• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Ketersediaan Sayur, Buah dan Kacang-kacangan Jumlah ketersediaan sayur dan buah serta kacang-kacangan

Jumlah ketersediaan sayur dan buah serta kacang-kacangan terdiri dari ketersediaan absolut dan ketersediaan untuk dikonsumsi (on trend). Ketersediaan absolut ialah ketersediaan yang berasal dari produksi domestik tanpa memperhatikan impor setelah dikoreksi dengan penggunaan sedangkan ketersediaan untuk dikonsumsi (on trend) ialah ketersediaan untuk dikonsumsi dengan memperhatikan impor setelah dikoreksi dengan penggunaan. Perkembangan ketersediaan absolut dan ketersediaan untuk dikonsumsi (on trend) sayur dan buah serta kacang-kacangan dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Selama tahun 2002-2011 ketersediaan sayur dan buah serta kacang-kacangan di Indonesia mengalami peningkatan, hal ini terlihat dari persentase laju dari masing-masing jenis pangan tersebut yang bernilai positif sebesar 5.29 persen, 5.60 persen dan 8.25 persen. Rata-rata ketersediaan sayur sebesar 40.12 kg/kapita/th atau sebesar 9095.09 ribu ton sedangkan rata-rata ketersediaan buah sebesar 69.80 kg/kapita/th atau sebesar 15813.04 ribu ton. Rata-rata ketersediaan kacang-kacangan sebesar 58.86 kg/kapita/th atau sebesar 13390.02 ribu ton.

Hal ini sesuai dengan data statistik pertanian hortikultura tahun 2011 dalam Roadmap Diversifisikasi Pengan (2012) yang melaporkan bahwa selama tahun 2007-2009 produksi sayuran dan buah-buahan nasional meningkat dengan laju kenaikan sebesar 6.02 persen dan 4.40 persen. Semakin bertambahnya jumlah penduduk di setiap tahunnya diduga menjadi penyebab peningkatan ketersediaan sayur dan buah serta kacang-kacangan di Indonesia. Ketersediaan sayur dan buah serta kacang-kacangan yang menunjukkan tren positif juga dapat disebabkan oleh meningkatnya kesejahteraan dan semakin meningkatnya tingkat kesadaran penduduk terhadap manfaat sayur dan buah serta kacang-kacangan.

Perkembangan ketersediaan untuk dikonsumsi (on trend) sayur dan buah dapat dilihat pada Tabel 3. Selama tahun 2002-2011 ketersediaan sayur dan buah serta kacang-kacangan untuk dikonsumsi mengalami peningkatan, hal ini terlihat dari persentase laju yang bernilai positif sebesar 5.70 persen, 5.61 persen dan 7.99 persen. Rata-rata ketersediaan sayur sebesar 41.64 kg/kapita/th atau sebesar 9443.72 ribu ton sedangkan rata-rata ketersediaan buah sebesar 70.86 kg/kapita/th atau sebesar 16057.08 ribu ton ribu ton. Rata-rata ketersediaan kacang-kacangan sebesar 64.63 kg/kapita/th atau sebesar 14701.95 ribu ton ribu ton.

Selain itu, pada lampiran 4-5 ditampilkan tabel produksi sayur dan buah dari tahun 2002-2011 yang bersumber dari website Badan Pusat Statistik sebagai perbandingan data jumlah ketersediaan untuk sayur dan buah. Hasil perbandingan menunjukkan jumlah ketersediaan sayur dan buah yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik lebih besar dibandingkan jumlah ketersediaan sayur dan buah pada penelitian ini. Hal ini diduga disebabkan karena jumlah ketersediaan sayur dan buah yang diterbitkan Badan Pusat Statistik belum dikurangi dengan penggunaan untuk bibit, pakan, pangan/nonpangan dan tercecer.

Tabel 2 Ketersediaan absolut sayur dan buah serta kacang-kacangan di Indonesia tahun 2002-2011

Jenis Pangan Satuan Tahun Rata-rata Laju

% 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sayur kg/kap/th 31.71 36.47 38.49 40.19 41.48 40.62 42.63 43.86 42.74 43.05 40.12 5.29 gr/kap/hr 86.87 99.92 105.45 110.11 113.64 111.28 116.78 120.17 117.09 117.95 109.93 kal/kap/hr 44.30 50.96 53.78 56.16 57.95 56.75 59.56 61.29 59.72 60.15 56.06 ribu/ton/th 6692.17 7796.8 8328.71 8836 9239 9165 9741 10281 10320.23 10551 9095.09 Buah kg/kap/th 55.25 63.39 66.31 67.27 72.60 75.87 78.89 79.58 64.15 74.73 69.80 5.60 gr/kap/hr 151.38 173.68 181.68 184.30 198.90 207.86 216.13 218.03 175.77 204.74 191.25 kal/kap/hr 105.97 121.57 127.18 129.01 139.23 145.50 151.29 152.62 123.04 143.32 133.87 ribu/ton/th 11662 13551.43 14349 14789 16171 17119 18028 18654 15492 18315 15813.04 Kacang kg/kap/th 51.49 55.64 56.62 53.41 53.15 50.28 52.57 52.50 82.15 80.79 58.86 8.25 gr/kap/hr 141.07 152.44 155.12 146.33 145.63 137.75 144.03 143.85 225.07 221.36 161.26 kal/kap/hr 533.26 576.23 586.34 553.11 550.48 520.70 544.45 543.74 850.76 836.72 609.58 ribu/ton/th 10868 11894.58 12251 11742 11840 11345 12014 12306.91 19837.67 19801 13390.02 13

14

Tabel 3 Ketersediaan untuk dikonsumsi (on trend) sayur dan buah serta kacang-kacangan di Indonesia tahun 2002-2011

