• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum Wilayah Kajian

Kota Bogor merupakan kota yang memiliki tempat wisata dan rekreasi yang relatif banyak dan sering menjadi incaran objek wisata bagi penduduk di sekitar kota Bogor seperti Jakarta, Depok, Bekasi, Tangerang, Sukabumi dan lain sebagainya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Nas (2007) bahwa isu-isu dalam pembangunan Kota Bogor yang berkelanjutan terdiri atas: 1) Kota Bogor sebagai penyangga ibukota Jakarta, 2) Kota Bogor sebagai tujuan wisata, 3) Kota Bogor sebagai penampung pekerja komuter dari Jakarta. Tempat-tempat wisata biasanya akan ramai pada hari libur, sehingga volume kendaraan akan bertambah pada hari libur.

Gambar 8 Lokasi Stasiun Pengamatan Klimatologi Baranangsiang Bogor Letak stasiun pengamatan klimatologi Baranangsiang berada di depan pertigaan jalan Padjadjaran dengan jalan Otoiskandar Dinata seperti yang terlihat pada Gambar 7 yang diberi tanda lingkaran merah. Kondisi ini diasumsikan akan mempengaruhi suhu udara yang diamati oleh stasiun pengamatan klimatologi Baranangsiang terutama saat lalu lintas semakin padat. Kepadatan lalu lintas akan semakin bertambah pada hari libur karena banyaknya kendaraan yang menuju ke puncak Bogor melalui jalan Padjadjaran.

Koreksi dan Filterisasi Data

Data yang diperoleh dari stasiun observasi klimatologi Baranangsiang belum bisa digunakan langsung karena masih banyak terdapat data yang error. Data error tersebut harus dikoreksi terlebih dahulu sebelum digunakan untuk pengolahan data dan analisis lanjutan dalam berbagai keperluan. Salah satu data error yang fatal yang telah diamati di stasiun observasi klimatologi baranangsiang adalah data suhu udara minimum. Sekitar satu tahun data suhu udara minimum yang teramati di stasiun tersebut mengalami penurunan yang kontinu dan membentuk suatu patahan seperti yang terlihat pada gambar 8.

11 15.0 20.0 25.0 30.0 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 Hari ke Su hu U dar a (˚C ))

Gambar 9 Grafik data suhu udara minimum yang error

Hal tersebut terjadi karena ada kesalahan dalam pembacaan paralax pada alat ukur termometer oleh pengamat yang baru diganti. Akibatnya data yang diamati nilainya lebih rendah dari biasanya dan membentuk pola yang hampir sama hanya saja pola yang terbentuk lebih condong kebawah seperti terjadi patahan.

Untuk mengatasi data error yang terjadi pada data suhu udara minimum di stasiun klimatologi Baranangsiang adalah dengan memisahkan data error saat mulai terjadi patahan. Kemudian data yang sudah terpisah (X1) dicari rata-ratanya dan begitu pula dengan data error yang sudah terpisah (X2), setelah keduanya sudah dirata-ratakan maka dicari selisih antara X1 dengan X2 yang kemudian nilai selisih tersebut menjadi faktor penambah pada nilai X2. jika nilai X2 sudah ditambahkan dengan nilai selisih antara X1 dan X2 maka gabungkan kembali dengan X1 yang selanjutnya dibentuk grafik untuk memastikan bahwa nilai error tersebut sudah terkoreksi dengan benar.

15.0 20.0 25.0 30.0 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 Hari ke Su hu U dar a (˚C ))

Gambar 10 Grafik data suhu udara minimum yang terkoreksi

Gambar 10 di atas memperlihatkan bahwa data error pada data suhu udara minimum telah terkoreksi. Patahan pada data suhu udara minimum telah terangkat sejajar dengan pola suhu udara minimum sebelum dan setelah terjadi patahan. Jika data error sudah terkoerksi maka data suhu udara minimum tersebut sudah dapat digunakan untuk uji lanjutan dalam berbagai keperluan.

