• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Daya Saing Kursi Rotan dan Mebel Rotan Indonesia

Rotan berasal dari bahasa melayu yang berarti nama dari sekumpulan jenis tanaman famili Palmae yang tumbuh memanjat yang disebut Lepidocaryodidae. Lepidocaryodidae berasal dari bahasa Yunani yang berarti mencakup ukuran buah. Kata rotan dalam bahasa Melayu diturunkan dari kata raut yang berarti mengupas, menguliti, menghaluskan (Menon dalam Kalima, 1996). Rotan merupakan salah satu sumber hayati Indonesia, penghasil devisa negara yang cukup besar dengan produksi rata-rata pada tahun 2010 sebesar 690.000 ton. Sebagai negara penghasil rotan mentah terbesar, Indonesia telah memberikan sumbangan sebesar 80% kebutuhan rotan dunia. Dari jumlah tersebut 90% rotan dihasilkan dari hutan alam yang terdapat di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan sekitar 10% dihasilkan dari budidaya rotan. (Kemendag, 2013).

Secara keseluruhan nilai ekspor komoditas rotan dunia mengalami fluktuatif, dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2015 nilai tertinggi ekspor dunia terjadi pada tahun 2011 sebesar USD 559,20 juta dan terendah pada taun 2015 yaitu sebesar USD 391,87 juta. Terjadinya fluktuasi perdagangan komoditas disebabkan oleh krisis yang terjadi di eropa pada tahun 2008 karena sebagian besar konsumen dari produk rotan adalah negara-negara eropa. selain itu kebijakan pelarangan rotan mentah yang ditetapkan pemerintah Indonesia menyebakan ekspor rotan mentah besar-besaran pada tahun 2011 sehingga menyebabkan nilai ekspor pada tahun tersebut mencapai nilai tertinggi.

Indonesia dan China merupakan saingan ketat dalam industri rotan dunia, tercatat pada tahun 2007 samapi 2015 ekspor rotan Indonesia ke pasar dunia memiliki nilai ekspor yang berfluktuasi berturut-turut USD 279,93 juta, USD 202,65, USD 228,12 juta, USD 220,98, USD 193,84, USD 162,05, USD 146,49 juta, USD138,67 dan USD 122,61 juta, meskipun mengalami trend nilai ekspor yang menurun tetapi share rata-rata nilai ekspor Indonesia masih berada di atas China yaitu sebesar 38,33%. Sedangkan nilai ekspor China cenderung berfluktuatif, nilai tertinggi ekspornya tercatat pada tahun 2008 sebesar USD

217,06 juta dan terendah di tahun 2013 yaitu sebesar USD 160,06 juta. China mulai mendominasi pasar rotan dunia di tahun 2013 dan 2015, tercatat nilai ekspor China mengungguli Indonesia yaitu sebesar USD 160,06 juta dan USD 161,20 juta tetapi share rata-ratanya masih dibawah Indonesia dengan nilai 36,06%. Kondisi tersebut disebabkan karena harga produk rotan buatan China lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia, pasar internasional mengaggap produk dari China lebih berkualitas dan memiliki desain yang modern sesuai dengan trend pasar.

Tabel 3 Nilai Ekspor Total Komoditas Rotan (Juta USD).

Negara Pengekspor

Nilai Ekspor (Juta USD) Share rata- rata (%) 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Dunia 493,96 532,54 403,35 589,85 559,20 490,11 471,05 456,23 391,87 100% Indonesia 279,93 202,65 228,12 220,98 193,84 162,05 146,49 138,67 122,61 38,33 China 193,47 217,06 170,13 180,27 191,57 160,79 160,06 160,34 161,20 36,06 Lainnya 20,56 112,83 5,10 188,60 173,79 167,27 164,50 157,22 108,06 24,82

Sumber: Comtrade dan BPS (2016, diolah)

Kontribusi kedua negara mencapai lebih dari setengah ekspor rotan dunia, hal ini menunjukkan bahwa pasar rotan dunia didominasi oleh Indonesia dan China, sehingga bisa dikatakan bahwa China merupakan pesaing berat yang harus dihadapi Indonesia dalam pasar rotan di dunia. Ekspor mebel rotan Indonesia ke delapan negara pengimpor terbesar untuk kursi rotan cenderung berfluktuatif dari tahun ke tahun begitu pula dengan China, sedangkan untuk mebel rotan nilai ekspor Indonesia cenderung mengalami penurunan dan China mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat pada Grafik 3 dan Grafik 4 dibawah ini.

