• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Singkat Telkomsel

Telkomsel merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa pelayanan Telekomunikasi di Indonesia yang berbasis GSM. Telkomsel didirikan pada tahun 1995 sebagai wujud semangat inovasi untuk mengembangkan telekomunikasi Indonesia yang terdepan. Perusahaan ini menguasai pangsa pasar yang ada sebesar 48%, hal ini yang menjadikan Telkomsel sebagai pemimping pangsa pasar dalam meraih pelanggan di tahun 2013. Telkomsel merupakan kepanjangan dari Telekomunikasi Selular dengan produk-produknya yaitu kartu AS, simPATI dan kartu HALO.

Telkomsel menjadi pelopor untuk teknologi telekomunikasi selular di Indonesia, termasuk yang pertama meluncurkan layanan roaming internasional dan layanan 3G di Indonesia. Telkomsel merupakan operator yang pertama kali melakukan ujicoba jaringan pita lebar LTE. Telkomsel juga menjadi pelopor dalam penggunaan energi terbarukan untuk menara-menara Base Transceiver Station (BTS) di kawasan Asia. Telkomsel terus mengembangkan layanan telekomunikasi seluler untuk mengukuhkan posisi sebagai penyedia layanan gaya hidup seluler, a truly mobile lifestyle.

Telkomsel berupaya untuk terus mempertahankan dan mengembangkan pangsa pasar yang telah dimilikinya saat itu salah satunya dengan cara peningkatan bauran produk. Keanekaragaman produk, kekuatan merek, kualitas dan layanan merupakan bagian yang harus tetap diperhatikan oleh Telkomsel dalam menjaga agar pangsa pasar yang ada saat ini tetap bisa dipertahankan dan ditingkatkan lagi.

16

Visi dan Misi Telkomsel

Visi dari Telkomsel adalah adalah penyedia layanan mobile lifestyle terbaik di Indonesia (The best mobile lifestyle provider in religion).

Misi dari Telkomsel adalah memberikan pelayanan dan solusi komunikasi yang sesuai dengan harapan customer, memberikan nilai tambah pada stakeholder

dan memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi bangsa. (Deliver mobile life style – service and solution in excellent way that exceed customer expectation, create value for all stakeholders, and the economic development for nation)

Profil Responden

Kuesioner disebarkan kepada 100 responden remaja SLTA Kota Bogor pengguna kartu perdana dari berbagai merek. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 58%, sedangkan sisanya konsumen laki-laki yang berjumlah 42%. Data responden berdasarkan jenis kelaminnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Data jenis kelamin responden

Hasil penelitian mengenai besarnya uang saku remaja SLTA Kota Bogor menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki uang saku sebesar Rp400 001

– Rp500 000 setiap bulan atau jika dibagi dalam hitungan hari rata-rata remaja SLTA Kota Bogor mendapatkan uang sebesar Rp15 000 – Rp19 000 setiap harinya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat uang saku remaja SLTA Kota Bogor masih dinilai cukup wajar. Secara lengkap data mengenai jumlah responden berdasarkan besarnya uang saku dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Data uang saku setiap bulan

No Uang saku Total (%)

1. <Rp300 000 18 2. Rp300 001 – Rp400 000 24 3. Rp400 001 – Rp500 000 37 4. Rp500 001 – Rp600 000 17 5. Rp600 001 – Rp700 000 4 Total 100

Hasil penelitian mengenai besarnya belanja pulsa remaja SLTA Kota Bogor menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki belanja pulsa sebesar

Rp25 001 – Rp50 000 setiap bulan atau jika dibagi dalam hitungan hari rata-rata remaja SLTA Kota Bogor membelanjakan pulsanya sebesar Rp800 – Rp1 700 setiap harinya. Secara lengkap data mengenai jumlah responden berdasarkan besarnya belanja pulsa dapat dilihat pada Tabel 4.

No Jenis Kelamin Total (%)

1. Laki-Laki 42

2. Perempuan 58

17

Tabel 4 Data belanja pulsa setiap bulan

No Belanja Pulsa Total (%)

1. <Rp 10 000 12 2. Rp 10 001 – Rp 25 000 22 3. Rp 25 001 – Rp 50 000 39 4. Rp 50 001 – Rp 100 000 23 5. >Rp 100 000 4 Total 100

Hubungan antara besarnya uang saku dengan belanja pulsa remaja SLTA Kota Bogor dapat disimpulkan bahwa, besarnya belanja pulsa tiap bulan tidak sampai 10% dari besarnya uang saku yang diterima. Artinya bahwa kebutuhan akan belanja pulsa remaja SLTA Kota Bogor masih kurang, yang memungkinkan uang saku tersebut digunakan untuk keperluan lain yang lebih penting.

