• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Observasi Lapangan .1 PT. Angkasa Pura II

Dalam dokumen BAB 2 LANDASAN TEORI (Halaman 44-95)

2.2 Tinjauan Khusus

2.2.2 Hasil Observasi Lapangan .1 PT. Angkasa Pura II

Gambar 2.33 Arsitektur Angkasa Pura II Sumber : Jimmy

Alamat: Jalan Soekarno-Hatta Internatioanal Airport, Building 600, PO BOX 1001 / BUSH, Jakarta 19120 Indonesia

A. Sejarah Perusahaan

PT. Angkasa Pura (Persero), disebut Angkasa Pura II atau Perusahaan merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang usaha pelayanan jasa kebandarudaraan dan pelayanan jasa terkait bandar udara di wilayah Indonesia Barat. Angkasa Pura II telah mendapatkan kepercayaan dari Pemerintah Republik Indonesia untuk mengelola dan mengupayakan pengusahaan Pelabuhan Udara Jakarta

Cengkareng yang kin berubah nama menjadi Bandara Internasional Soekarno-Hatta serta Bandara Halim Perdanakusuna sejak Agustus 1984.

Keberadaan Angkasa Pura II berawal dari perusahaan umum dengan nama Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng melalui peraturan pemerintah nomor 20 tahun 1984, kemudian pada 19 Mei 1986 melalui peraturan pemerintah no 26 tahun 1986 berubah menjadi Perum Angkasa Pura II. Selanjutnya, pada 17 Maret 1992 melalui peraturan pemerintah no 14 tahun 1992 berubah menjadi perusahaan perseroan(Persero). Seiring perjalanan perusahaan, pada 18 November 2008 sesuai dengan Akta Notaris Silvia Abbas Sudrajat, SH, Spn nomor 38 resmi berubah menjadi PT. Angkasa Pura II (Persero).

Beridirnya Angkasa Pura II bertujuan untuk menjalankan pengelolaan dan pengusahaan dalam bidang jasa kebandarudaraan dan jasa terkait bandar udara dengan mengoptimalkan pemberdayaan potensi sumber daya yang dimiliki dan penerapan praktik tata kelola perusahaan yang baik. Hal tersebut diharapkan agar dapat menghasilkan produk dan layanan jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan dan kepercayaan masyarakat.

Kiprah Angkasa Pura II selama 29 tahun, telah menunjukkan kemajuan dan peningkatan usaha yang pesat dalam bisnis jasa kebandarudaraan melalui penambahan berbagai prasarana dan peningkatan kualitas pelayanan pada bandara yang dikelolanya.

Angkasa Pura II telah mengelola 13 bandara, antara lain yaitu Bandara Soekarno-Hatta (Jakarta0, Halim Perdanakusuma (Jakarta), Polonia (Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau (Padang), SultanMahmud Badaruddin II (Palembang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein Sastranegara (Bandung), Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Raja Haji Fisabilliah (Tanjungpinang), Sultan Thaha (Jambi), Depati Amir (Pangkal Pinang) dan Silangit (Tapanuli Utara). Selain itu Angkasa Pura II juga melayani jasa pelayanan lalu lintas udara untuk wilayah udara Flight Information Region (FIR) Jakarta.

B. Struktur Organisasi

Gambar 2.34 Struktur Organisasi (sumber : Jimmy)

C. Filosofi Logo Perusahaan dan Filosofi Warna

Gambar 2.35 Filosofi Logo (Sumber: Jimmy)

Logo baru Angkasa Pura II telah dirancang untuk menampilkan citra Angkasa Pura II yang lebih segar,modern serta dinamis guna mencerminkan positioning maupun arahan Angkasa Pura II yang baru yaitu ramah, berenerji tinggi, dan dinamis. Logo mengekspresikan Angkasa Pura II, yaitu terdiri dari symbol bola dunia dan marka Angkasa Pura II.

Gambar 2.36 Pencitraan Filosofi (Sumber: Jimmy)

Gambar pecitraan kepribadian dari Logo Angkasa Pura II terdiri dari :

Elang: Berpikir visionaris dan unggul di bidangnya dapat mewakili identitas Angkasa Pura II.

