• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Data

Penduduk perempuan di Provinsi Lampung pada tahun 2010 (Sensus Penduduk 2010) berjumlah 3.691.783 jiwa. Penduduk perempuan Provinsi Lampung yang bertempat tinggal di desa berjumlah 2.726.730 orang (73.86%) dan yang bertempat tinggal di kota berjumlah 965.053 orang (26.14%). Dari kedua tempat tinggal tersebut terdapat perempuan yang berpendidikan sampai lulus SD, SMP dan SMA masing masing berjumlah 1.124.452 orang (50.74%), 651.045 orang (27.39%), dan 440.485 orang (18.53%).

Melalui pendekatan metode slovin dengan taraf nyata 2% diperoleh jumlah contoh minimum yang dapat digunakan untuk mewakili penduduk perempuan di Provinsi Lampung sebesar 2498 contoh responden. Adapun data contoh yang diambil pada SDKI 2012 di Provinsi Lampung berjumlah 2501 responden, jumlah tersebut telah melebihi jumlah contoh minimum yang dibutuhkan untuk dapat mewakili penduduk perempuan di Provinsi Lampung. Hasil analisis dari data contoh SDKI 2012 diperoleh jumlah responden sebanyak 1608 (64.29%) untuk perempuan yang berasal dari desa dan 893 (35.71%) untuk perempuan yang berasal dari perkotaan. Demikian juga dengan persentase contoh untuk tingkat pendidikan perempuan yang ada di Provinsi Lampung diperoleh sebesar 53.18% (1330 responden) lulusan SD, 41.42% (1036 responden) lulusan SMP, dan 5.4% lainnya (135 responden) lulus SMA atau jenjang yang lebih tinggi lainnya.

Secara keseluruhan karakteristik demografi responden (perempuan yang pertama kali menikah) hasil SDKI 2012 di Provinsi Lampung dapat dilihat melalui Tabel 2 berikut ini :

Tabel 2 Karakteristik demografi responden

Peubah Keterangan Kategori n Persentase (%)

X1 Tempat tinggal Desa

Kota 1608 893 64.29 35.71 X2 Tingkat pendidikan Lulus SD Lulus SMP Lulus SMA 1330 1036 135 53.18 41.42 5.4 X3 Status pekerjaan Bekerja

Tidak Bekerja 1653 848 66.09 33.91 X4 Pengetahuan tentang kesehatan kehamilan Mengetahui Tidak Mengetahui 1292 1209 51.66 48.34

X5 Usia pada saat menikah 15-20 tahun 21-25 tahun > 25 tahun 1906 507 88 76.21 20.27 3.52

Tabel 2 Karakteristik demografi responden (lanjutan)

Peubah Keterangan Kategori n Persentase (%)

X6 Indeks Kekayaan Miskin Menengah Kaya 1179 590 732 47.14 23.59 29.27 Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa persentase jumlah contoh untuk masing-masing karakteristik responden tidak sama dengan persentase karakteristik populasinya. Perbedaan ini dimungkinkan terjadi mengingat metode penarikan contoh yang digunakan pada saat SDKI 2012 lebih kompleks dan detail. Akan tetapi, dari perhitungan matematis menggunakan metode slovin telah diketahui bahwa jumlah contoh yang diambil pada SDKI 2012 telah melebihi jumlah contoh minimum yang dibutuhkan guna mewakili penduduk perempuan di Provinsi Lampung.

Selanjutnya, dari 2501 data responden yang tersedia dari hasil SDKI 2012 hanya 2004 data responden yang dapat digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini. Hal tersebut dikarenakan beberapa data yang tersedia tidak memenuhi informasi yang dibutuhkan oleh peneliti, yaitu tidak diketahuinya waktu tunggu kelahiran anak pertama dari beberapa responden tersebut.

Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 2004 responden terdapat 1527 perempuan telah dikaruniai anak pertama dan 477 perempuan lainnya belum dikaruniai anak pertama. Dari 477 perempuan yang belum dikaruniai anak tersebut terdapat 404 perempuan belum dikaruniai anak pertama setelah menunggu lebih dari 9 bulan dan satu di antara mereka telah menunggu selama 213 bulan. Adapun 73 perempuan lainnya belum dikarunia anak pertama karena usia perkawinan yang dijalani masih baru (< 9 bulan).

