• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

HASIL PELAYUAN YANG OPTIMAL SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh: RICKI BUDIMAN

F14101017

Dilahirkan pada tanggal 23 November 1983 Di Sukabumi

Tanggal Lulus: 21 Desember 2006

Bogor, Januari 2007

Menyetujui,

Dr. Ir. Dewa Made Subrata, M.Agr. Pembimbing Akademik

Mengetahui,

Dr. Ir. Wawan Hermawan, M.S. Ketua Departemen Teknik Pertanian

4 RICKI BUDIMAN. F14101017. Rancangan Alat Perata Aliran Udara Pada

Withering Trough Untuk Mendapatkan Hasil Pelayuan Yang Optimal. Dibawah

Bimbingan: Dr. Ir. Dewa Made Subrata, M.Agr. 2006

RINGKASAN

Teh hitam merupakan salah satu komoditas hasil pertanian dari sub sektor perkebunan yang menjadi komoditas ekspor non migas. Pengolahan teh hitam dibedakan menjadi dua sistem yaitu sistem orthodox dan sistem baru. Sistem orthodox dibedakan lagi menjadi dua yaitu orthodox murni dan orthodox rotorvane. Sedangkan sistem baru meliputi CTC, LTP, dan lain-lain. Pengolahan teh hitam yang ada di PTPN VIII Goalpara menggunakan sistem orthodox rotorvane. Tahapan pengolahan teh hitam yang ada di Goalpara yaitu pelayuan, penggilingan, reaksi oksidasi enzimatis, pengeringan, sortasi kering, dan pengepakan.

Proses pelayuan merupakan titik awal penentuan mutu ketika pucuk diolah di pabrik pengolahan. Alat yang digunakan pada proses ini yaitu withering trough

(WT). Tujuan yang diharapkan pada proses pelayuan adalah mendapatkan hasil pelayuan yang optimal. Standar yang ada untuk hasil dari proses pelayuan yaitu tingkat kadar air antara 49-58 % dan kerataan layuan di atas 87 %. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses pelayuan antara lain yaitu suhu, kelembaban udara, dan banyaknya udara yang menembus pucuk yang akan dilayukan. Dalam proses pelayuan ditemukan beberapa masalah yaitu tidak meratanya hasil pelayuan.

Pemecahan masalah mengenai hasil layuan yang tidak merata salah satunya adalah dengan menambahkan alat tambahan pada WT berupa nako. Nako yang dibuat mirip dengan nako jendela namun ukurannya lebih besar disesuaikan dengan kondisi WT yang besar. Dengan adanya nako tambahan ini diharapkan bisa mengatur aliran massa udara yang akan mengalir menuju pucuk sehingga bisa lebih merata ke setiap sesi pada WT sehingga hasil pelayuan yang didapat sesuai dengan standar yang ada.

Penelitian ini dilaksanakan di PTPN VIII Goalpara mulai bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2006. Bahan yang digunakan adalah pucuk teh yang berasal dari kebun afdeling PTPN VIII Goalpara. Peralatan utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu halogen moisture analyzer (HMA), WT, nako, dan anemometer. Nako yang ditambahkan terbuat dari bahan plat dan batang besi bekas.

Percobaan yang dilakukan terdiri dari lima perlakuan. Pertama yaitu WT tanpa nako tambahan. Perlakuan kedua adalah WT dengan nako tambahan skenario 1 (nako pertama berdaun tunggal pada jarak 7.6 m dari sesi 1 dengan sudut 45°, nako kedua berdaun ganda dengan jarak 13.68 m dari sesi 1 dengan masing-masing sudut sebesar 30°). Perlakuan ketiga adalah WT dengan nako tambahan skenario 2 (nako pertama berdaun tunggal pada jarak 7.6 m dari sesi 1 dengan sudut 45°, nako kedua berdaun ganda dengan jarak 13.68 m dari sesi 1 dengan masing-masing sudut sebesar 45°). Perlakuan keempat adalah WT dengan nako tambahan skenario 3 (nako pertama berdaun tunggal pada jarak 7.6 m dari sesi 1 dengan sudut 30°, nako kedua berdaun ganda dengan jarak 13.68 m dari

5 sesi 1 dengan masing-masing sudut sebesar 30°). Perlakuan kelima adalah WT dengan nako tambahan skenario 4 (nako pertama berdaun tunggal pada jarak 7.6 m dari sesi 1 dengan sudut 45°, nako kedua berdaun ganda dengan jarak 13.68 m dari sesi 1 dengan masing-masing sudut sebesar 30°).