Mobil Honda Accord: Dikenal dengan Modern, handal, dan Simple. Angkasa Pura II memiliki karakteristik mampu menghadapi tantangan dan memberikan layanan yang dapat diandalkan.

Ipad: Merupakan salah satu teknologi masa kini , memiliki cara kemudahan, mendukung komunikasi serta menerapkan teknologi canggih untuk keperluan kegiatan manusia.

Sofa Kontemporer: Desain Modern, Simple dan berkelas, dirancang untuk memnuhi kenyamanan dan ketenangan. Angkasa Pura II memiliki semangat untuk melayani pelanggan dan memberikan rasa aman dan terpenuhi selama menggunakan jasanya.

Garis: Melambangkan simbol dinamis dan senantiasa bergerak. Angkasa Pura II senantiasa mempertahankan tingkat pertumbuhanan yang stabil.

Minuman Bervitamin: Segelas air vitamin mewakili indentitas Angkasa Pura II. Melambangkan citra atribut yang transparan dalam perusahaan yang bergerak dalam operator bandara.

Menara Pencakar Langit: Keberhasilan Arsitektur dalam mendapatkan penghargaan, yang menerapkan teknologi mutakhir, serta memberikan

pelayanan yang efisien dan dapat melayani masyarakat luas. Angkasa Pura II juga ingin memberikan pelayanan yang bermutu tinggi, efisien didukung sumber daya manusia yang handal.

Keluarga: Mencerminkan kepercayaan, pengertian dan selalu dapat di andalkan. Pencitraan ini menyiratkan pelayanan terbaik dan dinikmati oleh pelanggan, sekaligus memberikan rasa nyaman dan aman.

Sky Diving: Mencerminkan semangat teamwork dan saling percaya. Citra ini mencerminkan kekuatan dan pengalaman manajemen dan pegawai Angkasa Pura II yang bekerja secara terpadu dan terkalkulasi demi mendapatkan hasil maksimal dan memberika pelayanan terbaik bagi pelanggan.

Wujud dari ekspresi utama dari identitas Angkasa Pura II ini mengandung citra dan harapan baru yang terkait dengan keyakinan Angkasa Pura II. Tujuan utama dari penerapan identitas baru Angkasa Pura II adalah untuk menjaga serta meningkatkan citra dari Angkasa Pura II sebagai suatu aset yang tak ternilai. Pencitraan identitas baru ini juga tidak terlepas dari penerapan nilai-nilai positive yang ingin memberikan basis pelayanan terbaik dari suatu perusahaan terhadapat pelanggan dengan nilai ramah, memberikan rasa nyaman, efisien, dan memberikan kinerja terbaik.

Palet warna utama logo Angkasa Pura II terdiri dari lima warna utama yang tertera diatas. Kelima warna (dan turunannya) ini terkait dengan sejarah warna korporat Angkasa Pura II yang dikembangkan untuk membuat indentitas baru yang memberikan kesanlebih modern dan segar. Selain warna yang ditetapkan, warna putih juga berperan penting pada logo Angkasa Pura II. Penggunaan bidang putih juga merupakan warna yang penting pada penampilan logo Angkasa Pura II itu sendiri. Pilihan warna-warna ini tersedia untuk digunakan dalan mengkomunikasikan brand Angkasa Pura II agar lebih mudal dikenal, sederhana dan jelas, sehingga mampu menarik perhatian khalayak atas pesan yang ingin disampaikan. Logo Angkasa Pura II sendiri memilih lima warna dengan turunannya sebagai kesatuan untuk membentuk bola dunia Angkasa Pura II.

D. Visi dan Misi Perusahaan

Visi PT. Angkasa Pura II adalah Menjadi pengelola bandara udara kelas dunia yang termuka dan profesional.

Untuk mewujudkan visi tersebut, Angkasa Pura II bertekad melakukan transformasi secara menyeluruh dan bertahap selama lima tahun pertama.