Dari 1527 perempuan yang telah dikaruniai anak pertama tersebut diketahui bahwa mereka mempunyai waktu tunggu paling cepat untuk dikaruniai anak pertama yaitu selama 7 bulan dan waktu tunggu paling lama yaitu selama 58 bulan. Perempuan yang bertempat tinggal di desa mempunyai rata-rata waktu tunggu kelahiran anak pertama selama 17.13 bulan, sedangkan perempuan yang bertempat tinggal di kota mempunyai rata-rata waktu tunggu kelahiran anak pertama selama 22.66 bulan. Perempuan yang pertama kali menikah dengan tingkat pendidikannya lulus SD mempunyai rata-rata waktu tunggu kelahiran anak pertamanya selama 14.54 bulan, sedangkan perempuan lainnya (lulus SMP dan lulus SMA) masing-masing mempunyai waktu tunggu kelahiran anak pertama selama 20.26 bulan dan 39.20 bulan.

Perempuan yang menikah di usia lebih dari 20 tahun mempunyai waktu tunggu kelahiran anak pertama lebih lama dibandingkan dengan perempuan yang menikah di usia 15-20 tahun. Hal tersebut terlihat dari rata-rata waktu tunggu kelahiran anak pertama bagi perempuan yang menikah di usia 15-20 tahun selama 11.99 bulan, sedangkan rata-rata waktu tunggu kelahiran anak pertama bagi perempuan yang menikah di usia 21-25 tahun dan >25 tahun masing-masing selama 26.99 bulan dan 89.31 bulan.

Rata-rata waktu tunggu kelahiran anak pertama bagi perempuan yang pertama kali menikah dan berstatus bekerja adalah selama 19.37 bulan, sedangan yang

18.73 bulan. Perbedaan waktu tunggu kelahiran anak pertama juga terjadi pada perempuan yang mempunyai indeks kekayaan yang berkategori miskin, menengah dan kaya. Rata-rata waktu tunggu kelahiran anak pertamanya adalah 15.75 bulan, 20.17 bulan dan 23.42 bulan untuk masing-masing perempuan yang pertama kali menikah dengan indeks kekayaan berkategori miskin, sedang dan kaya.

Pengetahuan akan kesehatan kehamilan sangat dibutuhkan bagi perempuan yang ingin segera dikaruniai anak pertama. Akan tetapi, pengetahuan kesehatan yang dimiliki perempuan yang pertama kali menikah tidak selamanya mempercepat waktu tunggu untuk segera dikarunia anak pertama. Berdasarkan analisis yang dilakukan diketahui bahwa rata-rata waktu tunggu kelahiran anak pertama bagi perempuan yang pertama kali menikah dan mempunyai pengetahuan akan kesehatan kehamilan sebesar 20.45 bulan, sedangkan perempuan yang pertama kali menikah dan tidak mempunyai pengetahuan akan kesehatan kehamilan mempunyai rata-rata waktu tunggu kelahiran anak pertama sebesar 17.45 bulan.

Rata-rata waktu tunggu kelahiran anak pertama bagi perempuan yang pertama kali menikah di Provinsi Lampung dapat dilihat melalui Tabel 3 berikut : Tabel 3 Rata-rata waktu tunggu kelahiran anak pertama bagi perempuan yang

pertama kali menikah di Provinsi Lampung

Peubah Keterangan Kategori Rata-rata (bulan)

X1 Tempat tinggal Desa

Kota 17.13 22.66 X2 Tingkat pendidikan Lulus SD Lulus SMP Lulus SMA 14.54 20.26 39.20 X3 Status pekerjaan Bekerja

Tidak Bekerja 19.37 18.73 X4 Pengetahuan tentang kesehatan kehamilan Mengetahui Tidak Mengetahui 20.45 17.45 X5 Usia pada saat

menikah 15-20 tahun 21-25 tahun > 25 tahun 11.99 26.99 89.31 X6 Indeks Kekayaan Miskin Menengah Kaya 15.75 20.17 23.42 Analisis Regresi Cox Proportional Hazard

Pada penelitian ini regresi cox proportional hazard digunakan untuk menduga faktor yang berpotensi mempengaruhi waktu tunggu kelahiran anak pertama di Provinsi Lampung. Analisis yang dilakukan menggunakan bantuan

software SPSS 17 menghasilkan nilai koefisien untuk masing-masing peubah bebas sebagai berikut (lihat Tabel 4) :

