• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum

Departemen Gizi Masyarakat (GM) adalah salah satu departemen di bawah Fakultas Ekologi Manusia yang terdapat di Institut Pertanian Bogor (IPB). Mahasiswa GM diajarkan untuk memiliki kompetensi dalam mengaplikasikan ilmu gizi yang terkait dengan pertanian, pangan, gizi, dan perencanaannya, serta kesehatan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Mahasiswa GM belajar mengenai pangan dan gizi terkait kesehatan masyarakat dan hubungannya dengan kejadian penyakit menular maupun penyakit degeneratif. Jumlah mahasiswa GM angkatan 49 (semester 6) adalah sebanyak 139 orang.

Departemen Manajemen Hutan (MNH) di bawah Fakultas Kehutanan yang terdapat di Institut Pertanian Bogor (IPB). Mahasiswa MNH diajarkan untuk memiliki kompetensi dalm konsep-konsep pengelolaan hutan, perencanaan kehutanan, penatagunaan hutan, pembentukan unit dan penetapan tujuan pengelolaan hutan, metoda pengaturan hasil, penetapan preskripsi pengelolaan hutan, monitoring dan evaluasi dalam pengelolaan hutan, dan lain-lain. Tidak terdapat mata kuliah terkait pangan dan gizi yang diberikan kepada mahasiswa MNH. Jumlah mahasiswa MNH angkatan 49 (semester 6) adalah sebanyak 99 orang.

Karakteristik individu

Contoh penelitan ini adalah mahasiswa Institut Pertanian Bogor dengan program studi Gizi Masyarakat (GM), Fakultas Ekologi Manusia dan Manajemen Hutan (MNH), Fakultas Kehutanan angkatan 49. Jumlah contoh pada penelitian ini adalah sebanyak 80 orang, dengan 40 orang berasal dari GM dan 40 orang berasal dari MNH. Karakteristik individu terdiri dari jenis kelamin, usia, dan uang saku/bulan. Berikut disajikan tabel sebaran mahasiswa berdasarkan jenis kelamin, usia, dan uang saku/bulan.

Tabel 4 Sebaran mahasiswa berdasarkan karakteristik individu dan program studi

Karakteristik individu GM MNH Total

n % n % n % Jenis Kelamin Laki-laki 11 25 19 47.5 30 36.25 Perempuan 29 75 21 52.5 50 63.75 Total 40 100 40 100 80 100 P = 0.106

13

Tabel 4 Sebaran mahasiswa berdasarkan karakteristik individu dan program studi (Lanjutan)

Karakteristik individu GM MNH Total

n % n % n % Usia 19 tahun 5 12.5 5 12.5 10 12.5 20 tahun 27 67.5 22 55 49 61.25 21 tahun 8 20 13 32.5 21 26.25 Total 40 100 40 100 80 100 Rata-rata ± SD 20.0 ± 0.5 20.2 ± 0.6 P = 0.331 Uang saku/bulan < Rp 600 000 1 2.5 0 0 1 1.25 Rp 600 000- 1 199 999 29 72.5 32 80 61 76.25 Rp 1 200 000 – 1 799 999 8 20 8 20 16 20 > Rp 1 800 000 2 5 0 0 2 2.5 Total 40 100 40 100 80 100 Rata-rata ± SD Rp 1 008 750 ± 358 574 Rp 938 750 ± 287 225 P = 0.419

Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa GM (75%) dan MNH (52.5%) merupakan perempuan, dengan sebagian besar contoh berada pada usia 20 tahun. Penelitian di Amerika oleh Arnet (2000) menunjukkan bahwa mahasiswa tergolong ke dalam usia transisi dari remaja akhir menuju ke dewasa awal, yang pada umumnya terjadi pada usia 18-25 tahun. Uji beda Mann-Whitney

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada uang saku dan status gizi mahasiswa GM dan MNH (P>0.05). Uang saku/bulan rata-rata mahasiswa GM adalah Rp 1 008 750, dan mahasiswa MNH sebesar Rp 938 750. Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa diet yang berkualitas tinggi seperti banyak mengonsumsi sayuran dan buah-buahan cenderung mengeluarkan biaya yang lebih tinggi, sehingga kemampuan penyediaan biaya makan menjadi faktor penting dalam menciptakan diet yang berkualitas (Aggarwal et al. 2011).