Pengukuran yang dilakukan antara lain yaitu: kecepatan aliran udara, kadar air pucuk, kerataan layuan, serta lama waktu pelayuan. Untuk kecepatan aliran udara terdapat delapan titik pengukuran tiap sesi WT, hasil dari kecepatan aliran udara di konversi menjadi laju massa udara. Pengukuran kecepatan aliran udara dilakukan ketika WT dalam keadaan kosong dan WT dalam keadaan terisi pucuk. Pengukuran kadar air pucuk dilakukan tiap tiga jam sekali hingga pucuk siap turun layu. Kerataan layuan diukur ketika pucuk telah siap turun layu berdasarkan banyaknya pucuk layu sampel per pucuk sampel seluruhnya, dan lama waktu pelayuan diukur berdasarkan lamanya waktu yang dibutuhkan dalam proses pelayuan.

Hasil yang diperoleh dari lima perlakuan adalah sebagai berikut: 1) pada perlakuan pertama menghasilkan kerataan layuan sebesar 89.11 %, kadar air pucuk layu sekitar 56.47 %, dan lama waktu pelayuan sekitar 20 jam; 2) pada perlakuan kedua menghasilkan kerataan layuan sebesar 91.11 %, kadar air pucuk layu sebesar 56.05 %, dan lama waktu pelayuan sekitar 20 jam; 3) pada perlakuan ketiga menghasilkan kerataan layuan sebesar 92.10 %, kadar air pucuk layu sebesar 55.87 %, dan lama waktu pelayuan sekitar 19 jam; 4) pada perlakuan keempat menghasilkan kerataan layuan sebesar 91.89 %, kadar air pucuk layu akhir sebesar 55.74 %, dan lama waktu pelayuan sekitar 19 jam; 5) pada perlakuan kelima menghasilkan kerataan layuan sebesar 92.44 %, kadar air pucuk layu sebesar 55.18 %, lama waktu pelayuan sekitar 19 jam. Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa penggunaan nako tambahan pada WT dapat meningkatkan tingkat kerataan layuan dari proses pelayuan pucuk teh.

Menurut hasil analisa statistik koefisien variasi dan uji-F, penambahan nako pada WT memberikan pengaruh pada laju massa udara dan kerataan layuan saja, sedangkan pada kadar air akhir pucuk dan lama waktu pelayuan kurang berpengaruh. Pada laju massa udara pengaruh yang diberikan yaitu WT dengan ditambahkan nako memiliki laju massa udara yang lebih seragam bila dibandingkan WT tanpa nako, hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien variasi WT dengan nako lebih kecil dibandingkan dengan WT tanpa nako. Pengaruh pada kerataan layuan yaitu adanya peningkatan kadar kerataan layuan yang juga didukung dengan hasil analisa statistika menggunakan uji-F dimana hasilnya berbeda nyata.

6 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis yang bernama RICKI BUDIMAN dilahirkan di SUKABUMI pada tanggal 23 November 1983 dari pasangan Bpk. Cucup dan Ibu Neneng. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Pada tahun 1989, penulis memasuki pendidikan dasar di SDN Palmerah 20 Pagi Jakarta. Tahun 1995, penulis melanjutkan studi di SLTPN 111 Jakarta. Namun, tahun 1996 pindah ke Sukabumi dan melanjutkan studi di SLTPN 1 Cisaat hingga tahun 1998. Pada tahun 1998 pun, penulis mealnjutkan studi di SMUN 3 Sukabumi. Pada tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang beikutnya di Institut Pertanian Bogor (IPB).

Penulis menjadi mahasiswa di Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai anggota UKM BKIM dan Himpunan Profesi Teknik Pertanian (HIMATETA).

