BAB IV. DATA DAN ANALISIS DATA
C. Pembahasan
2. Hasil observasi keaktifan peserta didik didalam kelas
Selain melihat peningkatan hasil belajar peserta didik didalam
kelas dengan menggunakan metode simulasi PhET, peneliti juga melihat
keaktifan belajar peserta didik didalam kelas, baik itu kelas riset maupun
kelas kontrol dengan menggunakan lembar observasi. Hasil dari lembar
observasi ini menjadi data tambahan dalam penelitian. Adapun hasil
klasifikasi lembar observasi baik kelas riset maupun kelas kontrol dapat
Tabel 4. 9 Hasil observasi keaktifan peserta didik kelas riset dan kelas kontrol
No. pernyataan
Kelas riset Rata- rata riset
Kelas kontrol Rata- rata kontrol Skor observer1 Skor observer2 Skor observer1 Skor observer2 1 5 3 4 3 2 2.5 2 4 3 3.5 3 3 3 3 5 4 4.5 2 3 2.5 4 5 5 5 3 4 3.5 5 4 5 4.5 4 4 4 6 4 5 4.5 3 4 3.5 7 5 5 5 3 4 3.5 8 4 3 3.5 3 4 3.5 9 3 4 3.5 3 5 4 10 4 4 4 3 4 3.5 rata-rata akhir 4.2 3.35
Dari hasil observasi yang telah dilakukan selama pelajaran
berlangsung, keaktifan peserta didik SMP Kanisius Wonogiri keals VIII
baik itu kelas riset maupun kelas kontrol, memiliki perbedaan. Dapat
dilihat pada tabel 4.9 diatas, untuk kelas riset memiliki jumlah rata-rata
nilai 4,2 dan kelas kontrol, memiliki jumlah rata-rata nilai 3,35. Untuk
mengetahui apakah peserta didik aktif selama proses pembelajaran
berlangsung, dapat dilihat pada tabel klasifikasi berikut ini:
Tabel 4. 10 Klasifikasi keaktifan peserta didik kelas riset dan kelas kontrol.
Interval klasifikasi Skor rata-rata kelas riset Skor rata-rata kelas kontrol 4.1 - 5.0 Sangat aktif 4.2 3.1 - 4.0 Aktif 3.35 2.1 - 3.0 Tidak aktif 1.0 - 2.0 Sangat tidak aktif
Dari hasil klasifikasi di atas dapat dilihat bahwa peserta didik kelas
kontro termasuk aktif ketika pembelajaran dan untuk peserta didik kelas
riset tergolong sangat aktif ketika menerima pelajaran didalam kelas.
C. Pembahasan
1. Peningkatan hasil belajar peserta didik
Penelitian yang dilakukan di SMP Kanisius Wonogiri ini
bertujuan untuk melihat apakah ada peningkatan hasil belajar peserta
didik SMP Kanisius Wonogiri kelas VIII dengan menggunakan
metode pembelajaran simulasi PhET pada pokok bahasan energi
potensial, energi kinetik dan energi mekanik. Dalam hal ini untuk
melihat peningkatan hasil belajar peserta didik di dalam kelas, peneliti
memberikan tes sebelum diberi perlakuan (pretest) dan sesudah diberi
perlakukan (posttest) untuk pokok bahasan energi potensial, energi
kinetik dan energi mekanik kepada peserta didik. Hasil dari pretest dan
posttest ini akan dianalisis menggunakan program SPSS untuk melihat
apakah ada peningkatan hasil belajar dengan menggunakan metode
simulasi PhET.
Dari hasil analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan
program SPSS, dapat dilihat adanya perbedaan hasil pretest dan
posttest yang telah dilakukan baik itu kelas riset maupun kelas kontrol.
untuk pretest ialah 21,92 dengan standar deviasinya 14,17.
Berdasarkan analisis nilai pretest yang telah dilakukan, diperoleh nilai
t = -0,366 dan p = 0,716 nilai α yang digunakan ialah 0,05. Hasil analisis pretest ini digunakan untuk mengetahui pengetahuan awal
peserta didik baik itu kelas riset maupun kelas kontrol. Dapat dilihat
dari hasil analisis pretest yang telah dilakukan untuk kedua kelas
tersebut bahwa, nilai p lebih besar dari pada nilai α yaitu 0,716 > 0,05 yang berarti tidak signifikan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
pemahaman awal peserta didik sebelum diberi perlakuan atau
pembelajaran adalah sama.