Grafik 3 Nilai Ekspor Kursi rotan Indonesia dan China dari Tahun 2007-2015 Ke Delapan Importir Terbesar (Juta USD)

Sumber: Uncomtrade 2016 dan BPS 2016

Komoditas kursi rotan memiliki nilai ekspor cukup tinggi pada tahun 2007 yaitu sebesar USD 106,59 juta tetapi ditahun 2008-2011 mengalami penurunan yang signifikan masing-masing USD 67,69 juta, USD 56,86 juta, USD 40,42 juta, dan USD 31,95 juta. Kemudian meningkat kembali ditahun 2012 sebesar USD 52,5 juta dan menurun lagi ditahun berikutnya yaitu sebesar USD 44,76 juta, USD 41,95 juta, dan USD 36,07 juta. China juga mengalami fluktuasi nilai ekspor untuk kursi rotan. Pada tahun 2007 nilai ekspor China sebesar USD 10,17 juta dan

0 20 40 60 80 100 120 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Nilai Ekspor Tahun Indonesia China

terus mengalami penurunan sampai tahun 2011 yang mencatatkan nilai ekspor sebesar USD 2,59 juta, kemudian meningkat kembali ditahun berikutnya sebesar USD 2,71 juta dan meningkat secara signifikan pada tahun 2015 sebesar USD 3,59 juta.

Grafik 4 Nilai Ekspor Mebel Rotan Indonesia dan China dari Tahun 2007-2015 Ke Delapan Importir Terbesar (Juta USD)

Sumber: Uncomtrade 2016 dan BPS 2016

Hal berbeda ditunjukkan oleh perdagangan mebel rotan, nilai ekspor Indonesia dari tahun 2007 sampai 2011 berfluktuasi cukup tajam. Tahun 2007 nilai ekspor sebesar USD 45,64 juta kemudian menurun menjadi USD 29,09 juta pada tahun 2009 dan meningkat drastis pada tahun 2010 sebesar menjadi USD 68,82 juta, tetapi kembali menurun saat tahun 2011 menjadi USD 55,2 juta dan terus menurun di tahun-tahun berikutnya, penurunan terbesar terjadi di tahun 2015 yang hanya menghasilkan nilai ekspor sebesar USD 17,63 juta. Ekspor China pada komoditas mebel rotan mencatatkan nilai yang kecil dibanding Indonesia yaitu sebesar USD 15,8 juta pada tahun 2007 tetapi memiliki trend yang terus meningkat dari tahun 2007 sampai tahun 2011, pada tahun 2011 nilai ekspor China meningkat tajam yaitu sebesar USD 28,08 juta dan sempat menurun pada tahun 2012 menjadi USD 25,67 juta kemudian meningkat kembali pada tahun 2013 smapi 2015 secara konsisten. Dari tahun 2012 ke tahun 2015 kenaikan nilai ekspor secara signifikan yaitu sebesar USD 41,47 juta.

Grafik diatas menunjukkan bahwa negara China lebih berfokus pada pengembangan produk mebel rotan, sehingga nilai ekspornya mampu menggungguli Indonesia di tahun 2013 sampai 2015. Sedangkan nilai ekspor Indonesia yang cenderung berfluktuasi karena pengusaha rotan Indonesia mengembangkan kedua komoditas tersebut, sehingga bahan baku yang ada terbagi untuk memproduksi masing-masing mebel rotan yaitu mebel rotan dan kursi rotan.

Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Nilai Ekspor Mebel Rotan Indonesia di Delapan Negara Tujuan Ekspor

Faktor-faktor penentu ekspor komoditas mebel rotan Indonesia di delapan negara pengimpor dianalisis menggunakan metode data panel gravity model. Model ini telah banyak dilakukan dalam berbagai analisis aliran perdagangan baik untuk menganalisis kerjasama perdagangan bilateral maupun multilateral. Dalam gravity model pada penelitian ini akan dilihat pengaruh variabel-variabel ekonomi maupun non ekonomi terhadap ekspor komoditas dari Indonesia ke negara

0 20 40 60 80 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Nilai Ekspor Tahun Indonesia China

pengekspor terbesar. Variabel-variabel independen yang diduga akan berpengaruh terhadap nilai ekspor (EX) yaitu pendapatan per kapita negara pengekspor (GDPCAPI), pendapatan per kapita negara pengimpor (GDPCAP), nilai tukar riil (ER), jarak ekonomi antar negara (DIST), harga barang (HARGA) dan kebijakan pemerintah tentang pelarangan ekspor rotan mentah (KBJKN).

Fokus utama penelitian yang menggunakan gravity model pada awalnya adalah variabel GDP dan jarak, tetapi semakin berkembangnya perdagangan dan negara-negara di dunia mulai melakukan proteksi terhadap industri dalam negerinya, maka variabel tarif dan non tarif juga menjadi semakin berpengaruh. Variabel GDP yang dalam penelitian ini menggunakan GDP per kapita menjadi cerminan dari kemampuan suatu negara untuk membayar atau mengkonsumsi barang. Variabel jarak merupakan proksi dari biaya transportasi dalam perdagangan. Pada penelitian ini jarak yang digunakan adalah jarak ekonomi yang membandingkan antara jarak geografis dengan PDB. Variabel kebijakan digunakan untuk melihat dampak pemberlakuan kebijakan pada suatu komoditas, sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai kajian dalam menentukan kebijakan yang akan diterapkan pada periode berikutnya.

Pengujian Keseuaian Model Kursi Rotan dan Mebel Rotan

Hasil uji chow menunjukan model terbaik untuk kedua komoditas yang digunakan dalam estimasi nilai ekspor mebel rotan Indonesia adalah model efek tetap (fixed effect model) dengan nilai probabilitas (0.00) yang lebih kecil dari taraf nyata lima persen. Model di estimasi menggunakan software eviews 9, model fixed effect yang digunakan diberi pembototan dengan cross section SUR yang ditampilkan pada lampiran 9 dan 10.

Tabel 4 Hasil estimasi model gravity nilai ekspor kursi rotan dan mebel rotan Indonesia dengan fixed effect model

Variabel Komoditas

Kursi Rotan Mebel Rotan

C -8,096522* -23,45230* GDPCAP 9,876350** 9,569146** GDPCAPI -2,330566** -1,060702** DIST -7,585196** -7,870022** ER -1,323929** -0,218543 HARGA 0,422221** 0,511211** KBJKN 0,332006** -0,054431 Adjusted R-squared 0,991292 0,915988 Prob(F-statistic) 0,000000 0,000000 DW stat 2,158904 2,171986

**signifikan pada taraf nyata 1% *signifikan pada taraf nyata 5%

Uji Kriteria Statistik

Uji kriteria statistik atau dapat disebut uji hipotesis dilakukan untuk melihat variabel-variabel independen yang digunakan dalam model signifikan atau tidak terhadap variabel dependennya. Uji kriteria statistik yang dilakukan antara lain uji F dan uji t. Uji F bertujuan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependennya secara keseluruhan. Uji F dapat dilihat dari besarnya Probabilitas F statistics, pada tabel 7 dan 8 menunjukkan bahwa nilai Probabilitas F statistics adalah sebesar 0.000000 lebih kecil dari taraf nyata yaitu 5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen atau variabel penjelas secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau variabel terikatnya.

