• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Daerah Penelitian

Letak Geografis Kota Medan dan Lingkup Wilayah Penelitian

Letak geografis Kota Medan pada kisaran 3° 30' – 3° 43' LU dan 98° 35' - 98° 44' BT dengan ketinggian 2,5 - 37,5 m dpl, serta memiliki luas wilayah sebesar 265,10 Km² (26.510 Ha). Secara administratif, Kota Medan terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan serta memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

• Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka

• Selatan : Kabupaten Deli Serdang

• Barat : Kabupaten Deli Serdang

• Timur : Kabupaten Deli Serdang

Sedangkan lingkup wilayah penelitian meliputi 6 (enam) dari 21 kecamtan yang ada di Kota Medan, yaitu Kecamtan Medan Johor, Medan Amplas, Medan Sunggal, Medan Area, Medan Helvetia, dan Medan Tembung.

Luas Wilayah dan Rasio Terhadap Luas Kota Madya

Luas wilayah biasanya menjadi salah satu indikator dalam menganalisis potensi yang dimiliki oleh suatu daerah. Semakin luas sebuah daerah maka akan semakin besar pula peluang untuk meningkatkan berbagai potensi yang dimiliki. Misalnya pemanfaatan lahan pertanian, pemukiman penduduk, serta berbagai pemanfaatan lainnya. Selain itu, luas lahan juga menjadi faktor penting dalam melakukan pemetaan dan pemerataan penduduk. Secara rinci sebaran luas wilayah menurut

Tabel 5. Luas Wilayah dan Rasio terhadap Luas Kota Medan No Kecamatan Luas Wilayah (Km²) Rasio terhadap Luas Kota Madya (%) 1 Medan Tuntungan 20,68 7,80 2 Medan Johor 14,58 5,50 3 Medan Amplas 11,19 4,22 4 Medan Denai 9,05 3,41 5 Medan Area 5,52 2,08 6 Medan Kota 5,27 1,99 7 Medan Maimun 2,98 1,12 8 Medan Polonia 9,01 3,40 9 Medan Baru 5,84 2,20 10 Medan Selayang 12,81 4,83 11 Medan Sunggal 15,44 5,82 12 Medan Helvetia 13,16 4,96 13 Medan Petisah 6,82 2,57 14 Medan Barat 5,33 2,01 15 Medan Timur 7,76 2,93 16 Medan Perjuangan 4,09 1,54 17 Medan Tembung 7,99 3,01 18 Medan Deli 20,84 7,86 19 Medan Labuhan 36,67 13,83 20 Medan Marelan 23,82 8,99 21 Medan Belawan Total 26,25 265,10 9,90 100,00 Sumber : Medan Dalam Angka, 2012

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa, luas wilayah terbesar di Kota Medan adalah Kecamatan Medan Labuhan yaitu 36,67 Km² atau sebesar 13,83% dari seluruh luas wilayah Kota Medan. Dan Kecamatan yang memiliki luas paling sedikit adalah Kecamatan Medan Maimun yaitu 2,98 Km² atau sebesar 1,12% dari total luas Kota Medan.

Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk Kota Medan tahun 2011 sebanyak 2.117.224 jiwa, jika dibandingkan dengan lahan seluas 265,10 Km² dapat digambarkan kepadatan penduduk Kota Medan adalah sebanyak 7.987 jiwa/Km². Angka ini menggambarkan bahwa setiap 1 Km² terdapat 7.987 jiwa. Secara rinci, kepadatan penduduk Kota Medan menurut Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2011 No Kecamatan Luas Wilayah (Km²) Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km²) 1 Medan Tuntungan 20,68 81.798 3.955 2 Medan Johor 14,58 125.456 8.605 3 Medan Amplas 11,19 115.543 10.326 4 Medan Denai 9,05 141.866 15.676 5 Medan Area 5,52 96.647 17.509 6 Medan Kota 5,27 72.663 13.788 7 Medan Maimun 2,98 39.646 13.304 8 Medan Polonia 9,01 53.384 5.925 9 Medan Baru 5,84 39.564 6.775 10 Medan Selayang 12,81 99.982 7.805 11 Medan Sunggal 15,44 112.918 7.313 12 Medan Helvetia 13,16 145.239 11.036 13 Medan Petisah 6,82 61.832 9.066 14 Medan Barat 5,33 70.881 13.298 15 Medan Timur 7,76 108.758 14.015 16 Medan Perjuangan 4,09 93.483 22.856 17 Medan Tembung 7,99 133.784 16.744 18 Medan Deli 20,84 170.013 8.158 19 Medan Labuhan 36,67 112.316 3.063 20 Medan Marelan 23,82 145.788 6.130 21 Medan Belawan Total 26,25 265,10 95.663 2.117.224 3.644 7.987 Sumber : Medan Dalam Angka, 2012