Tabel 4 Hasil analisis regresi cox proportional hazard

Peubah Koefisien Galat baku Wald db Nilai-p Rasio hazard

X1 0.115 0.058 3.870 1 0.049 1.122 X2 23.518 2 0.000 X2(1) -0.382 0.123 9.600 1 0.002 0.683 X2(2) -0.264 0.057 21.485 1 0.000 0.768 X3 0.252 0.055 21.101 1 0.000 1.287 X4 -0.095 0.053 3.181 1 0.075 0.909 X5 685.140 2 0.000 X5(1) -5.887 0.510 133.379 1 0.000 0.003 X5(2) -1.710 0.070 590.320 1 0.000 0.181 X6 0.941 2 0.625 X6(1) 0.069 0.071 0.935 1 0.333 1.071 X6(2) 0.021 0.067 0.102 1 0.750 1.021

-2 Log Likelihood = 19278.57, db = 9, Chi-square = 1088.92, p-value = 0.00 Pengujian secara simultan menggunakan uji nisbah kemungkinan (likelihood ratio test) dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari peubah bebas yang digunakan terhadap waktu tunggu kelahiran anak pertama di Provinsi Lampung. Hipotesis pengujiannya adalah :

Analisis di atas (Tabel 4) menghasilkan nilai -2 Log Likelihood = 19278.57 dan nilai = 1088.92 dengan derajat bebas (db) = 9. Nilai = 1088.92 > = 16.92 dan nilai-p = 0.00 < α = 5% menunjukkan bahwa H0 ditolak, artinya terdapat minimal satu koefisien regresi yang nilainya tidak sama dengan nol atau dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa di dalam model tersebut terdapat minimal satu peubah bebas yang mempengaruhi waktu tunggu kelahiran anak pertama di Provinsi Lampung.

Setelah dilakukan pengujian secara simultan dan hasilnya adalah nyata pada

taraf α = 5% (terdapat minimal satu peubah bebas yang mempengaruhi waktu

tunggu kelahiran anak pertama di Provinsi Lampung), maka selanjutnya dilakukan pengujian secara parsial. Hipotesis pengujiannya adalah :

; i= 1, 2, …, 6

Hasil pengujian secara parsial menggunakan uji Wald (Tabel 4) dengan taraf

α = 5% diperoleh nilai-p untuk peubah X1 (tempat tinggal), X2 (tingkat pendidikan), X3 (status pekerjaan), dan dan X5 (usia pada saat menikah) masing-masing sebesar 0.049 dan 0.000. Nilai-ptersebut lebih kecil dari α = 5%, sehingga

H0 ditolak dan disimpulkan bahwa peubah X1 (tempat tinggal), X2 (tingkat pendidikan), dan X5 (usia pada saat menikah) merupakan peubah bebas yang nyata mempengaruhi waktu tunggu kelahiran anak pertama di Provinsi Lampung. Sedangkan dua peubah lainnya, yaitu peubah X4 (pengetahuan tentang kesehatan kehamilan) dan X6 (indeks kekayaan) tidak berpengaruh nyata terhadap waktu

tunggu kelahiran anak pertama di Provinsi Lampung pada taraf α = 5%.

Sebagai peubah yang berpengaruh nyata terhadap waktu tunggu kelahiran anak pertama di Provinsi Lampung, peubah X (tingkat pendidikan) dan X (usia

pada saat menikah) merupakan peubah yang memberikan kontribusi besar untuk memberikan perbedaan waktu tunggu kelahiran anak pertama di Provinsi Lampung dibandingkan peubah yang lain. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar perempuan yang menikah pertama kali berpendidikan SD (42.07%), SMP (51.20%) dan SMA (6.74%). Pada umumnya, setelah mereka menyelesaikan masa pendidikannya, mereka akan menganggur dan tidak mempunyai pekerjaan. Sebagai akibat dari mereka menganggur, orang tua menginginkan anaknya untuk segera menikah agar terhindar dari pergaulan bebas dan lain sebagainya. Di sisi lain, kondisi ekonomi keluarga yang rendah ikut mendorong para orang tua untuk segera menikahkan anak-anaknya dengan harapan mendapatkan solusi perekonomian keluarga setelah mereka menikah. Kondisi tersebut akan berdampak dengan diperolehnya rata-rata usia kawin di perkotaan maupun di perdesaan yang masih berada di bawah angka nasional, sehingga membuat waktu tunggu kelahiran anak pertama semakin pendek (lebih cepat dikaruniai anak pertama).

Besarnya peluang untuk melahirkan anak pertama bagi perempuan yang telah menikah dapat diketahui melalui grafik fungsi survival waktu tunggu kelahiran anak pertama di Provinsi Lampung.