Uji t bertujuan untuk mengetahui variabel independen atau variabel penjelas secara individu berpengaruh signifikan atau tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya. Pada tabel 7, dapat dilihat bahwa seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya pada taraf nyata 1%, yaitu GDP riil per kapita negara tujuan, GDP riil per kapita Indonesia, harga ekspor kursi rotan Indonesia, jarak ekonomi, nilai tukar riil dan kebijakan pelarangan ekspor rotan mentah. Sedangkan pada tabel 8, ada dua variable yang tidak signifikan yaitu nilai tukar riil dan kebijakan. Variable independen lain yaitu GDP riil per kapita negara tujuan, GDP riil per kapita Indonesia, harga ekspor mebel rotan, dan jarak ekonomi berpengaruh signifikan pada taraf nyata 1%. Uji Multikolinieritas

Multikolinearitas merupakan suatu penyimpangan asumsi karena adanya keterkaitan atau hubungan linier antar variabel bebas penyusun model. Jika terdapat hubungan maka dapat dikatakan bahwa peubah-peubah bebas tersebut berkolinearitas ganda sempurna (Juanda, 2007). Indikasi adanya multikolinearitas dapat dilihat jika dalam model yang dihasilkan terbukti signifikan secara keseluruhan pada uji-F dan memiliki nilai R-squared yang tinggi akan tetapi banyak variabel yang tidak signifikan pada uji-t. Pada hasil pengolahan data R- squared di tabel 7 nilai yang diperoleh adalah 0,99. Nilai R-squared ini menunjukkan bahwa sebesar 99% keragaman yang terdapat pada model ekspor mebel rotan Indonesia ke negara tujuan ekspor dapat dijelaskan oleh variabel- variabel yang terdapat pada model tersebut sedangkan untuk sisanya sebesar 1% dijelaskan oleh variabel lain diluar model

Nilai R-squared di tabel 8 sebesar 0,93, nilai tersebut menunjukkan bahwa sebesar 93% keragaman yang terdapat pada model ekspor mebel rotan Indonesia ke negara tujuan ekspor dapat dijelaskan oleh variabel-variabel yang terdapat pada model tersebut sedangkan untuk sisanya sebesar 1% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

Uji Normalitas

Pada panel data perlu dilakukan pengujian terhadap normal atau tidaknya error terms dengan menggunakan uji normalitas. Uji normalitas dilakukan dengan melihat nilai probabilitas yang terdapat pada histogram-normality test. Apabila nilai probabilitas Jarque-Bera lebih besar dari taraf nyata 5% maka artinya error term menyebar normal. Dari hasil uji normalitas pada lampiran 9 dan 10 dapat dilihat bahwa besarnya nilai probabilitas lebih besar daripada α (0,49 > 0.05) dan

(0,36 > 0,05), artinya error term dalam model ekspor mebel rotan Indonesia telah menyebar normal.

Uji Heteroskedastisitas

Hasil estimasi model daya saing mebel rotan Indonesia kursi rotan menunjukkan bahwa Sum Square Residual pada Weighted Statistics sebesar 63,93 lebih besar dari Sum Square Residual pada Unweighted Statistics sebesar 9,39, artinya dapat disimpulkan bahwa pada model daya saing produk olahan rotan Indonesia tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

Sedangkan hasil estimasi model daya saing mebel rotan menunjukkan bahwa Sum Square Residual pada Weighted Statistics sebesar 69,37 lebih besar dari Sum Square Residual pada Unweighted Statistics sebesar 12,64, artinya dapat disimpulkan bahwa pada model tersebut tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan melihat nilai Durbin Watson (DW). Dengan jumlah observasi 72, jumlah variabel independen sebanyak 6 dan α sebesar 5% maka diperoleh nilai Durbin-Watson tabel dengan DL sebesar 1,47 dan DU sebesar 1.76 dan Durbin-Watson stat sebesar 2,15 untuk tabel 7 dan 2,17 untuk tabel 8. Maka nilai Dw berada diatas DL < Dw < Du artinya tidak terdapat masalah autokorelasi terdapat pada model.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Daya Saing Komoditas Kursi rotan dan Mebel Rotan Indonesia di Delapan Negara Pengimpor

