• Tidak ada hasil yang ditemukan

Puskesmas Tamangapa berada dalam wilayah Kecamatan Manggala, dengan wilayah kerja meliputi dua kelurahan, yaitu Kelurahan Tamangapa dan Kelurahan Bangkala. Kelurahan Tamangapa terdiri dari 10 RW dan 30 RT, dengan luas wilayah 882 ha. Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Tamangapa adalah sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Antang, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gowa, sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Panakkukang.

Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tamangapa terdiri dari berbagai suku, antara lain : Makassar, Bugis, Jawa, Manado, dll. Sedangkan agama yang dianut, mayoritas beragama Islam. Yang lain adalah Kristen, Hindu, dan Buddha. Adapun mata pencaharian/pekerjaan antara lain : petani, buruh harian, PNS, wiraswasta, ABRI, dll. Selain mata pencaharuan, tingkat pendidikan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tamangapa bervariasi mulai dari Perguruan Tinggi, SLTA, SLTP, tamat SD, tidak tamat SD, hingga tidak sekolah. Adapun mata pencaharian penduduk sebagian besar berturut-turut adalah pegawai negeri sipil (PNS), pegawai swasta, wiraswasta, TNI, petani, dan buruh

B. Hasil

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Tamangapa Kota Makassar yang ada di Sulawesi Selatan tanggal 1 Oktober 2021 sampai 31 Desember 2021. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 sampel.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data ini bertujuan untuk melihat dan mengetahui hubungan anemia dalam kehamilan dengan kejadian berat bayi lahir rendah. Analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS, yang terlebih dahulu dilakukan uji analisis univariat kemudian dilanjutkan analisis uji bivariat yaitu menggunakan uji Chi-Square dan uji Rank Spearman

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang dilakukan, maka disajikan hasil penelitian sebagai berikut.

1. Analisis Univariat

a. Karakteristik Responden

Tabel 4.1 Distribusi Usia dan Pekerjaan Responden

Karakteristik Responden N %

Usia ≤ 20 tahun 20 20

21 – 34 tahun 63 63

≥ 35 tahun 17 17

Pekerjaan IRT 47 47

PNS 22 22

Wiraswasta 31 31

Jarak Kehamilan

< 2 tahun 46 46

2 – 4 tahun 35 35

> 4 tahun 19 19

Total 100 100

Sumber : Data Sekunder, 2020-2021

Berdasarkan table 4.1 diatas, diketahui bahwa mayoritas usia responden yaitu berusia 21 – 34 tahun dengan banyak responden adalah 63 (63%) responden, usia kurang dari sama dengan 20 tahun sebanyak 20 (20%) responden dan usia lebih dari sama dengan 35 tahun sebanyak 17 (17%) responden. Dan karakteristik berdasarkan jenis pekerjaan nya terbanyak adalah IRT 47 (47%) responden, PNS 22 (22%) responden dan Wiraswasta 31 (31%) responden. Serta karakteristik jarak kehamilan yang dialami responden terbanyak adalah kurang dari 2 tahun sebanyak 46 (46%) responden, 2 – 4 tahun sebanyak 35 (35%) responden dan lebih dari 4 tahun sebanyak 19 (19%) responden.

Tabel 4.2 Distribusi Gravidarum, Partus, dan Absortus

Karakteristik Responden N %

Gravida Primigravida 24 24

Multigravida 76 76

Partus Nulipara 26 26

Primipara 33 33

Multipara 41 41

Abortus Tidak Pernah Abortus 80 80

Abortus satu kali 13 13

Abortus lebih dari satu 7 7

Total 100 100

Sumber : Data Sekunder, 2020-2021

Berdasarkan tabel 4.2 diatas, diketahui bahwa responden mayoritas berstatus multigravida yaitu sebanyak 76 (76%) responden dan primigravida sebanyak 24 (24%) responden. Karakteristik responden berdasarkan status partus paling banyak adalah multipara 41 (41%) responden, primipara 33 (33%) responden dan nulipara 26(26%) responden. Dan karakteristik responden berdasarkan abortus mayoritas tidak pernah abortus 80 (80%) responden, abortus satu kali 13 (13%) responden dan abortus lebih dari satu 7 (7%) responden.

b. Karakteristik Berdasarkan Variabel Pengamatan Tabel 4.3 Analisis Deskriptif Variabel Pengamatan

