• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penduduk Kota Bogor pada tahun 2012 berjumlah 1 004 831 orang yang terdiri dari 510 844 orang laki-laki dan 493 947 orang perempuan. Jumlah penduduk Kota Bogor bertambah 37 433 orang atau meningkat sebanyak 3.87 persen pada tahun 2012 jika dibandingkan dengan tahun 2011. Berdasarkan hasil survey angkatan kerja nasional, jumlah penduduk yang bekerja pada tahun 2012 sebanyak 383 111 orang. Pada umumnya penduduk yang bekerja di Kota Bogor terserap pada lapangan pekerjaan perdagangan dan jasa-jasa. Dengan rincian sebanyak 115 406 orang bekerja pada lapangan pekerjaan perdagangan, rumah makan dan hotel serta sedangkan yang bekerja pada lapangan pekerjaan jasa-jasa terdapat sebanyak 113 108 orang.

PDRB Kota Bogor atas dasar harga konstan pada tahun 2012 mencapai jumlah 5 394 161.34 juta rupiah. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Bogor pada tahun 2012 mencapai 6.15 persen. Pada tahun 2012, investasi di Kota Bogor mampu mencapai nilai Rp. 2.6 triliun. Sementara itu, inflasi di Kota Bogor tahun 2012 sebesar 4.06 persen.

Sejak Tahun 2006 telah terjadi pergeseran perilaku sektoral dalam perekonomian Kota Bogor. Pada tahun-tahun sebelumnya sektor sekunder masih

14

mengalami LPE yang lebih tinggi daripada sektor tersier dan sektor primer, seperti pada tahun 2005. Tahun 2006 sektor tersier memiliki LPE yang lebih tinggi dibandingkan sektor sekunder dan sektor primer. Tabel 3 menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi sektor primer, sekunder dan tersier di Kota Bogor tahun 2005-2012.

Tabel 3 Laju pertumbuhan ekonomi sektor primer, sekunder dan tersier di Kota Bogor tahun 2005-2012

Sektor Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Primer 3.85 4.30 -2.28 3.17 3.17 3.14 3.21 2.73 2.14

Sekunder 6.22 6.19 5.44 5.95 5.95 5.98 6.02 5.90 5.85

Tersier 6.04 6.09 6.45 6.20 6.02 6.06 6.22 6.38 6.36

PDRB 6.10 6.12 6.03 6.09 5.98 6.02 6.14 6.19 6.15

Sumber : BPS Kota Bogor, 2013

Laju pertumbuhan ekonomi sektor primer cenderung turun dari tahun ke tahun. Sektor primer terdiri dari sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian. Lambatnya pertumbuhan sektor tersebut disebabkan karena sektor primer bukan merupakan sektor yang potensi di daerah perkotaan. Lahan pertanian di Kota Bogor tahun 2012, sebagian besar berada pada lahan bukan sawah yaitu sebesar 2 374 ha atau sekitar 76 persen. Sementara 24 persen sisanya adalah lahan sawah. Sementara untuk sektor pertambangan dan penggalian, sifatnya yang musiman dan hanya dilakukan oleh perorangan membuat pertumbuhan sektor ini tergolong sangat lambat (BPS Kota Bogor, 2013).

Pada tahun 2004 dan 2005 sektor sekunder sempat menjadi sektor yang mempunyai laju pertumbuhan ekonomi tertinggi dibandingkan dengan sektor primer dan tersier. Sektor sekunder mencakup sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, dan sektor bangunan. Sektor industri pengolahan merupakan sektor yang sangat mendominasi perekonomian Kota Bogor setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Dengan laju pertumbuhan sebesar 6.14 persen pada tahun 2012, sektor industri pengolahan menjadi penopang roda perekonomian Kota Bogor.Investasi terbesar dalam sektor indutri pengolahan terdapat pada industri tekstil dari kategori industri besar dan menengah yang mencapai 28.74 persen dari total investasi (BPS Kota Bogor, 2013).

