• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil analisis fitokimia fraksi hexan rimpang kunyit ditemukan adanya kandungan senyawa yaitu alkaloid, kuinon, dan saponin.

Alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dengan bahaya yang mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol jadi digunakan secara luas dalam pengobatan. Alkaloid biasanya tak berwarna, kebanyakan berbentuk kristal pada suhu kamar. Alkaloid secara kimia merupakan golongan heterogen. Ia berkisar dari senyawa sederhana seperti koniina yaitu alkaloid utama Conium maculatum, sampai ke struktur pentasiklik seperti strikhnina yaitu racun kulit Strychnos (Harbone, 1987). Alkaloid tertentu mempunyai kemampuan mengurangi rasa nyeri dan bersifat sebagai penenang (Kalsum et al., 2008).

Kuinon adalah senyawa berwarna (pigmen) yang terdapat pada tumbuhan. Warnanya sangat beragam mulai dari kuning pucat sampai hampir ke hitam, dan struktur yang telah dikenal jumlahnya lebih dari 450. Walau pigmen kuinon tersebar luas pada tumbuhan namun sumbangannya terhadap warna tumbuhan pada tumbuhan tinggi sangat kecil. Pigmen ini banyak terdapat pada kulit, akar atau jaringan lain pada tumbuhan seperti daun. Kuinon mempunyai struktur yang sangat beragam dan mempunyai kromofor dasar seperti kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonyugasi dengan dua ikatan rangkap karbon-karbon (Harbone, 1987). Kuinon termasuk dalam kelompok fenolat, berfungsi sebagai kofaktor. Senyawa fenolat pada tumbuhan umumnya dalam bentuk terikat dengan molekul lain, seringkali dengan residu glucosyl, sulphate atau asetil. Dalam keadaan bebas dan terdetoksifikasi secara parsial bersifat toksik. Kuinon memiliki efek menghilangkan rasa sakit (Daris, 2008).

Menurut Harbone (1987) saponin merupakan senyawa surfaktan. Saponin adalah suatu glikosida triterpana dan sterol yang mungkin ada pada banyak tanaman. Saponin ada pada seluruh tanaman dengan kosentrasi tinggi pada bagian-bagian tertentu yang dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap

pertumbuhan. Saponin mempunyai sifat antara lain memberikan rasa pahit pada bahan pangan nabati, dalam larutan air membentuk busa yang stabil, menghemolisa eritrosit, merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi, membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksisteroid lainnya, sulit diidentifikasi, dan mempunyai berat molekul relatif tinggi. Saponin juga bersifat iritan pada mukosa tubuh (Sayekti, 2008; Jenkins et al., 1957). Jika berdasarkan sifat kimiawinya, saponin dibagi dalam dua kelompok steroid dengan 27 C atom dan triterpenoids dengan 30 C atom (Sayekti, 2008; Harbone, 1987).

Fungsi saponin dalam tumbuh-tumbuhan tidak diketahui secara pasti tapi fungsinya bagi tubuh telah diketahui dari berbagai hasil penelitian. Saponin berfungsi sebagai hipokolesterolemik, imunostimulator, dan anti karsinogenik. Mekanisme anti koarsinigenik saponin meliputi efek anti oksidan dan sitotoksik langsung pada sel kanker. Saponin dari kedelai merupakan sumber makanan yang sudah diteliti dapat menurunkan risiko kanker. Saponin juga berfungsi sebagai anti bakteri (Sayekti, 2008).

Pengamatan Luka Secara Makroskopis

Hasil pengamatan secara makroskopis (Patologi Anatomi) terhadap proses persembuhan luka hewan coba mencit tanpa pengobatan (kontrol negatif) dan dengan perlakuan memakai obat komersil (kontrol positif) dan sediaan salep fraksi hexan rimpang kunyit berdasarkan peubah tertentu. Peubah pada pengamatan makroskopis yaitu ukuran luka (panjang luka dan penyempitan luka), kelembaban, warna luka, dan tumbuhnya rambut (Tabel 1).

