian 1020 mdpl. Rata-rata kedalaman stasiun ini ialah 19.2 cm dengan kecepatan arus 0.38 m/s (Tabel 6). Tipe substratnya yaitu berupa batuan besar, kerikil, dan lumpur, dengan persentase batuan besar yaitu sekitar 80% (Lampiran 6g&6h).Stasiun ini juga masih sama seperti dua stasiun sebelumnya, yaitu berada pada orde 2 dengan tutupan kanopi vegetasi riparian yaitu sekitar 0-20% (Lampiran 7d). Pada stasiun 4 ini juga terdapat curug, namun tidak seperti kedua curug di dua stasiun sebelumnya. Curug ini sudah menjadi salah satu tujuan wisata dan lebih banyak pengunjung yang datang kesini. Lahan di sekitar tepi sungai stasiun 4 masih berupa hutan namun sudah agak terbuka. Stasiun 4 ini lebih lebar pada bagian yang dekat dengan curug, kemudian lebarnya mengecil karena sengaja dibentuk untuk keperluan area wisata.
Stasiun 5 terletak pada 6˚ 40 48.9 LS dan 106˚ 40 27.5 BT , dan berada pada ketinggian 717 mdpl. Rata-rata kedalaman stasiun ini ialah 18.1 cm dengan kecepatan arus 0.22 m/s (Tabel 6). Tipe substratnya yaitu berupa batuan besar, kerikil, dan lumpur, dengan persentase batuan besar yaitu sekitar 60% (Lampiran 6i&6j). Stasiun ini berada pada orde 3 dengan tutupan kanopi vegetasi riparian yaitu 0-10% (Lampiran 7e). Terdapat bendungan di stasiun ini, dan ditepi sungai lahan digunakan untuk kegiatan pertanian.Stasiun 6 terletak pada 6˚ 39 58.9 LS dan 106˚ 37 54.1 BT, dan berada pada ketinggian 584 mdpl. Rata-rata kedalaman stasiun ini ialah 18.5 cm dengan kecepatan arus 0.28 m/s (Tabel 6). Tipe substratnya yaitu berupa batuan besar, kerikil, dan lumpur, dengan persentase batuan besar yaitu sekitar 80% (Lampiran 6k&6l). Stasiun ini juga berada pada orde 3 dengan tutupan kanopi vegetasi riparian yaitu 0-10% (Lampiran 7f).Lahan ditepi sungai digunakan sebagai pemukiman penduduk sekitar.
Karakteristik fisika kimia perairan hulu sungai Cisadane dapat dilihat pada Tabel 6. Lebar sungai dan badan sungai diketahui pada stasiun 1, 2, dan 3 lebih kecil dibandingkan dengan stasiun 5 dan 6 dengan kisaran nilai 1.7-2.9 m (lebar sungai) dan 2.7-4.3 m (lebar badan sungai). Sedangkan stasiun 5 dan 6, lebar sungai mencapai 11.4 m dan 7.0 m, dan untuk lebar badan sungai yaitu 14.0 m dan 13.2 m. Stasiun 4 sedikit berbeda dengan stasiun lainnya, pada stasiun ini dilakukan dua kali pengukuran lebar sungai dan badan sungai, dikarenakan bentuknya yang lebar diawal kemudian menyempit. Lebar sungai dan badan sungai yang pertama ialah 11.7 m dan 12.4 m. lebar sungai dan badan sungai yang kedua ialah 2.5 m dan 3.0 m. Perubahan lebar
17
sungai dan badan sungai dari bagian yang lebih hulu ke arah hilir ini sesuai dengan penggambaran perubahan yang ada di dalam konsep river continuum. Rata-rata kedalaman pada staiun 1, 2, 3, dan 4 agak lebih dalam dibandingkan dengan stasiun 5 dan 6, yaitu berkisar 19.2-20.7 cm. Sedangkan pada stasiun 5 dan 6 yaitu 18.1 cm dan 18.5 cm. Stasiun 5 dan 6 memiliki kedalaman yang lebih rendah dibandingkan dengan stasiun yang berada di dalam taman nasional, dikarenakan adanya penambangan pasir dan kurangnya vegetasi riparian di tepian sungai. Pengurangan vegetasi riparian ini diduga meyebabakan terjadinya erosi tanah ke perairan, sehingga sedimen masuk ke perairan dan menyebabkan pendangkalan.