Gambar 1 Fungsi survival waktu tunggu kelahiran anak pertama

Gambar 1 menunjukkan bahwa peluang perempuan yang pertama kali menikah untuk dikaruniai anak pertama sangat kecil setelah menunggu lebih dari 50 bulan.

Uji Asumsi Proportional Hazard

Peubah bebas yang digunakan dalam analisis regresi cox proportional hazard

pada Tabel 4 tidak dapat dimasukkan secara langsung ke dalam model akhir regresi cox proportional hazard. Peubah bebas yang dimasukkan ke dalam model akhir regresi cox proportional hazard harus memenuhi asumsi proportional hazard. Keterpenuhan asumsi proportional hazard untuk masing-masing peubah bebas dapat diketahui melalui grafik/plot log minus log (LML) dan uji goodness of fit.

 Grafik/plot log minus log (LML)

Dibawah ini adalah grafik/plot log minus log (LML) untuk masing-masing peubah bebas : ≥ SMA SMP ≤ SD Desa Kota Bekerja Tidak bekerja [c] [b] [a]

Gambar 2 Grafik log minus log (LML) peubah (a) X1 (tempat tinggal), (b) X2 (tingkat pendidikan), (c) X3 (status pekerjaan),

(d) X4 (pengetahuan tentang kesehatan kehamilan), (e) X5 (usia pada saat menikah), dan (f) X6 (indeks kekayaan).

Gambar 2 menunjukkan bahwa peubah X1 (tempat tinggal), X2 (tingkat pendidikan), X4 (pengetahuan tentang kesehatan kehamilan) dan X5 (usia pada saat menikah) memiliki plot garis log minus log (LML) yang terlihat sejajar/paralel. Grafik/plot log minus log (LML) yang sejajar/paralel menunjukkan tidak adanya interaksi antara peubah bebas terhadap waktu survival, sehingga dapat diartikan bahwa peubah X1 (tempat tinggal), X2 (tingkat pendidikan), X4 (pengetahuan tentang kesehatan kehamilan) dan X5 (usia pada saat menikah) telah

Kaya Menengah Miskin > 25 Thn 21 – 25 Thn 15–20 Thn Mengetahui Tidak mengetahui [f] [e] [d]

memenuhi asumsi proportional hazard. Peubah bebas lainnya, yakni peubah X3 (status pekerjaan) dan X6 (indeks kekayaan) terlihat mempunyai grafik/plot log minus log (LML) yang saling berpotongan atau berhimpit. Grafik/plot yang berpotongan atau berhimpit menunjukkan adanya interaksi antara peubah bebas terhadap waktu survival. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peubah X3 (status pekerjaan) dan X6 (indeks kekayaan) tidak memenuhi asumsi proportional hazard.

 Uji statistik goodness of fit (GOF)

Pengujian keterpenuhan asumsi proportional hazard menggunakan uji statistik goodness of fit (GOF) dilakukan agar diperoleh informasi yang lebih akurat mengenai peubah-peubah yang telah dinyatakan memenuhi asumsi

proportional hazard melalui analisis deskriptif (grafik/plot log minus log). Hasil uji goodness of fit dapat dilihat pada Tabel 5 berikut :

Tabel 5 Hasil uji statistik proportional hazard untuk masing-masing peubah bebas

Peubah rho ( ) Chisq p

X1 0.0437 2.6125 0.1060 X2 0.0189 0.4932 0.4825 X3 0.0986 14.1813 0.0002 X4 0.0060 0.0523 0.8192 X5 -0.0194 0.4865 0.4855 X6 -0.0673 6.4183 0.0113

Nilai (rho) yang terdapat pada Tabel 5 merupakan nilai korelasi antara

residual Schoenfeld dan rank waktu kegagalan dalam menunggu kelahiran anak pertama. Pengujian asumsi proportional hazard menggunakan goodness of fit

untuk masing-masing peubah memiliki hipotesis sebagai berikut :

H0 : (Tidak ada korelasi antara residual schoenfeld dan rank waktu tunggu kelahiran anak pertama)

H1 : (Terdapat korelasi antara residual schoenfeld dan rank waktu tunggu kelahiran anak pertama)

Hasil pengujian asumsi proportional hazard pada Tabel 5 untuk peubah X1 (tempat tinggal) diperoleh nilai rho = 0.0437, nilai-p = 0.1060 dan = 2.6125. Nilai = 2.6125 < = 3.84 dan nilai-p = 0.1060 > α = 5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak cukup bukti untuk menolak H0 (terima H0) atau dengan kata lain tidak terdapat korelasi antara residual schoenfeld dan rank waktu tunggu kelahiran anak pertama. Tidak adanya korelasi antara residual schoenfeld dan

rank waktu tunggu kelahiran anak pertama menunjukkan bahwa peubah X1 (tempat tinggal) telah memenuhi asumsi proportional hazard.