Variabel Pengamatan N %

Anemia Normal (≥ 11gr/dl) 58 58

Anemia Ringan (9-10gr/dl) 32 32

Anemia Sedang (7-8gr/dl) 10 10

Anemia Berat (< 7gr/dl) 0 0

BBLR BBLER (<1000gr) 1 1

BBLSR (1000 – 1499 gr) 0 0

BBLR (1500 – 2499 gr) 39 39

BBLN (≥2500 gr) 60 60

Total 100 100

Sumber : Data Sekunder, 2020-2021

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, diketahui hasil analisis deskriptif dari kedua variabel pengamatan dalam penelitian ini. Variabel independent anemia diketahui mayoritas responden mengalami normal (≥ 11gr/dl) sebanyak 58 (58%) responden, anemia ringan sebanyak 32 (32%) responden, anemia sedang 10 (10%) responden dan anemia berat 0 responden. Variabel dependent BBLR diketahui mayoritas mengalami BBLN sebanyak 60 (60%) responden, BBLR 39 (39%) responden, BBLSR 0 responden dan BBLER 1 (1%) responden.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen. Karena data yang disajikan dalam bentuk kategorik maka digunakan uji Chi-Square dan uji Rank Spearman. Dan telah didapat hasilnya sebagai berikut.

a. Uji Chi-Square

Tabel 4.4 Hasil Uji Chi-Square Hubungan Anemia atau Normal dalam Kehamilan dengan Angka Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah

(BBLR) Independent Dependent

Total

P-value

BBLR BBLN

N % N % N %

Anemia 28 28 14 14 42 42 0.000

Tidak Anemia

12 12 46 46 58 58

Total 100 100 100 100 100 100 Sumber : Data Sekunder, 2020-2021

Berdasarkan tabel 4.5 diatas, diketahui bahwa jumlah responden yang mengalami anemia selama hamil yang melahirkan BBLR sebanyak 28 (28%) responden, tidak anemia yang melahirkan BBLR 12 (12%) responden. Jumlah responden mengalami anemia yang melahirkan BBLN sebanyak 14 (14%) responden, tidak anemia yang melahirkan BBLN sebanyak 46 (46%) responden. Nilai p-value yang didapatkan yaitu 0.000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho di tolak dan Ha di terima. Maka, terdapat hubungan antara anemia dalam kehamilan dengan kejadian berat bayi lahir rendah di Puskesmas Tamangapa Kota Makassar.

b. Uji Rank Spearman

Tabel 4.5 Hasil Uji Rank Spearman Anemia dalam Kehamilan dengan Kejadian BBLR

Independent Dependent Spearmans’s rho Independent

(Anemia)

Correlation Coefficient 1.000 0.463**

Sig. (2-tailed) 0.000

N 100 100

Dependent (BBLR)

Correlation Coefficient 0.463 1.000 Sig. (2-tailed) 0.000

N 100 100

Berdasarkan tabel 4.4 diatas, diketahui bahwa hasil analisis korelasi menggunakan uji Spearman. Dimana angka correlation coefficient sebesar 0.463. Diketahui juga nilai sig. (2-tailed) kedua variabel yaitu variabel independent dan dependent adalah 0.000 <

0.05. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang cukup kuat dan searah antara variabel independent (Anemia) dan dependent (BBLR).

C. Pembahasaan

Hasil dari penelitian ini tentang hubungan anemia dalam kehamilan dengan kejadian berat bayi lahir rendah di dapatkan nilai p sebesar 0,000 yang kurang dari tingkat signifikasi (𝛼 = 5%) yang berarti menunjukkan adanya hubungan secara signifikan antara anemia dalam kehamilan dengan kejadian berat bayi lahir rendah. Pada hasil penelitian ini juga didapatkan karakteristik responden yang berbeda pada setiap kategori.

Didapatkan prevalensi anemia pada ibu saat kehamilan yang melahirkan bayi berat lahir rendah sebanyak 24 (24%), sedangkan mengalami anemia pada ibu saat kehamilan yang melahirkan bayi berat lahir normal sebanyak 17 (17%). Prevalensi ibu yang tidak mengalami anemia saat kehamilan dan melahirkan bayi berat lahir rendah 10 (10%), sedangkan ibu yang tidak

mengalami anemia saat kehamilan yang melahirkan bayi berat lahir normal sebanyak 48 (48%).

Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Lusi (2019), secara statistik hasil analisa chi square menunjukan p = 0,005 dan OR = 5,464 dengan CI 95% = 1,627-18,357. Karena p < 0,05 berarti menunjukkan ada hubungan antara kadar hemoglobin dengan kejadian bayi berat lahir rendah.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.