Tabel 6Karakteristik Fisika Kimia Perairan hulu Sungai Cisadane
Parameter Satuan St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 St 6 Lebar sungai m 1.7 3.1 2.9 11.7(a);2.5(b) 11.4 7.0 Lebar badan sungai m 2.7 4.3 3.7 12.4(a);3.0(b) 14.0 13.2
Kedalaman cm 20.7 19.4 20.3 19.2 18.1 18.5 Altitude mdpl 1168 1090 1075 1020 717 584 Tutupan kanopi % 90-100 60-80 40-60 0-20 0-10 0-10 Kecepatan Arus m/s 0.45 0.43 0.37 0.38 0.22 0.28 Suhu ⁰C 20.08 20.33 20.48 22.57 24.15 27.78 DO mg/L 7.08 6.53 6.70 5.67 5.18 4.80 pH - 5.87 6.53 5.97 6.13 6.13 6.24 BOD5 mg/L 2.4 2.5 2.4 2.6 2.8 2.9
Keterangan: a= bagian sungai yang lebih lebar setelah curug b= bagian sungai menyempit dari aliran bagian (a)
Kisaran nilai kecepatan arus pada stasiun 1, 2, 3, dan 4 yaitu 0.37-0.45 m/s, dan untuk stasiun 5 dan 6 yaitu 0.22 m/s dan 0.28 m/s.Kecepatan arus lebih tinggi pada stasiun 1, 2, 3, dan 4 dibandingkan dengan stasiun 5 dan 6. Perbedaan kecepatan arus ini diantaranya dipengaruhi oleh perbedaan gradien/kemiringan sungai. Semakin tinggi perbedaan gradiennya, semakin tinggi kecepatan arusnya (Effendi et al. 2015). Lokasi dari keempat stasiun yang berada di dalam taman nasional dan berada di jalur pendakian kawah ratu Gunung Salak, menyebabkan terdapat perbedaan gradient pada sungai. Suhu perairan lebih rendah atau dingin pada stasiun 1, 2, 3, dan 4 dibandingkan dengan stasiun 5 dan 6, yaitu berkisar antara 20.08-22.57 ˚C. Sedangkan untuk stasiun 5 dan 6
yaitu 24.15 ˚C dan 27.78 ˚C. Rendahnya suhu pada sungai yang berada di dalam area taman nasional diantaranya dipengaruhi oleh tutupan kanopi vegetasi riparian dan ketinggian lokasi sungai (Anzani et al. 2016; Grab 2014; Thu Cao dan Bae 2007).
Kandungan oksigen terlarut pada stasiun 1, 2, 3, dan 4 cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun 5 dan 6, dengan kisaran nilainya yaitu 5.07-7.08 mg/L. Sedangkan untuk stasiun 5 dan 6 yaitu 5.18 mg/L dan 4.80 mg/L. Tingginya DO pada stasiun-stasiun yang berada di dalam taman nasional ini dipengaruhi diantaranya karena suhu perairan yang rendah sehingga menyebabkan kelarutan oksigen menjadi tinggi. Selain itu kecepatan arus yang tinggi juga meningkatkan masuknya oksigen ke perairan melaui difusi (Hershey et al. 2010). Kisaran nilai pH pada stasiun pengamatan di hulu Sungai Cisadane ialah 5.87-6.53. Nilai tersebut masih berada dalam batas toleransi
makroavertebrata untuk hidup di perairan yaitu 5.3-8.58 (Dallas et al. 1999). Nilai BOD5 pada stasiun 1, 2, 3, dan 4 ialah 2.4, 2.5, 2.4, dan 2.6 mg/L. Sedangkan nilai BOD5 pada stasiun 5 dan 6 adalah 2.8 dan 2.9 mg/L. Nilai BOD5 ini lebih tinggi ditemukan pada stasiun 5 dan 6. Hal ini duduga karena adanya masukan bahan organik yang berasal dari aktivitas manusia di kedua stasiun tersebut, stasiun 5 terletak di dekat persawahan, dan stasiun 6 di antara area pemukiman.
