• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Tabel 2. Hasil sidik ragam gabungan karakter morfologi di rhizotron.

Karakter KT Varietas KT Media KT V*M

Tinggi Tanaman (cm) 8492.32** 838.87 238.09

Diameter batang (mm) 26.04** 13.25* 2.72

Jumlah daun (buah) 10.69** 3.19* 3.06**

Diameter sebaran akar (cm) 160.36 153.87 108.50

Panjang akar (cm) 169.03 283.95* 211.11*

Keterangan : * = Berpengaruh nyata pada taraf 0.05; ** = Berpengaruh nyata pada taraf 0.01; KT =Kuadrat Tengah.

Tabel 2 menjelaskan bahwa varietas memiliki perbedaan sangat nyata pada karakter diameter tanaman, jumlah daun dan berpengaruh nyata terhadap media tanam. Varietas memiliki perbedaan sangat nyata pada karakter tinggi tanaman, volume akar, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk namun tidak berpengaruh nyata pada media tanamnya. Varietas memiliki perbedaan nyata pada karakter bobot basah akar, umur panen dan bobot biji per sampel, namun tidak berpengaruh nyata medianya.

Varietas tidak memiliki perbedaan nyata pada karakter diameter sebaran akar, jumlah akar ,bobot kering akar, umur berbunga, bobot 100 biji dan tidak berpengaruh nyata terhadap media tanam. Varietas tidak memiliki perbedaan nyata pada karakter panjang akar, namun media tanam berpengaruh nyata.

Interaksi varietas dan media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap karakter jumlah daun dan berpengaruh nyata pada karakter panjang akar, namun tidak berpengaruh nyata pada karakter tinggi tanaman, diameter batang, diameter sebaran akar, jumlah akar, volume akar, bobot basah akar,bobot kering akar, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, umur berbunga, umur panen, bobot 100 biji dan bobot per sampel.

Pengaruh Varietas dan Media Tanam

Hasil pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, panjang akar dan volume akar beserta sidik ragamnya dapat di lihat pada Lampiran 5-9.

Tabel 3. Pengaruh media tanam dan Varietas pada karakter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, panjang akar dan volume akar.

Perlakuan

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama pada masing-masing perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 0.05.

Tabel 3 menunjukkan bahwa tinggi tanaman yang tertinggi terdapat pada Varietas Samurai 1 (V3) yang berbeda nyata dengan Varietas Samurai 2 (V4), Kawali (V2) dan Pahat (V1). Namun tinggi tanaman Varietas Samurai 2 (V4) berbeda tidak nyata dengan Varietas Kawali (V2). Media tidak berpengaruh nyata pada karakter tinggi tanaman.

Pada karakter jumlah daun menunjukkan bahwa jumlah daun yang terbanyak terdapat pada V3 yang berbeda tidak nyata pada V2. Namun jumlah daun V3 berbeda nyata dengan V4 dan V1.

Perlakuan Varietas menunjukkan bahwa diameter batang yang tertinggi terdapat pada V3 yang berbeda nyata dengan diameter batang dari V1, namun diameter batang berbeda tidak nyata dengan V4 dan V2.

Varietas menunjukkan perbedaan nyata pada karakter volume akar dan tertinggi terdapat pada V3 yang berbeda nyata dengan volume akar dari V1, namun volume akar V3 berbeda tidak nyata dengan V4 dan V2. Media tidak berpengaruh nyata terhadap karakter volume akar.

Pada perlakuan media tanam ultisol +bo cocopeat 2 kg (M4) menunjukkan diameter batang dan panjang akar tertinggi dan berbeda tidak nyata dengan media tanam ultisol +bo cocopeat 1kg (M3) dan topsoil (M1). Namun berbeda nyata pada media ultisol (M2). Pada karakter jumlah daun yang tertinggi terdapat pada media tanam topsoil (M1) yang berbeda tidak nyata dengan media tanam ultisol +bo cocopeat 2 kg (M4) dan ultisol +bo cocopeat 1 kg (M3), namun berbeda nyata dengan media tanam ultisol (M2).

Hasil pengamatan bobot basah tajuk, bobot kering tajuk dan bobot kering akar berserta sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 10-12.