12

Radiasi Matahari

Radiasi surya merupakan unsur iklim dan cuaca utama yang akan mempengaruhi keadaan unsur iklim/cuaca lainnya. Perbedaan penerimaan radiasi surya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jarak antara matahari dan bumi, panjang hari dan sudut datang, dan pengaruh atmosfer bumi.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Tahun R ad ias i M at ah ar i ( M J/ m ²/ h ar i)

Gambar 11 Radisi Matahari secara Musiman (dari hari ke hari) selama 13 tahun (dari bulan agustus 2000 sampai Februari 2013)

Penerimaan radiasi surya di permukaan bumi sangat bervariasi menurut tempat dan waktu. Penerimaan radiasi surya menurut tempat disebabkan oleh perbedaan letak lintang serta keadaan atmosfer terutama awan. Menurut waktu perbedaan radiasi terjadi dalam sehari (dari pagi sampai sore hari) maupun secara musiman (dari hari ke hari) (Handoko 1994). Distribusi radiasi surya yang tidak merata di muka bumi adalah penyebab utama timbulnya cuaca dan iklim. Selain itu, energi surya itu sendiri merupakan suatu unsur vital iklim. Perbedaan penerimaan radiasi di stasiun pengamatan klimatologi Baranangsiang yaitu secara musiman (dari hari ke hari). Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 11.

Hasil berbagai penelitian menunjukkan bahwa aktivitas Matahari mempengaruhi perubahan suhu permukaan bumi. Radiasi surya berkorelasi positif dengan suhu udara. Semakin besar radiasi surya maka semakin tinggi pula suhu udara sebagaimana yang dapat dilihat pada gambar 5, bahwa suhu udara semakin tinggi seiring dengan semakin besarnya radiasi yang di terima.

13 y = 0.4159x + 27.09 R2 = 0.599 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0 0 5 10 15 20 25

Radiasi Matahari (MJ/m²/Hari)

S u h u U d ar a ( °C ))

Gambar 12 Korelasi Akumulasi Radisi Matahari harian dengan Suhu Udara Maksimum selama 13 tahun (dari bulan agustus 2000 sampai Februari 2013)

Total radiasi matahari yang dikorelasikan dengan suhu udara maksimum memperlihatkan bahwa semakin besar radiasi matahari yang diterima permukaan bumi maka semakin besar pula suhu udaranya. Namun, pada penelitian ini tidak akan membahas pengaruh radiasi surya terhadap suhu udara.

y = 0.4315x + 26.93 R2 = 0.3863 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00

Radiasi Matahari (MJ/m²/Hari)

S u h u U d ar a C ))

Gambar 13 Korelasi Akumulasi Radisi Matahari yang Rendah dengan Suhu Udara Maksimum selama 13 tahun pada hari tidak ada hujan

Sehingga untuk melihat pengaruh aktivitas lalu lintas terhadap suhu udara di stasiun observasi Baranangsiang harus dilakukan normalisasi terhadap data radiasi surya, yaitu dengan memisahkan data radiasi yang rendah kemudian dihubungkan dengan data suhu udara maksimum. Hasil yang diperoleh dapat dilihat seperti gambar 13.

Pada radiasi yang rendah seharusnya suhu udara akan rendah pula. Namun, dari gambar 13 terlihat bahwa suhu udara maksimum tetap tinggi saat menerima

0

14

radiasi yang rendah. Hal tersebut mengartikan bahwa ada pengaruh lain yang mempengaruhi nilai suhu udara yang teramati di stasiun pengamatan klimatologi Baranangsiang Bogor. Karena letak stsaiun pengamatan tersebut berada di pinggir jalan Padjadjaran, maka dapat diasumsikan bahwa hal yang mempengaruhi nilai suhu udara yang teramati ialah aktivitas lalu lintas di jalan tersebut.