Waktu persembuhan luka antara ke-3 kelompok terlihat berbeda berdasarkan pengamatan patologi anatomi. Persembuhan luka untuk kelompok hexan terjadi lebih awal sedangkan persembuhan luka untuk kelompok kontrol negatif terjadi paling akhir. Cepatnya waktu persembuhan pada kelompok hexan akibat adanya kandungan saponin dan kurkuminoid yang melindungi daerah luka dari bakteri dan berfungsi sebagai anti inflamasi.

Tabel 1. Patologi anatomi persembuhan luka kulit pada mencit. Hari

ke- Kontrol Negatif Kontrol Positif Salep Hexan

1 Panjang luka 1,5 cm,

luka basah, merah dan terbuka

Panjang luka 1,5 cm, luka basah, merah dan terbuka

Panjang luka 1,5 cm, luka basah, merah dan terbuka

2 Panjang luka 1,36 cm,

luka basah, merah dan terbuka

Panjang luka 1,30 cm,

luka masih terbuka,

mulai mengering dan merah pucat

Panjang luka 1,30 cm,

luka masih terbuka,

mulai mengering, dan berwarna merah pucat

3 Luka mulai mengering

dan menutup, kulit

berwarna merah agak pucat

Luka mengering dan

masih terbuka dan

berwarna merah pucat

Luka mengering dan masih terbuka

4 Panjang luka 1,20 cm,

luka kering dan

berwarna merah pucat

Luka semakin menutup

dan kering. Panjang

luka 1 cm.

Luka semakin menutup

dan kering. Panjang

luka 0,5 cm.

5 Tepi luka mengeras dan

panjang luka agak

mengecil

Luka hampir menutup dan tepi luka mengeras

Luka hampir menutup dan tepi luka mengeras

6 Tepi luka mengeras dan

panjang luka agak

mengecil

Luka hampir menutup dan tepi luka mengeras

Luka hampir menutup dan tepi luka mengeras

7 Luka semakin menutup,

panjang luka 1,07 cm

Luka semakin mengecil, panjang luka 0,27 cm.

Luka semakin mengecil, panjang luka 0,27 cm.

8 Luka hampir menutup Luka semakin mengecil Luka semakin mengecil

9 Luka semakin mengecil Luka telah menutup Luka telah menutup

10 Luka semakin mengecil Luka telah menutup

sempurna

Luka telah menutup

sempurna

11 Luka hampir menutup

sempurna

Luka telah tertutup

epitel.

Luka telah tertutup

epitel.

12 Luka telah tertutup

epitel.

Terlihat adanya bekas luka

Terlihat adanya bekas luka

13 Terlihat adanya bekas

luka

Masih terlihat bekas

luka dan mulai

ditumbuhi rambut

Bekas luka hampir tidak

terlihat dan mulai

ditumbuhi rambut

14 Masih terlihat bekas

luka dan mulai

ditumbuhi rambut

Masih terlihat bekas

luka dan mulai

ditumbuhi rambut

Bekas luka tidak terlihat dan mulai ditumbuhi rambut

15 Masih terlihat bekas

luka dan mulai

ditumbuhi rambut

Bekas luka hampir tidak

terlihat dan ditutupi

rambut baru

Luka ditutupi rambut baru

16-21 Masih terlihat sedikit bekas luka dan mulai tertutupi rambut baru

Bekas luka tidak terlihat

dan ditutupi rambut

baru

Luka ditutupi rambut baru

Pada kulit yang tersayat sepanjang 1,5 cm yang disebabkan oleh benda tajam memberikan hasil yang sama untuk ketiga kelompok pada hari pertama yaitu luka terbuka, basah dan merah. Kulit yang tersayat akan kehilangan

kekuatan rektraksinya sehingga membentuk celah, dan akan merusakan pembuluh darah. Kerusakan pembuluh darah akan menyebabkan keluarnya trombosit yang berfungsi homeostasis (Tawi, 2008). Trombosit atau keping darah, yang merupakan unsur berukuran paling kecil penyusun sumsum tulang, sangat berperan dalam proses pembekuan darah. Trombosit yang terjerat di tempat terjadinya luka mengeluarkan suatu zat yang dapat mengumpulkan trombosit-trombosit lain di tempat tersebut. Sel-sel trombosit-trombosit ini kemudian menutup luka yang terbuka (Anonim, 2008).