Karakteristik Keluarga

Seseorang dengan status sosial ekonomi yang tinggi di Australia cenderung memiliki kualitas diet yang lebih baik karena mengonsumsi sayuran dan buah-buahan yang lebih banyak dan lebih fresh,baik dalam hal jumlah maupun variasi (Giskes et al 2002). Karakteristik keluarga contoh yang diteliti adalah pendidikan terakhir orang tua, pendapatan orang tua, dan besar keluarga. Berikut adalah tabel sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga dan program studi.

14

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga dan program studi Karakteristik keluarga

GM MNH Total

n % n % n %

Pendidikan Ayah

Tidak tamat SD/ Sederajat 1 2.5 2 5 3 3.8

Tamat SD/ Sederajat 1 2.5 7 17.5 8 10.0

Tamat SMP/ Sederajat 4 10 4 10 8 10.0

Tamat SMA/ Sederajat 13 32.5 13 32.5 26 32.5 Tamat Perguruan Tinggi/

Sederajat

21 52.5 14 35.5 35 43.8

Total 40 100 40 100 80 100

P = 0.043 Pendidikan Ibu

Tidak tamat SD/ Sederajat 2 5 0 0 2 2.5

Tamat SD/ Sederajat 4 10 8 20 12 15.0

Tamat SMP/ Sederajat 3 7.5 5 12.5 8 10.0

Tamat SMA/ Sederajat 19 47.5 17 42.5 36 45.0 Tamat Perguruan Tinggi/

Sederajat

12 30 10 25 22 27.5

Total 40 100 40 100 80 100

P = 0.437 Pendapatan Orang Tua

< Rp 3 000 000 12 30 15 37.5 27 33.8 Rp 3 000 000-5 999 999 13 32.5 16 40 29 36.3 Rp 6 000 000-8 999 999 9 22.5 4 10 13 16.3 Rp 9 000 000-11 999 999 2 5 4 10 6 7.5 > Rp 12 000 000 4 10 1 2.5 5 6.3 Total 40 100 40 100 80 100 Rata-rata ± SD Rp 4 512 941 ± 2 380 633 Rp 4 403 125 ± 3 790 661 Rp 4 288 176 ± 3 202 247 P = 0.148 Besar keluarga Kecil (≤ 4 orang) 13 32.5 18 45 31 38.8 Sedang (5-7 orang) 25 62.5 19 47.5 44 55 Besar (≥ 8 orang) 2 5 3 7.5 5 6.2 Total 40 100 40 100 80 100 Rata-rata ± SD 5 ± 1.43 4 ± 1.06 P = 0.733

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada karakteristik keluarga mahasiswa GM dan MNH, kecuali pendidikan ayah berdasarkan hasil uji beda

Mann-Whitney. Data sebaran contoh pada Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan terakhir ayah mahasiswa GM (52.5%) adalah perguruan tinggi/sederajat, sedangkan sebagian besar pendidikan terakhir ayah pada mahasiswa MNH adalah perguruan tinggi/sederajat (35.5%) dan SMA (32.5%). Sebagian besar pendidikan terakhir ibu pada mahasiswa GM (47.5%) dan MNH (42.5%) adalah SMA/sederajat.

15

Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan orang tua mahasiswa GM lebih tinggi dibandingkan MNH, rata-rata pendapatan orang tua GM adalah sebesar Rp 4 512 941 ± 2 380 633 sedangkan pada MNH adalah sebesar Rp 4 403 125 ± 3 790 661. Besar keluarga dari sebagian besar mahasiswa GM (62.5%) dan MNH (47.5%) adalah 5-7 orang (sedang). Batas garis kemiskinan yang ditetapkan oleh BPS (2014) adalah sebesar Rp 308 826/kapita/bulan. Garis kemiskinan menggambarkan pendapatan minimal yang harus dimiliki untuk dapat memenuhi kebutuhan pengeluaran makanan dan bukan makanan seseorang. Rata-rata pendapatan orangtua contoh pada penelitian ini berada di atas angka garis kemiskinan, setelah memperhitungkan rata-rata jumlah anggota keluarga yang ditanggung oleh pendapatan tersebut.