Sektor listrik, gas dan air bersih meruapakan sektor yang memenuhi kebutuhan dasar rumah tangga. Sektor ini terus meningkat pertumbuhannya, hal tersebut dipicu oleh meningkatnya kegiatan konstruksi, industri dan niaga, serta meningkatnya perumahan di Kota Bogor. Jumlah pelanggan listrik pada tahun 2011 sebanyak 201 850 pelanggan. Jumlah pelanggan gas pada tahun 2012 mencapai 16 826 pelanggan. Sebagian besar merupakan pelanggan rumah tangga, yaitu sebesar 97 persen. Sementara itu, jumlah pelanggan air bersih terus meningkat, pada tahun 2012 pelanggan air bersih yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Pakuan mencapai 109 846 pelanggan. Sebagian besar merupakan pelanggan rumah tangga, yaitu sebesar 93.55 persen (BPS Kota Bogor, 2013).

Sejak tahun 2006 sampai tahun 2012, sektor tersier menjadi sektor dengan laju pertumbuhan ekonomi paling tinggi dibandingkan dengan sektor primer dan sekunder. Sektor tersier atau yang dikenal sebagai sektor jasa terdiri dari sektor

15 perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor ekonomi andalan Kota Bogor. Kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan yang paling dominan dalam PDRB Kota Bogor. Perkembangan sektor ini didukung oleh semakin berkembangnya sektor pariwisata Kota Bogor. Jumlah pengunjung yang semakin banyak di Kota Bogor menambah pendapatan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pada tahun 2012 perdagangan melalui ekspor barang dan jasa mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan tahun 2011. Realisasi ekspor non migas pada tahun 2012 tercatat sebesar 151.86 juta US$ atau mengalami penurunan 2.78% dibanding nilai ekspor tahun 2011 (BPS Kota Bogor, 2013).

Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 7.03 persen pada tahun 2012. Laju pertumbuhan untuk subsektor komunikasi cukup pesat, yaitu sebesar 11.51 persen pada tahun 2012. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh 8.49 persen pada tahun 2012. Subsektor yang tumbuh paling cepat pada sektor ini adalah subsektor lembaga keuangan selain bank dan subsektor sewa bangunan. Subsektor lembaga keuangan selain bank tumbuh 11.15 persen, sementara subsektor sewa bangunan tumbuh 11.24 persen pada tahun 2012. Pertumbuhan subsektor sewa bangunan dipicu oleh berkembang pesatnya pusat perbelanjaan dan ruko-ruko yang disewakan di Kota Bogor (BPS Kota Bogor, 2013).

Analisis Kontribusi Sektor dan Subsektor Ekonomi Kota Bogor

Analisis kontribusi sektor merupakan cara untuk mengetahui seberapa besar kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB Kota Bogor. Analisis ini dilakukan terhadap sembilan sektor perekonomian dalam PDRB Kota Bogor dari tahun 2006 sampai tahun 2012. Berdasarkan hasil analisis kontribusi terhadap sektor, seperti yang ditunjukkan pada tabel 2, sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor yang memberikan kontribusi dominan sebesar 28.74 persen pada tahun 2012, kemudian diikuti oleh sektor industri pengolahan sebesar 28.32 persen. Letak geografis Kota Bogor yang berdekatan dengan daerah Ibukota Jakarta membuat Kota Bogor menjadi salah satu tujuan utama warga Ibu Kota yang untuk berlibur dan berbelanja sehingga menambah pendapatan untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran yang menjadi sektor yang dominan. Lebih digalakannya agro industri dan peningkatan pelayanan jasa-jasa dan perdagangan di Kota Bogor turut andil juga dalam besarnya sumbangan sektor tersebut terhadap PDRB Kota Bogor (BPS Kota Bogor, 2012).

Sektor perdagangan, hotel dan restoran sejak tahun 2006 hingga tahun 2012 memang memiliki nilai persentase kontribusi tertinggi tetapi sektor tersebut mengalami penurunan persentase kontribusi setiap tahunnya. Kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap PDRB turun sebesar 1.41 persen dari tahun 2006 sampai tahun 2012. Sementara itu, sektor industri pengolahan mengalami peningkatan kontribusi sebesar 0.31 persen dari tahun 2006 sampai tahun 2012. Peningkatan kontribusi tertinggi dari terdapat pada sektor keuangan, persewaan dan jasa sebesar 1.51 persen dari 13.83 persen pada tahun 2006 sampai 15.33 persen pada tahun 2012.