Gambar 2.38 Visi Persusahaan (Sumber : Google Image / Angkasa Pura II) Misi PT. Angkasa Perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Mengelola jasa bandar udara kelas dunia dengan mengeutamakan tingkat keselamatan, keamanan, dan kenyamanan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan.

2. Mengembangkan SDM dan budaya persusahaan yang berkinerja tinggi dengan menerapkan sistem manajemen kelas dunia.

3. Mengoptimalkan strategi pertumbuhan bisnis secara menguntungkan untuk meningkatkan nilai pemegang saham serta meningkatkan kesejahteraan karyawan dan pemangku kepentingan lainnya.

4. Menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dengna mitra usaha dan mitra kerja serta mengembangkan secara sinegis dalam pengelolaan jasa bandar udara.

5. Memberikan nilai tambah yang optimal bagi masyarakat dan lingkungan.

E. Nilai-Nilai Perusahaan

Angkasa Pura II memiliki nilai-nilai perusahaan yakni THE BEST

T : Team Work

H : Hospitality

E : Excellence

B : Balance

E : Effectiveness & Effeciency

S : Satisfaction

T : Trustworthy

F. Area Pada Kantor

a. Area Receptionist Utama

Merupakan ruang penerimaan tamu utama yang berada didekat pintu masuk utama, dimana tamu harus melapor untuk bertemu dan menyakan info dari tiap divisi kerja pada tiap lantai di dalam kantor Angkasa pura II. Area resepsionis ini juga sebagai penyedia informasi bagi tamu untuk melakukan janji ataupun sebagai penghubung antara tamu dengan staff dari tiap divisi kerja masing-masing.

Gambar 2.39 Area resepsionis utama (Sumber: Jimmy)

b. Area Lobby Utama

Merupakan area tunggu sementara yang digunakan oleh tamu untuk bersantai dan menunggu kendaraan jemput maupun panggilan untuk menghadap divisi pada tiap lantai di kantor ini, furnitur yang terdapat pada ruangan ini memakai material yang berat, namun mempunyai dahan tahan yang lama. Kendala yang ditemukan dari hasil tanya jawab adalah mempunyai bobot yang cukup berat sehingga pemindahan furnitur membutuhkan waktu agak lama dan tidak efisien untuk pekerja dan pengunjung.

Gambar 2.40b Furnitur Lobby Utama (Sumber: Jimmy)

Gambar 2.40d Meja Lobby utama (Sumber Jimmy)

Menggunakan material marbel pada kaki sehingga berat dan susah di pindahkan apabila ada kegiatan yang berada di dalam ruangan lobby tersebut. Misalkan serah terima jabatan, makan bersama dan kegaitan lainnya yang berada dalam ruangan tersebut.

Gambar 2.40e Rak Majalah (Sumber: Jimmy)

Merupakan furniture penunjang yang memfasilitasi pengujung agar tidak cenderung terlalu bosan pada saat menunggu di area lobby. Berbahan material material utama plat galvanis dan di berikan roda agar mudah di pindah-pindahkan.

Dari hasil wawancara dengan bapak Wibowo salah satu staff yang bekerja dan Public management, beliau merasakan kewalahan dengan furniture pada lobby utama yang disebabkan karna bobot pada furnitur tersebut berat dan memakan space yang cukup luas pada ruangan. Bapak Wibowo juga mengatakan bahwa pada ruangan lobby utama terdapat kegiatan yang terkadang membutuhkan space lobby untuk dikosongkan misalnya serah terima jabatan, makan bersama, acara penting yang lainnya sehingga furniture tersebut perlu dipindahkan ketempat yang lain sehingga kendala dalam penyimpanan furniture tersebut membutuhkan efisiensi agar tidak memakan ruang namun dalam masalah lapangan di temukannya susah di tata karena bobot yang berlebihan dan pembersihan pada lapangan memakan waktu. Kesimpulan permasalahan dari furniture tersebut tidak seharusnya berat dengan hirarki untuk tamu yang datang namun, mempunyai bobot ringan dan memakai bahan yang cukup untuk tahan lama sesuai dengan kebutuhan public area tersebut.

