• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PELAKSANAAN

Dalam dokumen LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS (Halaman 21-27)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PELAKSANAAN

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan pada hari jumat – minggu (22- 24 Mei 2015 )mulai pukul 08.00-16.00 WITA, bertempat di SDN 1 Sangsit. Penyelenggara sesungguhnya mengundang 30 sekolah, tetapi dalam penyelenggaran jumah peserta yang hadir berjumlah 40 orang. Bertambahnya jumlah peserta tersebut karena sekolah yang diundang menugaskan lebih dari satu gurunya. Pada pelatihan ini menghadirkan 3 nara sumber yaitu pertama ketua pelaksana sendiri I Gede Suwiwa, S,Pd.,M.Pd yang merupakan Dosen Penjaskesrek, Fakultas Olahraga dan Kesehatan selain dosen narasumber pertama merupakan Litbang FOPI (fedarasi olahraga petanque Indonesia) Pengprov Bali.

Nara sumber pertama juga merupakan ketua harian FOPI kabupaten Buleleng.

Narasumber kedua adalah I Komang Ayu Triana Dewi selaku atlet yang sudah memiliki prestasi tingkat nasional, pembicara yang ketiga adalah Gede Budi Darmayasa yang merupakan atlet yang sudah berprestasi.

Yang membuka kegiatan P2M ini adalah Kepala UPT kecamatan Sawan.

Pembukaan dilakukan pada tanggal 22 Mei 2015 pada pukul 09.00 wita. Setelah itu pemaparan materi sejarah 4 jam sebelum istirahat, 4 jam perkembangan petanque dan 4 jam materi teknik dasar olahraga petanque, pemaparan sejarah, perkembangan dan teknik dasar petanque ini merupakan materi yang disampaikan pada hari pertama yang disampikan oleh narasumber pertama. Pada hari kedua yang disampaikan adalah nomor-nomor olahraga petanque dan praktik bermain petanque yang disampaikan secara kolaboratif antara nara sumber dua dan narasumber ketiga. Hari ketiga pelatihan meliputi dua meteri yaitu peraturan dan praktik perwasitan olahraga petanque. Materi pada hari ketiga ini secara kolaboratif disampaikan oleh ketiga narasumber.

Kegiatan pelatihan diakhiri dengan ditutup oleh ketua P2M mewakili ketua LPM Undiksha. Selama kegiatan, peserta terlihat sangat antusias mengikuti acara

P2M. Hal ini terbukti dari tidak ada peserta yang izin selama kegiatan berlangsung.

4.2 PEMBAHASAN

Permainan petanque merupakan permainan ketangkasan yang bertujuan untuk mendekatkan bola besi (bosi) sedekat mungkin dengan bola kayu (boka).

Permainan ini sangat pontensial untuk dikembangkan di kabupaten Buleleng mengingat luas wilayah kabupaten Buleleng yang hampir terbentang dari timur sampai dengan barat pulau bali. Seiring dengan latak dan luasnya wilayah kabupaten Beleleng yang terletak di utara pulau Bali. Kebupaten Buleleng memiliki garis pantai yang panjang, disamping itu Kabupaten Buleleng memiliki potensi alam berupa ruang-ruang gerak yang masih cukup luas. Selain itu lapangan yang ada di kabupaten Buleleng juga banyak. Dengan potensi itu tentunya sangat relevan untuk mengambangkan cabang olahraga petaque, karena cabang olahaga petanque ini dapat dimainkan dilapangan tanah ataupun lapangan pasir yang banyak terdapat dipinggir pantai sepanjang kabupaten Buleleng.

Cabang olahraga petanque belum pernah diperkenalkan di Kabupaten Buleleng. Namun pengusul telah memiliki club petanque yang telah berprestasi sebagai juara umum pada kejuaraan petanque Bali Open tournament pada Juni 2014 di Tabanan. Namun club yang dimiliki oleh pengusul ini masih minim anggota. Minimnya anggota club tersebut karena belum pernah dilakukannya pelatihan cabang olahraga ini.