Suhu Udara

Suhu atau temperatur diartikan sebagai ukuran mengenai panas atau dinginnya sebuah benda. Menurut hukum termodinamika 0 “jika dua system

berada dalam keseimbangan thermal dengan system ketiga, maka mereka berada dalam kesetimbangan thermal satu sama lain”, oleh karena itu dapat di definisikan suhu merupakan sifat sistem yang menentukan apakah system berada dalam keadaan kesetimbangan thermal. Suhu juga dapat didefinisikan sebagai ukuran energi kinetik rata-rata dari gerakan molekul-molekul. Makin tinggi temperatur, menurut teori kinetik, makin cepat molekul bergerak rata-rata (Giancoli 2001). Menurut Nasir (1980) suhu merupakan tingkat kemampuan benda dalam hal memberikan atau menerima panas.

Suhu udara merupakan unsur cuaca yang dapat mempengaruhi unsur cuaca lainnya seperti kelembaban, curah hujan, tekanan udara, arah angin dan lain sebagainya. Maka dari itu, harus diketahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perubahahan suhu udara. Suhu udara bervariasi berdasarkan tempat dan waktu. Berdasarkan tempat ialah dipengaruhi oleh letak lintang dan topografi. Berdasarkan waktu ialah berupa musiman (dari musim ke musim atau dari hari ke hari). Menurut Handoko (2004), variasi suhu musiman atau tahunan digambarkan oleh suhu rata-rata harian yang berbeda dari hari ke hari. Untuk keperluan operasional Klimatologi di Indonesia, khususnya bagi stasiun yang beroperasi kurang dari 24 jam sehari. Pada gambar 7 dapat dilihat rata-rata suhu udara harian yang teramati oleh stasiun klimatologi Baranangsiang Bogor selama tiga belas tahun.

Rata-rata Suhu Udara Harian

25.6 25.8 26.0 26.2

Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu

Hari Su hu U dar a ( ˚C ))

Gambar 14 Rata-rata suhu udara harian selama 13 tahun di Baranangsiang Bogor

15 Data suhu tertinggi yang tercatat di stasiun klimatologi Baranangsiang ialah pada hari jum’at. Hal ini sesuai dengan jumlah hari libur terbanyak pada hari kerja yaitu hari jum’at seperti yang dapat dilihat pada tabel 2. Data hari libur dihari kerja terbanyak selanjutnya ialah hari kamis dan biasanya pada hari jum’atnya akan dijadikan hari cuti bersama sehingga menjadi libur akhir pekan yang panjang. Hal tersebut biasanya dimanfaatkan banyak orang untuk pergi berlibur ke tempat-tempat wisata. Bogor yang memiliki tempat wisata yang relativ banyak sering menjadi incaran objek wisata bagi masyarakat sekitar Bogor seperti Jakarta, Tangerang, Bekasi, Depok, dan lain sebagainya. Jumlah volume kendaraan akan meningkat ketika hari libur tiba sehingga aktivitas lalu lintas pun akan semakin sibuk dan padat. Begitu pula jalan raya Padjadjaran yang terdapat didepan stasiun pengamatan klimatologi Baranangsiang. Dengan semakin sibuknya aktivitas jalan Padjadjaran maka akan mempengaruhi data suhu udara yang diamati di stasiun klimatologi tersebut.

Tabel 2 Data jumlah hari libur yang terdapat dihari kerja selama tiga belas tahun Hari Jumlah Hari libur

Senin 33

Selasa 25

Rabu 25

Kamis 35

Jum’at 44

Rata-rata Suhu Udara Maksimum

30.6 30.8 31.0 31.2

senin selasa rabu kamis jum'at sabtu minggu

Hari S u h u U d ar a ( ˚C ))

Gambar 15 Perbandingan data rata-rata suhu udara maksimum

Suhu udara maskimum untuk wilayah Indonesia merupakan suhu udara paling maksimum yang teramati yang biasanya terjadi pada siang hari sekitar pukul 13.00 hingga pukul 14.00 waktu setempat. Rata-rata suhu udara maksimum tertinggi terjadi pada hari sabtu dan minggu yang merupakan akhir pekan dan hari libur. Suhu udara maksimum tertinggi yang teramati di stasiun Klimatologi Baranangsiang hampir sama dengan suhu tertinggi yang teramati pada pukul 13.30 pada grafik gambar 18.