Jenis Pangan Satuan Tahun Rata-rata Laju % 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sayur kg/kap/th 31.71 36.47 38.49 40.19 41.48 40.62 42.63 43.86 42.74 45.80 403.99 5.70 gr/kap/hr 86.87 99.92 105.45 110.11 113.64 111.28 116.78 120.17 117.09 125.48 1106.79 kal/kap/hr 44.30 50.96 53.78 56.16 57.95 56.75 59.56 61.29 59.72 64.00 564.47 ribu/ton/th 6692.175 7796.8 8328.719 8836 9239 9165 9741 10281 10320.23 11225 91624.92 Buah kg/kap/th 55.25 63.39 66.31 67.27 72.60 75.87 78.89 79.58 64.15 76.79 700.1 5.61 gr/kap/hr 151.38 173.68 181.68 184.30 198.90 207.86 216.13 218.03 175.77 210.39 1918.12 kal/kap/hr 105.97 121.57 127.18 129.01 139.23 145.50 151.29 152.62 123.04 147.27 1342.68 ribu/ton/th 11662 13551.43 14349 14789 16171 17119 18028 18654 15492 18820 158635.4 Kacang kg/kap/th 51.49 55.64 56.62 53.41 53.15 50.28 52.57 52.50 82.15 89.27 597.08 7.99 gr/kap/hr 141.07 152.44 155.12 146.33 145.63 137.75 144.03 143.85 225.07 244.57 1635.86 kal/kap/hr 533.26 576.23 586.34 553.11 550.48 520.70 544.45 543.74 850.76 924.49 6183.56 ribu/ton/th 10868 11894.58 12251 11742 11840 11345 12014 12306.91 19837.67 21878 135977.2

Kontribusi energi terhadap total ketersediaan energi dari sayur dan buah serta kacang-kacangan

Suatu jenis pangan dikatakan sebagai pola ketersediaan penduduk di suatu wilayah apabila kontribusi energi dari jenis pangan tersebut ≥ 5 persen dari total energi jenis pangan tersebut. Pola ketersediaan sayur menurut golongan sayur berwarna dan sayur tidak berwarna digambarkan pada Tabel 4 serta pola ketersediaan buah dan kacang-kacangan ditampilkan pada Tabel 5 dan Tabel 6.

Selama tahun 2002-2011 kentang, kol/kubis dan cabe menjadi pola ketersediaan sayur penduduk di Indonesia (Tabel 4). Hal ini sesuai dengan Roadmap Diversifikasi Pangan, Badan Ketahanan Pangan (2012) yang melaporkan bahwa selama tahun 2007-2009, sayuran yang memberikan sumbangan produksi terbesar terhadap total produksi sayuran di Indonesia sebanyak 5 (lima) jenis sayuran yaitu kol/kubis, kentang, bawang merah, tomat dan cabe. Kandungan energi dari masing-masing jenis sayur ditunjukkan pada lampiran.

Tabel 5 menggambarkan pola ketersediaan buah di Indonesia selama tahun 2002-2011. Pola ketersediaan buah di Indonesia antara lain pisang, salak, jeruk dan mangga namun pada tahun 2007 terjadi penambahan buah yang menjadi pola ketersediaan yaitu nenas. Hal ini sesuai dengan Roadmap Diversifikasi Pangan, Badan Ketahanan Pangan (2012) yang melaporkan bahwa selama tahun 2007-2009, buah pisang memberikan kontribusi terbesar untuk produksi buah nasional, sedangkan buah mangga memberikan kontribusi kedua terbesar untuk produksi buah nasional dan buah jeruk sebagai pemberi kontribusi ketiga terbesarnya. Pola ketersediaan kacang-kacangan di Indonesia selama tahun 2002-2011 dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini.

Selama tahun 2002-2011 kedelai menjadi pola ketersediaan kacang-kacangan penduduk di Indonesia (Tabel 6). Kedelai menjadi pola ketersediaan kacang-kacangan di Indonesia karena sebagian besar kedelai digunakan untuk industri tahu dan tempe. Tahu dan tempe sendiri merupakan sumber protein nabati yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Indonesia karena produk tersebut mudah dijangkau oleh hampir seluruh masyarakat (Haliza 2007).

16

Tabel 4 Kontribusi ketersediaan energi sayur berdasarkan golongan warna terhadap total ketersediaan energi sayur di Indonesia tahun 2002-2011

Golongan sayur 2002 2003 2004 2005 2006

Jenis G E (%) Jenis G E (%) Jenis G E (%) Jenis G E (%) Jenis G E (%)

Sayur tidak berwarna

K 10.65 19.35 K 11.99 17.14 K 12.63 17.95 K 11.74 15.00 K 10.78 14.63 KB 14.64 9.68 KB 15.83 8.57 KB 16.74 7.69 KB 14.79 7.50 KB 14.35 7.32 BM 6.08 6.45 BM 6.06 5.71 BM 6.01 5.13 BM 5.77 5.00 BP 2.33 6.45 BP 2.21 5.71 BP 2.28 5.13 BP 2.49 5.00 Sayur berwarna C 8.49 22.58 C 13.51 34.29 C 13.79 30.77 C 13.03 27.50 C 14.57 31.71 KM 1.15 12.90 KM 1.09 8.57 KM 1.28 10.26 KM 1.56 12.50 KM 1.46 9.76 T 6.74 6.45 T 7.62 5.71 KP 5.58 5.13 KP 5.63 5.00 T 7.17 5.13 T 7.28 5.00 W 5.29 5.13 W 5.43 5.00 Lanjutan tabel 4 Golongan sayur 2007 2008 2009 2010 2011