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa kepadatan penduduk tertinggi di Kota Medan adalah Kecamatan Medan Perjuangan yaitu sebesar 22.856 Jiwa/ Km². Wilayah yang dimiliki oleh Kecamatan Medan Perjuangan relatif kecil jika dibandingkan

dengan jumlah penduduk yang ada. Sedangkan kepadatan penduduk paling rendah adalah Kecamatan Medan Labuhan yaitu sebesar 3.063 Jiwa/Km², padahal Kecamatan Medan Labuhan merupakan Kecamatan yang memiliki wilayah terluas diantara kecaman-kecamatan lainnya di Kota Medan. Hal ini menunjukkan bahwa wilayah yang dimiliki oleh Kecamatan Medan Labuhan relatif sangat besar jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang menempatinya.

Kota Medan Secara Ekonomi

Pada hakekatnya pembangunan ekonomi daerah adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja dan pemerataan pembagian pendapatan masyarakat. Kinerja pembangunan ekonomi daerah mempunyai peranan yang amat penting karena keberhasilan dibidang ekonomi dapat menyediakan sumberdaya yang lebih luas bagi pembangunan daerah dibidang lainnya. Oleh karena itu, aspek ekonomi secara umum dijadikan salah satu ukuran penting untuk menilai kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat daerah.

Peranan atau kontribusi sektor ekonomi menunjukkan besarnya kemampuan masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah dan menggambarkan kemampuan memproduksi barang dan jasa dari masing-masing sektor ekonomi. Untuk mengetahui struktur ekonomi Kota Medan dapat dilihat dari kontribusi setiap sector dalam pembentukan PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga yang berlaku.

Tabel 7. Struktur Perekonomian Kota Medan 2009-2011

No Kelompok Sektor Kontribusi Terhadap PDRB (%) 2009 2010 2011 1 2 Pertanian Pertambangan 2,815 2,773 2,671 0,004 0,004 0,003 Primer 2,819 2,778 2,674 3 4 5 Industri

Listrik, Gas dan Air Bangunan 15,96 14,89 14,97 1,75 1,706 1,698 9,54 9,498 9,782 Sekunder 27,263 26,096 26,454 6 7 8 9 Perdagangan Pengangkutan Keuangan Jasa 25,916 26,741 26,924 19,082 19,958 18,948 14,625 13,797 14,274 10,292 10,626 10,723 Tersier 69,917 71,125 70,870 Jumlah 100 100 100 Sumber : Medan Dalam Angka, 2012

Berdasarkan tabel 7 di atas, struktur perekonomian Kota Medan tidak berbeda jauh selama rentang waktu 2009-2011. Untuk sektor perdagangan merupakan sektor yang paling besar peranannya terhadap pembentukan PDRB Kota Medan diikuti sektor pengangkutan. Selanjutnya sektor industri, sektor keuangan dan yang terakhir sektor bangunan atau kontruksi. Sedangkan sektor yang paling berkontribusi sedikit adalah pertambangan, diikuti listrik, gas dan air serta yang terakhir adalah sektor pertanian.

Kota Medan Secara Sosial

Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya merupakan faktor penunjang dan penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan.

IPM (Indeks Pembangunan Masyarakat) Kota Medan mengalami peningkatan selama masa waktu 2007-2010 dimana mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat cenderung semakin membaik. Selain itu, peningkatan ini juga meningkatkan daya beli dan pendapatan masyarakat sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatan dan tingkat pendidikan yang ditandai dengan bertambahnya usia harapan hidup, rata-rata lama bersekolah dan meningkatnya konsumsi (daya beli) perkapita masyarakat Kota Medan. Berikut adalah Tabel Indeks Pembangunan Masyarakat Kota Medan.