c. Resepsionis umum

Gambar 2.41 Area resepsionis lantai 2 (Sumber: Jimmy)

Memberikan informasi tamu kepada staff divisi untuk meminta izin bertemu dan melakukan interaksi secara langsung kepada yang bersangkutan.

d. Lobby Tunggu Tamu Divisi

Gambar 2.42a Lobby Tunggu Tamu Divisi Lantai 2 (Sumber: Jimmy)

Gambar 2.42b Furnitur Lobby Tamu Divisi Lantai 2(Sumber: Jimmy)

Kursi pada lobby tunggu divisi menggunakan material kayu dengan fabric secara keseluruhan menutupi rangka pada kursi, namun fabric yang digunakan adalah fabric sintesis yang mempunyai masalah pada saat diduduki yaitu menimbulkan bunyi yang bergesekan dengan setiap gerakan pada dudukan. Tingkat penggunaan busa empuk pada kursi agak kurang sehingga pada saat menyandar tidak membuat nyaman pengujung dengan sudut tegak rangka kursi dan kemiringan kursi. Furnitur pada area ini juga dipindah-pindahkan sesuai dengan kebutuhan ruang yang terpakai pada acara tertentu.

Gambar 2.42c Furnitur Side Table Lobby Tunggu Divisi Lantai 2 (Sumber: Jimmy)

Pada furniture lobby ini tersedia side table yang digunakan untuk menjadi tempat menaruh telepon, dengan kurangnya prasarana furniture yang menunjang kegiatan pada kantor tersebut. Sehingga dapat di simpulkan bahwa prasaranan pada kegiatan pada area ini terbatas karena furniture penunjang aktivitas yang kurang memadai dan tidak sesuai dengan tingkat kegunaan masing-masing furniture tersebut.

Gambar 2.42d Kondisi duduk pada kursi (Sumber: Jimmy)

Bapak Hendra adalah salah satu pengujung yang penulis wawancarai saat menduduki kursi tersebut beliau mengatakan kursi tersebut mempunyai permasalahan dalam postur gaya duduk beliau dan posisi tangan yang membuat lelah pada saat duduk atau membaca.

Penulis juga melakukan wawancara dengan bapak Wibowo selaku koodinator Public management di Kantor Angkasa Pura II yang dimana area lobby tunggu divisi pada lantai tersebut merupakan salah satu area yang penting dalam penggunaan di kantor dan beliau sendiri merasakan sendiri karena area tersebut merupakan fasilitas dari divisi kerjanya. Beliau menceritakan bahwa terkadang furniture tersebut dipindahkan untuk kepentingan lain pada area tersebut sehingga membutuhakan space pada penyimpanan furniture tersebut. Lobby terkadang juga di gunakan oleh staff untuk melakukan kegiatan lain seperti makan, meeting informal, dan beristirahat untuk berkomunikasi. Fasilitas yang terdapat pada ini kurang memadai menurut beliau seperti side table yang diperuntukan tidak ada dan digunakan untuk console table telepon area rak majalah untuk pengujung tidak disediakan sehingga terkadang membuat nyaman pengujung yang menunggu mengingat pengujung lebih lama menggunakan lobby tunggu ini dibanding lobby utama disebabkan terkadang masing-masing divisi staff terkadang terdapat urusan mendadak meeting perusahaan sehingga membuat tamu yang menunggu cukup memakan waktu lama untuk menunggu. Pembuatan sekat pada tengah-tengah ruangan ini diperlukan karena mengingat dekat dengan pintu masuk agar terlihat agak privasi sehingga staff rekan kerja mengetahui bahwa staff sedang menerima tamu agar lebih privat.

e. Area Staff Kerja

Menggunakan sistem meja kubikal dan tipe kantor tertutup mengingat kantor Angkasa pura II adalah perusahaan di bawah pemerintahan.

Gambar 2.43b Kursi Area Kerja Lantai 2 (Sumber: Jimmy)

Kursi pada area kerja menggunakan kursi jadi ergonomis chair dengan menggunakan sistem adjustable dan beroda agar memudahkan staff untuk melakukan kinerja kerja di area kerja.