Jenis G E (%) Jenis G E (%) Jenis G E (%) Jenis G E (%) Jenis G E (%) Sayur tidak berwarna K 11.46 14.63 K 12.10 14.29 K 13.03 15.22 K 11.56 13.64 K 10.94 13.33

KB 14.28 7.32 KB 14.58 7.14 KB 14.54 6.52 KB 14.53 6.82 KB 14.18 6.67 BP 3.47 7.14 BP 3.25 6.52 BM 2.82 6.82 BP 3.22 6.67 Sayur berwarna C 13.82 29.27 C 14.27 28.57 C 16.45 30.43 C 15.51 31.82 C 17.27 33.33

KM 1.29 9.76 KM 1.32 9.52 KM 1.21 8.70 KM 1.25 9.09 KM 0.98 6.67 Keterangan

K: kentang C : cabe W : wortel

KB: kubis KM : kacang merah

BM: bawang merah KP : kacang panjang

17 Tabel 5 Kontribusi ketersediaan energi buah terhadap total ketersediaan energi buah di Indonesia tahun 2002-2011

Tahun Buah

Jenis G E (%) Jenis G E (%) Jenis G E (%) Jenis G E (%) Jenis G E (%) 2002 Pisang 54.23 45.45 Salak 9.29 18.18 Mangga 16.92 7.79 Lainnya 15.46 6.49 Jeruk 13.02 5.19 2003 Pisang 51.03 38.37 Salak 11.09 19.77 Mangga 18.20 8.14 Lainnya 20.34 6.98 Jeruk 19.54 6.98 2004 Pisang 58.81 43.68 Salak 9.45 17.24 Jeruk 26.34 9.20 Lainnya 19.47 6.90 Mangga 16.91 6.90 2005 Pisang 61.45 43.96 Salak 10.89 19.78 Jeruk 27.51 9.89 Mangga 16.37 6.59

2006 Pisang 59.00 40.86 Salak 9.88 17.20 Jeruk 31.45 10.75 Mangga 18.55 7.53

2007 Pisang 63.08 44.09 Salak 9.12 16.13 Jeruk 31.96 10.75 Mangga 20.53 7.53 Nenas 25.76 5.38 2008 Pisang 68.58 42.72 Salak 9.64 15.53 Jeruk 30.01 8.74 Mangga 23.46 8.74

2009 Pisang 70.99 43.81 Salak 9.03 14.29 Mangga 24.38 8.57 Jeruk 26.29 7.62 2010 Pisang 62.26 46.51 Salak 7.93 15.12 Jeruk 24.22 9.30 Mangga 13.58 5.81 2011 Pisang 65.33 42.42 Salak 11.27 18.18 Mangga 22.15 8.08 Jeruk 21.88 7.07

Tabel 6 Kontribusi ketersediaan energi kacang-kacangan terhadap total ketersediaan energi kacang-kacangan di Indonesia tahun 2002-2011

Tahun Kacang-kacangan

Jenis G E (%) Jenis G E (%) Jenis G E (%)

2002 Kedelai 23.79 42.92 Kacang tanah 8.38 17.92 Kacang hijau 3.49 5.66

2003 Kedelai 21.47 39.23 Kacang tanah 8.77 19.14 Kacang hijau 4.02 6.70

2004 Kedelai 20.77 38.35 Kacang tanah 9.02 19.90 Kacang hijau 3.67 5.83

2005 Kedelai 21.24 40.10 Kacang tanah 9.04 20.30 Kacang hijau 3.60 5.94

2006 Kedelai 19.49 37.76 Kacang tanah 9.25 21.43 Kacang hijau 3.50 6.12

2007 Kedelai 19.41 38.54 Kacang tanah 9.03 21.35 Kacang hijau 3.52 6.25

2008 Kedelai 20.72 39.50 Kacang tanah 9.12 20.50 Kacang hijau 3.22 5.50

2009 Kedelai 23.60 43.06 Kacang tanah 8.90 19.14 Kacang hijau 3.32 5.26

2010 Kedelai 26.75 37.23 Kacang tanah 8.69 14.23

Kontribusi ketersediaan energi sayur dan buah serta kacang-kacangan terhadap angka kecukupan energi

Energi dibutuhkan manusia untuk melakukan aktivitas sehari-hari, selain itu energi juga diperlukan dalam metabolisme, pertumbuhan dan pengaturan suhu tubuh (Gardjito 2009). Tabel 7 menggambarkan kontribusi ketersediaan energi kelompok pangan jenis sayur, buah dan kacang-kacangan tahun 2002-2011.

Tabel 7 Kontribusi ketersediaan energi sayur, buah dan kacang-kacangan di Indonesia tahun 2002-2011

Tahun Sayur E (%)

Buah E (%)

Sayur dan Buah E (%) Kacang-kacangan E (%) 2002 1.40 3.50 4.90 9.63 2003 1.59 3.90 5.49 9.50 2004 1.77 3.95 5.72 9.36 2005 1.81 4.13 5.94 9.18 2006 1.86 4.22 6.08 8.90 2007 1.86 4.22 6.08 8.72 2008 1.90 4.68 6.58 9.09 2009 2.09 4.77 6.86 9.05 2010 2.00 3.90 5.90 12.45 2011 2.04 4.50 6.54 12.77 Rata-rata 1.83 4.18 6.00 9.91 %Laju 4.36 3.26 3.61

Keterangan : E (%) = kontribusi ketersediaan energi sayur, buah dan kacang-kacangan terhadap AKE 2200 kkal/kap/hari berdasarkan WKNPG 2008.