Pada tanggal 21 Desember 2006, penulis dapat melaksanakan ujian sidang skripsi dan dapat meyelesaikan skripsinya sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN dengan judul “Rancangan Alat Perata Aliran Udara Pada Withering Trough Untuk Mendapatkan Hasil Pelayuan Yang Optimal” di bawah bimbingan Dr.Ir. Dewa Made Subrata, M.Agr., dan Dr.Ir.Suroso, M.Agr. serta Ir. Mad Yamin, M.T. sebagai dosen penguji.

7 KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan ijin dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Rancangan Alat Perata Aliran Udara pada Withering Trough untuk mendapatkan Hasil Pelayuan yang Opimal. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan berjasa selam ini terutama dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr.Ir. Dewa Made Subrata, M.Agr. selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih atas bimbingan, kesabaran, kebaikan, dan pengarahannya selama ini.

2. Bapak Dr.Ir. Suroso, M.Agr. dan Ir. Mad Yamin, M.T. selaku dosen penguji. Terima kasih atas waktu dan kesempatannya untuk menjadi dosen penguji.

3. PTPN VIII Goalpara. Terima kasih atas kesediaannya untuk membantu dalam pelaksanaan penelitian.

4. Pengolahan crew. Terima kasih atas bimbingannya selama penulis melaksanakan penelitian.

5. Pengurus BKIM IPB yang selama ini selalu membimbing penulis agar menjadi pejuang penegak islam. ALLAHUAKBAR !!!

6. Bapak, Ibu, serta adik-adikku yang telah memberi dukunga terhadap penulis.

Semoga Allah membalas apa-apa yang telah diberikan oleh semua pihak yang telah membanu penulis selama ini dengan balasan yang setimpal. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan bagi setiap orang yang membacanya

Bogor, Januari 2007

8 DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN PENELITIAN ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA A. TANAMAN TEH ... 3

B. JENIS KOMODITI TEH ... 4

C. TEH HITAM ... 5 1. Proses Pelayuan ... 5 2. Withering Trough ... 8 D. KONDISI PELAYUAN ... 9 1. Udara Pelayuan ... 9 2. Kerataan Layuan ... 9

3. Laju Penurunan Kadar Air ... 9

4. Aliran Udara ... 10

E. PENELITIAN TERDAHULU... 11

III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU ... 12

B. BAHAN DAN ALAT ... 12

C. PARAMETER YANG DIUKUR ... 12

D. PROSEDUR PENELITIAN ... 14

E. ASUMSI ... 16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI AWAL ALIRAN UDARA ... 17

9

B. PENGGUNAAN ALAT TAMBAHAN (NAKO )... 20

1. Nako Tambahan Skenario 1... 20

2. Nako Tambahan Skenario 2 ... 22

3. Nako Tambahan Skenario 3 ... 24

4. Nako Tambahan Skenario 4 ... 26

C. ANALISA HASIL PERCOBAAN... 29

1. Massa Udara ... 29

a) WT Tidak Terisi Pucuk ... 29

b) WT Terisi Pucuk ... 30

2. Kerataan Layuan ... 31

3. Kadar Air Pucuk Layu ... 31

4. Waktu Pelayuan ... 32

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 33

B. SARAN ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34

10 DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kadar air daun layu dengan keadaan layunya ... 5

Tabel 2. Perbandingan koefisien variasi (%) dari massa udara rata-rata (kg/s) pada jaring WT ketika WT tidak terisi pucuk ... 29

Tabel 3. Perbandingan koefisien variasi (%) dari massa udara rata-rata (kg/s) pada jaring WT ketika WT terisi pucuk ... 30

Tabel 4. Perbandingan pengaruh nako terhadap kerataan layuan (%) ... 31

Tabel 5. Sidik ragam pengaruh nako terhadap kerataan layuan ... 31

Tabel 6. Perbandingan pengaruh nako terhadap kadar air (%) ... 32

Tabel 7. Sidik ragam pengaruh nako terhadap kadar air pucuk ... 32

Dokumen terkait