Gambar 2.43c Kursi Kerja Hadap Lantai 2 (Sumber: Jimmy)

Kursi hadap tiap area kerja menggunakan kursi ergonomis yang tidak menggunakan adjustable dan beroda, dikarenakan hirarki jabatan yang di mana pada saat menghadap penghadap menjadi dibawah penerima.

Gambar 2.43d Furniture Area Staff kerja Lantai 2 (Gambar: Jimmy)

Lemari brangkas yang digunakan adalah furniture yang berbahan material besi yang digunakan pada area penyimpanan data arsip tiap divisi kerja yang berguna menyimpan file-file yang penting.

f. Ruang Vice President

Gambar 2.44a Ruang Vice President Lantai 2 (Sumber: Jimmy)

Pada ruangan Vice President kursi ergonomis yang digunakan adalah kursi yang mempunyai tinggi hingga mencapai kepala dan bermaterial kulit, yang berfungsi untuk memberikan rasa nyaman dan membantu Vice President lebih tenang dalam pemberian keputusan kepada Staff kerja mereka.

Gambar 2.44b Ruang tamu Vice President (Sumber: Jimmy)

g. Ruang Meeting Staff

Gambar 2.45 Ruang Meeting Staff (Sumber: Jimmy)

Menggunakan Kursi ergonomi dan menggunakan material yang dilapisi HPl pada meja yang mudah di bersihkan sehingga pada selesai meeting dapat di bersihkan dengan efisien.

h. Ruang Direktur

Gambar 2.46a Ruang Kerja Direktur SDM lantai 6 (sumber : Jimmy)

Menggunakan furnitur ergonomis dan berbahan material stainless serta dilapisi kulit agar memberikan kesan maskulin, elegan, dan modern pada ruagan tersebut. Penggunaan furnitur pada ruangan ini menggunakan furnitur yang sudah ada dan dirancang untuk situasi kinerja kantor pada umumnya.

Gambar 2.46c Ruang Meeting Direktur SDM (Sumber: Jimmy)

i. Ruang Auditorium

Gambar 2.47 Ruang Auditorium lantai dasar (Sumber: Jimmy)

Ruang yang berada pada lantai dasar ini digunakan sebagia ruang serbaguna dan pengadaan koferensi pada saat melakukan meeting dengan keperluan kepentingan yang bersangkutan dengan kebandar udaraan yang di kelola PT. Angkasa Pura II. Menggunakan kursi ergonomis dan meja rapat panjang yang dilapisi kain putih agar terlihat formal pada saat penggunaan ruangan.

j. Canteen

Gambar 2.48a Canteen (Sumber: Jimmy)

Pada canteen tersebut sebelumnya arsitektur pada bagunan ini tidak terncenakan, sehingga perusahaan membangun canteen pada area terbuka di belakang perkantoran dengan prasarana yang sedapatnya untuk dikelola secara umum.

Gambar 2.48b Area Makan Canteen (Sumber: Jimmy)

Pada pemakaian furniture untuk area makan kantin menggunakan furnitur yang berbahan plastik pada sandaran dan stainless pada kaki untuk kursi mengingat kondisi cuaca pada area makan yang terbuka dan pembersihan yang mudah dilakukan pada kegiatan outdoor makan tersebut.

2.2.2.2 PT.Angkasa Pura I (Kantor Pembanding 1)

Gambar 2.49 Arsitektur Angkasa Pura I Sumber : Google Image

Alamat: Jalan Kota Baru Bandar Kemayoran Blok B.12 kav.2, Jakarta Pusat-Jakarta 10610

A. Sejarah Perusahaan

PT Angkasa Pura I (Persero) disebut Angkasa Pura Airports bertekad mewujudkan perusahaan berkelas dunia yang profesional. Angkasa Pura Airports yakin dapat melakukan yang terbaik dengan memberikan pelayanan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan berstandar internasional bagi para pelanggan. Sejarah Angkasa Pura Airports sebagai pengusahaan kebandarudaraan secara komersial di Indonesia bermula dari kunjungan kenegaraan Presiden Soekarno ke Amerika Serikat untuk bertemu dengan Presien John F Kennedy. Setibanya ditanah air, Presiden Soekarno menegaskan keinginannya kepada Menteri Perhubungan dan Menteri Pekerjaan Umum agar lapangan terbang di Indonesia dapat setara dengan lapangan terbang di negara maju.