Analisis kontribusi juga dilakukan terhadap subsektor perekonomian Kota Bogor. Subsektor yang memberikan kontribusi dominan terhadap PDRB Kota

16

Bogor adalah subsektor perdagangan besar dan eceran dengan nilai kontribusi sebesar 23.64 persen pada tahun 2012 yang disusul oleh subsektor tekstil, barang kulit dan alas kaki sebesar 21.39 persen. Subsektor perdagangan,besar dan eceran mengalami penurunan kontribusi sebesar 0.59 persen dari tahun 2006 sampai tahun 2012, sementara subsektor tekstil, barang kulit dan alas kaki mengalami peningkatan sebesar 1.12 persen. Peningkatan kontribusi tertinggi terdapat pada subsektor sewa bangunan sebesar 1.32 persen dari 4.00 persen pada tahun 2006 menjadi 5.32 pada tahun 2015. Perkembangan pesat pusat perbelanjaan dan ruko-roko yang disewakan turut mendorong peningkatan kontribusi subsektor sewa bangunan terhadap PDRB Kota Bogor. Tabel 4 menunjukkan kontribusi 28 subsektor terhadap PDRB Kota Bogor.

Tabel 4 Kontribusi masing-masing subsektor terhadap PDRB Kota Bogor tahun 2006-2012 (dalam persen)

No. Subsektor 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Δ

Kont

1 Tanaman bahan makanan 0.19 0.19 0.18 0.18 0.17 0.17 0,16 -0,03

2 Tanaman perkebunan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0,00 0,00

3 Peternakan dan hasil-hasilnya 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.07 0,07 -0,01

4 Perikanan 0.05 0.05 0.05 0.04 0.04 0.04 0,04 -0,01

5 Penggalian 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0,00 0,00

6 Makanan, minuman dan tembakau 4.01 3.82 3.65 3.48 3.31 3.15 3,00 -1,01

7 Tekstil, brg. kulit dan alas kaki 20.27 20.49 20.73 20.95 21.16 21.28 21,39 1,12

8 Brg. kayu dan hasil hutan lainnya 0.82 0.80 0.79 0.77 0.75 0.74 0,72 -0,10

9 Pupuk, kimia dan brg dari karet 2.91 2.96 3.00 3.05 3.10 3.15 3,21 0,30

10 Listrik 1.47 1.45 1.44 1.42 1.40 1.39 1,37 -0,10

11 Gas kota 1.25 1.27 1.30 1.33 1.36 1.39 1,42 0,18

12 Air bersih 0.45 0.47 0.48 0.49 0.50 0.52 0,53 0,07

13 Bangunan 7.32 7.18 7.05 6.92 6.79 6.66 6,53 -0,79

14 Perdagangan besar dan eceran 24.23 24.27 24.18 24.05 23.87 23.75 23,64 -0,59

15 Hotel 0.58 0.58 0.59 0.59 0.59 0.60 0,60 0,02

16 Restoran 5.34 5.18 5.04 4.90 4.76 4.62 4,50 -0,84

17 Angkutan rel 0.17 0.16 0.16 0.15 0.15 0.14 0,14 -0,03

18 Angkutan jalan raya 5.95 5.89 5.84 5.79 5.74 5.66 5,56 -0,38

19 Jasa penunjang angkutan 0.68 0.67 0.67 0.66 0.65 0.64 0,63 -0,05

20 Komunikasi 2.95 3.11 3.28 3.46 3.65 3.85 4,04 1,09

21 Bank 4.24 4.04 3.86 3.69 3.59 3.52 2,52 -1,72

22 Lembaga keuangan selain bank 2.43 2.57 2.72 2.87 3.04 3.18 3,33 0,90

23 Sewa bangunan 4.00 4.19 4.40 4.62 4.84 5.08 5,32 1,32

24 Jasa perusahaan 3.16 3.18 3.19 3.20 3.22 3.23 3,24 0,07

25 Pemerintahan umum 2.12 2.10 2.09 2.07 2.06 2.04 2,03 -0,09

26 Sosial kemasyarakatan 2.34 2.29 2.25 2.21 2.16 2.12 2,07 -0,27

27 Hiburan dan rekreasi 0.18 0.18 0.17 0.17 0.16 0.16 0,16 -0,02

28 Perorangan dan rumah tangga 2.82 2.83 2.84 2.85 2.86 2.87 2,87 0,05

Sumber : BPS Kota Bogor, 2013 (diolah) Keterangan :