Hasil penelitian mengenai merek kartu perdana yang digunakan remaja SLTA Kota Bogor saat ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menggunakan produk kartu perdana Tri, berbeda pada fakta tinjauan yang ada bahwa Telkomsel merupakan pemimpin pasar dalam industri telekomunikasi di Indonesia. Hal ini yang menjadi perhatian penting khususnya pihak Telkomsel untuk menjaga konsumen yang loyal dan mendapatkan konsumen baru agar tetap menjadi pemimpin pasar dalam persaingan untuk segmen nasional. Secara lengkap data mengenai jumlah responden berdasar kartu perdana yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Data pengguna kartu perdana remaja SLTA Kota Bogor

No Kartu Perdana yang Digunakan Total (%)

1. Telkomsel 8 2. Indosat 31 3. XL 17 4. Tri 33 5. SmartFren 1 6. Axis 10 Total 100

Rata-rata uang saku remaja SLTA Kota Bogor berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa, uang saku remaja SLTA berjenis kelamin perempuan lebih besar dari uang saku laki-laki walaupun besarnya tidak terlalu signifikan yaitu rata-rata uang saku perempuan sebesar Rp415 500 dan laki-laki sebesar

Rp414 000, hal ini menunjukkan bahwa besaran pengeluaran uang saku perempuan lebih banyak dari laki-laki. Secara lengkap rata-rata uang saku remaja SLTA Kota Bogor berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Rata-rata uang saku remaja SLTA Kota Bogor berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin Uang saku Rata-rata <Rp300 000 Rp300 001-Rp400 000 Rp400 001- Rp500 000 Rp500 001- Rp600 000 Rp600 001-Rp700 000 Perempuan 12 12 20 12 2 Rp415 500 Laki-Laki 6 12 17 5 2 Rp414 000

Rata-rata belanja pulsa remaja SLTA Kota Bogor berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa belanja pulsa remaja SLTA berjenis kelamin perempuan sebesar Rp39 000 dan laki-laki sebesar Rp42 000 setiap bulannya. Hal ini

18

menunjukkan bahwa besaran belanja pulsa laki-laki lebih besar dari belanja perempuan. Secara lengkap rata-rata uang belaja pulsa remaja SLTA Kota Bogor berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Rata-rata belanja pulsa remaja SLTA Kota Bogor berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Belanja pulsa Rata-rata <Rp10 000 Rp10 001- Rp25 000 Rp25 001- Rp50 000 Rp50 001-Rp100 000 >Rp100 000 Perempuan 7 14 23 11 3 Rp39 000 Laki-Laki 5 8 16 12 1 Rp42 000

Hubungan antara uang saku dan belanja pulsa remaja siswa SLTA Kota Bogor menunjukkan bahwa walaupun uang saku perempuan lebih besar dari uang saku laki-laki tetapi pada kenyatannya belanja pulsa laki-laki lebih besar dari perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan akan belanja pulsa laki-laki lebih besar dari pada perempuan, dapat dimungkinkan bahwa besarnya uang saku perempuan lebih besar untuk keperluan sehari-hari dari pada keperluan laki-laki. Jika dihitung besarnya belanja pulsa laki-laki sebesar 10.1%, berbeda dengan belanja pulsa perempuan yang hanya sebesar 9.4% . Hal ini akan menjadi bagian yang potensial dimana perempuan yang memiliki uang saku yang besar tetapi belanja pulsa yang relatif kecil dibanding laki-laki sehingga Telkomsel dapat lebih mengembangkan produk-produknya untuk dapat dinikmati oleh kalangan perempuan.

Tabulasi Silang

Tabulasi silang dilakukan antara masing-masing karakteristik responden yang satu dengan yang lainnya dan juga antara karakteristik responden dengan faktor pendorong perpindahan kartu perdana dan penilaian terhadap produk Telkomsel. Pada tabulasi silang yang diolah dengan menggunakan SPSS dapat dilihat hubungan antar karakteristik dengan melihat nilai chi-square hitung lebih besar daripada chi-square tabel maka dapat dikatakan tolak Ho, dimana Ho tidak ada hubungan antara baris dan kolom.