Tak lama kemudian, pada tanggal 15 November 1962 terbitlah Peratura Pemerintah (PP) Nomor 33 Tahun 1962 tentang Pendirian Perusahaan Negara (PN) Angkasa Pura Kemayoran. Tugas pokoknya adalah untuk mengelola dan mengusahakan Pelabuhan Udara Kemayoran di Jakarta yang saat itu merupkan satu-satunya bandar udara internasional yang melayani penerbangan domestik. Pada tanggal 17 Mei 1965, berdasarakan PP Nomor 21 tahun 1965 tentang perubahan dan tambahan PP Nomor 33 Tahun 1962, PN Angkasa Pura Kemayoran berubah nama menjadi PN Angkasa Pura, dengan maksud untuk lebih membuka kemungkinan mengelola bandar udara lain di wiliyah Indonesia.

Secara bertahap, Pelabuhan Udara Ngurah Rai-Bali, Halim Perdanakusumah-Jakarta, Poloni-Medan, Juanda-Surabaya, Sepingan-Balikpapan, dan Sultan Hasanuddin-Ujungpandang, kemudian bergabung dalam pengelolaan PN Angkasa Pura. Selanjutnya, berdasarkan PP Nomor 5 Tahun 1992, bentuk Perum diubah menjadi Perseroan Terbatas(PT) yang sahamnya dimiliki sepenuhnya oleh Negara Republik Indonesia sehingga namanya menjadi PT Angksa Pura I (Persero) dengan Akta Notaris Muhani Salim, SH tanggal 3 Janurai 1993 dan telah memperoleh persetujuan Menteri Kehakiman dengan keputusan Nomor C2-470.HT.01.01 Tahun 1993 tanggal 24 April 1993 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 52 tanggal 29 juni 1993 dengan Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 2914 / 1993.

Perubahan Anggara Dasar Perusahaan terakhir adalah berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham tanggal 14 Januari 1998. Perubahan Anggaran Dasar tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor:C2-25829.HT.01.04 Tahun 1998 tanggal 19 November 1998 dan dicantumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 50 tanggal 22 Juni 1999 dengan Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 3740 / 1999.

Hingga saat ini, Angkasa Pura Airports mengelola 13 (tiga belas) bandara di kawasan tengah dan timur Indonesia, yaitu:

1. Bandara Ngurah Rai – Denpasar 2. Bandara Juanda – Surabaya 3. Bandara Hasanuddin – Makassar 4. Bandara Sepingan – Balikpapan 5. Bandara Frans Kaisiepo – Biak 6. Bandara Sam Ratulangi – Manado 7. Bandara Syamsudin Noor – Banjarmasin 8. Bandra Ahmad Yani – Semarang

9. Bandara Adisutjipto – Yogyakarta 10.Bandara Adisumarmo – Surakarta

11.Bandara Internasional Lombok – Lombok Tengah 12.Bandara Pattimura – Ambon

13.Bandara El Tari - Kupang

B. Struktur Organisasi

C. Logo Perusahaan

D. Visi dan Misi Perusahaan

Visi Perusahaan PT. Angkasa Pura I adalah Menjadi salah satu sepuluh perusahaan pengelola bandar udara terbaik di Asia.

Misi Perusahaan PT. Angkasa Pura I adalah

1. Meningkatkan nilai pemangku kepentingan

2. Menjadi mitra pemerintah dan pendorong pertumbuhan ekonomi 3. Mengusahakan jasa kebandarudaraan melalui pelaynan prima yang

memenuhi standar keamanan, keselamatan, dan kenyamanan

4. Meningkatkan daya saing perusahaan melalui kreatifitas dan inovasi 5. Mebebrikan kontribusi positif terhadap lingkungan hidup.