Δ Kont = perubahan kontribusi dari tahun 2006 sampai tahun 2012

Sektor pertambangan dan penggalian dan sektor pertanian merupakan sektor dengan sumbangan terendah terhadap PDRB Kota Bogor. Subsektor dengan sumbangan terendah terhadap PDRB Kota Bogor terdapat pada subsektor tanaman perkebunan dan subsektor penggalian. Sempitnya lahan pertanian di Kota Bogor menyebabkan sektor pertanian dan subsektor didalamnya memiliki sumbangan yang kecil terhadap PDRB Kota Bogor. Sementara untuk sektor pertambangan dan penggalian, letak topografi Kota Bogor yang tidak memiliki daerah pertambangan

17 menyebabkan sumbangan sektor pertambangan dan penggalian serta subsektor didalamnya kecil terhadap PDRB Kota Bogor.

Analisis Local Quotient

Menurut Tarigan (2005), kegiatan ekonomi dikelompokkan atas kegiatan basis (sektor basis) dan kegiatan non basis (sektor non basis). Sektor basis adalah sektor yang mengekspor barang dan jasa ataupun tenaga kerja ke tempat-tempat di luar batas perekonomian daerah yang bersangkutan. Sektor nonbasis adalah sektor yang menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang bertempat tinggal di dalam batas-batas daerah itu sendiri. Sektor basis ini merupakan satu-satunya sektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan alamiahnya, karena kegiatan ini adalah kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah.

Menurut Budiharsono (2001), inti dari model ekonomi basis adalah bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut. Ekspor tersebut berupa barang-barang dan jasa, termasuk tenaga kerja. Akan tetapi dapat juga berupa pengeluaran orang asing yang berada di wilayah tersebut terhadap barang-barang tidak bergerak (immobile), seperti yang berhubungan dengan aspek geografi, iklim, peninggalan sejarah atau daerah pariwisata dan sebagainya. Sektor (industri) yang bersifat seperti ini disebut sektor basis.

Pendekatan metode Local Quotient biasanya digunakan untuk mengetahui sektor basis dan sektor non basis di suatu wilayah. Pada penelitian ini, metode LQ dipakai untuk mengetahui sektor basis dan non basis serta subsektor basis dan non basis di Kota Bogor. Perhitungan dilakukan terhadap sembilan sektor perekonomian Kota Bogor dan 28 subsektor perekonomian Kota Bogor dalam kurun waktu tahun 2006 hingga 2012. Tabel 5 menunjukkan nilai Location Quotient Kota Bogor menurut sembilan sektor PDRB Tahun 2006-2012. Analisis LQ terhadap sembilan sektor perekonomian Kota Bogor menunjukan bahwa terdapat enam sektor basis dan tiga sektor non basis. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan mempunyai nilai LQ paling tinggi sebesar 4.23 pada tahun 2012.

Tabel 5 Nilai Location Quotient (LQ) Kota Bogor menurut 9 sektor PDRB tahun 2006-2012

No. Sektor Location Quotient (LQ) Kriteria

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 Pertanian 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0,02 NB

2 Pertambangan dan penggalian 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0,00 NB

3 Industri pengolahan 0.63 0.63 0.61 0.65 0.67 0.67 0,69 NB

4 Listrik, gas, dan air bersih 1.50 1.52 1.57 1.44 1.44 1.52 1,49 B

5 Bangunan 2.29 2.20 2.11 2.04 1.85 1.69 1,55 B

6 Perdagangan, hotel, dan restoran 1.53 1.50 1.52 1.43 1.34 1.31 1,24 B

7 Pengangkutan dan komunikasi 2.25 2.20 2.37 2.31 2.14 2.00 1,91 B

8 Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 4.64 4.43 4.55 4.54 4.48 4.29 4,23 B

9 Jasa-jasa 1.06 1.08 1.10 1.10 1.07 1.05 1,02 B

Sumber: BPS Kota Bogor dan Provinsi Jawa Barat, 2013 (diolah) Keterangan:

18

Tabel 5 hanya menggambarkan keadaan sembilan sektor di Kota Bogor, sehingga hasil yang diperoleh tidak dapat diartikan bahwa seluruh subsektor yang termasuk dalam keenam sektor basis tersebut merupakan subsektor basis di Kota Bogor. Begitu pula halnya dengan sektor lainnya yang non basis, tidak dapat pula diartikan bahwa seluruh subsektor pada sektor tersebut adalah non basis. Tabel 6 menunjukkan hasil perhitungan LQ terhadap 28 subsektor dalam perekonomian Kota Bogor.