Setelah mengetahui bahwa pemahaman awal peserta didik
SMP Kanisius Wonogiri kelas VIII baik itu kelas riset maupun kelas
kontrol adalah sama, maka dapat dilihat pula apakah terdapat
peningkatan hasil belajar peserta didik SMP Kanisius Wonogiri baik
itu kelas riset maupun kalas kontrol setelah diberi perlakuan atau
pembelajara. Untuk melihat peningkatan hasil belajar peserta didik
SMP Kanisius Wonogiri ini, dilakukanlah analisis nilai pretest dan
posttest uji-t untuk kelompok dependen kelas riset yang berjumlah 25
orang. Dari hasil analisi tersebut diperoleh nilai rata-rata pretest ialah
20,64 dengan standar deviasinya 11,05 dan nilai rata-rata posttest
untuk kelas riset ini ialah 45,92 dengan standar deviasinya 22,80.
Selain itu hasil dari hasil analisis ini diperoleh pula nilai t = -6,170 dan
yang diperoleh diketahui bahwa nilai p lebih kecil dibandingkan nilai α
yaitu 0,000 < 0,05 yang berarti signifikan. Oleh karena itu dapat
dikatakan terjadi peningkatan hasil belajar untuk kelas riset ini.
Telah diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar peserta
didik kelas riset. Oleh karena itu dapat dilihat pula apakah ada
peningkatan hasil belajar peserta didik untuk kelas kontrol yang
berjumlah 27 orang.. Untuk melihat apakah terjadi peningkatan hasil
belajar untuk kelas kontrol dilakukanlah analisis SPSS uji-t untuk
kelompok dependen kelas kontrol.
Dari hasil analisis yang dilakukan diketahui nilai rata-rata
pretest kelas kontrol ini ialah 21,92 dengan standar deviasinya 14,17
dan nilai rata-rata posttest kelas kontrol ini ialah 42,52 dengan standar
deviasinya 29,08. Berdasarkan hasil analisis ini doperoleh nilai t = -
4,498 dan nilai p = 0,000 dengan nilai α yang digunakan ialah 0,05.
Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa nilai p lebih kecil dari
pada nilai α yaitu 0,000 < 0,05 yang berarti signifikan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa hasil belajar peserta didik kelas kontrol ini
mengalami peningkatan.
Peningkatan hasil belajar peserta didik dapat dilihat dari tabel
4.7 dimana untuk kelas riset yang berjumlah 25 orang, nilai pretest
yang dikatakan baik dan sangat baik 0% dan nilai posttest peserta didik
dan baik 0% sedangkan nilai posttest untuk kategori baik 18,51% dan
sangat baik 14,81%.
Setalah diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar baik
itu kelas riset maupun kelas kontrol, maka dapat diketahui pula
,manakah yang lebih baik pembelajaran yang dilakukan oleh kelas riset
dengan menggunakan metode simulasi PhET atau kelas kontol dengan
menggunakan metode ceramah aktif. Untuk mengetahui hal tersebut
dilakukan lah analisis SPSS uji-t kelompok independen untuk kelas
riset dan kelas kontrol.
Dari hasil analisis yang telah dilakukan diketahui nilai rata-rata
posttest kelas riset yang berjumlah 25 orang ialah 45,92 dengan
standar deviasi 22,80 dan nilai rata-rata posttest untuk kelas kontrol
yang berjumlah 27 orang ialah 42,51 dengan standar deviasi 29,08.
Berdasarkan hasil analisis posttest dengan menggunakan SPSS ini,
diperoleh nilai t = 0,471 dan nilai p = 0,640. Niali α yang digunakan ialah 0,05. Dari hasil analisis posttest ini dapat dilihat bahwa nilai p
lebih besar dibandingkan dnegan nilai α yaitu 0,640 > 0,05 yang berarti tidak signifikan. Oleh sebab itu dikatakan tidak ada perbedaan
hasil belajar akhir antara kelas riset dan kelas kontrol. Dan dapat
dikatakan pula bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode
simulasi PhET tidak lebih baik dari pada pembelajaran dengan
dengan menggunakan metode simulasi PhET ini tidak dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik secara signifikan.