Kebiasaan Konsumsi Pangan

Kebiasaan makan adalah perilaku individu dalam memilih dan mengonsumsi pangan sebagai reaksi dari faktor sosial demografi dan faktor psikologis (Ganasegeran et al. 2012). Menurut Nelson et al. (2008), pemilihan dan konsumsi pangan yang buruk merupakan permasalahan yang umum terjadi pada mahasiswa di Amerika. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmah (2006) menunjukan bahwa sebagian besar mahasiswa program studi non pangan & gizi di IPB memilih rasa, harga, dan nilai gizi sebagai urutan prioritas pemilihan makanan. Penelitian tersebut juga menunjukan bahwa akses fisik berupa warung makan mempengaruhi asupan energi dan protein mahasiswa, dimana semakin sulit akses fisik maka asupan energi dan protein semakin rendah. Kebiasaan konsumsi pangan pada mahasiswa GM dan MNH disajikan pada tabel berikut.

Tabel 6 Kebiasaan konsumsi pada mahasiswa GM dan MNH berdasarkan jenis pangan, frekuensi, dan jumlahnya

Jenis pangan GM MNH Frekuensi rata-rata ± SD (kali/minggu) (% konsumsi) Berat rata-rata ± SD (g/minggu) Frekuensi rata-rata ± SD (kali/minggu) (% konsumsi) Berat rata-rata ± SD (g/minggu) Sumber karbohidrat Nasi 17.5 ± 4.2 (100) 3398.5 ± 840.7 16.1 ± 3.5 (100) 3045.0 ± 886.9 Roti 3.6 ± 4.4 (90.0) 251.7 ± 308.6 2.5 ± 1.7 (95.0) 166.0 ± 108.1

Sumber protein hewani

Telur ayam 5.1 ± 3.3 (85.0) 280.6 ± 183.2 4.3 ± 2.3 (100) 236.1 ± 128.8 Ayam 3.2 ± 1.7 (92.5) 177.2 ± 93.0 3.8 ± 3.5 (95.0) 209.8 ± 194.3

Sumber protein nabati

Tempe 5.4 ± 4.6 (87.5) 149.6 ± 112.7 6.8 ± 4.5 (97.5) 199.0 ± 141.0 Tahu 3.7 ± 2.2 (72.5) 97.5 ± 63.3 5.7 ± 4.1 (85.0) 178.3 ± 141.9

16

Tabel 6 Kebiasaan konsumsi pada mahasiswa GM dan MNH berdasarkan jenis pangan, frekuensi, dan jumlahnya (Lanjutan)

Jenis pangan GM MNH Frekuensi rata-rata ± SD (kali/minggu) (% konsumsi) Berat rata-rata ± SD (g/minggu) Frekuensi rata-rata ± SD (kali/minggu) (% konsumsi) Berat rata-rata ± SD (g/minggu) Sayuran Wortel 3.2 ± 2.2 (87.5) 137.4 ± 127.9 2.9 ± 2.2 (70.0) 131.0 ± 96.4 Sawi 2.5 ± 1.9 (67.5) 139.8 ± 134.2 2.1 ± 2.5 (70.0) 123.5 ± 222.8 Buncis 2.3 ± 1.8 (60.0) 76.5 ± 66.7 0.8 ± 0.6 (45.0) 45.8 ± 35.5 Kangkung 2.1 ± 1.9 (75.0) 153.1 ± 163.2 2.3 ± 1.8 (90.0) 110.2 ± 87.6 Buah-buahan Pepaya 2.3 ± 1.8 (80.0) 253.1 ± 197.3 1.7 ± 1.5 (67.5) 184.3 ± 160.6 Pisang 2.3 ± 2.2 (82.5) 350.0 ± 326.5 0.4 ± 1.8 (72.5) 253.4 ± 266.3 Semangka 2.2 ± 1.9 (52.5) 394.1 ± 338.6 1.1 ± 0.8 (42.5) 193.2 ± 143.7 Melon 2.0 ± 1.8 (60.0) 365.6 ± 321.5 1.2 ± 1.0 (42.5) 219.7 ± 181.3 Jajanan (snack) Jajanan gorengan 4.1 ± 2.5 (100) 204.1 ± 125.3 4.3 ± 2.2 (100) 216.1 ± 112.5 Kue-kue manis 2.9 ± 2.2 (65.0) 136.5 ± 114.4 2.6 ± 3.5 (80.0) 116.9 ± 153.6 Jajanan kemasan 1.4 ± 1.3 (50.0) 53.8 ± 48.6 2.6 ± 2.4 (32.5) 94.9 ± 84.1 Pangan lainnya Gula pasir 7.4 ± 6.1 (72.5) 119.6 ± 91.2 7.2 ± 4.1 (70.0) 98.4 ± 52.8

Konsumsi karbohidrat dianjurkan antara 50-65% dari kebutuhan energi total terutama dalam bentuk karbohidrat kompleks seperti terdapat pada padi-padian, umbi-umbian, dan tepung-tepungan (Almatsier 2011). Tabel 6 menunjukkan pangan sumber karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi oleh mahasiswa GM dan MNH adalah nasi (100%). Beras adalah pangan pokok yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia untuk pemenuhan energi (Yunita & Riswani 2013).