Tabel 8. Indeks Pembangunan Masyarakat Tahun Harapan Hidup Melek Huruf Rata-rata Lama Sekolah Pengeluaran rill per kapita

IPM

(Tahun) (%) (Tahun) (000 Rp) HDI

2007 2008 2009 2010 71,1 71,5 71,7 71,7 99,10 99,29 99,31 99,31 10,7 10,7 10,8 10,8 620,70 631,05 632,32 632,34 75,60 76,70 76,99 76,99 Sumber : Medan Dalam Angka, 2012

Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, lama berusaha dan luas gedung usaha. Secara rinci, karakteristik responden pengolah susu kedelai dapat dilihat pada Tabel 9.

Table 9. Karakteristik Responden Pembuat Susu Kedelai

Karakteristik Sampel Satuan Rataan Range

Umur

Tingkat Pendidikan

Jumlah Tanggungan Lama Berusaha

Luas Gedung Usaha

Tahun Tahun Jiwa Tahun �2 46,2 12,3 1,8 5 41 24-60 0-16 0-3 3-11 20-75 Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1), 2013

Dari Tabel 9 diketahui bahwa rata-rata umur responden pembuat susu kedelai adalah 46,2 tahun dengan rentang antara 24-60 tahun. Dilihat dari tingkat pendidikan yang dijalani oleh responden rata-rata 12,3 tahun, ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang dominan dari responden pembuat susu kedelai adalah tingkat SMA. Jumlah tanggungan yang dimiliki oleh responden pembuat susu kedelai rata-rata 1,8 dengan rentang antara 0-3 orang, sedangkan pengalaman atau lama berusaha responden rata-rata 5 tahun dengan rentang antara 3-11 tahun. Rata-rata luas gedung usaha adalah 41 m² dengan rentang 20-75 m².

Sistem Produksi Usaha Pengolahan Kedelai Menjadi Susu Kedelai

Dalam melakukan sistem produksi susu kedelai, ada beberapa hal yang perlu diketahui antara lain : penggunaan bahan baku, penggunaan modal investasi dan operasional serta penggunaan tenaga kerja.

Penggunaan Bahan Baku

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan responden di daerah penelitian, diketahui bahwa bahan baku untuk membuat susu kedelai yaitu kacang kedelai cukup tersedia sesuai dengan kebutuhan. Namun, sebagian besar bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan susu kedelai di daerah penelitian berasal dari impor. Hal ini dikarenakan oleh kurang tersedianya kedelai lokal untuk memenuhi kebutuhan pengusaha secara rutin. Kedelai lokal hanya tersedia pada saat musim tertentu karena di Indonesia tanaman kacang kedelai sistem tanamnya bergantian dengan padi. Selain itu, harga kedelai lokal juga relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan harga kedelai impor yang lebih murah.

Secara rinci, mengenai penggunaan bahan baku kedelai dalam memproduksi susu kedelai di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rata-Rata Frekuensi Pembuatan Susu Kedelai dan Penggunaan Kacang Kedelai dalam Pengolahan Susu Kedelai di Daerah Penelitian Tahun 2013

Uraian

Frekuensi Pembuatan Susu Kedelai (Hari)

Penggunaan Kacang Kedelai (Kg)

Per Hari - 5,8

Per Minggu 6,2 37,4

Per Bulan 25,8 156,4

Per Tahun 309,6 1.876,8

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 2), 2013

Tabel 10 di atas memperlihatkan bahwa rata-rata frekuensi pengolahan kedelai menjadi susu kedelai yang dilakukan responden di daerah penelitian adalah 6,2 hari (4-7 hari)/minggu, 25,8 hari (16-30 hari)/bulan, dan 309,6 hari (192-360 hari)/tahun. Sedangkan rata-rata jumlah penggunaan kedelai untuk memproduksi susu kedelai di daerah penelitian adalah 5,8 Kg perharinya.