Selama tahun 2002-2011 terjadi peningkatan kontribusi ketersediaan energi yang berasal dari sayur, buah dan kacang-kacangan di Indonesia. Peningkatan kontribusi ketersediaan energi tersebut ditandai dengan laju pertumbuhan yang bernilai positif. Rata-rata peningkatan kontribusi ketersediaan energi yang berasal dari sayur yaitu sebesar 1.83 persen dengan laju pertumbuhan sebesar 4.36 persen sedangkan untuk buah sebesar 4.18 persen dengan laju pertumbuhan sebesar 3.26 persen dan kacang-kacangan sebesar 9.91 persen dengan laju pertumbuhan 3.61 persen. Peningkatan kontribusi ketersediaan sayur dan buah yang paling besar terjadi pada tahun 2009 sedangkan untuk kacang-kacangan terjadi pada tahun 2011.

Tabel 8 berikut ini menggambarkan jenis sayur yang memiliki tingkat ketersediaan energi paling besar di Indonesia tahun 2002-2011. Jenis sayur yang memiliki ketersediaan energi paling besar selama tahun 2002-2011 tidak mengalami perubahan. Jika dilihat dari kelompok pangan, untuk kelompok pangan sayur, jenis sayur yang memiliki ketersediaan energi paling besar ialah cabe, hal ini tidak mengalami perubahan dari tahun 2002-2011 dan mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Tabel 8 Jenis sayur yang memiliki tingkat ketersediaan energi paling besar di Indonesia tahun 2002-2011

Tahun Jenis Ketersediaan (Kkal/Kap/hari) Tingkat Ketersediaan (%) 2002 Cabe 7 0.31 2003 Cabe 12 0.54 2004 Cabe 12 0.54 2005 Cabe 11 0.50

20

Tahun Jenis Ketersediaan (Kkal/Kap/hari) Tingkat Ketersediaan (%) 2006 Cabe 13 0.59 2007 Cabe 12 0.54 2008 Cabe 12 0.54 2009 Cabe 14 0.63 2010 Cabe 14 0.63 2011 Cabe 15 0.68

Keterangan : E (%) = kontribusi energi sayur terhadap AKE 2200 kkal/kap/hari berdasarkan WKNPG 2008.

Jenis buah yang memiliki ketersediaan energi paling besar yaitu pisang, hal ini tidak mengalami perubahan dari tahun 2002-2011 namun mengalami penurunan pada tahun 2006.

Tabel 9 Jenis buah yang memiliki tingkat ketersediaan energi paling besar di Indonesia tahun 2002-2011

Tahun Jenis Ketersediaan (Kkal/Kap/hari) Tingkat Ketersediaan (%) 2002 Pisang 35 1.59 2003 Pisang 33 1.50 2004 Pisang 38 1.72 2005 Pisang 40 1.81 2006 Pisang 38 1.72 2007 Pisang 41 1.86 2008 Pisang 44 2.00 2009 Pisang 46 2.09 2010 Pisang 40 1.81 2011 Pisang 42 1.90

Keterangan : E (%) = kontribusi energi buah terhadap AKE 2200 kkal/kap/hari berdasarkan WKNPG 2008.

Jenis kacang-kacangan yang memiliki ketersediaan energi paling besar (Tabel 10) ialah kedelai namun untuk tahun 2010 dan tahun 2011 terjadi perubahan jenis kacang-kacangan yang memiliki ketersediaan energi paling besar yaitu kelapa daging/kopra.

Tabel 10 Jenis kacang-kacangan yang memiliki tingkat ketersediaan energi paling besar tahun 2002-2011

Tahun Jenis Ketersediaan

(Kkal/Kap/hari) Tingkat Ketersediaan (%) 2002 Kedelai 91 4.13 2003 Kedelai 82 3.72 2004 Kedelai 79 3.59 2005 Kedelai 81 3.68 2006 Kedelai 74 3.36 2007 Kedelai 74 3.36 2008 Kedelai 79 3.59 2009 Kedelai 90 4.09

2010 Kelapa Daging/ Kopra 123 5.59 2011 Kelapa Daging/ Kopra 123 5.59

Kontribusi Ketersediaan Protein Sayur, Buah dan Kacang-kacangan

Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena yang paling erat hubungannya dengan proses-proses kehidupan.Komposisi protein yang mengandung unsur karbon menjadikanprotein sebagai bahan bakar sumber energi. Apabila tubuh tidakmenerima karbohidrat dan lemak dalam jumlah yang cukup untukmemenuhi kebutuhan tubuh maka protein akan dibakar untuk sumber energi (Suhardjo dan Clara 1992). Tabel 11 menggambarkan kontribusi ketersediaan protein kelompok pangan jenis sayur, buah dan kacang-kacangan tahun 2002-2011.

Tabel 11 Kontribusi ketersediaan protein sayur, buah dan kacang-kacangan di Indonesia tahun 2002-2011 Tahun Sayur P(%) Buah P(%) Kacang-kacangan P(%) 2002 2.80 1.38 23 2003 3.31 1.57 21.77 2004 3.45 1.66 21.26 2005 3.84 1.70 21.47 2006 3.91 1.84 20.30 2007 3.87 1.86 20.11 2008 4.14 2.00 21.02 2009 4.22 2.01 22.98 2010 4.12 1.66 25.95 2011 4.21 1.87 27.44 Rata-rata 3.79 1.76 22.53 %Laju 4.77 3.82 2.15

Keterangan : P (%) = kontribusi ketersediaan protein sayur, buah dan kacang-kacangan terhadap AKP 57 gr/kap/hari berdasarkan WKNPG 2008.