Telur ayam adalah sumber protein hewani yang paling sering dikonsumsi oleh mahasiswa GM (85%) dan MNH (100%), sedangkan sumber protein nabati yang paling sering dikonsumsi oleh mahasiswa GM (87.5%) dan MNH (97.5%) adalah tempe. Telur dan kacang kedelai merupakan bagian dari pangan sumber protein yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Pemenuhan protein hewani sangat erat dengan daya beli seseorang, tingginya konsumsi telur disebabkan oleh harga telur yang cenderung murah dan mudah ditemui. Harga tempe sebagai pangan olahan kacang kedelai yang murah juga menjadi alternatif bagi masyarakat Indonesia untuk pemenuhan kebutuhan protein. (Kementan 2012) Tabel 6 menunjukkan bahwa sayuran yang paling sering dikonsumsi oleh mahasiswa GM (87.5%) dan MNH (70.0%) adalah wortel, sedangan buah-buahan yang paling banyak dikonsumsi oleh mahasiswa GM (80.0%) dan MNH (67.5%) adalah pepaya. Banyaknya konsumsi wortel dan pepaya disebabkan oleh kemudahan akses dalam memperolehnya, serta harganya yang murah. Frekuensi dan jumlah konsumsi sayuran dan buah-buahan pada mahasiswa GM lebih tinggi

17

dibandingkan mahasiswa MNH. Konsumsi sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan daging putih (white meat) diperlukan untuk pemenuhan rekomendasi diet yang lebih baik (Schroder et al. 2008).

Seluruh mahasiswa GM dan MNH mengonsumsi jajanan gorengan (Tabel 6). Frekuensi dan jumlah konsumsi jajanan gorengan pada mahasiswa MNH lebih tinggi dibandingkan mahasiswa GM. Hal tersebut berbeda dengan kebiasaan konsumsi gula pasir, dimana mahasiswa GM (72.5%) lebih banyak dan lebih sering mengonsumsi gula pasir dibandingkan mahasiswa MNH (70%). Tingginya konsumsi makanan dengan densitas energi tinggi seperti pada makanan dengan gula tambahan dan makanan berlemak akan menyebabkan asupan energi yang berlebih (Cole & Fox 2008). Penilitian yang dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa makanan dengan densitas energi tinggi banyak dikonsumsi karena rasanya yang enak dan harganya yang cenderung lebih murah (Drewnowski & Darmon 2005).

Kualitas Diet

Kualitas diet ditentukan dengan membandingkan antara makanan yang dikonsumsi dengan anjuran diet yang telah ditentukan untuk hidup sehat. Diet yang berkualitas memiliki kesesuaian yang tinggi dengan rekomendasi diet. Berkembangnya penilaian kualitas diet yang dihubungkan dengan status kesehatan dapat menentukan intervensi diet yang tepat. Penelitian di Australia menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi sayur dan buah-buahan berkaitan dengan penurunan resiko penyakit kardiovaskular (Wirt & Collins 2009).

Hasil penelitian di Amerika menunjukkan bahwa diet kualitas diet tinggi berhubungan dengan konsumsi whole grain, daging rendah lemak, sayuran dan buah-buahan segar yang tinggi, dan membatasi konsumsi gula, lemak tambahan, dan refined grain (padi-padian giling) (Ledikwe et al. 2006). Konsumsi makanan yang bervariasi akan memungkinkan terpenuhinya zat gizi secara keseluruhan, oleh sebab itu mengonsumsi makanan yang bervariasi dalam satu hari dapat meningkatkan kualitas diet seseorang (Thiele et al. 2003).

DQI-I adalah metode pengukuran kualitas diet yang diadaptasi dari DQI namun DQI-I secara keseluruhan menilai kualitas diet dengan lebih luas dibandingkan DQI. DQI-I membagi indeks kualitas diet ke dalam 4 komponen mayor, yaitu: variasi, kecukupan, moderasi, dan keseimbangan keseluruhan (overall balance). Pembagian kategori tersebut ditujukan untuk memudahkan identifikasi aspek diet yang paling bermasalah. Skor dari masing-masing kategori akan dijumlahkan dan menghasilkan total skor DQI-I dimana 100 adalah skor tertinggi, dan 0 adalah skor terendah (Kim et al. 2003). Sebaran contoh berdasarkan kualitas diet dari mahasiswa GM dan MNH disajikan pada tabel berikut.