Penggunaan Modal Investasi

Setiap kegiatan dalam proses produksi, mutlak membutuhkan modal. Ketersediaan modal yang mencukupi dalam menjalankan suatu usaha sangat diperlukan demi keberlangsungan usaha yang dijalankan. Besar atau kecilnya modal yang dibutuhkan, bergantung pada skala usahanya. Semakin besar skala usaha yang dijalankan, semakin besar pula modal yang dibutuhkan. Demikian pula sebaliknya, jika semakin kecil skala usaha yang dijalankan, semakin sedikit pula modal yang dibutuhkan.

Dalam menjalankan usaha pengolahan susu kedelai untuk skala rumah tangga, rata-rata modal investasi yang diperlukan pada saat awal adalah Rp. 3.748.950. Investasi tersebut digunakan untuk membeli peralatan dalam memproduksi susu kedelai. Secara rinci, modal investasi dalam usaha pengolahan susu kedelai dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rata-Rata Modal Investasi pada Usaha Pengolahan Susu Kedelai di Daerah Penelitian Tahun 2013.

No Investasi Harga 1 Mesin Giling/Blender 1.047.000 2 Ember/Baskom 44.700 3 Panci Rebusan 69.500 4 Sendok aduk 13.750 5 Saringan/Kain Saring 7.100 6 Tong Rendaman 42.000 7 Lemari Pendingin 1.980.000 8 Kompor/Kompor Gas 541.000 9 Cangkir/Gelas 3.900 Jumlah 3.748.950

Sumber :Analisis Data Primer (Lampiran 3), 2013 Penggunaan Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam sebuah proses produksi. Menurut Karmadi (2003), penggunaan tenaga kerja dalam suatu kegiatan proses produksi barang atau jasa mempunyai 2 macam nilai ekonomis. Pertama, dengan tenaga kerja yang disumbangkan, masukan lain yang berupa modal, bahan, energi, atau informasi yang diubah menjadi keluaran atau produk yang mempunyai nilai tambah. Kedua, penggunaan tenaga kerja memberikan pendapatan kepada orang yang melakukan pekerjaan dan memungkinkan masukan lain memperoleh pendapatan pula.

Tenaga kerja dalam industri pembuatan susu kedelai di daerah penelitian diperlukan untuk mengerjakan berbagai kegiatan produksi seperti pencucian, perendaman, perebusan, penggilingan, penyaringan, pemasakan sampai pengemasan. Secara rinci, penggunaan tenaga kerja pada pengolahan kedelai menjadi susu kedelai pada skala industri rumah tangga di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja dalam usaha Pengolahan Susu Kedelai di Daerah Penelitian Tahun 2013

Uraian Frekuensi Pembuatan Susu Kedelai (Hari)

Penggunaan Tenaga Kerja (HKP)

Per Hari - 1,69

Per Minggu 6,2 10,5

Per Bulan 25,8 43,60

Per Tahun 309,6 523,2

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 4), 2013

Dalam proses pembuatan susu kedelai di daerah penelitian, sumber tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam keluarga. Untuk satu kali produksi per harinya dibutuhkan tenaga kerja sebesar 1,69 HKP. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ketersediaan tenaga kerja di daerah penelitian cukup tersedia.

Proses Pembuatan Susu Kedelai

Ada 2 jenis metode proses/tahapan dalam pembuatan susu kedelai yang di lakukan di daerah penelitian. Perbedaannya terletak pada saat proses setelah penggilingan. Sebagian responden langsung menyaring kedelai yang sudah digiling, dan sebagian lagi melakukan penambahan air, baru kemudian memasaknya.

Secara lengkap proses pembuatan susu kedelai di daerah penelitian dapat digambarkan dalam kerangka sebagai berikut :

Gambar 2. Kerangka Proses Pembuatan Susu Kedelai 1. Pencucian I 2. Perendaman 3. Perebusan 4. Pencucian II 5. Penggilingan 6a. Penyaringan 7. Pemasakan 8. Pendinginan 9. Pengemasan 6b. Penambahan Air

Berikut adalah penjelasan dari kerangka tahapan dalam membuat susu kedelai di daerah penelitian :

1. Pencucian I

Proses pertama yang dilakukan dalam pengolahan kedelai menjadi susu kedelai adalah pencucian kacang kedelai. Kacang kedelai dicuci sampai bersih untuk mengeluarkan kotoran-kotoran yang terikut ke dalam kacang kedelai. Bahan yang digunakan dalam penucian ini adalah cukup dengan air tanpa ada penambahan bahan-bahan lainnya.