Hubungan baris dan kolom dapat dilihat melalui nilai Asymp Sig. (2-sided)

dimana bila nilai chi-square test menampilkan hasil kurang dari 0.05 maka asumsi ditolak, yang artinya ada hubungan antara baris dan kolom. Pengolahan tabulasi silang pada penelitian ini hanya dilakukan pada beberapa karakteristik konsumen yang dianggap mempengaruhi.

Keterkaitan Antara Uang Saku Dengan Belanja Pulsa.

Berdasarkan data yang diperoleh terlihat bahwa tidak ada kecenderungan antara uang saku dengan belanja pulsa. Keterkaitan antara uang saku dan belanja pulsa relatif menyebar. Artinya bahwa berapapun besar uang saku remaja siswa SLTA Kota Bogor tidak mempengaruhi besarnya belanja pulsa. Besarnya uang saku siswa SLTA Kota Bogor mayoritas memiliki uang saku sebesar Rp400 000 –

19 Bogor mayoritas terbanyak pada rentang Rp25 000 – Rp100 000. Tabel 8 berdasarkan hipotesis awal tidak ada keterkaitan antara uang saku dengan uang belanja pulsa.

Tabel 8 Keterkaitan antara uang saku dengan belanja pulsa.

Hasil tabulasi silang keterkaitan antara uang saku dengan belanja pulsa didapatkan nilai Asymp. Sig. pada uji chi-square sebesar 0.466 yang berarti H0

diterima, tidak ada keterkaitan antara uang saku dengan belanja pulsa.

Keterkaitan Antara Kartu Perdana Dengan Harapan Kualitas Sinyal.

Hasil dari tabulasi silang antara kartu perdana dengan harapan kualitas sinyal menujukkan bahwa secara umum seluruh kartu perdana menginginkan adanya perbaikan dalam kualitas sinyal yang ada. Artinya bahwa remaja siswa SLTA Kota Bogor merasakan sinyal yang ada saat ini masih belum sesuai dengan harapan konsumen. Tabel 9 berdasarkan hipotesis awal tidak ada pengaruh antara kartu perdana dengan harapan dengan kualitas sinyal.

Tabel 9 Keterkaitan antara kartu perdana dengan harapan kualitas sinyal

Seluruh konsumen Telkomsel memiliki harapan akan adanya perbaikan dalam kualitas sinyal, hal ini terlihat dari hasil tabulasi silang yang menunjukkan bahwa seluruh konsumen menyatakan setuju dan sangat setuju. Artinya bahwa jangkauan sinyal Telkomsel yang dirasakan remaja siswa SLTA Kota Bogor masih kurang. Berbeda dengan Indosat XL, Tri dan Axis walaupun konsumen memiliki harapan yang sama akan kualitas sinyal yang kuat tetapi ada konsumen yang telah merasakan kepuasan akan kualitas sinyal yang ada saat ini walaupun dalam jumlah yang kecil. Hal ini dapat disimpulkan bahwa seluruh kartu perdana harus lebih fokus terhadap perbaikan kualitas sinyal yang ada di Kota Bogor. Bagi pihak Telkomsel diharapkan adanya perbaikan seperti menambah jumlah tower yang ada dan memperbaiki jaringan sehingga harapan dari pelanggan dapat dipenuhi dan pelanggan tidak beralih ke produk-produk kartu perdana lainnya.

Uang saku Belanja pulsa (%) Total (%) <Rp10 000 Rp10 001 Rp25 000 Rp25 001- Rp50 000 Rp50 001– Rp100 000 >Rp 100 000 <Rp300 000 4 4 8 1 1 18 Rp300 001-Rp 400 000 4 6 9 4 1 24 Rp400 001-Rp500 000 4 8 15 9 1 37 Rp500 001-Rp600000 0 3 7 6 1 17 Rp600 001-Rp700 000 0 1 0 3 0 4 Total 12 22 39 23 4 100 Kartu Perdana Kualitas Sinyal (%) Total (%) Sangat Tidak Setuju Tidak

Setuju Netral Setuju

Sangat Setuju Telkomsel 0 0 0 2 6 8 Indosat 1 2 7 9 12 31 XL 1 1 3 10 2 17 Tri 0 1 6 16 10 33 SmartFren 0 0 0 1 0 1 Axis 0 1 4 4 1 10 Total 2 5 20 42 31 100

20

Hasil tabulasi silang keterkaitan antara kartu perdana dengan kualitas sinyal yang kuat didapatkan nilai Asymp. Sig. pada uji chi-square sebesar 0.376 yang berarti tidak ada pengaruh antara kartu perdana dengan harapan kualitas sinyal.