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan kualitas diet dan program studi

Kualitas diet GM MNH Total

n % n % n %

Rendah (Skor DQI-I ≤60) 25 62.5 30 75 55 68.7 Tinggi (Skor DQI-I >60) 15 37.5 10 25 25 31.3

Total 40 100 40 100 80 100

18

Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa GM (62.5%) dan MNH (75%) memiliki kualitas diet rendah berdasarkan skor DQI-I. Skor DQI-I mahasiswa GM dan MNH memiliki perbedaan yang signifikan berdasarkan uji beda Independent Sample T-test (P<0.05). Sebaran contoh menunjukkan bahwa kualitas diet mahasiswa GM lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa MNH. Sebanyak 37.5% mahasiswa GM memiliki kualitas diet yang tinggi, sedangkan hanya 25% mahasiswa MNH yang memiliki kualitas diet tinggi. Berikut adalah skor komponen DQI-I pada mahasiswa GM dan MNH.

Tabel 8 Skor komponen kualitas diet GM dan MNH berdasarkan Diet Quality Index-International (DQI-I)

Komponen skor DQI-I GM (n=40) MNH (n=40) Variasi

Variasi seluruh kelompok makanan 14.1 ± 1.5 12.7 ± 2.2 Variasi kelompok sumber protein 4.7 ± 0.8 4.5 ± 0.9

Total variasi 18.8 ± 1.8 17.1 ± 2.7 P = 0.002 Kecukupan Sayuran 3.8 ± 1.6 2.4 ± 1.8 Buah-buahan 3.1 ± 1.9 2.0 ± 1.8 Padi-padian 5.0 ± 0.2 5.0 ± 0.2 Serat 1.8 ± 1.0 1.5 ± 0.9 Protein 5.0 ± 0.2 4.9 ± 0.4 Zat besi 2.0 ± 1.3 2.2 ± 1.6 Kalsium 1.6 ± 0.9 1.6 ± 0.9 Vitamin C 3.4 ± 1.7 2.3 ± 1.6 Total kecukupan 25.7 ± 6.2 21.8 ± 6.4 P = 0.004 Moderasi Total lemak 2.3 ± 1.3 2.0 ± 1.7 Lemak jenuh 0.2 ± 0.8 0.6 ± 1.5 Kolesterol 3.5 ± 2.5 3.4 ± 2.6 Natrium 5.6 ± 1.2 5.8 ± 0.7

Empty calory food 0.0 ± 0.0 0.0 ± 0.0

Total moderasi 11.6 ± 3.6 11.78 ± 4.2

P = 0.949

Keseimbangan keseluruhan

Rasio zat gizi makro 2.5 ± 2.2 2.3 ± 2.5

Rasio asam lemak 0.0 ± 0.0 0.0 ± 0.0

Total keseimbangan keseluruhan 2.5 ± 2.2 2.3 ± 2.5 P = 0.676

Skor total pada komponen mayor variasi dan kecukupan menunjukkan nilai yang berbeda nyata antara mahasiswa GM dan MNH berdasarkan uji beda Mann-Whitney (P<0.05). Tabel 8 menunjukkan bahwa rata-rata total skor mahasiswa GM pada komponen variasi (18.8 ± 1.8) dan kecukupan (25.7 ± 6.2) lebih tinggi dibandingkan rata-rata total skor mahasiswa MNH pada komponen variasi (17.1 ± 2.70) dan kecukupan (21.8 ± 6.4). Kim et al. (2003) menyatakan bahwa terdapat 2

19

jenis variasi yang dinilai pada komponen variasi, yaitu variasi semua kelompok makanan dan variasi kelompok sumber protein. Variasi semua kelompok makanan menggambarkan perlunya mengonsumsi paling tidak satu jenis makanan dari masing-masing kelompok makanan (sumber protein hewani, nabati, padi-padian, buah, dan sayur). Komponen variasi kelompok protein ditujukan untuk menghindari konsumsi makanan yang monoton, karena setiap kelompok protein menyumbangkan zat gizi lainnya yang berbeda-beda (contoh: asam lemak esensial pada ikan dan phytochemicals pada kacang-kacangan). Komponen kecukupan digunakan untuk mengevaluasi komponen diet yang harus dipenuhi untuk menjamin kesehatan dan pencegahan terhadap kekurangan zat gizi.