Trombin adalah protein lain yang membantu pembekuan darah. Zat ini dihasilkan hanya di tempat yang terluka, dan dalam jumlah yang tidak boleh lebih atau kurang dari keperluan. Pembentukan protein ini akan merangsang pembentukan kumpulan protein yang disebut fibrinogen. Fibrinogen akan membentuk benang-benang yang saling bertautan, saling beranyaman dan membentuk jaring pada tempat keluarnya darah yang mengakibatkan trombosit terperangkap dalam jaring dan mengumpul di tempat yang sama. Berkumpulnya trombosit yang terperangkap ini menyebabkan penyumbatan luka yang sering disebut dengan gumpalan darah. Gumpalan ini akan hilang ketika luka telah sembuh (Anonim, 2008).

Trombosit juga mengeluarkan substansi “vasokonstriksi” yang mengakibatkan pembuluh darah kapiler vasokonstriksi, selanjutnya terjadi penempelan endotel yang akan menutup pembuluh darah. Periode ini hanya berlangsung beberapa menit, dan setelah itu akan terjadi vasodilatasi (Tawi, 2008). Vasodilatasi mengakibatkan peningkatan aliran darah yang segera diikuti oleh melambatnya sirkulasi darah. Kejadian ini menyebabkan daerah luka berwarna merah dan juga menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah terhadap protein plasma yang terdiri dari albumin, globulin, dan fibrinogen keluar ke jaringan interstitial. Keluarnya protein plasma kejaringan interstitial menyebabkan penurunan tekanan osmotik intravaskuler dan peningkatan tekanan osmotik interstitial. Akibatnya, cairan plasma darah keluar dari pembuluh darah dan terakumulasi di jaringan interstitial. Kondisi ini biasa disebut sebagai edema peradangan dimana luka akan terlihat bengkak dan basah.

Hal lain yang menyebabkan vasodilatasi adalah histamin (Tawi, 2008 ; Vegad, 1995).

Pada hari ke-2 terlihat panjang luka mulai mengecil 1,30 cm untuk kelompok perlakuan dan 1,36 cm untuk kelompok tanpa perlakuan. Hal ini karena telah dimulainya proses reepitelisasi. Reepitelisasi dimulai beberapa jam setelah terjadi kerusakan. Sel epidermal dari luka akan berploriferasi (aktif bermitosis) dari tepi luka ke arah belakang dan akhirnya membentuk barier yang menutupi permukaan luka (Singer & Richard, 1999). Pada ke-3 kelompok juga terlihat luka masih basah dan berwarna merah, meskipun untuk kelompok perlakuan lebih baik dibandingkan kelompok tanpa perlakuan. Hal ini sama seperti hari pertama yang menadakan masih terjadi proses peradangan yang dikarakteristikkan dengan lima tanda utama yaitu bengkak, kemerahan, panas, nyeri dan kerusakan fungsi.

A B

C

Gambar 8: Proses persembuhan luka (PA) hari ke-4. (A) Kontrol negatif, (B) Kontrol positif, (C) Hexan.

Pada hari ke-4 (Gambar 8) terlihat panjang luka untuk kelompok hexan 0,5 cm, untuk kontrol positif 1 cm, dan untuk kontrol negatif 1,20 cm. Panjangnya ukuran luka pada kontrol negatif disebabkan belum selesainya proses peradangan, terlihat dengan luka yang masih berwarna merah pucat. Sebaliknya kecilnya ukuran luka pada kelompok hexan disebabkan telah selesainya proses peradangan, terlihat dengan telah mengeringnya luka dan tidak ada lagi warna merah sehingga proses persembuhan dapat dilanjutkan.