Menurut informasi dari ketua umum Pengprov Federasi Olaharga Petanque Indonesia Bali (FOPI) program pelatihan belum pernah dilakukan di kabupaten Buleleng. Impilikasi dari lambatnya sosialiasi tersebut adalah masyarakat tidak mengetahui adanya olahraga petanque ini. Minimnya sosialiasi juga berimplikasi pada sedikitnya club petanque di Kabupaten Buleleng dan berakibat pada minimnya pula jumlah atlet dikabupaten Buleleng.

Kejuaraan-kejuaraan seperti PORSENIJAR,PORCAM dan PORKAB membuka peluang yang sangat besar untuk dipertandingkannya olahraga petanque. Namun kondisi atlet yang sangat sedikit berimplikasi belum bisa

Keberadaan lapangan yang hampir tersebar diseluruh desa, kecamatan dan ibukota kabupaten Buleleng juga sangat mendukung penyebaran olahraga petanque ini. Panjangnya garis pantai yang dimiliki oleh kabupaten Buleleng juga menjadi asset yang sangat berharga untuk pengembangan olahraga petanque dikabupaten Buleleng.

Kabupaten Buleleng yang merupakan kota pendidikan juga sangat mendukung pengembangan cabang olahraga ini. SD, SMP, SMA, SMK tersebar hampir diseluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Buleleng. Kondisi di atas perlu mendapat perhatian berbagai pihak terutam akademisi yang perduli terhadap perkembangan cabang olahraga petanque di Kabupaten Buleleng.

1. Bagaimanakah proses pelatihan olahraga petanque bagi guru SD, SMP,SMA dan SMK di Kabupaten Buleleng?

2. Bagaimanakah aplikasi peraturan pelatihan petanque bagi guru SD, SMP,SMA dan SMK di Kabupaten Buleleng?

3. Bagimanakah proses pemanfaataan lapangan terbuka, garis pantai yang bisa digunakan sebagai prasarana lapangan petanque bagi guru SD, SMP,SMA dan SMK di Kabupaten Buleleng?

Untuk membahas permasalahan di atas, proses Pelatihan Olahraga Petanque Bagi Guru SD, SMP SMA dan SMK Se-Kabupaten Buleleng bentuk permainan boules yang tujuannya melempar bola besi sedekat mungkin dengan bola kayu yang disebut cochonnet dan kaki harus berada di lingkaran kecil. Permainan ini biasa dimainkan di tanah keras atau minyak, tapi juga dapat dimainkan di rerumputan, pasir atau permukaan tanah lain. Permainan sejenis adalah bocce dan bowls. Bentuk asli permainan ini muncul tahun 1907 di La Ciotat, di Provence, di selatan Perancis. Namanya berasal dari Les Ped Tanco dalam dialek Provençal di bahasa Occitan, yang berarti "kaki rapat.

Pada awal abad ke-6 SM orang Yunani Kuno telah memainkan permainan melempar koin, batu datar, dan bola batu, disebut spheristics. Bangsa Romawi Kuno memodifikasi permainan dengan menambahkan target yang harus didekati sedekat mungkin. Variasi Romawi dibawa ke Provence oleh tentara Romawi dan pelaut. Sebuah makam Romawi di Florence menunjukkan orang bermain game ini, membungkuk untuk mengukur poin.

Dalam perkembangannya setelah itu masyarakat Roma, menggantikan bola batu dengan bola kayu, dengan kuku untuk memberi mereka bobot yang lebih besar. Pada Abad Pertengahan Erasmus menyebut permainan itu sebagai globurum. Tetapi selanjutnya menjadi dikenal sebagai „boule,‟ atau bola, dan itu dimainkan di seluruh Eropa. Raja Henry III dari Inggris melarang permainan itu dan menggantikannya dengan pemanah, dan di abad 14, Charles IV dan Charles V dari Perancis juga melarang olahraga untuk rakyat jelata. Namun dalam abad ke-17 adalah larangan tersebut dicabut.