Tabel 4. Pengaruh varietas dan media tanam pada karakter bobot basah tajuk, bobot kering tajuk dan bobot kering akar.

Perlakuan Bobot Basah masing-masing perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 0.05.

Tabel 4 menjelaskan bahwa bobot basah tajuk dan bobot basah akar menunjukkan perbedaan nyata tertinggi pada varietas samurai 1 (V3) yang berbeda tidak nyata pada varietas samurai 2 (V4) dan berbeda nyata dengan varietas pahat ( V1) dan kawali (V2), namun tidak berpengaruh nyata pada media tanam. Bobot kering tajuk tidak berbeda nyata pada keempat varietas dan juga tidak berpengaruh nyata media tanamnya.

Hasil pengamatan Umur berbunga, berserta sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 13. yang menunjukkan bahwa varietas dan media tanam yang di uji berbeda tidak nyata pada karakter umur berbunga.

Tabel 5. Pengaruh varietas dan media tanam pada umur berbunga.

Perlakuan Umur berbunga (HST)

Varietas

Pahat (V1) 10.45

Kawali (V2) 11.13

Samurai 1 (V3) 12.38

Samurai 2 (V4) 12.32

Media Tanam

Tanah Topsoil (M1) 11.75

Tanah Ultisol(M2) 11.19

Tanah ultisol 10 kg + Cocopeat 1kg (M3) 11.65 Tanah ultisol 10 kg + Cocopeat 2kg (M4) 11.69

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama pada masing-masing perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 0.05.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa varietas tidak memiliki perbedaan nyata untuk karakter umur berbunga dan media tanam tidak berpengaruh nyata karena uji beda nya tidak nyata.

Hasil pengamatan Umur panen berserta sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 14.

Tabel 6. Pengaruh varietas dan media tanam pada umur panen.

Perlakuan Umur panen(HST)

Varietas

Pahat (V1) 121.00b

Kawali (V2) 127.92a

Samurai 1(V3) 125.50ab

Samurai 2 (V4) 120.83b

Media Tanam

Tanah Topsoil (M1) 121.00

Tanah Ultisol(M2) 127.92

Tanah Ultisol10 kg + Cocopeat 1kg (M3) 125.50 TanahUltisol 10 kg + Cocopeat 2kg (M4) 120.83

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama pada masing-masing perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 0.05.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat umur panen memiliki perbedaan nyata dengan Varietas. Umur panen paling cepat yaitu pada Varietas Samurai 2 (V4) dengan rata - rata umur 120,83 HST yang berbeda tidak nyata dengan pahat (V1) dan Samurai 1(V3) ,berbeda nyata dengan umur panen terlama yaitu Varietas Kawali (V2) pada umur 127,92 HST. Namun tidak berpengaruh nyata pada keempat media tanam.

Hasil pengamatan bobot 100 biji, dan bobot biji per sampel berserta sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 15-16.

Tabel 7. Pengaruh varietas dan media tanam pada bobot 100 biji dan bobot biji per sampel. Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama pada

masing-masing perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 0.05.

Tabel 7 menunjukkan bahwa Varietas memiliki perbedaan nyata terhadap bobot biji per sampel. Bobot biji per sampel tertinggi yaitu pada varietas samurai 1 (V3) yang berbeda tidak nyata dengan samurai 2 (V4) dan varietas pahat (V1).

Namun berbeda nyata dengan varietas kawali (V2). namun tidak berpengaruh nyata pada keempat media tanam.

Berdasarkan tabel diatas bobot 100 biji tidak berpengaruh nyata baik pada varietas maupun media tanamnya.

Pengaruh Interaksi Antara Varietas dengan Media tanam

Hasil pengamatan Jumlah daun beserta sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 6.

Tabel 8. Interaksi antara varietas dan media tanam pada karakter jumlah daun

Perlakuan JumlahDaun

Rataan (V)

Varietas M1 M2 M3 M4

(Topsoil) (Ultisol) (ultisol + cocopeat1 kg)

(ultisol + cocopeat2kg)

Pahat (V1) 10.67abc 7.33f 8.33ef 10.33 bcde 9.17c Kawali (V2) 11.00abc 10.33abcd 12.00a 9.67cde 10.75a Samurai 1(V3) 12.00a 10.67abc 11.00abc 11.33ab 11.25a Samurai 2 (V4) 10.00bcde 10.33abcd 9.33cde 9.33def 9.75b

Rataan (M) 10.92a 9.67b 10.17ab 10.17ab

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom (V)dan baris (M)yang samapada perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda tidaknyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 0.05.