Pada hari ke-7 panjang luka untuk kelompok perlakuan 0,27 cm dan untuk kelompok tanpa perlakuan 1,07 cm. Pada hari ini juga terlihat luka sudah hampir menutup, semakin menutupnya luka karena adanya unsur pada luka yang mempunyai kemampuan untuk berkontraksi mengurangi ukurannya yaitu fibroblas. Fibroblas adalah sel mesenkim dasar jaringan dewasa yang mempunyai sifat lain, yakni kontraktilitas. Fibroblas akan menarik tepi-tepi luka dengan cara bergerak aktif dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang (proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin, hyaluronic acid, fibronectin dan profeoglycans) yang berperan dalam membangun (rekonstruksi) jaringan baru. Sel-sel ini akan menarik tepi-tepi luka dan dengan demikian mengurangi ukuran daerah luka (Spector & Spector, 1993; Tawi, 2008).

A B

C

Gambar 9: Proses persembuhan (PA) luka hari ke-14. (A) Kontrol negatif, (B) Kontrol positif, (C) Hexan.

Persembuhan terjadi pada hari ke-14 (Gambar 9) untuk ke-3 kelompok. Hal ini ditandai dengan tumbuhnya rambut pada daerah luka. Namun, pada kelompok hexan persembuhan yang terjadi lebih baik karena tidak meninggalkan bekas luka. Pada hari ke-21 luka untuk ketiga kelompok telah sembuh sempurna yang ditandai dengan tidak adanya bekas luka.

Pengamatan Luka Secara Mikroskopis

Pada penelitian ini peubah yang diamati pada pemeriksaan mikroskopis (pengamatan histopatologi) adalah jumlah neutrofil, jumlah neovaskularisasi, persentase reepitelisasi dan persentase luasan kolagen (Tabel 2,3,4, dan 5).

Secara normal tubuh akan merespon cedera dengan jalan proses peradangan, yang dikarakteristikkan dengan lima tanda utama: bengkak (swelling), kemerahan (redness), panas (heat), nyeri (pain) dan kerusakan fungsi (impaired function) (Drakbar, 2008). Peradangan akut akan terjadi beberapa menit atau jam setelah kerusakan jaringan dan akan berakhir beberapa jam atau hari tergantung bentuk luka. Peradangan akut adalah sebuah respon vaskuler dan seluler yang biasa terjadi pada kerusakan jaringan lunak akibat trauma mekanik seperti kulit yang tersayat, dan infeksi. Respons vaskular terlihat dengan adanya perubahan pada pembuluh darah, perubahan pada aliran darah, eksudasi plasma darah, emigrasi dari leukosit, dan diapedesis dari eritrosit. Sedangkan respons seluler terlihat berupa adanya peningkatan aktivitas leukosit yang merupakan aktivitas berkelanjutan yang terdiri dari marginasi, adesi, emigrasi, fagositosis, dan pelepasan produk-produk leukosit ke jaringan ekstraseluler. Penggabungan respons vaskuler, aktivitas seluler dan terbentuknya bahan kimia sebagai substansi mediator di daerah luka merupakan komponen yang saling terkait pada proses penyembuhan luka. Karena proses persembuhan luka bukanlah proses yang sederhana melainkan suatu proses yang kompleks dengan berbagai kegiatan bio-seluler, bio-kimia yang terjadi berkisanambungan. (Tawi ,2008; Vegad ,1995).