GDP riil negara tujuan ekspor

GDP riil negara tujuan ekspor mebel rotan menunjukkan kemampuan daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa tertentu. Berdasarkan hasil estimasi, GDP riil negara tujuan ekspor Indonesia baik kursi rotan dan mebel rotan signifikan pada taraf nyata 1%. Tanda koefisien pada variabel tersebut sesuai dengan hipotesis yaitu 9,87 dan 9,56. Nilai tersebut memberikan arti bahwa jika GDP riil negara tujuan ekspor mebel rotan Indonesia meningkat sebesar satu persen, maka nilai ekspor komoditas mebel rotan meningkat sebesar 9,87% dan 9,56% ,ceteris paribus. Pada hasil estimasi dapat diketahui bahwa variabel GDP riil negara tujuan ekspor berpengaruh signifikan pada taraf nyata 1%. Hal ini berarti bahwa variabel GDP riil negara Amerika, Jerman, Jepang, Prancis, Belanda, Inggris, Belgia, dan Italia memiliki pengaruh yang signifikan dalam memengaruhi permintaan ekspor mebel rotan Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa negara Amerika, Jerman, Jepang, Prancis, Belanda, Inggris, Belgia, dan Italia memiliki daya beli yang tinggi terhadap komoditas mebel rotan Indonesia. GDP Per kapita Indonesia

Berdasarkan hasil estimasi pada model menunjukan bahwa nilai probabilitas variabel GDP perkapita Indonesia untuk kedua model bernilai 0.0000 yang lebih kecil dari taraf nyata 1%. Hal ini menunjukan bahwa variabel GDP per kapita Indonesia berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor mebel rotan Indonesia. Variabel GDP per kapita Indonesia juga memiliki pengaruh yang negatif terhadap daya saing produk olahan rotan Indonesia terlihat dari koefisien parameter yang besarnya -2,33 dan -1,06. Hal ini menunjukan bahwa apabila terjadi peningkatan GDP per kapita Indonesia sebesar satu persen maka akan

terjadi penurunan besarnya nilai ekspor kursi rotan Indonesia sebesar 2,33% dan mebel rotan sebesar 1,06%, ceteris paribus. Pertumbuhan GDP per kapita Indonesia (pengekspor) merupakan salah satu indikator bagi ekspor mebel rotan Indonesia ke negara tujuan.

Meningkatnya GDP per kapita Indonesia dapat diartikan sebagai peningkatan daya beli rata-rata masyarakat Indonesia yang serta merta akan meningkatkan jumlah permintaan terhadap barang dan jasa dalam negeri termasuk permintaan produk olahan rotan Indonesia. Peningkatan konsumsi domestik akan mengurangi jumlah ekspor produk olahan rotan karena pada dasarnya ekspor dilakukan ketika terjadi kelebihan produksi ditingkat domestik. Produk mebel rotan Indonesia yang biasanya diperdagangkan ke luar negeri merupakan produk dengan kualitas yang lebih tinggi dari yang umum diperdagangkan di pasar domestik, namun dengan meningkatnya daya beli masyarakat domestik, produk olahan rotan dengan kualitas tinggi tersebut menjadi lebih terjangkau oleh konsumen lokal sehingga permintaannya pun akan meningkat.