Nilai OR > 1 artinya kadar hemoglobin yang diteliti merupakan faktor risiko.

Kadar Hb merupakan faktor risiko terjadinya BBLR, dimana peluang terjadinya BBLR berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan kadar Hb < 11 g/dl ( anemia memiliki risiko 5,464 kali lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat lahir rendah disbanding dengan ibu yang mempunyai kadar Hb ≥ 11 g/dl (tidak anemia). Kekurangan kadar Hb ibu hamil merupakan permasalahan kesehatan yang rentan terjadi selama kehamilan. Kadar Hb < 11 g/dl mengindikasikan ibu hamil menderita anemia. Anemia pada ibu hamil meningkatkan risiko kejadian BBLR, risiko perdarahan sebelum dan saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat.

Hal ini dapat memberikan sumbangan besar terhadap angka kematian ibu bersalin maupun angka kematian bayi. (Lusi. dkk, 2019)

Anemia pada ibu hamil dapat dipengaruhi dari segi gizi dimulai dengan menipisnya simpanan zat besi (feritin) dan bertambahnya penyerapan zat besi yang digambarkan dengan kapasitas pengikatan besi yang terus meningkat, sehingga mengakibatkan habisnya cadangan zat besi, kejenuhan tranferin yang terus, berkurangnya jumlah protoporpirin yang diubah menjadi heme seiring dengan menurunnya kadar feritin serum.

Sehingga terjadi anemia denan ditandai rendahnya kadar Hb. (Haryanti and Pangestu, 2019)

Peneliti melakukan survey data pada ibu hamil yang melahirkan bayi berat lahir rendah dengan melihat data rekam medik. Mengumpulkan data mengenai kadar haemoglobin ibu hamil yang melahirkan bayi berat lahir rendah. Setelah itu variabel anemia pada kehamilan dengan berat bayi lahir rendah dihubungkan dengan menggunakan analisis Chi-Square dan Rank Spearman untuk melihat adanya hubungan antara anemia pada kehamilan dengan berat bayi lahir rendah.

Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syifaurrahmah, dkk (2018) bahwa ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara anemia saat kehamilan dengan kejadian berat bayi lahir rendah. Secara statistik berdasarkan uji chi square terdapat perbedaan yang bermakna antara berat bayi lahir rendah pada ibu hamil aterm anemia dan tanpa anemia, didapatkan nilai p=0.047 (p < 0,05) dengan rasio prevalensi 1.7 kali lebih rentan. Maknanya, terdapat hubungan bermakna antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian bayi berat lahir rendah. Ibu hamil dengan anemia 1.7 kali lebih berisiko melahirkan BBLR dibandingkan ibu hamil tanpa anemia.(Syifaurrahmah, Yusrawati and Edward, 2018)

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mardiaturahmah dan Anjarwati (2020) bahwa adanya hubungan antara anemia saat kehamilan dengan berat bayi lahir rendah dimana p-value 0,001 (OR=5,412, CI=1,998-14,661). Hasil ini berarti ibu hamil dengan anemia mempunyai resiko 5,412 kali untuk melahirkan BBLR..

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Noorbaya (2018) hasil analisis uji Chi-square di atas diperoleh harga X hitung sebesar 1.983 dan pada tabel Chi-square yang sudah baku dengan ketentuan degree of freedom (df) yaitu 1 pada taraf signifikan 5% (0,05) diperoleh X tabel sebesar 3.841. Oleh karena X hitung lebih kecil dari X tabel (1.983 < 3.841) maka dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara anemia dalam kehamilan dengan kejadian BBLR.

Berdasarkan studi yang di lakukan Aditianti pada penelitiannya (2020) menjelaskan mekanisme anemia yang memengaruhi berat bayi lahir dapat dijelaskan oleh beberapa keadaan, yaitu kurangnya asupan Fe dapat mengganggu sistem imun yang kemudian dapat meningkatkan kerawanan tubuh terhadap infeksi penyakit seperti genital infection, urinary tract infection, malaria, dan hepatitis. Selain itu defisiensi Fe dapat meningkatkan produksi hormon stres norepinephrine dan cortisol. Kadar Hb darah yang rendah dapat mengakibatkan fetal hypoxia yang kemudian merangsang tubuh untuk memproduksi hormon corticotrophine. Hormon tersebut dapat memengaruhi perkembangan plasenta dengan menurunkan aliran darah menuju janin. Jika terjadi secara terus menerus, akibatnya janin akan mengalami hambatan pertumbuhan dan ibu berisiko untuk melahirkan BBLR. (Aditianti and Djaiman, 2020)

Namun berdasarkan teori yang dijelaskan oleh Mardiaturrahmah (2020), perubahan kadar darah saat kehamilan merupakan suatu perubahan sirkulasi yang terus meningkat terhadap pertumbuhan payudara dan plasenta. Volume plasma darah meningkat 45-65% yang dimulai pada trimester II kehamilan dan maksismum terjadipada bulan ke 9 serta meningkat sekitar 1000 ml, dan akan menurun sedikit ketika menjelang aterm serta akan kembali normal pada 3 bulan setelah melahirkan.