Tabel 8 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara mahasiswa GM dan MNH pada skor komponen moderasi dan keseimbangan keseluruhan (P>0.05). Namun rata-rata total skor komponen moderasi pada mahasiswa GM (11.6 ± 3.6) lebih rendah dibandingkan MNH (11.78 ± 4.20). Rata-rata total skor keseimbangan keseluruhan pada mahasiswa GM (2.5 ± 2.2) lebih tinggi dibandingkan MNH (2.3 ± 2.5). Komponen moderasi mengevaluasi asupan zat gizi yang terkait dengan penyakit kronis yang mungkin muncul akibat diet yang buruk. Semakin sedikit asupan maka semakin besar skor yang diberikan. Komponen unik dalam DQI-I adalah penilaian pada persentase sumbangan energi dari empty calory food (makanan yang memiliki densitas energi yang tinggi dan low nutrient density) seperti gula tambahan, soft drink, minyak, dan alkohol. Komponen keseimbang keseluruhan terdiri dari keseimbangan zat gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak) dinilai dengan membandingkan kontribusinya terhadap energi. Keseimbangan asam lemak PUFA, MUFA, dan SFA penting untuk mencegah kelebihan asupan SFA yang berkaitan dengan peningkatan resiko beberapa penyakit khususnya penyakit jantung (Kim et al. 2003).

Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi adalah pengetahuan seorang mengenai sesuatu yang berkaitan dengan gizi dan zat gizi (Worsley 2002). Almatsir (2005) menyatakan bahwa pengetahuan gizi adal ah sesuatu yang diketahui tentang makanan dan keterkaitannya dengan kesehatan tubuh. Pengetahuan gizi dalam penelitian ini dikelompokan ke dalam kategori pengetahuan gizi baik, sedang, dan kurang.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pertanyaan pengetahuan gizi dan jumlah yang menjawab pertanyaan dengan benar

No Pertanyaan

Jumlah yang menjawab benar

GM MNH Total

n % n % n %

1 Pedoman makanan di Indonesia 31 77.5 9 22.5 40 50 2 Susunan makanan gizi seimbang 37 92.5 21 52.5 58 72.5 3 Anjuran porsi konsumsi sayur 37 92.5 7 17.5 44 55 4 Anjuran porsi konsumsi lauk

20

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pertanyaan pengetahuan gizi dan jumlah yang menjawab pertanyaan dengan benar (Lanjutan)

No Pertanyaan

Jumlah yang menjawab benar

GM MNH Total

n % n % n %

5 Konsumsi bahan makanan yang

harus dibatasi 36 90 24 60 60 75

6 Bahan makanan sumber serat

pangan 36 90 30 75 66 82.5

7 Jenis lemak yang harus dibatasi 35 87.5 28 70 63 78.7 8 Makanan sumber zat besi 40 100 15 37.5 55 68.8 9 Makanan rendah kandungan gizi 35 87.5 26 65 61 76.2 10 Makanan tinggi kalori 21 52.5 15 37.5 36 45 Tabel 9 menunjukkan bahwa pertanyaan gizi yang paling banyak dijawab dengan benar oleh mahasiswa GM (100%) adalah mengenai makanan sumber zat besi, sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar oleh mahasiswa MNH (75%) adalah mengenai bahan makanan sumber serat pangan. Pertanyaan yang paling sedikit dijawab dengan benar oleh mahasiswa GM (52.5%) adalah pertanyaan mengenai porsi konsumsi lauk hewani yang dianjurkan untuk dikonsumsi dalam satu hari dan pertanyaan mengenai makanan yang memiliki kalori tertinggi jika dibandingkan dalam berat yang sama. Pertanyaan yang paling sedikit dijawab dengan benar oleh mahasiswa MNH (26%) juga mengenai anjuran porsi konsumsi lauk hewani dalam satu hari.