Neutrofil

Sel yang berperan penting dalam proses peradangan salah satunya neutrofil. Pembentukan neutrofil terjadi di dalam sumsum tulang. Neutrofil mempunyai fungsi memfagositosis benda-benda asing seperti bakteri dan sel-sel yang rusak atau mati. Proses neutrofil memfagositosis adalah kemotaksis, perlekatan, penelanan, dan pencernaan. Neutrofil masuk dalam jaringan yang luka dalam waktu yang sangat cepat dengan cara diapedesis dan bergerak melewati jaringan dengan gerakan ameboid dan gerakan neutrofil ke area jaringan yang meradang di bawah pengaruh rangsangan kimiawi. Rangsangan kimiawi ini tidak hanya datang dari growth factors released yang berasal dari degranulasi platelets

tetapi dari rangsangan yang dilepaskan oleh protein bakteri, dan rangsangan produk yang bersala dari proteolysis fibrin dan semua komponen matrix. Pergerakan ini disebut kemotaksis (Martin, 2007; Spector & Spector, 1993). Tujuan yang hendak dicapai dari adanya respons ini adalah membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan (Tawi ,2008; Vegad ,1995).

Tabel 2. Rataan jumlah PMN (Neutrofil) pada mecit kontrol positif (KP), kontrol negatif (KN), dan salep hexan

Hari KP KN Salep Hexan

2 9.01±4.40a 15.71±5.24a 8.23±7.51a

4 4.07±1.09a 3.70±1.29a 2.50±1.42a

7 14.50±0.00a 10.58±2.99b 2.00±0.29c

14 0.83±1.44ab 3.00±2.00a 0.00±0.00b

21 0.00±0.00a 0.00±0.00a 0.33±0.58a

Keterangan: Huruf supersript yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata. (P>0.05)

Gambar 10: Neutrofil kelompok hexan hari ke-2, dengan pewarnaan HE, pembesaran objektif 100x, dan Bar: 20µm

Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah neutrofil (Gambar 10) pada hari ke-2 dan hari ke-4 antara ketiga kelompok tidak memiliki perbedaan yang nyata. Namun, dari hari ke-2 sampai hari ke-4 terjadi penurunan jumlah neutrofil. Banyaknya jumlah neutrofil pada hari ke-2 dapat disebabkan adanya vasodilatasi pembuluh darah yang juga menyebabkan edema, sedangkan rendahnya jumlah neutrofil pada hari ke-4 dapat disebabkan karena pendeknya umur sel ini dan

kebanyakan dari sel ini mati setelah memfagosit (Tizard, 1988). Pada hari ke-4 juga terlihat edema semakin berkurang dan terdapat sedikit invasi makrofag pada jaringan yang bertugas menggantikan neutrofil. Makrofag mempunyai fungsi yang sama dengan neutrofil yaitu sebagai fagosit. Namun, keduanya mempunyai banyak perbedaan antara lain neutrofil mempunyai sifat bekerja memfagositosis secara cepat dibandingkan makrofag dan umur netrofil lebih pendek daripada umur makrofag (Spector & Spector, 1993; Tizard, 1988).

Pada hari ke-7 terdapat perbedaan jumlah neutrofil yang nyata antara ketiga kelompok. Jumlah neutrofil pada kelompok hexan lebih sedikit dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini dikarenakan rimpang kunyit memiliki kandungan senyawa saponin dan kurkuminoid yang berfungsi sebagai zat anti bakteri (Sayekti, 2008). Keberadaan kedua senyawa ini mempengaruhi rangsangan migrasi neutrofil ke daerah luka.

Pada hari ke-14 tidak terdapat perbedaan nyata antara kelompok perlakuan tapi keduanya berbeda nyata dengan kelompok tanpa pengobatan. Jumlah neutrofil pada kelompok hexan jauh lebih sedikit dibandingkan pada kelompok kontrol negatif. Pada hari ke-21 jumlah neutrofil tidak lagi terlihat berbeda pada ke-3 kelompok. Jumlah neutrofil pada hari ini sangat rendah bahkan tidak ada, hal ini menandakan luka telah sembuh.