Penilaian Kualitas Habitat
Analisis penilaian habitat dilakukan pada seluruh stasiun pengamatan. Penilaian kualitas habitat sungai yang digunakan diadopsi dari protokol US-EPA (Lampiran 8). Berdasarkan hasil penilaian habitat yang dilakukan (Tabel 7), stasiun 1, 2 da 3 termasuk kedalam kriteria habitat optimal. Hal ini menunjukkan bahwa pada ketiga stasiun ini habitat masih alami. Stasiun 4 dan 5 termasuk kedalam kriteria habitat sub-optimal, artinya kedua stasiun ini sudah sedikit mengalami perubahan dari kondisi alaminya. Perubahan ini dikarenakan pada kedua stasiun tersebut, sudah ada pengaruh aktifitas manusia yang berasal dari aktivitas wisata dan aktivitas pertanian. Sedangkan stasiun 6 termasuk kedalam kriteria habitat marginal, artinya stasiun ini sudah mengalami degradasi sedang. Hal ini dikarenakan pada stasiun 6 terdapat area pemukiman yang memberikan masukan antropogenik ke dalam perairan.
Tabel 7Skor penilaian habitat di hulu Sungai Cisadane
Kriteria Stasiun pengamatan
St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 St 6
Substrat epifaunal/
ketersediaan penutup 20 19 18 17 14 13
Banyaknya batu yang
tertanaman 19 17 17 16 10 10
Kecepatan/regime
kedalaman 10 10 10 10 15 15
Endapan sedimen 20 18 18 15 13 11
Status aliran saluran sungai 20 19 19 16 10 10
Perubahan saluran 20 18 18 15 11 11
Frekuensi riffle atau kelokan 20 18 18 16 12 11
Stabilitas pinggir sungai:
tepi kanan 10 10 10 9 8 6
tepi kiri 9 9 9 8 8 6
Perlindungan oleh vegetasi:
tepi kanan 10 10 10 4 3 2
tepi kiri 9 9 9 2 2 2
Lebar zona vegetasi riparian:
tepi kanan 10 10 10 2 2 2
tepi kiri 1 9 9 2 2 2
Total Skor Penilaian Habitat 178 176 175 132 110 101 Kriteria Habitat Optimal Optimal Optimal
Sub-Optimal
19
Struktur Komunitas Makroavertebrata
Jumlah ordo, famili, genus dan kepadatan makroavertebrata
Berdasarkan hasil pengamatan enam kali waktu sampling pada enam stasiun ditemukan65 genus, dari 38 famili dan 11 ordo. Jumlah ordo, famili, genus makroavertebrata yang ditemukan di hulu Sungai Cisadane selama penelitian ditampilkan pada Gambar 5.
Gambar 5. Jumlah ordo, famili, genus di hulu Sungai Cisadane
Gambar 6.Kepadatan makroavertebrata di hulu Sungai Cisadane
Berdasarkan gambar 5, pada stasiun 1, 2, 3, dan 4 ditemukan sebanyak delapan ordo, 16-18 famili, dan 19-20 genus. Pada stasiun 5 ditemukan enam ordo, sembilan famili, dan sebelas genus. Sedangkan pada stasiun 6 hanya ditemukan lima ordo, tujuh famili, dan sembilan genus. Jumlah ordo, famili, genus yang ditemukan pada stasiun 1, 2, 3, dan 4 lebih tinggi dibandingkan pada stasiun 5 dan 6. Hal ini karena lokasi dari keempat stasiun berada pada kawasan TNGHS, yang penggunaan lahannya sebagian
besar masih merupakan hutan. Sedangkan stasiun 5 dan 6, lokasinya sudah berada di luar kawasan TNGHS, yang lahan di tepi sungainya sudah digunakan untuk kegiatan pertanian dan pemukiman. Berdasarkan uji anova, jumlah ordo, famili,dan genus stasiun 1, 2, 3, dan 4 berbeda signifikan (p<0.05) dengan stasiun 5 dan 6.