16

Rata-rata suhu udara minimum di stasiun klimatologi Baranangsiang yang terendah ialah hari senin dan tertinggi ialan hari minggu. Suhu udara minimum diamati ketika suhu udara mencapai titik minimumnya yaitu pada malam hari ketika permukaan bumi tidak menerima radiasi matahari lagi. Pada malam hari permukaan bumi akan melepaskan panas ke atmosfer sehingga suhu udara dipermukaan bumi akan menurun.

Rata-rata Suhu Udara Minimum

21.8 22.0 22.2 22.4

senin selasa rabu kamis jum'at sabtu minggu

Hari Su hu U dar a ( ˚C ))

Gambar 16 Perbandingan rata-rata suhu udara minimum selama 13 tahun di Baranangsiang Bogor

Kegiatan transportasi merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dan strategis dalam menunjang pertumbuhan pembangunan dalam segala bidang. Keberhasilan sektor transportasi dapat dilihat dari kemampuannya dalam menunjang peningkatan ekonomi nasional, regional, maupun lokal. Permintaan masyarakat terhadap transportasi cenderung meningkat setiap tahunnya. Gejala yang timbul dari kondisi ini adalah tingkat mobilitas individu yang cukup tinggi. Dalam proses tersebut secara alamiah telah terjadi pergerakan yang merupakan inti dari proses transportasi (Arief 2012).

Kota Bogor yang berdekatan dengan ibukota Negara menjadi salah satu wilayah yang strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Kegiatan yang tengah berkembang pesat di Kota Bogor ialah kegiatan industri pengolahan. Keberadaan sektor industri pengolahan di Kota Bogor menjadi sektor yang potensial bagi perekonomian. Hal inilah yang menyebabkan banyaknya masyarakat sekitar Bogor yang bekerja di Bogor.

Menurut Suharyono (2004) dalam Sumarawati (tanpa tahun), kepadatan lalu lintas adalah waktu dimana kendaraan bermotor yang melewati jalan raya menjadi lebih padat yang disebabkan oleh penambahan jumlah pengguna jalan seiring dengan aktivitasnya seperti dimulainya jam masuk sekolah untuk pelajar dan jam masuk kerja untuk pegawai pada pagi hari, selesainya jam sekolah dan adanya waktu istirahat kerja untuk pekerja pada siang hari, dan selesainya waktu kerja untuk para pekerja pada sore harinya.

17 Rata-Rata Suhu Udara Pukul 7.30

23.8 24.0 24.2 24.4

senin selasa rabu kamis jum'at sabtu minggu

Hari Su hu U dar a( ˚C ))

Gambar 17 Perbandingan rata-rata suhu udara pukul 7.30 selama 13 tahun di Baranangsiang Bogor

Pukul 7.30 merupakan waktu keberangkatan sekolah dan kerja para pegawai sehingga aktivitas lalu lintas menjadi lebih padat. Suhu udara tertinggi pada pukul 7.30 terjadi pada hari senin yang merupakan awal hari kerja setelah libur akhir pekan. Masyarakat yang berasal dari luar Kota Bogor banyak yang memilih hari senin pagi atau minggu sore untuk berangkat menuju Bogor. Namun, pada minggu pagi biasanya para pegawai enggan untuk kemana-mana dan memilih untuk beristirahat sehingga pada hari minggu pukul 7.30 aktivitas lalu lintas cenderung lebih lengang.