Keterkaitan Antara Kartu Perdana Dengan Harapan Kualitas Internet.

Berdasarkan data yang diperoleh terlihat bahwa tidak ada kecenderungan antara kartu perdana dengan harapan kualitas internet yang cepat. Seluruh data tersebar secara merata akan tetapi mayoritas menginginkan adanya perbaikan dalam mengakses internet. Seluruh kartu perdana mayoritas memiliki harapan akan adanya kualitas dalam mengakses internet. Artinya bahwa keadaan yang dialami remaja siswa SLTA Kota Bogor saat ini dalam mengakses internet masih tidak sesuai dengan harapan konsumen. Tabel 10 berdasarkan hipotesis awal tidak ada pengaruh antara kartu perdana dengan harapan dalam kualitas internet.

Tabel 10 Keterkaitan antara kartu perdana dengan harapan kelancaran mengakses internet

Seluruh konsumen Telkomsel memiliki harapan akan adanya perbaikan dalam kualitas pelayanan internet, hal ini terlihat dari hasil tabulasi silang yang menunjukkan bahwa seluruh konsumen menyatakan setuju dan sangat setuju. Artinya bahwa Telkomsel masih dinilai kurang oleh remaja siswa SLTA Kota Bogor mengenai kelancaran dalam kualitas internet. Berbeda dengan Indosat, XL dan Tri walaupun konsumen memiliki harapan yang sama akan adanya perbaikan dalam kualitas internet tetapi ada konsumen yang telah merasakan kepuasan akan kelancaran dalam mengakses internet walaupun sedikit jumlahnya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa seluruh kartu perdana harus memperhatikan akses dalam pelayanan internet yang ada di Kota Bogor. Tidak hanya memperhatikan dalam aspek kualitas sinyal saja akan tetapi Telkomsel juga harus memperhatikan pelayanan dalam kualitas internet yang cepat agar konsumen tetap loyal dan dapat meraih konsumen baru.

Hasil tabulasi silang keterkaitan antara kartu perdana dengan kelancaran dalam kualitas internet didapatkan nilai Asymp. Sig. pada uji chi-square sebesar 0.857 yang berarti H0 diterima, tidak ada pengaruh kartu perdana dengan harapan kelancaran dalam kualitas internet.

Keterkaitan Antara Kartu Perdana Dengan Keinginan Untuk Berpindah.

Hasil dari tabulasi silang antara kartu perdana dengan keinginan untuk berpindah ke merek lain didapatkan hasil bahwa 82 % konsumen menyatakan tidak ingin berpindah dan 18 % menyatakn ingin berpindah. Secara umum seluruh konsumen tidak ingin berpindah ke kartu perdana lain atau tetap bertahan di kartu

Kartu Perdana Kualitas internet (%) Total (%) Sangat Tidak Setuju Tidak

Setuju Netral Setuju

Sangat Setuju Telkomsel 0 0 0 5 3 8 Indosat 1 0 6 15 9 31 XL 1 1 1 10 4 17 Tri 1 1 7 15 9 33 SmartFren 0 0 0 1 0 1 Axis 0 1 4 4 1 10 Total 3 3 18 50 26 100

21 perdana yang digunakan saat ini. Tabel 11 berdasarkan hipotesis awal tidak ada hubungan antara kartu perdana dengan keinginan untuk berpindah.

Tabel 11 Keterkaitan antara kartu perdana dengan keinginan untuk berpindah

Berdasarkan hasil yang diperoleh didaptkan bahwa seluruh pelanggan XL dan SmartFren menyatakan untuk tidak ingin berpindah ke merek lain. Hal ini menunjukkan bahwa pelanggan XL dan SmartFren memiliki pelanggan yang loyal lebih tinggi dari yang lain. Artinya bahwa produk XL dan SmartFren yang dirasakan oleh remaja SLTA Kota Bogor sudah sesuai dengan harapan yang diinginkan. Bagi pihak Telkomsel, perlu adanya perbaikan bauran produk yang tepat terhadap produk-produk yang ada saat ini dan perlu memperhatikan keunggulan dari produk-produk pesaing seperti XL dan SmartFren yang memiliki pelanggan loyal terbesar.