Makroavertebrata yang ditemukan di hulu Sungai Cisadane juga dihitung kepadatannya. Rata-rata nilai kepadatan makroavertebrata ini ditampilkan pada Gambar 6. Berdasarkan grafik pada gambar tersebut, rata-rata kepadatan organisme makroavertebrata pada stasiun 1 ialah 134 ind/m2. Pada stasiun 2 dan 3, nilai rata-rata kepadatannya tidak terlalu jauh berbeda yaitu 148 ind/m2 dan 152 ind/m2. Nilai rata-rata kepadatan pada stasiun 4 paling rendah dibandingkan stasiun lainnya yaitu 103 ind/m2. Sedangkan pada stasiun 5 dan 6, rata-rata nilai kepadatannya cukup tinggi yaitu 244 ind/m2 dan 184 ind/m2. Rata-rata nilai kepadatan makroavertebrata pada stasiun-stasiun yang berada di luar kawasan TNGHS lebih tinggi dibandingkan stasiun-stasiun yang berada di dalam kawasan TNGHS.Berdasarkan uji anova kepadatan makroavertebratadi kedua area tersebut berbeda signifikan (p<0.05).
Komposisi makroavertebrata
Komposisi makroavertebrata tiap stasiun di hulu Sungai Cisadane dapat dilihat pada Gambar 7. Berdasarkan gambar tersebut, komposisi makrobenthik di seluruh stasiun didominasi oleh ordo Diptera. Ordo Diptera yang banyak ditemukan, yaitu berasal dari famili Chironomidae. Organisme dari famili tersebut dapat hidup di berbagai habitat perairan, baik di perairan tergenang maupun mengalir, sehingga seringkali disebut sebagi biota kosmopolit (Farhani et al. 2014).
Gambar 7.Komposisi makroavertebrata di Hulu Sungai Cisadane
Ordo Plecoptera ditemukan di stasiun 1, 2, 3, 4, dan 5, namun tidak ditemukan pada stasiun 6. Hal ini berkaitan dengan penggunaan lahan yang berada di sekitar stasiun pengamatan. Stasiun 6 diduga sudah mendapat pengaruh limbah antropogenik
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 St 6 K om posi si m akr oa ve r te br a ta (% ) Stasiun pengamatan
Gastropoda Annelida Trichoptera Plecoptera Odonata Megaloptera Lepidoptera Hemiptera Ephemeroptera Diptera Coleoptera
21
dari pemukiman yang berada di sekitar tepi sungai. Hal ini juga yang menyebabkan nilai BOD lebih tinggi pada stasiun ini dibandingkan dengan stasiun lainnya (Tabel 9). Plecoptera merupakan salah satu organisme dari kelompok ordo sensitif terhadap pencemaran dan digunakan dalam biomonitoring kesehatan sungai (Abhijna 2013; Marmita et al. 2013). Selain itu juga keberadaan tutupan kanopi vegetasi dan kondisi kualitas air yang baik mempengaruhi kehadiran dari organisme Plecoptera (Anzani et al.
2016; Sandberg dan Szctko 1997; Thu Cao dan Bae 2007). Indeks Keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi
Nilai indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominasi di setiap stasiun di hulu Sungai Cisadane dapat dilihat pada Tabel 8. Nilai indeks keanekaragaman pada stasiun 1, 2, 3, dan 4 lebih tinggi dibandingkan pada stasiun 5 dan 6. Penurunan nilai indeks keanekaragaman ini diantaranya disebabkan oleh perubahan komposisi taksa dan tingkat keseimbangan kelimpahan dari populasi bentik makroavertebrata (Sudarso et al.
2008).
Tabel 8Indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi di hulu Sungai Cisadane
St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 St 6
Hʹ 1.00 1.05 1.04 1.02 0.53 0.61
E 0.79 0.81 0.81 0.87 0.50 0.67
C 0.16 0.13 0.14 0.11 0.43 0.34
Nilai indeks dominansi lebih tinggi pada stasiun 5 dan 6 dibangdingkan dengan stasiun1, 2, 3, dan 4. Hal ini mengindikasikkan terdapat satu atau beberapa organisme yang mendominasi pada kedua stasiun tersebut.