Rata-rata Suhu Udara Pukul 13.30

29.6 29.8 30.0 30.2

senin selasa rabu kamis jum'at sabtu minggu

Hari Su hu U dar a ( ˚C ))

Gambar 18 Perbandingan rata-rata suhu udara pukul 13.30 selama 13 tahun di Baranangsiang Bogor

Biasanya pegawai dan pelajar yang berasal dari luar kota Bogor yang berdomisili di Bogor memilih berangkat ke kota Bogor pada Minggu siang atau sore. Selain itu, banyaknya para pengunjung tempat rekreasi di Bogor memilih pulang pada hari minggu siang hingga sore. Hal inilah yang menjadi penyebab tingginya rata-rata suhu udara pada hari minggu pukul 13.30 dan 17.30 seperti

0 0

18

yang terlihat pada grafik gambar 18 dan 19 karena aktivitas lalu lintas semakin bertambah seiring dengan bertambahnya aktivitas para pengguna jalan.

Dapat di asumsikan bahwa pada sore hari sebagian orang memilih untuk pergi ke pusat perbelanjaan. Letak kampus IPB Baranangsiang yang berdampingan dengan pusat belanja Botani Square di manfaatkan sebagian orang untuk melepas penat setelah seharian bekerja dan menunggu kondisi lalu lintas sampai lengang.

Rata-rata Suhu Udara Pukul 17.30

26.4 26.6 26.8 27.0

senin selasa rabu kamis jum'at sabtu minggu

Hari Su hu U dar a ( ˚C ))

Gambar 19 Perbandingan rata-rata suhu udara pukul 17.30 selama 13 tahun di Baranangsiang Bogor

Siang hari yang menjadi waktu pulang sekolah untuk pelajar dan waktu istirahat untuk pegawai menyebabkan aktivitas lalu lintas menjadi lebih padat. Sehingga pada hari kerja suhu udara relatif sama setiap harinya seperti yang terlihat pada gambar 18. Sore hari merupakan waktu pulang kerja bagi pegawai. Namun, tidak semua pegawai memiliki waktu pulang kerja yang sama. Adakalanya sebagian orang memutuskan untuk lembur atau memutuskan untuk tidak segera pulang untuk menghindari kepadatan lalu lintas.

Untuk lebih memastikan bahwa data suhu udara di stasiun klimatologi Baranangsiang telah dipengaruhi oleh aktivitas lalu lintas dengan indikator hari kerja dan hari libur, maka data selama tahun terakhir akan dibandingkan dengan data suhu udara yang diperoleh dari pengamatan otomatis menggunakan AWS (Automatic weather Station) oleh BMKG. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 1 yang berupa tabel rata-rata suhu udara menggunakan AWS dan lampiran 2 berupa grafik perbandingan antara data otomatis dengan data manual. Pada grafik perbandingan suhu udara maksimum terlihat bahwa suhu udara tertinggi yang diamati oleh AWS adalah hari sabtu dan minggu yang merupakan hari libur. Begitu pula pada suhu udara maksimum yang diperoleh dengan observasi manual bahwa yang tertinggi adalah terjadi pada hari sabtu dan minggu walaupun perbedaannya tidak terlalu signifikan.hal tersebut serupa dengan garfik perbandingan pada observasi pukul 13.30 dan 17.30. Grafik suhu udara minimum, pada hari kerja cenderung lebih tinggi yang hamper serupa dengan pengamatan pada pukul 7.30.

19 Hasil analisis data rata-rata suhu udara maksimum, minimum dan tiga waktu pengamatan menujukkan bahwa aktivitas jalan raya Padjadjaran dengan indikator hari kerja dan hari libur telah mempengaruhi suhu udara yang diamati di stasiun tersebut. Hal tersebut diperkuat dengan perbedaan antara nilai rata-rata suhu udara lebih besar dari nilai ketelitian alat pengukurannya. Dengan demikian, aktivitas lalu lintas di Bogor telah mempengaruhi karakter suhu udara pada stasiun klimatologi Baranangsiang.

Dokumen terkait