(Mardiaturrahmah and Anjarwati, 2020)

Kejadian anemia memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR) sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya berat bayi lahir rendah antara lain dari faktor ibu, janin dan lingkungan.

Faktor ibu meliputi usia ibu, riwayat kehamilan ibu, pekerjaan ibu, jarak kehamilan. Faktor yang secara langsung mempengaruhi kejadian berat bayi lahir rendah ialah disebabkan oleh status gizi yang kurang saat hamil yang bisa diukur dari status anemia ibu hamil. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mardiaturrahmah dan Anjarwati (2020) menjelaskan hasil

penelitiannya bahwa penyebab kejadian anemia pada ibu hamil sangat erat kaitannya dengan ibu yang tidak mengkonsumsi table Fe selama masa kehamilan yang dapat melahirkan bayi BBLR. Berdasarkan hasil yang didapatkan oleh peneliti ini berbeda dengan hasil penelitian yang di lakukan oleh Noorbaya (2018) yang menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kejadian anemia pada kehamilan dengan kejadian BBLR oleh karena itu terlihat bahwa terjadi berat bayi lahir rendah tidak hanya dipengeruhi oleh kadar haemoglobin saja, faktor lain juga berpengaruh penting dengan kejadian BBLR (Noorbaya, 2018)

Secara fisiologis, ibu hamil akan mengalami hemodilusi atau pengenceran darah yang disebabkan karena kebutuhan suplai darah yang akan menigkat untuk janin yang dikandungnya. Dikatakan mengalami anemia apabila kadar Hb ibu hamil kurang dari 11 gr/dl. Anemia yang sering terjadi adalah defisiensi besi pada ibu dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin/bayi saat kehamilan maupun setelahnya. Anemia merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan intrauterin sehingga faktor ini menjadi salah satu penyebab kematian janin, BBLR dan pertumbuhan abnormalitas (Manuaba, 2014).

Hasil penelitian dari Rahmawati, dkk (2018) menunjukkan bahwa dari 59 (51,8%) responden, dianataranya yang mengalami anemia sebanyak 40 (70,2%) responden yang melahirkan bayi BBLR sedangkan 19 responden yang melahirkan berat bayi lahir normal. Gambaran yang jelas terlihat bahwa saat hamil, ibu membutuhkan asupan gizi lebih banyak untuk memberikan nutrisi yang cukup untuk sang janin. Status gizi anemia sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Kekurangan gizi pada saat kehamilan dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin, menimbulkan keguguran, bayi lahir mati, cacat bawaan dan anemia pada bayi, lahir dengan berat badan rendah. Anemia pada saat hamil dapat mengakibatkan efek buruk pada ibu

maupun kepada bayi yang akan dilahirkannya. Anemia dapat mengurangi suplai oksigen pada metabolisme ibu karena hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen (Prawirohardjo, 2016).

Berdasarkan asumsi peneliti bahwa adanya hubungan yang cukup kuat antara kadar hb dengan keluaran kehamilan, hal itu yang menyebabkan semakin rendah kadar hb maka berat bayi lahir juga semakin rendah.

Pasokan asupan nutrisi ke janin yang sedang tumbuh tergantung pada jumlah darah ibu yang mengalir ke plasenta dan zat-zat nutrisi yang diangkutnya. Pada ibu hamil yang anemia suplai oksigen, input nutrisi berkurang sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin (Manuaba, 2014). Pada ibu hamil dengan anemia terjadi gangguan pengiriman oksigen dan zat nutrisi dari ibu ke plasenta dan janin, yang mempengaruhi fungsi plasenta. Penurunan fungsi plasenta dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin, abortus, partus lama, sepsis puerperalis, kematian ibu dan janin (Cunningham et al., 2019). Adapun hasil penenlitian yang dilakukan oleh Suhartati dkk, (2017) yang mengkategorikan anemia pada ibu saat kehamilan dengan hasil ibu yang menderita anemia baik kategori anemia ringan,anemia sedang dan anemia berat secara keseluruhan mempunyai risiko untuk melahirkan bayi BBLR 9 Kali lebih besar daripada ibu yang tidak anemia. Ibu hamil penderita anemia kemungkinan akan melahirkan bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR) (Suhartati, Hestinya and Rahmawaty, 2017)

Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap lahirnya bayi denga berat bayi lahir renah (BBLR) di wilayah kerja Puskesmas Tamangapa Kota Makassar Tahun 2021 seperti usia ibu yang terlalu muda (<20 tahun) atau terlalu tua (>35 tahun). Kehamilan remaja yang berusia dibawah 20 tahun mempunyai risiko sering mengalami anemia pada ibu yang dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin, keguguran, preamturitas,

atau BBLR, gangguan persalinan, preeklampsi, dan perdarahan antepartum (Prawirohardjo, 2016). Semakin muda atau semakin tua usia ibu sangat mempengaruhi kesiapan mental dan kesiapan organ tubuh untuk menerima kondisi yang belum pada waktunya dan membuat kematangan organ tidak pada waktu yang tepat sehingga mempengaruhi berat badan lahir. Semakin muda umur seorang ibu hamil, akan mempengaruhi kebutuhan nutriibu hamil karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandungnya.

Sedangkan dengan umur yang tua perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang semakin melemah dan diharuskan untuk bekerja secara maksimal maka diperlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilannya, Dan hasil penelitian didapatkan ibu yang melahirkan bayi berat lahir rendah lebih banyak pada ibu yang tidak berisiko yaitu pada umur 20 tahun sampai 35 tahun (Abdullah and Anissa, 2017)

Jumlah paritas ibu juga sangat berpengaruh dengan kejadian berat bayi lahir rendah karena sistem reproduksi ibu sudah mengalami penipisan akibat sering melahirkan. Hal ini disebabkan oleh semakin tinggi paritas ibu, sehingga kualitas endometrium akan semakin menurun. Berdasarkan hasil karakterisitik ibu berdasarkan jumlah paritas ialah ibu yang multipara yaitu sebanyak 40 orang (40%), kemudian primipara sebanyak 33 orang ( 33%), sedangkan nulipara sebanyak 26 orang (26%). Kejadian BBLR dengan riwayat paritas yang tinggi dapat terjadi akibat system reproduksi ibu yang sudah mengalami penipisan akibat sering melahirkan sehingga kulitas dari lapisan endometrium akan semakin menurun. Kehamilan yang berulang-ulang dapat mempengaruhi system sirkulasi nutrisi ke janin dimana jumlah nutrisi akan berkurang dibandingkan dengan kehamilan sebelumnya¸ wanita yang sudah sering melahirkan dapat berakibat kerusakan pada pembuluh darah dan vaskularisasi dinding uterus akibat persalinan yang lampau, sehingga aliran darah ke plasenta tidak memadai, yang akhirnya dapat menurunkan fungsinya dan mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin. (Pinontoan and Tombokan, 2015)

Faktor pekerjaan yang dimiliki oleh ibu hamil juga dapat ikut berpengaruhi terhadap kejadian BBLR, berdasarkan hasil penelitian karaktweristik ibu yang memiliki pekerjaan sebagai PNS sebanyak 22 orang (22%), wiraswasta sebanyak 31 orang, sedangkan IRT sebanyak 47 orang (47%). Faktor pekerjaan dapat mempengaruhi status gizi pada ibu hamil.

Ibu yang tidak bekerja atau dalam artian berprofesi sebagai ibu rumah tannga tidak membutuhkan banyak keluaran energi dibandingkan dengan ibu yang bekerja. sehingga dengan pasokan nutrisi yang baik akan terjadi peningkatan berat badan normal berdasarkan indeks massa tubuh ibu sebelum hamil. Ibu yang mempunyai status gizi kurang disebabkan karena ibu yang sibuk dengan pekerjaannya tanpa disertai pasokan nutrisi yang lebih dari biasanya sehingga penambahan berat badan ibu hamil kurang dari normal. Ibu yang bekerja pada saat hamil kurang memperhatikan janinnya karena ibu tidak beristirahat dengan cukup dan kemungkinan pasokan nutrisi pada saat hamil kurang karena ibu sibuk bekerja, dan gizi yang kurang pada saat hamil dapat menyebabkan lahirnya BBLR.