Lincoln Quality Index (LQI)
LQI merupakan suatu metode yang digunakan untuk menentukan kriteria lingkungan. Metode yang dikembangkan di Inggris ini awalnya diperkenalkan pada tahun 1980 untuk survei nasional air oleh National Water Counci(NWC). Perhitungan LQI yaitu dengan pemberian nilai berdasarkan tiap famili dari makroavertebrata yang ditemukan. Setelah pemberian nilai atau skor pada tiap famili, akan diperoleh nilai BMWP, ASPT, dan OQR. Nilai-nilai tersebut yang diperoleh dari makroavertebrata yang ditemukan di hulu Sungai Cisadane di tampilkan pada Tabel 9.
Berdasarkan Tabel 9, nilai OQR pada stasiun 2 dan 3 sama yaitu 6.3. Hal ini menunjukkan bahwa nilai indeks LQI pada kedua stasiun ini ialah A++, yang berarti kualitas perairan masuk ke dalam kategori excellent. Nilai OQR pada stasiun 1 dan 4 tidak terlalu berbeda jauh, yaitu 6.0 dan 5.9. Namun berbeda dalam pengkategorian nilai indeks LQI, yaitu A++ untuk stasiun 1, dan A+ untuk stasiun 4. Kriteria kualitas air untuk kedua nilai tersebut juga masih masuk ke dalam kategori excellent. Pada stasiun 5 dan 6, nilai OQR juga tidak terlalu berbeda jauh yaitu 5.3 dan 5.1. Kedua nilai ini masuk kedalam kategori A untuk nilai indeks LQI, dan keduanya juga masih masuk kedalam kategori kualitas air excellent. Keenam stasiun diinterpretasikan masih masuk kedalam kriteria kualitas air excellent menurut indeks LQI. Namun nilai dalam bentuk
angka OQR dan nilai kategori LQI berbeda. Hal ini mengindikasikan terdapat perbedaan kualitas air pada beberapa stasiun.
Tabel 9Nilai indeks LQI di hulu Sungai Cisadane. OQR LQI Interpretasi Stasiun 1 6.0 A++ excellent
Stasiun 2 6.3 A++ excellent
Stasiun 3 6.3 A++ excellent
Stasiun 4 5.9 A+ excellent
Stasiun 5 5.3 A excellent
Stasiun 6 5.1 A excellent
Family Biotic Index (FBI)
FBI digunakan untuk mendeteksi besarnya gangguan pada ekosistem sungai. Penentuan skor organisme indeks FBI yaitu berdasarkan padakepekaan organisme terhadap kandungan oksigen terlarut karena adanya masukan bahan organik. Organisme yang lebih peka terhadap kandungan oksigen terlarut rendah memiliki nilai toleransi (skor indeks biotik) yang rendah. Sedangkan organisme yang memiliki toleransi luas terhadap kandungan oksigen, memiliki nilai toleransi yang tinggi. Indeks biotik memiliki kisaran nilai antara 0 - 10 untuk makroavertebrata yang ditemukan (Hauer and Lamberti 2007 ). Nilai FBI di hulu Sungai Cisadane ditampilkan pada Tabel 10.
Tabel 10Nilai indeks FBI di hulu Sungai Cisadane FBI Kriteria kualitas air Stasiun 1 4.45 Baik
Stasiun 2 4.23 Sangat baik Stasiun 3 4.08 Sangat baik Stasiun 4 4.44 Baik Stasiun 5 5.67 Sedang Stasiun 6 5.93 Cukup buruk
Berdasarkan Tabel 10, nilai indeks FBI pada stasiun 1 dan 4, tidak terlalu berbeda jauh yaitu 4.45 dan 4.44. Kriteria kualitas air untuk kedua stasiun ini ialah baik. Pada stasiun 2 dan 3, nilai indeks FBI yag diperoleh yaitu 4.23 dan 4.08. Hal ini menunjukkan nilai kualitas air pada kedua stasiun ini sangat baik. Sedangkan pada stasiun 5 dan 6, nilai indeks FBI yang diperoleh ialah 5.67 dan 5.93. Kedua nilai ini menunjukkan kualitas air pada kedua stasiun ini ialah sedang dan cukup buruk.