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi dan program studi

Pengetahuan gizi GM MNH Total

n % n % n % Baik 14 35 0 0 14 17.5 Sedang 26 65 12 30 38 47.5 Kurang 0 0 28 70 28 35 40 100 40 100 80 100 P = 0.000

Hasil uji beda Mann-Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (P<0.05) antara pengetahuan gizi mahasiswa GM dan MNH. Mahasiswa GM memiliki pengetahuan gizi yang lebih tinggi dibandingkan MNH, hal tersebut dapat dilihat dari persentase sebaran mahasiswa GM yang menjawab pertanyaan gizi dengan benar lebih banyak dibandingkan MNH. Sebagian besar mahasiswa GM (65%) memiliki pengetahuan gizi yang tergolong sedang. Sebagian besar mahasiswa MNH (70%) memiliki pengetahuan gizi yang tergolong rendah (Tabel 10). Pengetahuan gizi yang lebih baik pada mahasiswa GM disebabkan oleh banyaknya informasi gizi yang didapat selama proses perkuliahan, sedangkan pada mahasiswa MNH tidak terdapat mata kuliah yang berkaitan dengan gizi yang diikuti selama di kampus sehingga informasi mengenai gizi terbatas.

21

Densitas Energi Konsumsi

Densitas energi menggambarkan jumlah energi yang terkandung dalam satuan berat makanan, dan dapat ditentukan dengan membagi kandungan energi makanan dengan berat makanan (Ledikwe et al. 2006). Total densitas energi diet ditentukan dengan membagi total asupan energi dari makanan dengan berat makanan yang dikonsumsi dalam satu hari (Schroder et al. 2008).

Densitas energi makanan dikategorikan ke dalam 4 kelompok berdasarkan jumlah kalori per gram makanan yaitu makanan dengan densitas energi sangat rendah, rendah, sedang, dan tinggi. Makanan dengan densitas energi rendah berkisar antara 0.7-1.5 kkal/g, sedangkan yang tergolong sangat rendah berkisar antara 0-0.6 kkal/g. Makanan yang tergolong ke dalam kedua kategori ini adalah tomat, yoghurt bebas lemak, stroberi, brokoli, dan sebagian besar sayuran dan buah-buahan segar. Makanan dengan densitas energi sedang mengandung 1.5-4 kkal/gram. Makanan yang memiliki densitas energi sedang diantaranya adalah telur rebus, roti gandum utuh, buah yang dikeringkan, dan lain-lain. Makanan dengan densitas energi tinggi mengandung 4-9 kkal/g makanan, makanan dengan jenis ini pada umumnya memiliki kandungan air yang sangat sedikit seperti krekers,

cookies, mentega, bacon, dan makanan lainnya yang tinggi lemak (CDC 2014). Berikut disajikan tabel rata-rata densitas energi dari masing-masing kelompok pangan yang dikonsumsi oleh mahasiswa GM dan MNH.

Tabel 11 Rata-rata densitas energi kelompok pangan

Kelompok pangan Densitas energi (kkal/gram) Kategori

Makanan pokok 1.8 Sedang

Pangan hewani 2.6 Sedang

Pangan nabati 2.3 Sedang

Sayuran 0.3 Sangat rendah

Buah-buahan 0.8 Rendah

Minyak 6.8 Tinggi

Jajanan 3.3 Sedang

Tabel 11 menunjukkan bahwa rata-rata densitas energi tertinggi dimiliki oleh kelompok pangan minyak yang terdiri dari minyak kelapa, minyak kelapa sawit, santan, mentega, dan margarin. Kelompok minyak memiliki rata-rata densitas energi sebesar 6.8 kkal/gram. Sayuran dan buah-buahan adalah kelompok pangan yang memiliki densitas energi terendah, yaitu hanya 0.3 kkal/gram untuk kelompok sayuran dan 0.8 kkal/gram untuk kelompok buah-buahan.

Densitas energi konsumsi ditentukan dengan membandingkan total asupan energi dengan total berat makanan yang dikonsumsi dalam satu hari. Densitas energi konsumsi terbagi atas kategori rendah, sedang, dan tinggi baik pada wanita dan laki-laki. Densitas energi konsumsi perempuan tergolong rendah jika <1.45 kkal/g, sedang 1.45–1.98 kkal/g, dan tinggi ≥1.99 kkal/g. Densitas energi konsumsi laki-laki tergolong rendah jika <1.53 kkal/g, sedang 1.53–2.08 kkal/g, dan tinggi ≥2.09 kkal/g (Mendoza et al. 2007). Pengukuran densitas energi konsumsi tidak melibatkan konsumsi minuman, sebab keterlibatan minuman dalam perhitungan densitas energi konsumsi akan menimbulkan bias data, dimana pada akhirnya mengganggu variabel lain yang dihubungkan dengan densitas energi. Total energi

22

dari minuman tetap diperhitungkan pada perhitungan asupan energi (Ledikwe et al.