Selama tahun 2002-2011 terjadi peningkatan kontribusi ketersediaan protein yang berasal dari sayur, buah dan kacang-kacangan di Indonesia. Peningkatan kontribusi ketersediaan protein tersebut ditandai dengan laju pertumbuhan yang bernilai positif. Rata-rata peningkatan kontribusi ketersediaan protein yang berasal dari sayur yaitu sebesar 3.79 persen dengan laju pertumbuhan sebesar 4.77 persen sedangkan untuk buah sebesar 1.76 persen dengan laju pertumbuhan sebesar 3.82 persen dan kacang-kacangan sebesar 22.53 persen dengan laju pertumbuhan 3.82 persen. Peningkatan kontribusi ketersediaan protein sayur dan buah yang paling besar terjadi pada tahun 2009 sedangkan untuk kacang-kacangan terjadi pada tahun 2011. Tabel 12 berikut ini menggambarkan jenis sayur yang memiliki tingkat ketersediaan protein paling besar di Indonesia tahun 2002-2011.

Tabel 12 Jenis sayur yang memiliki ketersedian protein paling besardi Indonesia tahun 2002-2011

Tahun Jenis Ketersediaan (Gram/Kap/hari) Tingkat Ketersediaan(%)

2002 Cabe 0.34 0.59 2003 Cabe 0.54 0.94 2004 Cabe 0.55 0.96 2005 Cabe 0.52 0.91 2006 Cabe 0.58 1.01 2007 Cabe 0.55 0.96

22

Tahun Jenis Ketersediaan (Gram/Kap/hari) Tingkat Ketersediaan(%)

2008 Cabe 0.57 1.00

2009 Cabe 0.66 1.15

2010 Cabe 0.62 1.08

2011 Cabe 0.69 1.2

Keterangan : P (%) = kontribusi ketersediaan protein sayur terhadap AKP 57 gram/kap/hari WKNPG 2008.

Jenis sayur, buah dan kacang-kacangan yang memiliki ketersediaan protein paling besar dari tahun 2002-2011 tidak bervariasi. Jika dilihat dari kelompok pangan, untuk kelompok pangan sayur, jenis sayur yang memiliki ketersediaan protein paling besar ialah cabe, hal ini tidak mengalami perubahan dari tahun 2002-2011 namun mengalami peningkatan pada setiap tahunnya.Tabel 13 berikut ini menggambarkan jenis buah yang memiliki ketersedian protein paling besar di Indonesia selama tahun 2002-2011.

Tabel 13 Jenis buah yang memiliki ketersedian protein paling besar di Indonesia tahun 2002-2011

Tahun Jenis Ketersediaan (Gram/Kap/hari) Tingkat Ketersediaan (%) 2002 Pisang 0.38 0.66 2003 Pisang 0.36 0.63 2004 Pisang 0.41 0.71 2005 Pisang 0.43 0.75 2006 Pisang 0.41 0.71 2007 Pisang 0.44 0.77 2008 Pisang 0.48 0.84 2009 Pisang 0.50 0.87 2010 Pisang 0.44 0.77 2011 Pisang 0.46 0.80

Keterangan : P (%) = kontribusi ketersediaan protein sayur terhadap AKP 57 gram/kap/hari WKNPG 2008.

Jenis buah yang memiliki ketersediaan protein paling besar dari tahun 2002-2011 tidak mengalami perubahan yaitu pisang. Ketersediaan protein pisang mengalami peningkatan dan penurunan pada setiap tahunnya. Tabel 14 menggambarkan jenis kacang-kacangan yang memiliki ketersediaan energi paling besar dari tahun 2002-2011 yaitu kedelai. Selama tahun 2002-2011 ketersediaan protein kedelai mengalami peningkatan dan penurunan, penurunan yang paling besar terjadi di tahun 2007.

Tabel 14 Jenis kacang-kacangan yang memiliki ketersedian protein paling besar tahun 2002-2011

Tahun Jenis Ketersediaan (Gram/Kap/hari) Tingkat Ketersediaan (%) 2002 Kedelai 9.61 16.86 2003 Kedelai 8.68 15.22 2004 Kedelai 8.39 14.71 2005 Kedelai 8.58 15.05 2006 Kedelai 7.87 13.80 2007 Kedelai 7.84 13.75 2008 Kedelai 8.37 14.68 2009 Kedelai 9.54 16.73

Tahun Jenis Ketersediaan (Gram/Kap/hari) Tingkat Ketersediaan (%) 2010 Kedelai 10.81 18.96 2011 Kedelai 11.86 20.80

Keterangan : P (%) = kontribusi ketersediaan protein kacang-kacangan terhadap AKP 57 gr/kap/hari WKNPG 2008.

Tren Ketersediaan Sayur, Buah dan Kacang-kacangan

Ketersediaan kontribusi energi dan protein yang berasal dari sayur, buah dan kacang-kacangan di Indonesia selama tahun 2002-2011 mengalami peningkatan sehingga menunjukkan tren positif. Peningkatan kontribusi energi dan protein sayur, buah dan kacang-kacangan ditandai dengan laju kontribusi ketersediaan energi dan protein yang bernilai positif. Peningkatan kontribusi ketersediaan energi dan protein yang berasal dari sayur dan buah terbesar terjadi pada tahun 2009 sedangkan untuk kelompok kacang-kacangan peningkatan kontribusi ketersediaan energi dan protein terbesar terjadi di tahun 2011. Hal tersebut terjadi diduga karena meningkatnya produktivitas lahan pertanian dan meningkatnya kebutuhan penduduk Indonesia terhadap ketiga jenis pangan tersebut.

Pola Konsumsi Sayur, Buah dan Kacang-kacangan Jumlah konsumsi sayur, buah dan kacang-kacangan

Jumlah konsumsi sayur dan buah serta kacang-kacangan penduduk di Indonesia selama tahun 2002-2011 mengalami peningkatan dan penurunan untuk masing-masing wilayah desa, kota dan desa+kota. Total konsumsi sayur dan buah serta kacang-kacangan berdasarkan wilayah ditampilkan pada Tabel 15 sedangkan untuk kosnumsi dari setiap golongan pengeluaran untuk desa dapat dilihat pada Tabel 16, untuk kota pada Tabel 17 dan untuk desa+kota pada Tabel 18 berikut ini.