Pada abad ke-19, di Inggris olahraga telah menjadi bowling rumput, di Perancis, olahraga ini dikenal sebagai boule, dan dimainkan diseluruh masyarakatnya. Para Meissonnier seniman Prancis membuat dua lukisan menunjukkan orang-orang bermain game, dan Honoré de Balzac dijelaskan pertandingan di La Comédie humaine. Di Prancis Selatan telah berevolusi menjadi jeu Provençal, mirip dengan petanque, kecuali bahwa lapangan lebih besar dan pemain menjalankan tiga langkah sebelum membuang bola. Permainan ini dimainkan di desa-desa diseluruh Provence, biasanya pada kotak tanah di bawah naungan pohon.

Petanque dalam bentuk yang sekarang ditemukan pada tahun 1907 di kota La Ciotat dekat Marseilles oleh pemain Lyonnaise Prancis bernama Jules Boule Lenoir. Panjang pitch atau lapangan dikurangi oleh sekitar setengah, dan pengiriman bergerak diganti dengan yang stasioner. Turnamen petanque pertama dengan aturan baru diselenggarakan pada tahun 1910 oleh Ernest saudara dan Joseph Pitiot, pemilik sebuah kafe di La Ciotat. Setelah itu olahraga tumbuh dengan kecepatan tinggi, dan segera menjadi bentuk yang paling populer dari boule. Federasi internasional petanque Fédération Internationale de petanque et

Jeu Terbukti didirikan pada tahun 1958 di Marseille dan memiliki sekitar 600.000 anggota di 52 negara (2002).

Kejuaraan Dunia pertama diselenggarakan pada tahun 1959. Kejuaraan paling baru diadakan di Faro (2000), Monako (2001), Grenoble (2002, 2004 dan 2006), Jenewa (2003), Brussels (2005), dan Pattaya / Thailand (2007). Lima puluh dua tim dari 50 negara berpartisipasi dalam 2007

Peralatan yang digunakan dalam pertandingan petanque harus memenuhi syarat international dan dibuat oleh manufaktur resmi organisasi dunia olahraga petanque. Syarat ini meluputi berat bola, ukuran tangan, bahan material, merek dan nomor seri. Adapun alat tersebut adalah.

a. Bosi merupakam bola berbentuk bulat terbuat dari logam dan berongga dibahagian dalamnya, mempunyai garis pusat antara 70,5mm – 80mm dan beratnya antara 650gram – 800gram. Disamping itu, biasanya boule ini mempunyai nama tertentu, angka penunjuk berat dan nomor seri.

Gambar Bosi petanque

b. Boka atau Jack merupakan bola yang terbuat dari kayu. Boka mempunyai garis pusat antara 25 mm – 35 mm bola ini harus berwarna dan mudah dilihat pada lapangan permainan.

Gambar Boka atau Jack petanque

c. Meteran adalah meteran pengukur untuk jarak 1 meter , 5 meter dan 10 meter.

Gambar Meteran Petanque

d. Lingkaran berdiameter 50 cm digunakan untuk sebagai penanda untuk pemain mulai melakukan tembakan dalam permainan petanque.

e. Scoring adalah alat yang digunakan untuk mencatat poin dalam pertandingan petanque

Gambar ScoringPetanque

f. Selain alat pertandingan petanque juga mambutuhkanl lapangan. Berdasarkan FIPJP, standar internasional dan nasional ukura ukuran 15 meter x 4 atau 13m x 3 meter. Petang dapat dimainkan di atas tanah liat atau berbatuan, untuk lapangan rumput dan lapangan concrete tidak direkomendasi.

Gambar Lapangan Petanque

Teknik dasar dalam permainan petanque

Dalam dokumen LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS (Halaman 21-27)

Dokumen terkait