E. Nilai-Nilai Perusahaan SATU: S : Sinergi A : Adaptif T : Terpercaya U : Unggul

F. Area Pada Kantor

a. Area Receptionist Utama

Gambar 2.51 Area Resepsionis Utama (Sumber: Jimmy)

b. Area Lobby Utama

Gambar 2.52a Lobby Utama (Sumber: Jimmy)

Pada Furnitur lobby utama menggunakan furnitur jadi yang sama dengan kantor AngkasaPura II, dengan material Cushion yang berbeda dan warna yang berbeda. Terdapat aksesoris vas bunga dan pot bunga sebagai aksesoris dan pemanis lobby utama tersebut.

Gambar 2.52b Furnitur Lobby utama (Sumber: Jimmy)

Untuk lobby utama sendiri dibagi 2 bagian yang ada disebalah kiri dan seblah kanan ruang utama pintu masuk pada kantor Angkasa Pura I, dengan di kelilingi maket bandara dan ruang display Hotel Anak perusahaan Angkasa Pura Hospitality.

Gambar 2.52d Detail Kursi Lobby (Sumber: Jimmy)

Pada permasalahan kursi lobby utama kantor Angkasa Pura I ini adalah bagian sambungan ujung kursi tidak di tekuk, sehingga membuat accident kepada pemakai karena terbentur maupun tidak sengaja terkena pada saat melakukan aktivitas dalam ruang tunggu tersebut.

Gambar 2.52e Meja Coffee Table (Sumber: Jimmy)

Pada kantor Angkasa Pura I ini coffe table mereka menggunakan sepenuhnya material stainlees pada kaki dan di balut cushion fabric agar terlihat elegan dan senuansa dengan kursi lobby, sehingga tingkat bobot meja tidak seberat pada meja coffe table Angkasa Pura II.

Penulis juga melakukan wawancara pada Bapak Fauzi selaku kordinator Public Affair di kantor angkasa Pura I, beli mengatakan permasalahan dalam pemindahan furniture sering terjadi pada saat pengadaan acara maupun rapat yang membutuhkan kursi yang nyaman. Sehingga terdapat masalahan pemindahan karena bobot kursi yang cukup berat membutuhkan 2 pekerja untuk memindahkan kursi tersebut dari lantai 1 ke ruang rapat auditorium maupun ruang serbaguna. Selain itu karena ukuran kursi yang besar memakan space area lobby, sehingga ketersedian kursi tidak memunuhi jumlah pengujung yang datang.

c. Area Tunggu Tamu Divisi

Gambar 2.53a Furnitur Lobby Tunggu Divisi lantai 2 (Sumber: Jimmy)

Kursi pada Lobby Tunggu Divisi lantai 2 ini digunakan hingga pada gedung lantai 4, bahan utama kursi ini ada rangka stainless dibalut dengan fabric kasar sehingga terkadang menimbulkan bekas bercak kotor pada fabric kursi tersebut.

Penulis melakukan wawancara dengan sejumlah karyawan yang menggunkan kursi tersebut yaitu Bapak denny, Boby, Dina, dan Rangga. Dari hasil wawancara dengan mereka, penulis mendapatkan jawaban bahwa mereka lebih nyaman menggunakan kursi tanpa armrest pada saat kumpul, meeting, maupun bertemu dengan tamu. Hal tersebut disebabkan lebih kursi mudah di sejajarkan pada saat melakukan aktivitas kursi mengeliling pada saat ngumpul atau meeting nonformal sehingga tidak memberi batasan ruang aktif pada duduk dan membuat posisi komunikasi lebih nyaman dan efisien.

Gambar 2.53d Coffe Table Ruang Tunggu Divisi Lantai 2 (Sumber: Jimmy)

Coffee table pada ruang tunggu divisi ini menggunakan material kayu jati dan didesain dapat tersusun dan tertata menjadi kesatuan dari meja coffe table itu sendiri. Desain tersebut di maksudkan untuk membantu

Dalam dokumen BAB 2 LANDASAN TEORI (Halaman 44-95)

Dokumen terkait