26

Tabel 15 Total konsumsi sayur, buah, sayur dan buah serta kacang-kacangan berdasarkan wilayah penduduk Indonesia tahun 2002-2011

Tahun Sayur Buah Sayur Dan Buah Kacang-Kacangan

Desa Kota Desa+Kota Desa Kota Desa+Kota Desa Kota Desa+Kota Desa Kota Desa+Kota 2002 123.63 127.93 168.11 71.29 84.57 176.00 194.91 212.50 344.11 43.73 56.84 66.24 2003 133.74 133.56 133.76 77.29 86.71 80.86 211.03 220.27 214.61 41.16 54.83 46.91 2004 129.17 127.88 128.56 71.43 84.68 75.00 200.60 212.56 203.56 38.19 49.27 43.17 2005 138.24 128.95 134.11 84.63 88.95 69.14 222.87 217.90 203.26 40.91 49.03 49.49 2006 136.00 132.99 134.69 60.57 70.22 64.71 196.57 203.20 199.40 41.76 53.72 47.24 2007 159.27 96.65 153.43 90.52 96.65 93.57 249.79 193.30 247.00 47.48 56.69 50.86 2008 153.96 138.16 147.83 85.00 90.00 87.71 238.96 228.16 235.54 38.36 49.04 43.54 2009 138.70 122.29 131.87 58.57 68.71 63.71 197.27 191.01 195.59 36.21 47.74 41.83 2010 138.01 121.68 130.12 73.01 80.08 41.55 211.02 201.76 171.67 37.16 80.08 76.43 2011 165.39 80.08 128.51 102.36 80.08 63.57 267.75 160.16 192.09 44.71 46.24 43.04 Rata 141.61 121.02 139.10 77.47 83.07 81.58 219.08 204.08 220.68 40.97 54.35 50.88 Laju 3.71 -2.94 -2.52 7.56 0.87 -5.15 4.64 -2.47 -4.77 0.88 1.14 0.14

27 Tabel 16 Jumlah konsumsi sayur berdasarkan wilayah dan golongan pengeluaran penduduk Indonesia tahun 2002-2011

Tahun

Jumlah konsumsi sayur (g)

Desa Kota Desa+kota

I II III IV V VI VII VIII I II III IV V VI VII VIII I II III IV V VI VII VIII 2002 137 85 99 114 138 158 184 180 66 84 100 104 117 132 151 168 57 79 85 99 111 129 142 172 2003 98 88 102 121 145 160 187 182 68 92 88 112 124 133 151 154 0 107 89 100 118 138 146 160 2004 94 87 99 116 136 155 180 182 55 63 120 103 115 127 138 160 92 85 101 113 129 140 149 162 2005 95 100 117 129 145 162 177 181 71 88 98 110 119 127 132 138 86 88 97 113 128 139 154 164 2006 87 96 95 114 126 154 173 196 0 87 110 122 115 124 135 154 87 95 97 115 123 140 149 161 2007 108 132 143 164 191 207 224 240 20 31 42 60 92 132 169 212 109 126 137 152 168 173 181 193 2008 95 100 117 129 145 162 177 181 71 88 98 110 119 127 132 138 111 123 137 149 156 162 163 161 2009 107 107 119 135 152 169 177 183 109 98 103 113 123 133 140 138 106 108 115 127 137 144 146 142 2010 95 100 117 129 145 162 177 181 71 88 98 110 119 127 132 138 80 88 100 115 129 142 148 141 2011 80 89 80 89 102 119 140 159 0 9 21 30 45 68 90 124 80 88 100 115 129 142 148 141 Rata 100 98 109 124 143 161 179 187 53 73 88 97 109 123 137 153 81 99 106 120 133 145 152 160 Laju% -4.7 1.8 0.0 -0.8 -1.1 -1.7 -2.0 -0.6 10.4 5.4 1.2 -2.6 -6.0 -5.5 -4.4 -1.5 -12.1 2.7 2.8 2.3 2.4 1.5 0.8 -1.8

28

Tabel 17 Jumlah konsumsi buah berdasarkan wilayah dan golongan pengeluaran penduduk Indonesia tahun 2002-2011 Tahun

Jumlah konsumsi buah (g)

Desa Kota Desa+kota

I II III IV V VI VII VIII I II III IV V VI VII VIII I II III IV V VI VII VIII 2002 64 30 41 58 82 117 163 208 13 21 30 45 64 84 121 172 37 27 28 39 55 74 97 130 2003 32 30 41 57 86 112 166 235 11 34 38 44 57 82 161 167 0 28 30 40 54 75 96 124 2004 11 29 31 51 71 100 131 173 0 33 28 41 59 82 106 154 10 29 32 48 66 91 110 153 2005 22 35 42 54 78 116 146 179 17 23 28 42 61 88 113 152 23 25 32 43 56 70 90 133 2006 17 21 26 36 45 64 88 123 0 17 24 29 37 54 82 118 17 22 26 36 46 64 87 126 2007 36 47 67 92 135 188 225 249 20 31 42 60 92 132 169 212 34 44 59 80 111 150 178 218 2008 22 35 42 54 78 116 146 179 17 23 28 42 61 88 113 152 33 43 54 71 96 126 155 189 2009 32 30 36 49 71 100 124 148 10 17 24 37 57 85 111 143 29 27 33 45 64 89 114 144 2010 22 35 42 54 78 116 146 179 17 23 28 42 61 88 113 152 16 23 30 38 53 74 93 125 2011 22 35 15 27 33 42 59 81 0 9 21 30 45 68 90 124 16 23 30 38 53 74 93 125 Rata-rata 28 33 38 53 75 107 139 175 10 23 29 41 60 85 118 155 21 29 35 48 65 89 111 147 Laju (%) 5.2 8.9 3.4 2.8 6.0 5.7 1.6 -2.0 -33.7 1.0 0.1 1.2 4.9 6.2 3.5 -0.1 3.9 3.5 6.9 5.6 7.9 10.0 10.3 14.1