Adapun peubah X3 (status pekerjaan) mempunyai nilai (rho) = 0.0986,

nilai-p = 0.0002 dan = 14.1813. Nilai = 14.1813 > = 3.84 dan nilai-p = 0.0002 < α = 5%, maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. Artinya terdapat korelasi antara residual schoenfeld peubah X3 (status pekerjaan) dan rank waktu tunggu kelahiran anak pertama. Adanya korelasi antara residual schoenfeld X

(status pekerjaan) dan rank waktu tunggu kelahiran anak pertama menunjukkan bahwa peubah X3 (status pekerjaan) tidak memenuhi asumsi proportional hazard

Oleh karena itu, hasil pengujian keterpenuhan asumsi proportional hazard

untuk masing-masing peubah bebas pada Tabel 5 diperoleh kesimpulan bahwa peubah-peubah yang telah memenuhi asumsi proportional hazard adalah peubah X1 (tempat tinggal), X2 (tingkat pendidikan), X4 (pengetahuan tentang kesehatan kehamilan) dan X5 (usia pada saat menikah). Sedangkan peubah X3 (status pekerjaan) dan X6 (indeks kekayaan) belum memenuhi asumsi proportional hazard.

Pemilihan Peubah Bebas

Pada tahap ini, peubah-peubah yang berpengaruh nyata terhadap waktu tunggu kelahiran anak pertama bagi perempuan yang pertama kali menikah di Provinsi Lampung dan telah memenuhi asumsi proportional hazard merupakan bagian dari model yang akan digunakan dalam pemodelan. Di bawah ini adalah hasil pemilihan peubah bebas pada model regresi cox proportional hazard dengan menggunakan seleksi forward :

Tabel 6 Model akhir regresi cox proportional hazard

Peubah Koef Galat

baku Wald db Nilai-p

Rasio

hazard

95.0% CI untuk rasio

hazard

Batas bawah Batas atas X1 0.123 0.055 4.966 1 0.026 1.131 1.015 1.259 X2 25.461 2 0.000 X2(1) -0.299 0.112 7.123 1 0.008 0.742 0.595 0.924 X2(2) -0.267 0.054 24.028 1 0.000 0.766 0.689 0.852 X5 679.402 2 0.000 X5(1) -5.823 0.509 130.934 1 0.000 0.003 0.001 0.008 X5(2) -1.665 0.069 584.645 1 0.000 0.189 0.165 0.217

Persamaan akhir model regresi cox proportional hazard yang terbentuk berdasarkan hasil analisis pada Tabel 5 adalah sebagai berikut :

h(t) = h0(t) exp [0.123X1 - 0.299X2(1) - 0.267X2(2) -5.823X5(1) -1.665X5(2) ] Nilai koefisien untuk peubah X1 (tempat tinggal) adalah 0.123 dengan rasio

hazard sebesar 1.131. Nilai rasio hazard tersebut menyatakan bahwa risiko perempuan yang pertama kali menikah akan dikaruniai anak pertama dan bertempat tinggal di desa 1.131 kali dari perempuan yang bertempat tinggal di kota. Dengan kata lain perempuan yang bertempat tinggal di desa akan lebih cepat dikarunai anak pertama dibandingkan perempuan yang bertempat tinggal di kota. Hal ini sesuai dengan hasil analisis deskriptif yang menunjukkan bahwa perempuan yang bertempat tinggal di desa mempunyai rata-rata waktu tunggu kelahiran anak pertama selama 17.13 bulan, sedangkan perempuan yang bertempat tinggal di kota mempunyai rata-rata waktu tunggu kelahiran anak pertama selama 22.66 bulan. Nilai rasio hazard peubah X1 (tempat tinggal) yang

berada pada selang kepercayaan 1.015 sampai 1.259 mengindikasikan adanya hubungan antara X1 (tempat tinggal) terhadap waktu tunggu kelahiran anak pertama di Provinsi Lampung pada taraf nyata 5%.

Menurut Budi et al (2013), tingginya angka kelahiran anak di Indonesia dikarenakan sebagian dari perempuan Indonesia telah menikah pada usia dini (< 21 tahun) dan berstatus pendidikan yang rendah.