Tabel 8 menunjukkan bahwa interaksi M1V3 dan M3V2 memiliki jumlah daun terbanyak yaitu 12,00 helai yang berbeda tidak nyata dengan M1V1, M1V2, M2V2, M2V3, M2V4, M3V3, M4V3, M4V1, M4V2. M1V3 berbeda nyata dengan jumlah daun terendah pada interaksi M2V1 yaitu 7,33 helai diikuti oleh M3V1, M4V4, M3V4, M1V4.

Hasil pengamatan panjang akar beserta sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 8.

Tabel 9. Interaksi antara Varietas dan media tanam pada karakter panjang akar

Perlakuan Panjang Akar

Rataan (V)

Varietas M1 M2 M3 M4

(Topsoil) (Ultisol) (ultisol + cocopeat1 kg)

(ultisol + cocopeat2kg)

Pahat (V1) 40.00bc 42.00bc 43.67abc 48.00abc 43.42b Kawali (V2) 55.50ab 32.33c 53.00ab 42.00bc 45.71ab Samurai 1(V3) 50.00abc 46.33abc 39.33bc 58.33ab 48.50ab Samurai 2 (V4) 42.00bc 43.50abc 61.00a 62.00a 52.13a

Rataan (M) 46.88ab 41.04b 49.25ab 52.58a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom (V) dan baris (M) yang sama pada perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 0.05.

Tabel 9 menunjukkan bahwa interaksi M4V4 memiliki panjang akar tertinggi yaitu 62,00 cm yang berbeda tidak nyata dengan M1V2, M1V3, M2V3, M2V4, M3V1, M3V2, M3V4, M4V1, dan M4V3. M4V4 berbeda nyata dengan panjang akar terendah pada interaksi M2V2 yaitu 32,33 cm lalu diikuti oleh M3V3, M1V1, M1V4, M2V1, M4V2.

Penampilan Karakter Morfologi Akar pada Beberapa Varietas Tanaman Sorgum

Varietas Pahat

Gambar 1.Perbedaan akar varietas pahat pada media tanam topsoil(M1V1),

tanah ultisol (M2V1), ultisol + bo cocopeat 1 Kg (M3V1) dan ultisol + bo cocopeat 2kg (M4V1) di Rhizotron

Gambar 2.Perbedaan akar varietas pahat pada media tanam topsoil(M1V1),

tanah ultisol (M2V1), ultisol + bo cocopeat 1 Kg (M3V1) dan ultisol + bo cocopeat 2 kg (M4V1).

Pada media ultisol+bo cocopeat 2kg memiliki panjang akar, volume akar dan jumlah akar lebih banyak dibanding media lainnya. Perbedaan akar varietas pahat (V1) pada media tanam topsoil, ultisol , ultisol+bo cocopeat 1 kg dan ultisol+bo cocopeat 2 kg ditampilkan pada Gambar 1 dan 2.

Varietas Kawali

Gambar 3.Perbedaan akar pada Varietas Kawali pada media tanam Topsoil(M1V2), Ultisol(M2V2), Ultisol+ bo Cocopeat 1kg (M3V2) dan Ultisol+bo Cocopeat 2Kg (M4V2) di Rhizotron.

Gambar 4.Perbedaan akar pada Varietas Kawali pada media tanam Topsoil(M1V2), Ultisol(M2V2), Ultisol+ bo Cocopeat 1kg (M3V2) dan Ultisol+bo Cocopeat 2Kg (M4V2).

Varietas kawali memiliki jumlah akar dan volume akar yang hampir sama pada media tanam ultisol +bo cocopeat 2kg (M4) dan topsoil (M1) namun untuk panjang akar pada media tanam ultisol (M2) lebih pendek dibanding pada media tanam lainnya. Perbedaan pertumbuhan akar tersebut ditampilkan pada Gambar 3 dan 4.