29 Tabel 18 Jumlah konsumsi sayur dan buah berdasarkan wilayah dan golongan pengeluaran penduduk Indonesia tahun 2002-2011 Tahun

Jumlah konsumsi sayur dan buah (g)

Desa Kota Desa+kota

I II III IV V VI VII VIII I II III IV V VI VII VIII I II III IV V VI VII VIII 2002 201 115 140 172 220 275 347 388 80 105 131 149 181 216 271 339 94 106 114 139 166 203 239 302 2003 130 118 143 177 231 272 353 417 79 126 126 155 181 214 312 321 0 135 119 141 172 213 242 284 2004 105 116 131 167 208 255 311 355 55 96 148 144 174 208 244 315 103 114 134 161 195 230 259 316 2005 117 135 159 183 223 277 322 360 88 111 126 152 180 215 246 291 109 113 129 156 183 209 244 297 2006 104 116 121 150 171 217 261 319 0 104 135 151 152 177 217 272 104 117 123 152 169 204 236 287 2007 143 179 210 257 326 396 449 488 39 61 84 121 184 265 338 425 142 170 196 232 278 324 359 410 2008 117 135 159 183 223 277 322 360 88 111 126 152 180 215 246 291 143 165 191 219 253 288 317 350 2009 139 137 155 184 222 269 301 332 119 115 127 150 181 218 250 282 135 135 148 172 201 232 259 286 2010 117 135 159 183 223 277 322 360 88 111 126 152 180 215 246 291 96 111 129 153 182 215 241 265 2011 103 124 96 116 135 162 199 241 0 18 41 59 90 135 179 248 96 111 129 153 182 215 241 265 Rata-rata 127 131 147 177 218 268 319 362 63 96 117 138 168 208 255 307 102 128 141 168 198 233 264 306 Laju (%) -5 2.7 0.1 -1 0.2 -1 -2 -2.6 -11 -4 -5 -5 -5 -2 -2 -1.3 -11 2.3 3.3 2.7 3.2 2.8 2.3 1.2 Tabel 19 Jumlah konsumsi kacang-kacangan berdasarkan wilayah dan golongan pengeluaran penduduk Indonesia tahun 2002-2011 Tahun

Jumlah konsumsi kacang-kacangan (g)

Desa Kota Desa+kota

I II III IV V VI VII VIII I II III IV V VI VII VIII I II III IV V VI VII VIII 2002 19 26 33 41 50 59 66 73 34 37 44 51 54 58 65 65 10 19 28 35 44 51 58 65 2003 22 28 32 39 45 48 50 52 27 40 48 46 54 55 61 56 0 23 29 34 41 48 52 58 2004 16 24 30 34 43 45 52 62 51 32 37 39 44 49 55 59 18 25 31 35 43 47 54 60 2005 13 21 28 36 41 45 47 49 24 27 38 43 47 48 49 48 15 22 28 39 47 53 60 65 2006 2 11 15 20 27 35 38 43 0 41 41 43 51 50 56 60 4 15 24 33 44 50 56 61 2007 22 33 40 49 57 61 60 60 35 44 49 56 60 59 61 64 23 35 43 52 59 59 61 63 2008 13 21 28 36 41 45 47 49 24 27 38 43 47 48 49 48 16 26 35 43 49 52 54 51 2009 12 22 29 36 41 46 51 52 14 32 38 44 50 51 52 48 12 24 32 39 46 50 52 49 2010 13 21 28 36 41 45 47 49 17 23 28 42 61 88 113 152 6 18 28 37 44 47 50 50 2011 13 21 6 17 26 34 40 44 0 24 34 43 48 49 52 51 6 18 28 37 44 47 50 50 Rata-rata 15 23 27 34 41 46 50 53 23 33 39 45 52 56 61 65 11 23 31 39 46 50 55 57 Laju (%) 0.8 9.2 -0.6 1.1 -0.6 -2.4 -3.0 -3.3 -21.2 -1.5 -1.3 -0.8 0.0 2.3 5.3 14.2 30.8 8.4 3.3 3.2 3.0 5.4 7.6 14.1

Tabel 15 menggambarkan bahwa konsumsi sayur dan buah serta kacang-kacangan di masing-masing wilayah desa, kota dan desa+kota mengalami perbedaan. Rata-rata konsumsi sayur di wilayah desa lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah kota dan desa+kota. Rata-rata konsumsi sayur di wilayah desa sebesar 141.61 gram/kap/hari sedangkan rata-rata konsumsi sayur di wilayah kota dan desa+kota sebesar 121.02 gram/kap/hari dan 139 g/kap/hari. Laju perkembangan konsumsi sayur di desa mengalami peningkatan sebesar 3.71 persen sedangkan di wilayah kota dan desa+kota mengalami penurunan sebesar -2.92 persen dan -2.52 persen.