Tabel 6 Nilai Location Quotient (LQ) Kota Bogor menurut 28 subsektor PDRB tahun 2006-2012

No. Subsektor Location Quotient (LQ) Kriteria

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 Tanaman bahan makanan 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0,02 NB

2 Tanaman perkebunan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0,00 NB

3 Peternakan dan hasil-hasilnya 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.05 0,05 NB

4 Perikanan 0.07 0.08 0.07 0.06 0.06 0.06 0,06 NB

5 Penggalian 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0,01 NB

6 Makanan, minuman dan tembakau 0.75 0.73 0.77 0.72 0.74 0.70 0,69 NB 7 Tekstil, brg. kulit dan alas kaki 1.90 1.97 2.20 2.42 2.75 2.81 2,97 B

8 Brg. kayu dan hasil hutan lainnya 1.34 1.37 1.44 1.28 1.52 1.65 1,82 B

9 Pupuk, kimia dan brg dari karet 0.60 0.58 0.76 0.79 0.96 0.96 1,04 B

10 Listrik 0.81 0.80 0.84 0.79 0.76 0.78 0,75 NB

11 Gas kota 8.17 8.62 6.40 4.06 4.64 5.40 5,51 B

12 Air bersih 3.42 3.44 3.58 3.74 3.71 3.84 3,85 B

13 Bangunan 2.29 2.20 2.11 2.04 1.85 1.69 1,55 B

14 Perdagangan besar dan eceran 1.43 1.40 1.43 1.33 1.25 1.22 1,15 B

15 Hotel 1.42 1.41 1.33 1.26 1.12 1.35 1,31 B

16 Restoran 2.31 2.36 2.33 2.32 2.21 2.09 1,97 B

17 Angkutan rel 1.73 2.03 2.05 2.09 1.79 1.75 1,94 B

18 Angkutan jalan raya 2.48 2.48 2.70 2.58 2.59 2.41 2,34 B

19 Jasa penunjang angkutan 3.23 3.62 3.73 3.68 3.31 2.99 2,86 B

20 Komunikasi 2.17 1.97 2.13 2.14 1.92 1.75 1,78 B

21 Bank 6.15 4.26 3.75 3.45 3.21 2.87 1,91 B

22 Lembaga keuangan selain bank 6.98 6.47 6.76 7.03 7.74 7.91 8,18 B

23 Sewa bangunan 2.73 3.15 3.57 3.80 3.79 3.78 3,89 B

24 Jasa perusahaan 6.62 6.67 7.07 6.69 6.57 6.16 6,10 B

25 Pemerintahan umum 0.55 0.56 0.59 0.59 0.62 0.65 0,68 NB

26 Sosial kemasyarakatan 4.44 4.16 4.10 4.15 3.89 3.72 3,52 B

27 Hiburan dan rekreasi 2.19 2.16 1.98 1.82 1.66 1.50 1,38 B

28 Perorangan dan rumah tangga 1.09 1.15 1.13 1.13 1.01 0.93 0,86 NB

Sumber: BPS Kota Bogor dan Provinsi Jawa Barat, 2013 (diolah) Keterangan:

B: Basis NB: Non Basis

Analisis terhadap 28 subsektor dalam perekonomian Kota Bogor menunjukkan terdapat 19 subsektor basis dan sembilan subsektor non basis. Subsektor yang mempunyai nilai LQ tertinggi terdapat pada subsektor lembaga keuangan selain bank dengan nilai 8.18 pada tahun 2012.

Sektor primer seperti sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor non basis yang subsektor didalamnya pun bukan termasuk subsektor basis. Sektor primer mengalami penurunan laju pertumbuhan ekonomi sejak tahun 2006 hingga tahun 2012. Sektor ini memberikan kontribusi lebih kecil dibandingkan sektor sekunder dan sektor tersier. Hal ini disebabkan lebih digalakannya agro industri dan peningkatan pelayanan jasa-jasa dan perdagangan di Kota Bogor.