23
Stream Invertebrate Grade Number Average Level 2 (SIGNAL 2)
Metode SIGNAL 2 dikembangkan di Australia pada tahun 1993, yang digunakan untuk sistem Sungai Hawkesbury-Nepean di dekat Sydney. Metode ini merupakan metode penaksiran kualitas air berdasarkan keberadaan makroavertebrata khususnya untuk mengindikasikan tipe polusi faktor fisika, kimia yang berpengaruh terhadap komunitas makroavertebrata. Penyebaran skor SIGNAL 2 yang dilihat berdasarkan jumlah famili yang ditemukan dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8.Grafik kuadran SIGNAL 2 untuk hulu Sungai Cisadane
Pada Gambar 8, dapat dilihat bahwa titik menyebar pada kuadran 1 dan 3.Stasiun 1, 2, 3, dan 4 berada pada kuadran 1. Menurut Chessman (2003), kuadran 1 menggambarkan tingginya nilai SIGNAL 2 dan jumlah makroavertebrata pada stasiun tersebut. Tingginya nilai SIGNAL 2 dan jumlah famili yang ditemukan menunjukan bahwa keanekaragaman keadaan fisik habitat organismemakroavertebrata tinggi dan tidak terdapat faktor tekanan ekologis. Kuadran 1 ini menggambarkan kondisi perairan yang baik (minimnya gangguan). Sedangkan stasiun 5 dan 6 berada pada kuadran 3. Kuadran ini menggambarkan menggambarkan tingginya nilai SIGNAL 2 dan rendahnya jumlah famili makroavertebrata. Sungai yang berada pada kuadran 3 diindikasikan telah tercemar.Rendahnya jumlah famili yang ditemukan disebabkan beberapa makroavertebrata memiliki toleransi yang berbeda-beda terhadap populasi. Nilai SIGNAL 2 digunakan untuk merespon beberapa kualitas air yang berbeda-beda. Nilai SIGNAL 2 yang masih tinggi menunjukkan bahwa kondisi perairan tercemar sedang. Pengelompokan Stasiun Berdasarkan Indeks Biologi
Nilai dari keempat indeks biologi (LQI, FBI, SIGNAL 2, dan indeks keanekaragaman) dihitung tingkat kesamaannya dan dibuat pengelompokkannya. Dendogram pengelompokkan stasiun berdasarkan indeks-indeks biologi yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 9. Berdasarkan gambar tersebut, pada rata-rata similaritas 98.18%, pengelompokkan stasiun terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok
0 1 2 3 4 5 6 4 6 8 10 12 Nila i SI G NAL 2 Jumlah Famili St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 St 6
1 terdiri dari Stasiun 1, 2, 3, dan 4 (berada di dalam kawasan TNGHS). Sedangkan kelompok 2 yaitu stasiun 5 dan 6 (di luar kawasan TNGHS).
Selain itu pada tingkat similaritas 92.12%, keenam stasiun masih dalam satu kelompok yang sama. Hal ini dikarenakan seluruh stasiun tersebut masih berada pada orde sungai 1-3, yang berarti keenam stasiunmasih merupakan bagian hulu (Vannote et al. 1980).
Gambar 9.Dendogram pengelompokkan stasiun di hulu Sungai Cisadane berdasarkan indeks-indeks biologi.
Functional Feeding Group (FFG)
Metode kelompok fungsional telah dikembangkan, disempurnakan, dan diterapkan selama 30 tahun terakhir (Cummins et al. 2005).Pendekatan fungsional didasarkan pada mudah dikenalinya ciri-ciri morfologi dan perilaku dari avertebrata yang terkait langsung cara memperoleh makanan.Hal ini menjadikan pendekatan inisangat sensitif terhadap dampak penggunaan lahan pada DAS, terutama vegetasi sisi sungai (riparian) yang mempengaruhi sistem sungai. Komposisi makroavertebrata berdasarkan tipe pemakan dapat dilihat pada Gambar 10.