Varietas Samurai 1

Gambar 5.Perbedaan akar pada Varietas Samurai 1 pada media tanam Topsoil(M1V3), Ultisol(M2V3), Ultisol+ bo Cocopeat 1kg (M3V3) dan Ultisol + bo Cocopeat 2Kg (M4V3) di Rhizotron.

Gambar 6.Perbedaan akar pada Varietas Samurai 1 (V3) pada media tanam Topsoil(M1V3), Ultisol(M2V3), Ultisol+ bo Cocopeat 1kg (M3V3) dan Ultisol + bo Cocopeat 2Kg (M4V3).

Varietas samurai 1 menunjukkan bahwa Ultisol+bo Cocopeat 2Kg (M4) memiliki jumlah akar, panjang akar lebih baik dibanding pada media tanam lainnya, namun volume akar hampir sama dengan media tanam Ultisol (M2) Perbedaan pertumbuhan akar tersebut ditampilkan pada Gambar 5 dan 6.

Varietas Samurai 2

Gambar 7. Perbedaan akar pada Varietas Samurai 2 (V4) pada media tanam Topsoil(M1), Ultisol(M2), Ultisol+ bo Cocopeat 1kg (M3) dan Ultisol + bo Cocopeat 2Kg (M4) di Rhizotron.

Gambar 8. Perbedaan akar pada Varietas Samurai 2 (V4) pada media tanam Topsoil(M1), Ultisol(M2), Ultisol+bo Cocopeat 1 kg (M3) dan Ultisol + bo Cocopeat 2 Kg (M4).

Varietas samurai 2 memiliki jumlah akar yang lebih banyak, lebih panjang dan volume akar yang lebih besar pada media tanam Ultisol+bo Cocopeat 2 Kg dibanding pada media tanam Topsoil, Ultisol+bo Cocopeat 1 Kg dan Ultisol.

Perbedaan pertumbuhan akar tersebut ditampilkan pada Gambar 7 dan 8.

Pendugaan Parameter Genetik Heritabilitas

Nilai heritabilitas berkisar dari 0 sampai 1. Nilai 0 ialah bila seluruh variasi yang terjadi disebabkan oleh faktor lingkungan, sedangkan nilai 1 bila seluruh variasi disebabkan oleh faktor genetik. Koefisien keragaman genetik juga merupakan informasi yang sangat penting dalam menunjukkan luas sempitnya keragaman dalam suatu populasi. Nilai heritabilitas (h2) dan KKG untuk masing-masing parameter yang diamati dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 10. Nilai Heritabilitas dan KKG

Parameter Pengamatan KKG Kriteria σ2G σ2P h2 Kriteria Tinggi Tanaman(cm) 53.787 Luas 478956.7 561789.5 0.85 Tinggi Diameter batang(mm) 1.329841 Sempit 24.15557 42.03291 0.57 Tinggi Jumlah daun(buah) 0.62272 Sempit 3.966667 5.765513 0.69 Tinggi Diameter sebaran akar

(cm) 1.652208 Sempit 61.20416 481.9093 0.13 Rendah Panjang akar (cm) 15.7569 Sedang 11777.77 20564.89 0.57 Tinggi Jumlah akar (buah) 4.421008 Sempit 4.373264 752.673 0.58 Tinggi Volume akar (ml) 74.75786 Luas 825.5031 1645.926 0.50 Sedang Bobot basah akar(g) 127.2903 Luas 1626.487 7146.712 0.23 Sedang Bobot kering Akar(g) 0.957239 Sempit 0.034304 3.512811 0.98 Tinggi Bobot basah tajuk(g) 1636.052 Luas 1590078 2054010 0.77 Tinggi Bobot kering tajuk(g) 41.43878 Luas 341.4097 923.8347 0.37 Sedang Umur berbunga(HST) 77.6559 Luas 4473.831 13833.6 0.32 Sedang Umur panen (HST) 46.21315 Luas 2644.208 6796.455 0.39 Sedang Bobot 100 biji (g) 8.0537 Sempit 1.383724 3.41783 0.40 Sedang Bobot biji persampel(g) 97.71845 Luas 793.2745 2005.428 0.39 Tinggi

Keterangan : KKG = Koefisien Keragaman Genetik, kriteria KKG sebagai

berikut: sempit 0-10%, sedang 10-20%, dan luas >20%

σ2G =Ragam Genotipe, σ2P = Ragam fenotipe, h2< 0,2 : Rendah, h2 0,2-0,5 : Sedang, h2>0,5 : Tinggi.