2. Perendaman

Kedelai direndam sampai air rendamannya meresap ke dalam kacang, agar mudah dalam proses penggilingan serta pati yang dihasilkan dari kacang kedelai akan lebih banyak. Perendaman ini dilakukan selama kurang lebih 8 jam. Peralatan yang digunakan dalam proses perendaman ini adalah tong rendaman atau bisa juga dengan ember dan bahan yang digunakan cukup dengan air bersih.

3. Perebusan

Kacang kedelai yang telah direndam selama kurang lebih 8 jam, kemudian direbus sampai kacang kedelai mengembang dan sudah lunak. Dalam proses perebusan inipun tidak menggunakan bahan-bahan tambahan cukup dengan menggunakan air saja. Alat yang digunakan dalam perebusan kacang kedelai ini adalah panci. Lama perebusan biasanya disesuaikan dengan banyak sedikitnya kedelai yang direbus. Namun normalnya sampai air dalam rebusan mendidih (berkisar 20-30 menit).

4. Pencucian II

Setelah kacang kedelai direbus sampai mengembang dan lunak, maka langkah selanjutnya adalah pencucian yang ke II. Tetapi sebelum dilakukan pencucian yang ke II, kacang kedelai yang baru selesai direbus tersebut harus didinginkan terlebih dahulu selama kurang lebih 15 menit. Setelah dingin barulah kedelai dicuci untuk kedua kalinya. Pada proses pencucian yang kedua ini, kacang kedelai dicuci untuk membuang kulit kedelai yang sudah terkelupas pada saat perebusan, sehingga memudahkan dalam proses penggilingan.

5. Penggilingan

Kacang kedelai digiling sampai halus dan patinya keluar. Alat yang digunakan untuk proses penggilingan ini di daerah penelitian adalah blender atau ada juga yang menggunakan mesin penggiling. Dalam proses penggilingan kacang kedelai ini harus ditambah air agar memudahkan proses penggilingan dengan menggunakan blender. Air yang ditambahkan dalam penggilingan ini jumlahnya harus lebih banyak daripada kacang kedelai yang akan digililing, agar hasil gilingan yang didapatkan berbentuk cairan yaitu pencampuran antara kedelai yang digiling dengan air.

6. a. Penyaringan

Pada metode I, setelah selesai digiling atau diblender, langkah selanjutnya adalah penyaringan. Proses penyaringan ini bertujuan untuk memisahkan ampas kedelai dari sari pati kedelai (susu kedelai). Alat yang digunakan dalam proses penyaringan di daerah penelitian adalah saringan berbahan plastik dan ada juga yang menggunakan kain saring.

b. Penambahan Air

Untuk metode II, kacang kedelai yang sudah digiling, kemudian diberi penambahan air. Penambahan air ini disesuaikan dengan kebutuan dan jumalh kacang kedelai yang akan diproduksi menjadi susu kedelai.

7. Pemasakan

Dari proses penyaringan tersebut dihasilkanlah sari pati kedelai yang biasa kita sebut dengan nama susu kedelai. Selanjutnya, susu kedelai ini dimasak lagi selama kurang lebih 10-15 menit. Dalam pemasakan ini, bahan yang ditambahkan adalah gula, garam, vanili, dan daun pandan. Alat yang digunakan dalam proses pemasakan ini adalah panci dan kompor. Pada saat pemasakan ini, susu kedelai harus terus diaduk sampai mendidih. Setelah mendidih atau kurang lebih 10-15 menit dimasak, susu kedelai sudah siap untuk didinginkan.

8. Pendinginan

Susu kedelai yang sudah siap dimasak kemudian didinginkan. Proses pendinginan ini menggunakan lemari pendingin. Jika susu kedelai ingin dijual dalam keadaan masih hangat, maka proses pendinginan tidak perlu menggunakan lemari pendingin, cukup dengan dibiarkan saja di dalam panci dengan kondisi api kompor sudah dimatikan. Kira-kira 15 menit susu kedelai sudah berkurang suhunya sehingga menjadi hangat.