Berdasarkan gambar 10, komposisi scrapers yang berada di dalam kawasan TNGHS lebih rendah dibandingkan dengan yang berada di luar kawasan TNGHS. Hal ini diduga karena, makanan dari scrapers yang berupa algae melimpah pada sungai yang berada di luar kawasan TNGHS. Hal ini juga berkaitan dengan kondisi penutupan kanopi vegetasi, minimnya penutupan menyebabkan intensitas cahaya matahari yang masuk ke perairan lebih besar, sehingga fotosintesis algae lebih tinggi(Cummins et al.
2005). Perubahan komposisi scrapers ini sesuai dengan penggambaran perubahan pada
river continuum concept. Pada river continuum concept digambarkan terjadi 98.18%
25
peningkatan jenis scrapper dikarenakan cahaya dan nutrisi meningkatkan produksi algae yang merupakan makanan dari organisme tersebut.
Komposisi shredderslebih tinggi pada sungai yang berada di dalam kawasan TNGHS. Hal ini dikarenakan, masih tingginya tutupan kanopi vegetasi di sungai. Daun-daun yang berasal dari vegetasi-vegetasi sungai ini yang menjadi sumber makanan bagi
shredders. Sedangkan pada sungai yang berada di luar kawasan TNGHS, komposisi
shredders lebih sedikit, dikarenakan minimnya tutupan kanopi vegetasi dan sumber makanannya. Perubahan komposisi shredders ini juga sesuai dengan penggambaran perubahan pada river continuum concept, yang menyatakan pentingnya masukan partikulat organik (detritus daun) yang mempengaruhi kepadatan relatifshredders
(Vannote et al. 1980)
Gambar 10. Komposisi makroavertebrata berdasarkan tipe pemakan di hulu Sungai Cisadane.
Komposisi collectors lebih tinggi pada sungai yang berada di luar kawasan TNGHS dibandingkan dengan yang berada di dalam kawasan TNGHS, hal ini diduga karena makanan dari organisme yang berupa bahan organik partikulat halus melimpah pada sungai yang berada di luar kawasan TNGHS. Sumber makanan ini diduga berasal dari dekomposisi serasah dan masukan dari ordo sungai bagian yang lebih hulu serta gerusan daratan (Cummins et al. 2005). Perubahan komposisi collectors ini juga sesuai dengan penggambaran perubahan pada river continuum concept. Konsep river continnum ini menggambarkan sebuah hubungan intensif antara kelimpahan jenis
Stasiun 6
Scrapers Shredders Filtering Collectors Gathering Collectors Predators
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
collector dan bahan organik partikulat halus, baik di perairan hulu yang berhubungan dengan degradasi dedaunan atau di bagian hilir sebagai akibat masukan dari anak sungai hulu dan gerusan dataran (Vannote et al. 1980).Komposisi predators diketahui lebih tinggi pada sungai yang berada di dalam kawasan TNGHS dibandingkan dengan sungai yang berada di luar kawasan TNGHS.
Pendekatan FFG sebagai Indikator Atribut Ekosistem Sungai
Pengukuran atribut-atribut penting ekosistem sungai(P/R, CPOM/FPOM, TFPOM/BFPOM, dan stabilitas substrat dasar sungai) secara langsung, memerlukan waktu yang lebih lama dan berbagai peralatan yang digunakan serta hanya memberikan gambaran sedikit atau fokus bagian tertentu saja dari fungsi ekosistem(Cummins et al.
2005). Oleh karena itu pendekatan secara biologi digunakan pada penelitian ini untukmenganalisis parameter-parameter tersebut. Nilai-nilai atribut ekosistem hulu Sungai Cisadane dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11Nilai-nilai indikator atribut ekosistem hulu Sungai Cisadane
St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 St 6
P/R 0.17 0.38 0.32 0.32 0.34 0.34
cpom/fpom 0.65 0.44 0.52 0.41 0.16 0.13
tfpom/bfpom 0.44 0.49 0.48 0.42 0.40 0.46
substrat stable channel 0.44 0.79 0.68 0.68 0.81 0.84 Berdasarkan ambang batas P/R menurut Cummins et al. (2005) dan Vannote et al. (1980), keenam stasiun pengamatan dikarakterisasikan sebagai heterotrofik. Artinya, dasar dominan dari rantai makanan untuk komunitas invertebrata di semua stasiun