Hal ini terjadi dapat disebabkan oleh beberapa faktor misalnya
saja waktu yang kurang saat pembelajaran dengan menggunakan
metode simulasi PhET ini. Dimana pada saat belajar dengan
menggunakan simulasi PhET ini hanya 2 jam pelajaran yaitu sekitar 80
menit dan peserta didiknya pun baru mulai mengenali pembelajaran
dengan menggunakan metode simulasi PhET ini. Butuh waktu bagi
peserta didik untuk memahami materi dengan menggunakan metode
baru. Menurut Hilgrad dan Brower (dalam Hamalik, 2009:45)
mendefinisikan belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui
aktivitas, praktek dan pengalaman. Dimana untuk melakukan suatu
prkatek membutuhan persiapan dan waktu yang cukup lama dan dalam
hal ini peserta didik melakukan praktek dengan menggunakan simulasi
PhET dalam memahami pembelajaran fisika. Selain itu pengalaman
belajar peserta didik dalam menggunakan program simulasi PhET juga
membutuhkan waktu agar peserta didik dapat memfungsikan simulasi
PhET ini dengan baik dan memahami apa yang dipraktekan dengan
baik pula.
Telah dikatakan bahwa pengalaman belajar dapat
mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Oleh sebab itu pengalaman
siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Oleh sebab itu
pengalaman belajar menggunakan metode simulai PhET ini sangat
penting bagi peserta didik agar peserta didik dapat meningkatkan hasil
belajarnya.
Model pembelajaran juga dapat mempengaruhi pemahaman
belajar peserta didik. Menurut Suparno (2007:98) siswa akan dapat
belajar dengan baik bila metodologi yang digunakan tepat dengan
situasi mereka dan kompetensi yang diharapkan. Karena pemahaman
belajar setiap peserta didik berbeda-beda, oleh karena itu dalam
penelitian ini banyak peserta didik yang masih belum memahami cara
kerja program simulasi PhET.
2. Hasil observasi keaktifan peserta didik didalam kelas
Selain melihat peningkatan hasil belajar peserta didik SMP
Kanisius Wonogiri Kelas VIII pada pokok bahasan energi potensial,
energi kinetik dan energi mekanik ini, peneliti juga melihat keaktifan
peserta didik didalam kelas dengan menggunakan lembar observasi
yang diisi oleh observer. Dalam penelitian ini, selain peneliti sabagai
observer dalam melihat keaktifan peserta didik didalam kelas, peneliti
juga dibantu oleh seorang teman sebagai observer dalam melihat
keaktifan peserta didik di dalam kelas.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti dan
dikategorikan sangat aktif dalam proses belajar mengajar di dalam
kelas dari pada kelas kontrol. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai hasil
observasi yang telah dilakukan. Yang dimana hasilnya dapat dilihat
pada tabel 4.9 dan hasil klasifikasinya dapat dilihat pada tabel 4.10
yang menyatakan bahwa nilai rata-rata keaktifan peserta didik kelas
riset adalah 4,2 yang tergolong sangat aktif dan untuk kelas kontrol
memperoleh nilai rata-rata keaktifan sebesar 3,35 yang tergolong aktif.
Berikut hasil observasi untuk setiap kelas.
a. Kelas Riset
Keaktifan peserta didik pada kelas riset ini yang tergolong
sangat aktif dimana klasifikasi sangat aktif ini memiliki interval 4,1-5.
Peserta didik kelas riset ini dikatakan sangat aktif didalam kelas ketika,
peserta didik bekerja sama dengan teman satu kelompok dengan
kelompok lain, peserta didik mengikuti LKS yang diberikan oleh guru,
peserta didik turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, peserta
didik memahami materi yang diajarkan oleh guru dan peserta didik
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Dalam pernyata
tersebut peserta didik dikatakan sangat aktif. Pada pernyataan peserta
didik berani bertanya pada guru ataupun kepada peserta didik yang lain
jika belum mengerti, peserta didik melatih diri dalam memecahkan
soal atau masalah sesuai materi ajar, peserta didik berusaha mencari
yang dipelajari dan peserta didik memanfaatkan kesempatan
menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperoleh dalam
menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihapainya, nilai hasil
observasi menyatakan bahwa pada pernyataan ini peserta didik kela
riset dikategorikan aktif.