9. Pengemasan/Pembungkusan

Tahapan terakhir adalah pengemasan atau pembungkusan susu kedelai. Di daerah penelitian, susu kedelai dibungkus dengan menggunakan plastik dan karet. Pembungkusan dilakukan dengan berbagai jenis ukuran plastik sesuai

dengan bobot susu kedelai yang akan dijual per bungkusnya. Ada yang berbobot 1,2 ons perbungkus, ada yang 1,3 ons, 1,5 ons dan yang terbesar adalah 2 ons per bungkus.

Untuk lebih mengetahui proses pembuatan susu kedelai, berikut disajikan dokumentasi dari proses pembuatan susu kedelai.

Pencucian I Kacang Kedelai Perendaman Kacang Kedelai

Perebusan Kacang Kedelai Pencucian II setelah direbus

Pemasakan Susu Kedelai Pengemasan Susu Kedelai Gambar 3. Dokumentasi Proses Pembuatan Susu Kedelai

Dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan responden, didapati bahwa sebagian besar sampel masih menggunakan alat-alat yang sederhana dan tidak berkapasitas tinggi atau belum menggunakan peralatan yang canggih dalam proses pembuatan susu kedelai di daerah penelitian seperti yang terlihat pada dokumentasi proses pembuatan susu kedelai di daerah penelitian. Dengan demikian, hipotesis 1 yang menyatakan bahwa proses pengolahan kedelai menjadi susu kedelai yang dilakukan di daerah penelitian masih tergolong sederhana dapat diterima.

Nilai Tambah yang Diperoleh dari Pengolahan Kacang Kedelai

Nilai tambah merupakan pertambahan nilai yang terjadi karena suatu komoditi mengalami proses pengolahan, pengangkutan, dan penyimpanan dalam suatu proses produksi (penggunaan/pemberian input fungsional). Besarnya nilai tambah dipengaruhi oleh faktor teknis dan faktor nonteknis. Informasi yang diperoleh dari hasil analisis nilai tambah adalah besarnya nilai tambah, rasio nilai tambah dan balas jasa yang diterima oleh pemilik-pemilik faktor produksi (Sudiyono, 2004). Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan kacang kedelai sehingga menjadi susu kedelai adalah metode perhitungan nilai tambah model Hayami. Namun, penulis hanya mengambil rumus dari metode Hayami tersebut untuk menghitung besarnya nilai tambah dan rasio nilai tambah yang dihasilkan. Perhitungan nilai tambah yang dilakukan pada proses pengolahan kedelai dengan tujuan untuk mengukur besarnya nilai tambah yang terjadi akibat adanya proses pengolahan kedelai menjadi susu kedelai yang siap dipasarkan.

Nilai tambah diperoleh dari proses pengolahan kacang kedelai sampai menjadi produk olahan. Output (produk olahan) yang dihasilkan pada proses ini adalah susu kedelai. Hasil yang didapat di daerah penelitian berupa susu kedelai yang dibungkus dengan menggunakan plastik. Selain ukuran plastik yang berbeda, bobot output per bungkusnya juga beragam. Ada yang bobotnya 1,2 ons, 1,3 ons, 1,5 ons dan ada juga yang 2 ons.

Input dan Output

Input adalah penjumlahan bahan baku yang digunakan selama satu periode produksi untuk diproses sampai menjadi susu kedelai dan dikur dengan satuan Kg bahan baku. Output adalah penjumlahan produk/output yang dihasilkan selama satu periode produksi yang diukur dalam satuan Kg produk. Rata-rata penggunaan bahan baku (input) dan Output yang dihasilkan di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13.Rata-Rata Penggunaan Input dan Output yang dihasilkan di Daerah Penelitian Tahun 2013

Uraian Penggunaan Bahan Baku/Input (Kg) Output/Produk yang Dihasilkan (Kg) Per Hari 5,8 21,712 Per Minggu 37,4 139,18 Per Bulan 156,4 581,64 Per Tahun 1.876,8 6.979,66

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 16 ), 2013

Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa, rata-rata jumlah output yang dihasilkan selama satu periode produksi (per hari) adalah sebesar 21,712 Kg susu kedelai, dengan mengolah kacang kedelai sebanyak 5,8 Kg. Sehingga faktor konversi yang didapat adalah sebesar 3,7. Nilai konversi ini menunjukkan bahwa setiap pengolahan 1 Kg kacang kedelai akan mengasilkan 3,7 kg susu kedelai. Faktor konversi merupakan perbandingan penggunaan bahan baku dengan output yang dihasilkan (konversi antar input dan output).