19 Analisis Shift Share

Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kota Bogor Tahun 2006-2012 Analisis Shift Share terdiri dari tiga komponen yaitu komponen pertumbuhan regional (PR), komponen pertumbuhan proporsional (PP) dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Komponen pertumbuhan regional merupakan pengaruh pertumbuhan perekonomian Provinsi Jawa Barat sektor i di Kota Bogor. Pertumbuhan Proporsional (PP) menggambarkan tentang kecepatan pertumbuhan. Semakin tinggi nilai positif PP maka semakin cepat pertumbuhannya. Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) memberikan gambaran tentang daya saing. Semakin tinggi nilai PPW maka semakin tinggi daya saingnya. Hasil analisis shift share sembilan sektor perekonomian Kota Bogor tahun 2006 sampai 2012 dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7 Analisis shift share 9 sektor perekonomian Kota Bogor tahun 2006-2012 (juta rupiah)

No. Sektor PRij PPij PPWij

1 Pertanian 5 133.14 -2 662.93 -102.08

2 Pertambangan dan penggalian 48.42 -55.14 -7.71

3 Industri pengolahan 441 232.07 -113 350.53 140 210.48

4 Listrik, gas, dan air bersih 49 969.59 9 408.02 -264.27

5 Bangunan 115 265.66 122 880.87 -162 826.51

6 Perdagangan, hotel, dan restoran 474 896.12 290 396.31 -355 230.07

7 Pengangkutan dan komunikasi 153 453.44 131 547.21 -94 385.81

8 Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 217 830.07 159 633.29 -73 365.53

9 Jasa-jasa 117 553.70 -3 932.50 -11 437.65

Total 1 575 382.19 342 869.90 -557 409.16

Sumber: BPS Kota Bogor dan Provinsi Jawa Barat, 2013 (diolah)

Pengaruh pertumbuhan perekonomian Provinsi Jawa Barat mampu menambah pertumbuhan perekonomian Kota Bogor sebesar Rp. 1 575 382.19 juta. Nilai PR tertinggi terdapat pada sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp. 474 896.12 juta, yang berarti apabila terjadi perubahan kebijakan Provinsi Jawa Barat atau pertumbuhan Provinsi Jawa Barat maka sektor yang paling terpengaruh adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sementara sektor yang paling kecil terpengaruh oleh perubahan kebijakan Provinsi Jawa Barat atau pertumbuhan Provinsi Jawa Barat adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp 48.42 juta.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran juga memiliki nilai PP tertinggi dengan jumlah Rp. 290 396.31 juta tetapi mempunyai nilai PPW yang paling rendah dengan nilai negatif Rp. 355 320.07 juta. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran mempunyai pertumbuhan yang cepat dibandingkan dengan sektor lain di Kota Bogor tetapi memiliki daya saing yang kurang baik dibandingkan dengan sektor yang sama di daerah lain pada wilayah Provinsi Jawa Barat. Sementara itu, sektor industri pengolahan memiliki nilai PP yang paling rendah, yaitu negatif Rp. 113 350.53 juta tetapi memiliki nilai PPW yang paling tinggi dengan nilai Rp. 140 210.48 juta. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan mempunyai pertumbuhan yang lambat dibandingkan dengan sektor lain di Kota Bogor tetapi mempunyai daya saing yang baik dibandingkan dengan sektor yang sama di daerah lain pada wilayah Provinsi Jawa Barat.

20

Analisis shift share juga dilakukan terhadap 28 subsektor perekonomian Kota Bogor. Tabel 8 menunjukkan hasil analisis shift share 28 subsektor perekonomian Kota Bogor tahun 2006-2012 dalam juta rupiah.