b. Kelas Kontrol
Hasil observasi keaktifan peserta didik untuk kelas kontrol ini
peserta didinya tergolong aktif. Klasifikasi aktif terdapat pada interval
nilai 3,1-4. Dari hasil yang diperoleh untuk setiap pernyataan pada
lembar observasi, peserta didik kelas kontrol ini tidak ada yang
tergolong sangat aktif. Peserta didik kelas kontrol ini dikatakan aktif
ketika, peserta didik mengikuti prosedur atau aturan yang diberikan
oleh guru, peserta didik turut serta dalam melaksanakan tugas
belajarnya, peserta didik memahami materi yang diajarkan oleh guru
dan peserta didik menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru,
peserta didik berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan
untuk pemecahan masalah, peserta didik menggunakan referensi lain
untuk belajar sesuai dengan materi yang dipelajari dan peserta didik
memanfaatkan kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang
telah diperoleh dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang
dihapainya. Untuk pernyataan peserta didik berani bertanya pada guru
ataupun kepada peserta didik yang lain jika belum mengerti, peserta
ajar dan peserta didik bekerja sama dengan teman satu kelompok
dengan kelompok lain ini, peserta didik kelas kontrol tergolong tidak
aktif.
Abu dan Widodo (2013) menyatakan bahwa sebagai konsep
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) adalah suatu proses kegiatan belajar
mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan
emosional, sehingga subjek didik betul-betul berperan dan
berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Kita ketahui
bahwa peserta didik dikatakan aktif didalam kelasa ketika peserta didik
mengikuti pembelajaran di dalam kelas dengan baik dan ikut serta
ambil bagian secara aktif dapal proses belajar mengajar di dalam kelas.
Pada saat penelitian berlangsung, dapat dilihat keaktifan
peserta didik kelas riset didalam kelas pada saat belajar menggunakan
simulasi PhET. Rasa ingin tahu yang dimiliki peserta didik kelas riset
ini terlihat ketika peserta didik mengubah-ubah lintasan skateboard
pada komputer yang mereka gunakan. Dan peserta didik pun banyak
yang bertanya serta menjawab pertanyaan yang diberikan ketika guru
menjelaskan materi ajar. Peserta didik kelas riset ini tidak hanya
bertanya kepada guru tetapi mereka juga bekerja sama antar peserta
didik yang lain. Pada saat pelajaran berakhir, sebagian dari peserta
didik dapat menjawab benar dalam menyimpulkan percobaan simulasi
lakukan. Jawaban peserta didik mengenai percobaan simulasi PhET
dapat dilihat pada lampiran 13, dimana terdapat salah satu kelompok
yang menyatakan bahwa “ saat skate park turun energi kinetik naik
dan energi potensial turun. Dan saat skate park naik energi kinetik
menurun dan energi potensial menaik” untuk mengetahui kenaikan dan penurunan energi ini, peserta didik melihat hubungan antara gerakan
pemain skateboard pada lintasan tertentu dengan diagram batang yang
dapat mereka tampilkan pada percobaan simulasi PhET yang mereka
lakukan.
Pada saat peserta didik diminta untuk menyampaikan jawaban
yang mereka pahami melalui percobaan simulasi PhET ini, masih
banyak peserta didik yang belum dapat menjelaskan hubungan antara
gerakan pemain skateboard pada lintasan tertentu dengan diagaram
batang yang tertera. Banyak yang masih bingung dalam menyimulkan
jawaban. Akan tetapi menariknya pada saat satu peserta didik
menjawab dan jawabananya kurang tepat, peserta didik yang lain
langsung merespon dan memperbaiki kalimat peserta didik yang
kurang tepat tadi. Dari sini dapat dilihat bahwa adanya respon antar
peserta didik dalam proses belajar mengajar yang merupakan keaktifan
peserta didik dalam belajar.
Keaktifan peserta didik juga tampak pada kelas kontrol yang
dimana peserta didik ikut ambil bagian dalam proses balajar mengajar
peserta didik tampak ketika beberapa dari peserta didik maju kedepan
untuk menulis jawaban hasi pekerjaan mereka dari soal yang diberikan
oleh guru.