Jarak Ekonomi

Jarak ekonomi menunjukkan bahwa probabilitas berpengaruh signifikan pada taraf nyata 1% di kedua model. Tanda koefisien untuk kursi rotan dan mebel rotan pada sesuai dengan hipotesis, yaitu -7,58 dan -7,87. Nilai ini menjelaskan jika jarak ekonomi Indonesia dengan negara tujuan ekspor naik satu persen maka akan terjadi penurunan besarnya permintaan ekspor komoditas kursi rotan Indonesia sebesar 7,58% dan mebel rotan Indonesia sebesar 7,87%. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis bahwa jarak ekonomi berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor komoditas mebel rotan Indonesia. Meningkatnya jarak ekonomi Indonesia dengan negara tujuan ekspor menandakan semakin jauhnya jarak yang harus ditempuh sehingga biaya transportasi untuk pengangkutan barang (biaya distribusi) semakin meningkat yang akan membawa pengaruh kepada penurunan permintaan ekspor komoditas mebel rotan Indonesia. Begitu juga sebaliknya, jika jarak ekonomi semakin kecil maka biaya transportasi pengangkutan barang (biaya ditribusi) akan berkurang yang akan berpengaruh terhadap peningkatan permintaan mebel rotan Indonesia di negara tujuan.

Nilai Tukar riil

Nilai tukar riil menunjukkan bahwa probabilitas berpengaruh signifikan pada taraf nyata 1% untuk kursi rotan tetapi tidak signifikan untuk mebel rotan karena nilai probabilitasnya di atas taraf nyata 10% yaitu sebesar 0,60. Tanda koefisien pada variable tersebut tidak sesuai dengan hipotesis, yaitu -1,32 dan - 0,21, nilai ini menjelaskan bahwa jika nilai tukar riil Indonesia terapresiasi maka hal tersebut akan menurunkan nilai ekspor mebel rotan Indonesia sebesar 1,32% untuk kursi rotan, sedangkan untuk mebel rotan nilai tukar riil tidak mempengaruhi nilai ekspornya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Omojimete (2010), Carmen (2011), dan Ginting (2013). Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa nilai tukar memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kinerja ekspor. Dalam penelitian ini penurunan nilai riil rupiah terhadap mata uang negara tujuan belum mampu dimanfaatkan oleh industri kursi rotan dan mebel rotan, karena yang seharusnya terjadi adalah terjadi peningkatan nilai ekspor dengan penurunan nilai rupiah. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Darmin Nasution dalam Ginting (2013), mengatakan bahwa depresiasi nilai tukar

terhadap dollar AS sebenarnya memiliki efek yang positif terhadap neraca berjalan Indonesia (kalau rupiah melemah maka hal tersebut akan mendorong ekspor menjadi lebih besar lagi). Namun menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sofjan Wanandi, Indonesia akan sulit meningkatkan volume ekspornya karena dipengaruhi oleh faktor intern dalam negeri. Kenaikan upah minimum provinsi (UMP), kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL), dan bahan bakar minyak secara tidak langsung akan mempengaruhi biaya produksi. Akibatnya produk-produk dalam negeri semakin sulit bersaing dengan produk-produk dari negara-negara lain di pasar internasional (Metrotvnews, 2013).

Harga Ekspor Produk Olahan Rotan Indonesia

Koefisien harga ekspor mebel rotan Indonesia ke negara tujuan menunjukan berpengaruh signifikan pada taraf nyata 1% untuk kedua model. Hal ini menunjukan bahwa variabel harga ekspor merupakan salah satu faktor yang memengaruhi nilai ekspor kursi rotan dan mebel rotan Indonesia. Nilai koefisien harga ekspor adalah 0,42 dan 0,51, artinya jika harga kursi rotan Indonesia naik sebesar 1% maka nilai ekspor mebel rotan Indonesia akan meningkat sebesar 0,42%, ceteris paribus. Hal yang sama juga berlaku untuk mebel rotan, apabila harga mebel rotan naik sebesar 1% maka nilai ekspor akan meningkat sebesar 0,51%, ceteris paribus. Pada dasarnya, peningkatan harga ekspor menggambarkan mutu dan kualitas produk olahan rotan, semakin tinggi harga ekspor mebel rotan Indonesia menandakan bahwa mutu dan kualitas produk olahan rotan Indonesia semakin baik sehingga harganya juga semakin tinggi di pasar internasional.