Selanjutnya konsumsi buah di wilayah desa dan desa+kota lebih rendah dibandingkan konsumsi buah di wilayah kota. Rata-rata konsumsi buah penduduk desa dan desa+kota sebesar 77.47 gram/kap/hari dan 81.58 gram/kap/hari sedangkan rata-rata konsumsi buah penduduk kota sebesar 83.07 gram/kap/hari. Laju perkembangan konsumsi buah di wilayah desa dan kota mengalami peningkatan masing-masing sebesar 7.56 persen dan 0.87 persen sedangkan untuk wilayah desa+kota mengalami penurunan sebesar -5.15 persen.

Berikutnya dalam dimensi ekonomi konsumsi sayur dan buah dapat diperoleh dengan menjumlahkan total sayur dengan total buah sehingga diperoleh total konsumsi sayur dan buah untuk masing-masing wilayah desa, kota dan desa+kota. Rata-rata konsumsi sayur dan buah di wilayah desa+kota lebih besar dibandingkan wilayah desa dan kota. Rata-rata konsumsi sayur dan buah di wilayah desa+kota sebesar 220.68 gram/kap/hari sedangkan rata-rata konsumsi sayur dan buah di wilayah desa dan kota sebesar 219.08 gram/kap/hari dan 204.08 gram/kap/hari. Hasil tersebut menunjukkan bahwa konsumsi sayur dan buah masih dibawah anjuran FAO yaitu sebesar 400 gram/hari. Sebanding dengan hal tersebut berdasarkan hasil penelitian Muharram (2013) dengan mengolah data Riskesdas 2010 menyebutkan bahwa rata-rata konsumsi sayur dan buah wanita dewasa di Indonesia sebesar 139.7 gram/kap/hari. Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian Wulansari (2009) menyebutkan bahwa rata-rata konsumsi sayur dan buah remaja di Bogor sebesar 145.5 gram/hari. Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata konsumsi sayur dan buah masyarakat Indonesia masih sebesar 2 porsi dan berada dibawah porsi ideal berdasarkan Riskesdas (2007) yaitu 5 porsi.

Konsumsi kacang-kacangan di wilayah kota menunjukan hasil yang lebih besar dibandingkan wilayah desa dan desa+kota. Rata-rata konsumsi kacang-kacangan di wilayah kota sebesar 54.35 g/kap/hari sedangkan rata-rata konsumsi kacang-kacangan di wilayah desa dan desa+kota sebesar 40.97 g/kap/hari dan 50.88 g/kap/hari. Laju perkembangan konsumsi kacang-kacangan mengalami peningkatan di masing-masing wilayah desa, kota dan desa+kota sebesar 0.88 persen, 1.14 persen dan 0.14 persen.

Tabel 16 menggambarkan jumlah konsumsi sayur berdasarkan golongan pengeluran untuk wilayah desa, kota dan desa+kota mengalami perbedaan. Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa semakin tinggi golongan pengeluaran maka semakin besar jumlah sayur yang dikonsumsi. Konsumsi sayur terbesar untuk wilayah desa terjadi pada golongan pengeluaran VIII. Peningkatan konsumsi sayur hanya terjadi pada golongan pengeluaran II dengan laju sebesar 1.8 persen sedangkan penurunan terbesar terjadi pada golongan pengeluaran I dengan laju sebesar -4.7 persen. Konsumsi sayur terbesar di wilayah kota terjadi pada golongan pengeluaran VIII. Peningkatan terbesar konsumsi sayur di wilayah kota terjadi pada golongan pengeluaran I dengan laju sebesar 10.4 persen sedangkan penurunan konsumsi sayur terbesar terjadi pada golongan pengeluaran V dengan laju sebesar -6.0 persen. Konsumsi sayur terbesar di wilayah

32

desa+kota terjadi pada golongan pengeluaran VIII. Peningkatan konsumsi sayur terbesar untuk wilayah desa+kota terjadi pada golongan pengeluaran II dengan laju sebesar 2.7 persen dan penurunan terbesar terjadi pada golongan pengeluaran I dengan laju sebesar -12.1 persen.

Tabel 17 menggambarkan jumlah konsumsi buah berdasarkan golongan pengeluran untuk wilayah desa, kota dan desa+kota mengalami perbedaan. Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa semakin tinggi golongan pengeluaran maka semakin besar jumlah buah yang dikonsumsi. Konsumsi buah terbesar untuk wilayah desa terjadi pada golongan pengeluaran VIII. Peningkatan konsumsi buah terbesar terjadi pada golongan pengeluaran II dengan laju sebesar 8.9 persen sedangkan penurunan terbesar terjadi pada golongan pengeluaran VII dengan laju sebesar -2.0 persen. Konsumsi buah terbesar di wilayah kota terjadi pada golongan pengeluaran VIII. Peningkatan terbesar konsumsi buah di wilayah kota terjadi pada golongan pengeluaran VI dengan laju sebesar 6.2 persen sedangkan penurunan konsumsi buah terbesar terjadi pada golongan pengeluaran I dengan laju sebesar -33.7 persen. Konsumsi buah terbesar di wilayah desa+kota terjadi pada golongan pengeluaran VIII. Peningkatan konsumsi buah terbesar untuk wilayah desa+kota terjadi pada golongan pengeluaran VIII dengan laju sebesar 14.1 persen.

Tabel 17 menggambarkan jumlah konsumsi buah berdasarkan golongan pengeluran untuk wilayah desa, kota dan desa+kota mengalami perbedaan. Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa semakin tinggi golongan pengeluaran maka semakin besar jumlah buah yang dikonsumsi. Konsumsi buah terbesar untuk wilayah desa terjadi pada golongan pengeluaran VIII. Peningkatan konsumsi buah terbesar terjadi pada golongan pengeluaran II dengan laju sebesar 8.9 persen sedangkan penurunan terbesar terjadi pada golongan pengeluaran VII dengan laju sebesar -2.0 persen. Konsumsi buah

Dokumen terkait