Pada tabel 10 menunjukkan bahwa karakter yang diamati seperti tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, panjang akar, jumlah akar, bobot kering akar, bobot basah tajuk, bobot biji per sampel, memiliki nilai heritabilitas dalam arti luas yang tinggi berkisar antara 0,5 - 0,98. Pada karakter volume akar, bobot basah akar, bobot kering tajuk, umur berbunga, umur panen, bobot 100 biji memiliki nilai heritabilitas yang sedang. Sedangkan karakter diameter sebaran akar memiliki heritabilitas yang rendah.

Karakter dengan koefisien keragaman genetik luas dan heritabilitas tinggi adalah tinggi tanaman, bobot basah tajuk,dan bobot biji per sampel. Dalam hal ini karakter tersebut dapat dijadikan sebagai acuan seleksi. Karakter dengan koefisien keragaman genetik yang luas dan heritabilitas yang sedang yaitu volume akar, bobot basah akar, bobot kering tajuk, umur berbunga, dan umur panen. Karakter dengan koefisien keragaman kegenetik yang sedang dan heritabilitas yang tinggi adalah panjang akar.

Karakter dengan koefisien keragaman genetik sempit dan heritabilitasnya tinggi adalah diameter batang, jumlah daun, jumlah akar dan bobot kering akar.

Karakter yang keragaman genetiknya sempit dan heritabilitasnya sedang adalah bobot 100 biji. Karakter dengan koefisien keragaman genetik sempit dan heritabilitas rendah adalah diameter sebaran akar, maka karakter ini tidak dapat digunakan sebagai acuan seleksi.

Analisis Korelasi antar karakter

Karakter dengan koefisien keragaman tinggi, nilai heritabilitas tinggi dan korelasi yang nyata dapat digunakan sebagai karakter seleksi serta dapat menjelaskan hubungan antara karakter tersebut.

Korelasi dapat digunakan untuk mengetahui karakter morfologi yang berkorelasi dengan hasil, sehingga dapat dijadikan karakter seleksi.Dimana hasil korelasi antara seluruh karakter yaitu tinggi tanaman, diameter sebaran akar, volume akar, jumlah akar, bobot basah akar, bobot kering akar, bobot basah tajuk, dan bobot kering tajuk berkorelasi positif.

Tabel 11. Analisis korelasi antar karakter

TT JA PA DSA VA BBA BKA BBT

Keterangan : TT : Tinggi Tanaman, DSA : Diameter Sebaran Akar, VA :Volume Akar, JA : Jumlah Akar, BBA : Bobot Basah Akar,BKA : Bobot Kering Akar, BBT : Bobot Basah Tajuk, BKT : Bobot Kering Tajuk.

Tabel 11 menunjukkan bahwa karakter yang memiliki nilai korelasi tertinggi 0,416 adalah bobot kering akar yang berkorelasi sangat nyata dengan bobot kering tajuk, kemudian bobot kering akar yang berkorelasi nyata dengan bobot basah tajuk. Bobot basah akar berkorelasi nyata dengan bobot basah tajuk.

Bobot basah tajuk berkorelasi nyata bobot kering tajuk.

Karakter tinggi tanaman berkorelasi positif dengan karakter volume akar, bobot basah akar,bobot basah tajuk dan bobot kering tajuk yang artinya setiap

penambahan tinggi tanaman maka volume akar, bobot basah akar, bobot basah tajuk dan bobot kering tajuk juga bertambah.

Jumlah akar berkorelasi positif dengan bobot basah akar yang artinya setiap penambahan jumlah akar maka bobot basah akar juga bertambah. Panjang akar berkorelasi positif dengan bobot basah akar, bobot basah tajuk, dan bobot kering tajuk dimana setiap bertambahnya panjang akar maka bobot basah akar, bobot basah tajuk dan bobot kering tajuk pun bertambah.

Volume akar berkorelasi positif dengan karakter bobot basah akar, bobot kering akar,dan bobot basah tajuk yang artinya setiap bertambahnya volume akar maka bobot basah akar, bobot kering akar dan bobot basah tajuk juga bertambah.