Tabel 8 Analisis shift share 28 subsektor perekonomian Kota Bogor tahun 2006-2012 (juta rupiah)

No. Subsektor PRij Ppij PPWij

1 Tanaman bahan makanan 3 009.88 -1 325.45 -125.04

2 Tanaman perkebunan 6.68 -3.08 -0.70

3 Peternakan dan hasil-hasilnya 1 331.74 -1 215.78 534.78

4 Perikanan 784.84 -148.33 -481.40

5 Penggalian 48.42 -27.10 -35.75

6 Makanan, minuman dan tembakau 63 242.32 -39 934.62 -13 299.85

7 Tekstil, brg. kulit dan alas kaki 319 324.65 -352 712.24 420 706.67 8 Brg. kayu dan hasil hutan lainnya 12 880.39 -15 570.60 10 410.95

9 Pupuk, kimia dan brg dari karet 45 784.72 -56 520.62 73 780.26

10 Listrik 23 184.47 279.93 -5 241.75

11 Gas kota 19 622.85 46 180.26 -36 258.99

12 Air bersih 7 162.27 857.79 3 326.52

13 Bangunan 115 265.66 122 880.87 -162 826.51

14 Perdagangan besar dan eceran 381 667.96 268 965.41 -291 768.08

15 Hotel 9 154.15 3 863.04 -2 472.41

16 Restoran 84 074.01 -3 273.65 -40 148.08

17 Angkutan rel 2 620.87 -2 434.89 832.70

18 Angkutan jalan raya 93 663.48 -3 462.22 -15 077.69

19 Jasa penunjang angkutan 10 759.41 1 406.41 -4 118.90

20 Komunikasi 46 409.69 106 582.15 -46 516.16

21 Bank 66 757.80 207 262.49 -298 447.48

22 Lembaga keuangan selain bank 38 245.05 22 206.07 27 428.40

23 Sewa bangunan 62 982.55 -14 516.97 87 269.89

24 Jasa perusahaan 49 844.67 18 900.48 -13 835.09

25 Pemerintahan umum 33 350.01 -26 342.08 22 243.08

26 Sosial kemasyarakatan 36 908.43 14 484.90 -28 154.00

27 Hiburan dan rekreasi 2 839.78 3 546.83 -4 814.15

28 Perorangan dan rumah tangga 44 455.48 42 940.94 -39 275.68

Total 1 575 382.19 342 869.90 -557 409.16

Sumber: BPS Kota Bogor dan Provinsi Jawa Barat, 2013 (diolah)

Subsektor perdagangan besar dan eceran memiliki nilai PR paling besar yaitu Rp. 381 667.96 juta. Hal ini berarti apabila terjadi perubahan kebijakan Provinsi Jawa Barat atau pertumbuhan Provinsi Jawa Barat maka subsektor yang paling terpengaruh adalah subsektor perdagangan besar dan eceran. Sementara subsektor yang paling kecil terpengaruh oleh perubahan kebijakan Provinsi Jawa Barat atau pertumbuhan Provinsi Jawa Barat adalah subsektor tanaman perkebunan sebesar Rp 6.68 juta.

Subsektor perdagangan besar dan eceran mempunyai nilai PP tertinggi dengan jumlah Rp. 268 965.41 juta, tetapi mempunyai nilai PPW negatif sebesar 291 768.08 juta. Hal tersebut menggambarkan bahwa subsektor perdagangan besar dan eceran mempunyai pertumbuhan yang cepat dibandingkan dengan pertumbuhan subsektor lain di Kota Bogor tetapi mempunyai daya saing yang kurang baik dibandingkan dengan subsektor yang sama di daerah lain pada wilayah Provinsi Jawa Barat. Terdapat 342 perusahaan perdagangan formal di Kota Bogor pada tahun 2012.

Subsektor tekstil, barang kulit dan alas kaki mempunyai nilai PP terendah dengan jumlah negatif Rp. 352 712.24 juta tetapi mempunyai nilai PPW tertinggi

21 dengan jumlah Rp 420 706.67 juta. Hal tersebut menunjukkan bahwa subsektor tekstil, barang kulit dan alas kaki mempunyai pertumbuhan yang lambat dibandingkan dengan pertumbuhan subsektor lain di Kota Bogor tetapi mempunyai daya saing yang baik dibandingkan dengan subsektor yang sama di daerah lain pada wilayah Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 2012 di Kota Bogor terdapat 28 unit usaha industri tekstil besar dan menengah, 91 unit usaha industri tekstil kecil formal dan 160 unit usaha industri tekstil kecil non formal. Sementara untuk industri kulit, terdapat 2 unit usaha industri kulit besar dan menengah, 75 unit usaha industri kulit kecil formal dan 337 unit usaha industri kulit kecil non formal.