Biaya Bahan Penunjang (Sumbangan Input Lain)

Dalam proses pembuatan susu kedelai bahan bakunya dalah kacang kedelai. Selain bahan baku, proses pembuatan susu kedelai juga membutuhkan bahan- bahan penunjang (input lain) seperti gula, garam, vanili, daun pandan, air, plastik

dan sebagainya. Secara rinci biaya bahan penunjang (sumbangan input lain) pada pembuatan susu kedelai dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Input Lain yang Digunakan dalam Pengolahan Susu Kedelai

No Uraian Biaya (Rp) 1 Gula 47.730 2 Garam 421 3 Vanili 1.700 4 Daun Pandan 3.000 5 Air 3.000 6 Plastik 9.709 7 Karet 2.220

8 Bahan Bakar (M.Lampu/Gas) 9.685

9 Bensin 8.500

10 Listrik 5.256,8

Total 91.221,8

Penggunaan Bahan Baku (Kg) 5,8 Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) 15.727,9 Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 5,6,7,8,9,1011,12,13,14), 2013

Dari tabel 14 tersebut, kita dapat mengetahui bahwa sumbangan input lain dalam pengolahan susu kedelai yaitu sebesar Rp. 15.727,9/Kg bahan baku. Biaya penunjang yang paling besar adalah gula yaitu sebesar Rp.47.730, sedangkan biaya bahan penunjang yang paling sedikit adalah garam, yaitu sebesar Rp.421.

Harga Input, Harga Output, Nilai Output, Nilai Tambah dan Rasio Nilai Tambah

Secara rinci harga input, harga output, nilai output, nilai tambah dan rasio nilai tambah susu kedelai dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Harga Input, Harga Output, Nilai Output, Nilai Tambah dan Rasio Nilai Tambah Susu Kedelai di Daerah Penelitian Tahun 2013

No Uraian Nilai (Rp/Kg)

1 Harga Input 8.650

2 Harga Output 12.700

3 Nilai Output 46.990

4 Nilai Tambah 22.612

5 Rasio Nilai Tambah 48,2 % Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 15), 2013

Rata-rata harga input (bahan baku) di daerah penelitian adalah sebesar Rp. 8.650. Rata-rata harga output susu kedelai di daerah penelitian adalah sebesar Rp. 12.700/Kg. Nilai outputnya adalah Rp. 46.990. Nilai output pada pengolahan kacang kedelai menjadi susu kedelai ini diperoleh dari hasil perkalian antara faktor konversi dengan harga output (Rp/Kg).

Nilai tambah pada pengolahan kacang kedelai menjadi susu kedelai adalah sebesar Rp. 22.612/Kg. Besarnya nilai tambah ini diperoleh dari pengurangan nilai output sebesar 46.990/Kg dengan biaya bahan baku (harga input) sebesar 8.650/Kg dan biaya sumbangan input lain (biaya penunjang) sebesar 15.727,9/Kg. Secara matematis, besarnya nilai tambah didapat dari :

NT = Rp.46.990 – (Rp.8.650 + Rp.15.727,9) = Rp.22.612/Kg

Besarnya nilai tambah yang didapat dari perhitungan sejalan dengan besarnya rasio nilai tambah terhadap nilai outputnya. Rasio nilai tambah ini didapat dari pembagian antara nilai tambah dengan nilai output yang dinyatakan dalam persen (%). Rasio nilai tambah ini menunjukkan persentase nilai tambah dari nilai output, artinya jika rasio nilai tambah > 50% maka nilai tambah lebih besar dari pada nilai output dan nilai tambah tergolong tinggi, sedangkan jika rasio nilai tambah ≤ 50%, maka nilai tambah yang dihasilkan lebih kecil dari nilai outputnya dan nilai

Dokumen terkait