Pembahasan

Pengaruh Varietas ,Media Tanam, dan Interaksi Media Tanam dan Varietas Terhadap Karakter Pertumbuhan Vegetatif dan Morfologi Akar

Dari hasil pengamatan tanaman sorgum menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang sangat nyata dari varietas dan interaksi varietas x media pada karakter jumlah daun dan berpengaruh nyata pada perlakuan media (Tabel 2).

Jumlah daun memberikan pengaruh intraksi sangat nyata pada media tanam dan varietas pada (12, 13, 14, dan 15 mst). Jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan media tanam topsoil (M1) yang berbeda tidak nyata dengan media tanam ultisol + cocopeat 2 kg (M4) dan ultisol + cocopeat 1 kg (M3) dikarenakan media tanah topsoil memiliki unsur N lebih banyak dari pada Cocopeat dan Ultisol. Hal ini sesuai dengan pendapat Jumin (2002) yang menyatakan bahwa unsur nitrogen merupakan unsur yang diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman terutama daun, pertambahan tunas dan menambah tinggi tanaman.

Tersedianya nitrogen maka tanaman akan membentuk bagian-bagian vegetatif yang cepat, yang disebabkan karena jaringan meristem yang akan melakukan pembelahan sel, perpanjangan dan pembesaran sel-sel baru dan protoplasma sehingga pertumbuhan tanaman berlangsung dengan baik.

Dari hasil pengamatan menunjukkan adanya perlakuan media tanam yang nyata pada karakter panjang akar (Tabel 3) dan memiliki interaksi antara varietas dan media tanam yang nyata (Tabel 9) yang memiliki panjang akar tertinggi pada media tanam ultisol 10 kg + cocopeat 2 kg. Hal ini dikarenakan media cocopeat memiliki rongga yang dapat mempermudah akar untuk menyebar dan memiliki daya serap air yang tinggi sehingga dapat menyimpan persediaan air untuk tanaman, merupakan faktor eksternal yang diberikan kepada tanaman untuk

membantu pertumbuhan tanaman, mampu menyerap dan menyimpan air dalam waktu yang cukup lama, sehingga mampu menjaga kelembaban tanah, memiliki aerasi dan drainase yang baik, mengadung air dan lembab dapat memicu pertumbuhan akar tanaman didalam tanah. Semakin banyak jumlah akar yang ada dengan kondisi tak jenuh air menyebabkan penyerapan hara menjadi optimal sehingga proses fisiologis akan berlangsung lebih baik dan dapat mengimbangi pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan Artha (2014) yang menyatakan bahwa media cocopeat baik dalam menyimpan air, daya serap air tinggi, menggemburkan tanah dengan pH netral, menguntungkan karena akan menyimpan pupuk cair sehingga frekuensi pemupukan dapat dikurangi dan terkandung unsur hara dari alam yang sangat dibutuhkan tanaman dan menunjang pertumbuhan akar dengan cepat sehingga baik untuk pembibitan.

Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa varietas menunjukkan perbedaan yang nyata pada karakter tinggi tanaman. Tinggi tanaman tertinggi yaitu pada varietas samurai 1 (V3) yang berbeda nyata dengan varietas samurai 2 (V4), Kawali (V2) dan Pahat ( V1). Hal ini disebabkan adanya perbedaan genetik setiap varietas yang digunakan dan adanya adaptasi antara varietas dan lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Ashari dan Andi (2000) menyatakan bahwa tiap-tiap varietas terdiri dari sejumlah genotipe yang berbeda dan mempunyai kemampuan beradaptasi yang berbeda terhadap lingkungan tertentu.