(Mardiaturrahmah and Anjarwati, 2020)

Jarak kehamilan sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. Berdasarkan hasil penelitian karakteristik ibu jarak kehamilan yang dialami responden terbanyak adalah kurang dari 2 tahun sebanyak 46 (46%) responde, 2 – 4 tahun sebanyak 35 (35%) responden dan lebih dari 4 tahun sebanyak 19 (19%) responden. Seorang perempuan membutuhkan dalam kurun waktu selama 2-3 tahun agar dapat pulih secara fisiologis dari satu kehamilan atau persalinan dan persiapan diri untuk kehamilan yang terlalu dekat memberikan indikasi kurang siapnya rahim untuk terjadi implantasi bagi embrio. Persalinan yang rapat akan meningkatkan risiko kesehatan wanita hamil jika ditunjang dengan sosio-ekonomi yang buruk. Disamping membutuhkan waktu untuk pulih secara fisik perlu waktu untuk pulih secara emosional. Resiko tinggi pada jarak kehamilan kurang dari 2 tahun 40 dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana,sehingga tidak menimbulkan kehamilan yang tidak

direncanakan karena sebagian dari resiko tinggi adalah kehamilan yang tidak direncanakan. (Abdullah and Anissa, 2017)

Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan pencegahan dan pengendalian anemia pada ibu hamil dengan cara meningkatkan konsumsi zat besi dan sumber alami, terutama makanan dari sumber hewani ( hem iron ) yang mudah diserap seperti hati, daging, ikan. Perlu juga ditingkatkan, makanan yang banyak mengandung Vitamin C dan Vitamin A (buah dan sayuran) untuk membantu absorpsi zat besi dan membantu proses pembentukan hemoglobin. Fortifikasi bahan pangan yaitu penambahan zat besi, asam folat, vitamin A dan asam amino esensial pada bahan makanan yang dimakan secara luas oleh kelompok sasaran. Penambahan zat besi ini umumnya dilakukan pada bahan makanan yang diproduksi oleh industry makanan. Suplementasi zat besi-folat secara rutin selama jangka waktu tertentu, bertujuan untuk meningkatkan kadar Hb secara cepat. Dengan demikian suplementasi zat besi hanya merupakan salah satu upaya pencegahan dan pengendalian kurang zat besi yang perlu diikuti dengan cara lain (Suhartati, Hestinya and Rahmawaty, 2017)

Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah (2): 168 yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; Karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.

Menurut Tafsir Al Misbah Jilid 1 ajakan ayat tersebut bukan hanya kepada orang-orang beriman melainkan kepada seluruh umat manusia.

Semua manusia diajak untuk makan yang halal yang ada di bumi. Tidak semua yang ada dibumi halal untuk dimakan atau digunakan. Makanan halal adalah makanan yang tidak haram, yakti memakannya tidak dilarang oleh agama. Makanan haram ada dua macam yaitu yang haram karena zatnya seperti babi, bangkai, dan darah; dan yang haram karena sesuatu bukan dari zatnya, seperti makanan yang tidak diizmkan oleh pemiliknya untuk dimakan atau digunakan. Makanan yang halal adalah yang bukan termasuk kedua macam ini.

Berdasarkan Tafsir Ibnu Katsir penjelasan mengenai ayat ini, Hai manusia, makanlah apa yang halal dan baik dari apa yang ada di bumi, dan jangan ikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya setan hanya memerintahkan kamu untuk melakukan hal-hal yang munkar dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. Setelah Allah subhanahu wa ta'ala menjelaskan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia dan bahwa hanya Dia yang menciptakan segala sesuatu, maka Allah subhanahu wa ta'ala

menjelaskan bahwa Dialah yang memberikan rezeki bagi seluruh makhluk-Nya. Untuk itu Allah subhanahu wa ta'ala menyebutkan sebagai pemberi hadiah kepada mereka, bahwa Dia mengizinkan mereka untuk makan dari semua yang ada di bumi, yang halal bagi mereka dan baik dan tidak membahayakan tubuh dan pikiran mereka, sebagai hadiah dari Allah

menjelaskan bahwa Dialah yang memberikan rezeki bagi seluruh makhluk-Nya. Untuk itu Allah subhanahu wa ta'ala menyebutkan sebagai pemberi hadiah kepada mereka, bahwa Dia mengizinkan mereka untuk makan dari semua yang ada di bumi, yang halal bagi mereka dan baik dan tidak membahayakan tubuh dan pikiran mereka, sebagai hadiah dari Allah

Dokumen terkait