Kebijakan Pemerintah

Kebijakan pemerintah merupakan variable dummy yang menjelaskan apakah ada pengaruh larangan ekspor rotan mentah terhadap nilai ekspor mebel rotan Indonesia. Kebijakan memiliki koefisien positif dan signifikan untuk kursi rotan dengan koefisien 0,33, hal tersebut menunjukkan bahwa kebijakan tersebut berpengaruh dalam peningkatan nilai ekspor kursi rotan sebesar 0,33%. Sedangkan untuk mebel rotan koefisien bernilai negatif sebesar -0,05 dan tidak signifikan pada taraf 10% dengan nilai probabilitas 0,62, itu berarti kebijakan pelarangan ekspor rotan mentah tidak mempengaruhi perdagangan komoditas mebel rotan.

Dilihat secara menyeluruh, kebijakan pelarangan ekspor rotan mentah tidak terlalu mempengaruhi nilai ekspor komoditas mebel rotan dan kursi rotan, karena untuk kursi rotan sendiri peningkatannya hanya 0,33% sehingga tidak ada peningkatan signifikan dalam nilai ekspor kursi rotan, sedangkan untuk mebel rotan ada atau tidaknya kebijakan tidak mempengaruhi nilainya, sebab permintaan untuk mebel rotan diduga stabil di delapan negara tujuan ekspor tersebut.

Analisis Daya Saing dan Potensi Perdagangan Kursi Rotan dan Mebel Rotan Indonesia di Delapan Negara Pengimpor

Setelah dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor komoditas kursi rotan dan mebel rotan kemudian dilakukan analisis daya saingnya serta potensi perdagangannya. Untuk melihat apakah komoditas kursi rotan dan mebel rotan Indonesia benar-benar memiliki daya saing maka untuk analisisnya

dibandingkan dengan negara China. Nilai potensi perdagangan diperoleh dari persamaan gravity sehingga nilai potensi negara China tidak dihitung sebab peneliti tidak menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor China. Sehingga hanya keunggulan komparatif dan kompetitif saja yang dibandingkan dalam penelitian ini.

Analisis daya saing yang digunakan dalam penelitian ini adalah RCA dan EPD. RCA merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengukur daya saing komparatif suatu negara. Metode ini dapat mengetahui kinerja ekspor suatu negara untuk komoditas tertentu, apakah komoditas tersebut memiliki keunggulan komparatif yang kuat atau lemah. Nilai RCA yang lebih besar dari satu (RCA> 1) menunjukkan bahwa komoditas yang dianalisis memiliki keunggulan komparatif diatas rata-rata (dunia) atau berdaya saing yang kuat sehingga dapat dipertahankan untuk tetap melakukan ekspor ke negara tujuan ekspor.

Analisis EPD merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui keunggulan kompetitif komoditas tertentu suatu negara. Selain itu, metode EPD ini dapat menangkap gambaran umum tentang dinamika ekspor suatu komoditas. Hasil analisis EPD memperlihatkan tingkat kedinamisan pertumbuhan ekspor pada suatu periode tertentu yang dikategorikan pada empat posisi pasar yaitu rising star,falling star, lost opportunity dan retreat. Rising star merupakan posisi passer yang ideal sehingga pada posisi tersebut dapat diperoleh negara yang berpotensi untuk dijadikan tujuan ekspor komoditas mebel rotan. Posisi pasar Lost Opportunity juga dapat dijadikan tujuan ekspor komoditas mebel rotan, hanya saja pada posisi ini terjadi peningkatan permintaan ekspor tetapi negara pengekspor tidak mampu memenuhi jumlah ekspor sesuai peningkatan permintaan. Sedangkan untuk posisi Falling Star dan Retreat menunjukkan bahwa negara

Dokumen terkait