Nilai PPW yang paling rendah dimiliki oleh subsektor bank dengan nilai negatif Rp. 298 447.48 juta, yang berarti subsektor bank mempunyai daya saing yang kurang baik dibandingkan dengan subsektor yang sama di daerah lain pada wilayah Provinsi Jawa Barat. Walaupun mempunyai daya saing yang kurang baik, subsektor bank mempunyai pertumbuhan yang cepat dibandingkan dengan pertumbuhan subsektor lain di Kota Bogor, hal tersebut ditunjukkan dengan nilai PP yang tertingi setelah subsektor perdagangan besar dan eceran. Terdapat 43 bank di Kota Bogor pada tahun 2012 dengan jumlah kantor sebanyak 125 unit.

Profil Pertumbuhan Sektor dan Subsektor Perekonomian Kota Bogor

Profil pertumbuhan sektor dan subsektor perekonomian Kota Bogor pada tahun 2006-2012 dapat dilihat dengan bantuan empat kuadran yang terdapat pada garis bilangan. Nilai yang terdapat pada empat kuadran tersebut diperoleh dari nilai presentase pertumbuhan proporsional (PP) dan nilai presentase pertumbuhan pangsa wilayah (PPW).

Berdasarkan empat kuadran yang berada dalam profil pertumbuhan menurut sembilan sektor perekonomian, tidak ada satupun sektor yang terdapat pada kuadran I. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada satupun sektor dari sembilan sektor perekonomian di Kota Bogor yang mempunyai pertumbuhan cepat dalam perekonomian Kota Bogor sekaligus mempunyai daya saing yang baik dibandingan dengan sektor yang sama di daerah lain pada wilayah Provinsi Jawa Barat. Terdapat lima sektor yang berada pada kuadran II, yaitu sektor listrik, gas dan air bersih, sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor bangunan. Sektor yang berada pada kuadran II berarti mempunyai pertumbuhan yang cepat dibandingan dengan sektor lainnya di Kota Bogor tetapi mempunyai daya saing yang kurang baik dibandingkan dengan sektor yang sama di daerah lain pada wilayah Provinsi Jawa Barat.

Pada kuadran III terdapat 3 sektor, yaitu sektor jasa-jasa, sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian. Sektor yang terdapat pada kuadran ini mempunyai pertumbuhan sektor yang lambat dibandingkan dengan sektor lain dalam perekonomian Kota Bogor dan juga mempunyai daya saing yang kurang baik dibandingkan dengan sektor yang sama di daerah lain pada wilayah Provinsi Jawa Barat. Sementara pada kuadran IV hanya terdapat satu sektor, yaitu sektor industri pengolahan. Sektor industri pengolahan mempunyai pertumbuhan yang lambat jika dibandingkan dengan sektor lain dalam perekonomian Kota Bogor tetapi mempunyai daya saing yang baik dibandingkan dengan sektor yang sama di daerah lain dalam wilayah Provinsi Jawa Barat. Gambar 3 menunjukkan profil pertumbuhan perekonomian Kota Bogor berdasarkan sembilan sektor ekonomi.

22

Gambar 3 Profil pertumbuhan perekonomian Kota Bogor berdasarkan 9 sektor Selain berdasarkan sembilan sektor perekonomian, profil pertumbuhan perekonomian Kota Bogor juga dapat dilihat berdasarkan 28 subsektor perekonomian. Subsektor air bersih dan subsektor lembaga keuangan selain bank berada pada kuadran I. Dengan nilai pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah yang positif, kedua subsektor tersebut memiliki pertumbuhan yang cepat dan memiliki daya saing yang lebih baik dibandingkan dengan subsektor yang sama di daerah lain dalam Provinsi Jawa Barat.

Pada kuadran II terdapat 12 subsektor. Subsektor pada kudaran II memiliki pertumbuhan yang cepat dalam perekonomian Kota Bogor tetapi memiliki daya saing yang kurang baik apabila dibandingkan dengan subsektor yang sama di daerah lain dalam Provinsi Jawa Barat. Tujuh subsektor terdapat pada kuadran III. Subsektor pada kuadran ini memiliki pertumbuhan yang lambat dalam

Dokumen terkait