2006). Berikut disajikan tabel sebaran contoh berdasarkan densitas energi konsumsi dan program studi.

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan densitas energi konsumsi dan program studi Densitas energi konsumsi GM MNH Total n % n % n % Rendah 16 40 7 17.5 44 55 Sedang 23 57.5 30 75 33 41.25 Tinggi 1 2.5 3 7.5 3 3.75 Total 40 100 40 100 80 100 P = 0.001

Tabel 12 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara densitas energi mahasiswa GM dan MNH. Sebagian besar mahasiswa GM (57.5%) dan MNH (75%) memiliki densitas energi konsumsi yang tergolong sedang. Contoh dengan densitas energi konsumsi yang lebih baik (rendah) lebih banyak ditemukan pada mahasiswa GM (40%) dibandingkan MNH (17.5%). Densitas energi konsumsi yang lebih rendah berkaitan dengan konsumsi sayur dan buah yang lebih tinggi dan makanan berlemak yang lebih rendah.

Status Gizi

Status gizi adalah kondisi tubuh yang merupakan manifestasi dari asupan dan penggunaan zat gizi dalam makanan (Almatsier 2005). Status gizi bagi orang dewasa dikategorikan berdasarkan indeks massa tubuh. Indeks massa tubuh ditentukan dengan membagi berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m). Berikut adalah tabel sebaran contoh berdasarkan status gizi dan program studi.

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan program studi

Status gizi GM MNH Total

n % n % n % Underweight 1 2.5 7 17.5 8 10 Normal 26 65 22 55 48 60 Overweight 6 15 3 7.5 9 11.3 Obese I 5 12.5 7 17.5 12 15 Obese II 2 5 1 2.5 3 3.8 Total 40 100 40 100 80 100 P = 0.308

Hasil uji beda Mann-Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara status gizi mahasiswa GM dan MNH. Tabel 13 menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa GM (65%) dan MNH (55%) memiliki status gizi normal. Persentase mahasiswa GM dan MNH yang tidak memiliki status gizi normal juga masih tinggi. Permasalahan gizi yang berkembang belakangan ini bukan hanya sekedar defisiensi zat gizi namun juga kelebihan asupan zat gizi yang

23

keduanya dapat menurunkan status kesehatan. Prevalensi status gizi tidak normal berdasarkan indeks massa tubuh pada penduduk Indonesia >18 tahun ditunjukan dengan terdapat 11.1% penduduk yang tergolong kurus, 11.5% tergolong berat badan lebih, dan 14.8% tergolong obesitas (Riskesdas 2013)

Hubungan Kualitas Diet dengan Karakteristik Individu

Uji hubungan dilakukan pada karakteristik individu yang terdiri dari jenis kelamin dan uang saku. Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara seluruh karakteristik individu dengan kualitas diet (P>0.05). Berikut disajikan tabel sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu dan kualitas diet.

Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu dan kualitas diet

Karakteristik individu Kualitas Diet P

Tinggi Rendah Total

n % n % n % Jenis kelamin Laki-laki 9 36.0 20 36.4 29 36.2 Perempuan 16 64.0 35 63.6 51 63.8 0.975 Total 25 100.0 55 100.0 80 100 Uang saku <Rp 600 000 1 4.0 0 0.0 1 1.2 Rp 600 000-1 199 999 16 64.0 45 81.8 61 76.3 Rp 1 200 000-1 799 999 7 28.0 9 16.4 16 20 0.987 >Rp 1 800 000 1 4.0 1 1.8 2 2.5 Total 25 100.0 55 100.0 80 100

Tabel 14 menunjukkan bahwa kualitas diet kategori tinggi lebih banyak dimiliki oleh perempuan (64.0%) dibandingkan laki-laki (36.0%), namun hasil ini tidak dapat menggambarkan bahwa kualitas diet perempuan lebih baik dari laki-laki karena perbandingan jumlah contoh perempuan dan laki-laki-laki-laki yang digunakan dalam penelitian ini tidak sama, dimana lebih banyak contoh perempuan yang digunakan. Dermon et al (2008) menyatakan bahwa perempuan di Amerika umumnya lebih banyak mengonsumsi sayur dan buah. Penelitian Dewi (2013) pada

Dokumen terkait