Umur berbunga lebih lama (tabel 5) dibanding deskripsi (lampiran 3) walaupun pada varietas maupun media tidak berpengaruh nyata. lamanya pembungaan pada perlakuan media di tanah masam maupun optimum hal ini

diduga karena selain faktor unsur hara, faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap waktu munculnya bunga. Kondisi lingkungan di tempat penelitian pada masa vegetatif tanaman bersuhu tinggi akibat adanya efek rumah kaca. Pada suhu yang tinggi kelembaban pun tinggi sehingga sulit berpindah dari fase vegetatif menuju fase generatif. Pada kondisi ketersediaan air yang tinggi, maka tanaman melakukan aktivitas maksimal untuk menyerap hara dan air, agar dapat mengakumulasikan cadangan makanan dan menyimpan energi sebanyak-banyaknya,sehingga pertumbuhan vegetatif lebih dominan hal ini terlihat pada perlakuan media yang menggunakan bahan organik cocopeat yang pembungaan nya lebih cepat dari pada media optimum dan media masam. Sitrianingsih (2010), yang menyatakan bahwa masa vegetatif terus berlangsung sampai masa generatif yang diawali dengan pembentukan bunga diikuti pembentukan dan pengisian buah, pembentukan biji, polong atau sejenisnya, kemudian diakhiri dengan masa pemasakan. Selain faktor unsur hara dan lingkungan juga ada faktor hama yang menghambat proses munculnya bunga pada tanaman sorgum.

Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa karakter diameter batang, jumlah daun, volume akar, bobot basah akar, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, umur panen dan bobot biji per sampel menunjukkan perbedaan yang nyata pada perlakuan varietas dikarenakan adanya adaptasi antara varietas dan lingkungan. Hal ini sesuai pendapat Syukur et al., (2012) menyatakan bahwa tingginya hasil suatu varietas disebabkan varietas tersebut dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Oleh sebab itu, meskipun secara genetik ada varietas yang mempunyai potensi hasil tinggi, namun hasil tersebut hanya dapat tercapai setelah berinteraksi dengan lingkungan dan dalam hal ini varietas samurai 1 (V3)

mempunyai sifat genotipe yang lebih baik dan dapat beradaptasi dengan lingkungan dibandingkan dengan varietas lainnya.

Interaksi antara varietas dengan media tanam yang digunakan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun dan berpengaruh nyata pada karakter panjang akar. Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa jumlah daun terbanyak terdapat pada varietas samurai 1 dan memiliki sedikit perbedaan dengan jumlah daun pada deskripsi.Namun berdasarkan tabel 8 jumlah daun paling sedikit terdapat pada varietas pahat. Hal ini disebabkan adanya perubahan respon tiap varietas yang diuji pada setiap media tanam yang berbeda. Setiap varietas memliki kemampuan adaptasi yang berbeda pada tiap lingkungan. Kuswanto (2007) menyatakan bahwa interaksi genotipe dan lingkungan memberikan penampilan fenotipe yang berbeda antar genotipe pada lokasi tertentu, sehingga galur yang menunjukkan penampilan yang baik pada suatu lokasi belum tentu baik pada lokasi lainnya, walaupun pada musim yang sama.

Heritabilitas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai heritabilitas untuk karakter yang diamati seperti tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, panjang akar, jumlah akar, bobot kering akar, bobot basah tajuk, bobot biji per sampel, memiliki nilai heritabilitas yang tinggi.Nilai heritabilitas yang tinggi ini terjadi karena pengaruh varian genetik lebih besar sedangkan varian lingkungannya lebih kecil.

Hal ini sesuai dengan pendapat Roy (2000) Nilai heritabilitas yang tinggi menunjukkan faktor genetik lebih berperan dalam mengendalikan suatu sifat dibandingkan faktor lingkungan. Nilai ini sangat penting dalam pemuliaan dan seleksi karakter kuantitatif. Menurut Poehlman dan Sleper (2006) efektif atau tidaknya seleksi tanaman yang berdaya hasil tinggi dari suatu populasi tergantung seberapa jauh keragaman hasil yang disebabkan faktor genetik yang diwariskan pada turunannya dan seberapa jauh keragaman hasil yang disebabkan oleh

Hal ini sesuai dengan pendapat Roy (2000) Nilai heritabilitas yang tinggi menunjukkan faktor genetik lebih berperan dalam mengendalikan suatu sifat dibandingkan faktor lingkungan. Nilai ini sangat penting dalam pemuliaan dan seleksi karakter kuantitatif. Menurut Poehlman dan Sleper (2006) efektif atau tidaknya seleksi tanaman yang berdaya hasil tinggi dari suatu populasi tergantung seberapa jauh keragaman hasil yang disebabkan faktor genetik yang diwariskan pada turunannya dan seberapa jauh keragaman hasil yang disebabkan oleh

Dokumen terkait