Neovaskularisasi

Angiogenesis merupakan suatu proses pembentukan neovaskularisai (Gambar 11) didalam luka. Kegagalan vaskularisasi akibat penyakit (diabetes), pengobatan (radiasi) atau obat (preparat steroid) mengakibatkan lambatnya proses persembuhan (Tawi, 2008). Adanya invasi neovaskular dalam jaringan juga merupakan pengaruh yang dikeluarkan oleh platelet, adanya respon kebutuhan oksigen dan nutrisi yang cukup untuk proses persembuhan karena jaringan yang luka mengalami hipoksia, dan merupakan suatu dasar growth faktor fibroblas (Singer et al.,1999; Tawi, 2008). Kehadiran makrofag pada daerah luka juga berfungsi mengeluarkan faktor angiogenesis (Drakbar, 2008).

Pembuluh darah akan membentuk tunas-tunas pembuluh darah baru yang nantinya akan berkembang menjadi percabangan baru pada jaringan luka yang

disebut neovaskular. Tunas-tunas pembuluh ini akan muncul oleh aktivitas mitosis ada sel-sel endotel pembuluh darah tetua yang diikuti oleh migrasinya ke daerah luka. Cabang-cabang pembuluh darah baru ini akan saling beranastomose dan membentuk suatu jaringan sirkulasi darah yang pada di daerah luka (Spector & Spector, 1993; Tawi, 2008).

Tabel 3. Rataan jumlah neovaskularisasi pada mencit kontrol positif (KP), kontrol negatif (KN), dan salep hexan

Hari KP KN Salep Hexan

2 0.00±0.00a 0.00±0.00a 0.33±0.58a

4 0.33±0.58a 0.00±0.00a 0.33±0.58a

7 8.00±1.73a 0.67±1.15b 8.33±5.13a

14 6.33±2.52a 5.00±1.00a 1.33±1.15b

21 0.00±0.00b 6.00±1.00a 0.33±0.58b

Keterangan: Huruf supersript yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata. (P>0.05)

Gambar 11: Neovaskularisasi kelompok hexan hari ke-7, dengan pewarnaan MT, pembesaran objektif 40x, dan Bar: 20µm

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah neovaskularisasi pada hari ke-2 dan hari ke-4 antara ketiga kelompok tidak memiliki perbedaan yang nyata. Namun, neovaskularisasi pada kelompok hexan lebih cepat terjadi dibandingkan kelompok kontrol. Neovaskularisasi untuk kelompok hexan terjadi pada hari ke-2, untuk kelompok kontrol positif pada hari ke-4, dan untuk kelompok kontrol negatif terjadi pada hari ke-7. Hal ini dapat menjadi indikator telah dimulainya proses

persembuhan luka dan dapat dikatakan bahwa salep fraksi hexan rimpang kunyit mempercepat proses pertumbuhan neovaskularisasi.

Neovaskularisasi pada hari ke-7 menunjukkan bahwa kelompok kontrol positif tidak berbeda nyata dengan kelompok hexan, tapi keduanya berbeda nyata dengan kelompok kontrol negatif. Hal ini berarti bahwa keberadaan neovaskularisasi untuk proses persembuhan luka sangat baik jika dilakukan pengobatan dibandingkan tanpa pengobatan.

Pada hari ke-14 terlihat bahwa antara kedua kelompok kontrol tidak berbeda nyata tapi keduanya berbeda nyata dengan kelompok hexan. Jumlah neovaskularisasi pada kelompok hexan jauh lebih sedikit dibanding kelompok kontrol, hal ini menjadi indikator luka sembuh pada kelompok hexan sehingga tidak terlalu memerlukan neovaskularisasi. Pada hari ke-21 terlihat bahwa antara kelompok perlakuan tidak berbeda nyata tapi keduanya berbeda nyata dengan kontrol negatif. Tingginya neovaskularisasi pada kelompok kontrol negatif menandakan bahwa proses persembuhan belum selesai sedangkan untuk kelompok perlakuan telah sembuh sempurna.

Reepitelisasi

Reepitelisasi (Gambar 12) dimulai beberapa jam setelah terjadi kerusakan. Sel epidermal dari luka akan berploriferasi (aktif bermitosis) dari tepi dalam ke tepi luka dan akhirnya membentuk barier yang menutupi permukaan luka sehingga mencengah masuknya mikroorganisme (Singer et al.,, 1999; Drakbar, 2008).