Peubah X2 (tingkat pendidikan), berturut-turut mempunyai koefisien untuk peubah X2(1) (lulus SMP) dan X2(2) (lulus SMA) adalah -0.299 dan -0.267 dengan masing-masing rasio hazard bernilai 0.742 dan 0.766. Artinya, risiko perempuan yang pertama kali menikah akan dikaruniai anak pertama dengan tingkat pendidikan lulus SMP 0.742 kali dari perempuan yang pendidikannya lulus SD. Hasil tersebut sesuai dengan analisis deskriptif yang menyatakan bahwa perempuan yang pertama kali menikah dengan tingkat pendidikannya lulus SD mempunyai rata-rata waktu tunggu kelahiran anak pertamanya selama 14.54 bulan, sedangkan responden lainnya (lulus SMP dan lulus SMA) masing-masing mempunyai waktu tunggu kelahiran anak pertama selama 20.26 bulan dan 39.20 bulan. Demikian juga dengan perempuan yang pertama kali menikah dan berpendidikan lulus SMA akan mempunyai risiko untuk dikaruniai anak pertama 0.766 kali dari perempuan yang pendidikannya lulus SD. Dengan kata lain, perempuan yang pendidikannya lulus SMP dan SMA akan mempunyai waktu tunggu kelahiran anak pertama lebih lama dibandingkan perempuan yang berpendidikan lulus SD. Nilai rasio hazard untuk masing-masing peubah X2(1) (lulus SMP) dan X2(2) (lulus SMA) yang berada pada selang kepercayaan 0.595 sampai 0.924 dan 0.689 sampai 0.852 mengindikasikan adanya hubungan antara X2 (tingkat pendidikan) terhadap waktu tunggu kelahiran anak pertama di Provinsi Lampung pada taraf nyata 5%.

Di antara sebab lamanya waktu tunggu kelahiran anak pertama adalah adanya penundaan kehamilan oleh pasangan suami istri yang baru menikah. Penundaan kehamilan dimungkinkan terjadi pada perempuan yang berpendidikan tinggi (lulus SMP, lulus SMA atau perguruan tinggi). Hal ini dikarenakan sebagian dari mereka adalah wanita karir yang mempunyai rencana untuk melakukan penundaan kehamilan demi keberhasilan karir yang sedang dijalani. Selain itu, mereka yang berpendidikan tinggi lebih mudah memahami informasi dan cara mengaksesnya mengenai kesehatan dan risiko kehamilan. Sehingga mereka akan berfikir untuk segera menikah atau tidak menikah dan melakukan penundaan kehamilan atau sebaliknya.

Peubah X5 (usia pada saat menikah), berturut-turut koefisien untuk peubah X5(1) (usia pada saat menikah 21-25 tahun) dan X5(2) (usia pada saat menikah >25 tahun) adalah -5.823 dan -1.665 dengan masing-masing rasio hazard bernilai 0.003 dan 0.189. Rasio-rasio hazard tersebut menyatakan bahwa perempuan yang pertama kali menikah di usia 21-25 tahun memiliki risiko untuk dikaruniai anak pertama 0.003 kali dari perempuan yang pertama kali menikah di usia 15-20 tahun. Demikian juga dengan perempuan yang pertama kali menikah di usia >25 tahun mempunyai risiko untuk dikaruniai anak pertama 0.189 kali dari perempuan yang pertama kali menikah di usia 15-20 tahun. Sehingga diketahui bahwa dengan bertambahnya usia, maka akan bertambah pula waktu tunggu kelahiran anak pertamanya dan perempuan yang menikah di usia 15-20 tahun mempunyai

perempuan yang menikah di usia lebih dari 20 tahun. Hal tersebut terlihat dari rata-rata waktu tunggu kelahiran anak pertama bagi perempuan yang menikah di usia 15-20 tahun selama 11.99 bulan, sedangkan rata-rata waktu tunggu kelahiran anak pertama bagi perempuan yang menikah di usia 21-25 tahun dan >25 tahun masing-masing selama 26.99 bulan dan 89.31 bulan. Nilai rasio hazard untuk masing-masing peubah X5(1) (usia pada saat menikah 21-25 tahun) dan X5(2) (usia pada saat menikah >25 tahun) yang berada pada selang kepercayaan 0.001 sampai 0.008 dan 0.165 sampai 0.217 mengindikasikan adanya hubungan antara peubah X5 (usia pada saat menikah) terhadap waktu tunggu kelahiran anak pertama di Provinsi Lampung pada taraf nyata 5%.

Dokumen terkait