Tabel 4. Persentase reepitelisasi pada mencit kontrol positif (KP), kontrol negatif (KN), dan salep hexan

Hari KP KN Salep Hexan

2 33.33±33.35a 44.43±19.28a 33.33±57.74a

4 33.33±33.35a 33.33±33.35a 55.57±50.92a

7 77.80±19.23a 77.80±19.23a 55.57±50.92a

14 66.67±57.74a 88.90±19.23a 100.00±0.00a

21 100.00±0.00a 100.00±0.00a 100.00±0.00a

Keterangan: Huruf supersript yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata. (P>0.05).

Tabel 4 menunjukkan bahwa persentase reepitelisasi pada ketiga kelompok untuk semua hari tidak berbeda nyata. Persentase reepitelisasi pada awal panen tidak terlalu besar karena kulit yang terluka butuh waktu untuk melakukan mitosis epitel, dengan bertambahnya waktu persentase reepitelisasi meningkat. Hal ini ditandai dengan meningkatnya aktivitas mitosis epitel didekatnya ke tepi luka, terutama pada lapisan yang lebih dalam. Epitel meluncur ke luar dari tepi luka dengan gerakan amoeboid yang khas. Lembaran epitel dari berbagai sudut luka bertemu ditengah, migrasi dan mitosis berhenti, barangkali sebagai konsekuensi sinyal dari sel ke sel yang dikenal sebagai hambatan kontak (Spector & Spector, 1993).

Pada hari ke-14 persentase reepitelisasi untuk kelompok hexan mencapai 100% lebih awal dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini menandakan ada senyawa dalam fraksi hexan rimpang kunyit yang mempengaruhi pertumbuhan reepitelisasi.

Gambar 12: Reepitelisasi hari ke-7, dengan pewarnaan MT, pembesaran objektif 4x, dan Bar: 200µm.

Kolagen

Fibroblas (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah pembedahan. Diawali dengan mensintesis kolagen (Gambar 13) dan substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi luka. Kolagen adalah substansi protein yang menambah tegangan permukaan dari luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah

kekuatan permukaan luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu sebuah lapisan penyembuhan nampak dibawah garis irisan luka (Drakbar, 2008).

Tabel 5. Persentase luasan kolagen pada mencit kontrol positif (KP), kontrol negatif (KN), dan salep hexan

Hari KP KN Salep Hexan

2 0±0.00a 0±0.00a 0±0.00a

4 0±0.00a 0±0.00a 0±0.00a

7 66.67±33.35a 33.30±0.00a 55.57±19.28a

14 100.00±0.00a 88.90±19.23a 100.00±0.00a

21 88.90±19.23a 77.80±19.23a 88.90±19.23a

Keterangan: Huruf supersript yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata. (P>0.05).

Gambar 13: jaringan ikat kolagen yang ditandai dengan warna biru pada kelompok hexan pada hari ke-7, dengan pewarnaan MT, pembesaran objektif 4x, dan Bar: 200µm.

Tabel 5 menunjukkan bahwa persentase luasan kolagen pada semua hari untuk ketiga kelompok tidak berbeda nyata, tetapi untuk kedua kelompok perlakuan memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan kelompok tanpa pengobatan pada semua hari. Persentase luasan kolagen juga telah mencapai 100% lebih awal untuk kelompok perlakuan yaitu pada hari ke-14. Hal ini menandakan persembuhan luka untuk kelompok perlakuan jauh lebih cepat daripada kelompok tanpa pengobatan. Pada hari ke-21 persentase kolagen

mengalami penurunan karena jika terdapat kolagen yang berlebihan pada jaringan maka akan terbentuk jaringan parut. Jaringan parut atau keloid memang tidak membahayakan tapi dari segi estetika hal ini sangat mengganggu (Sukasah, 2007).

Dokumen terkait