Hasil tabulasi silang keterkaitan antara kartu perdana dengan keinginan untuk berpindah didapatkan nilai Asymp. Sig. pada uji chi-square sebesar 0.238 yang berarti H0 diterima, tidak ada hubungan antara kartu perdana dengan keinginan untuk berpindah.

Keterkaitan Antara Belanja Pulsa Dengan Faktor Harga.

Hasil tabulasi silang antara belanja pulsa dengan faktor harga menunjukkan bahwa faktor harga tidak mempengaruhi tingkat belanja pulsa remaja siswa SLTA Kota Bogor, karena seluruh data tersebar secara merata. Berapapun harga yang ditawarkan oleh produsen kartu perdana tidak mempengaruhi tingkat belanja remaja SLTA Kota Bogor. Tabel 12 berdasarkan hipotesis awal faktor harga tidak mempengaruhi besarnya belanja pulsa.

Tabel 12 Keterkaitan antara belanja pulsa dengan faktor harga

Mayoritas remaja siswa SLTA Kota Bogor membelanjakan uangnya untuk membeli pulsa sebesar Rp25 000 – Rp100 000, menyatakan bahwa faktor harga merupakan faktor utama dalam pemilihan kartu pedana yang digunakan. Faktor harga merupakan pertimbangan yang penting terkait dengan belanja pulsa. Telkomsel disamping harus memperhatikan perbaikan dalam kualitas sinyal dan

No Kartu perdana Keinginan untuk pindah (%) Total (%)

Ingin Tidak Ingin

1. Telkomsel 1 7 8 2. Indosat 4 27 31 3. XL 1 16 17 4. Tri 8 25 33 5. SmartFren 0 1 1 6. Axis 4 6 10 Total 18 82 100 Belanja pulsa Faktor Harga (%) Total (%) Sangat Tidak Setuju Tidak

Setuju Netral Setuju

Sangat Setuju <Rp10 000 2 0 1 4 5 12 Rp10 001- Rp25 000 1 2 4 3 12 22 Rp25 001-Rp 50 000 1 1 7 19 11 39 Rp50001–Rp100 000 0 0 6 8 9 23 >Rp100 000 0 0 0 2 2 4 Total 4 3 18 36 39 100

22

kualitas internet yang kuat juga harus memperhatikan faktor harga untuk remaja siswa SLTA Kota Bogor

Hasil tabulasi silang keterkaitan antara belanja pulsa dengan faktor harga didapatkan nilai Asymp. Sig. pada uji chi-square sebesar 0.223 yang berarti H0

diterima, faktor harga tidak mempengaruhi besarnya belanja pulsa.

Keterkaitan Antara Belanja Pulsa Dengan Jumlah Perpindahan.

Hasil dari tabulasi silang antara belanja pulsa dengan jumlah perpindahan menunjukkan bahwa sebagian besar remaja siswa SLTA Kota Bogor telah melakukan perpindahan sebanyak lebih dari 3 kali dan mayoritas yang memiliki belanja pulsa sebesar Rp25 000–Rp50 000. Tabel 13 berdasarkan hipotesis awal tidak ada hubungan antara belanja pulsa dengan jumlah perpindahan.

Tabel 13 Keterkaitan antara belanja pulsa dengan jumlah perpindahan Belanja pulsa

Jumlah perpindahan (%)

Total (%)

1 kali 2 kali 3 kali Lebih dari 3

kali <Rp10 000 2 2 4 4 12 Rp10 001-Rp25 000 2 3 12 5 22 Rp25 001-Rp50 000 4 7 3 25 39 Rp50 001-Rp100 000 4 4 6 9 23 > Rp100 000 0 0 2 2 4 Total 12 16 27 45 100

Berdasarkan hasil pengolahan didapatkan bahwa kecenderungan remaja siswa SLTA Kota Bogor lebih sering berpindah ke produk lain. Adanya peningkatan belanja pulsa diikuti dengan adanya peningkatan jumlah perpindahan yang dilakukan. Mayoritas responder yang memiliki belanja pulsa Rp25 000 –

Rp50 000 telah melakukan perpindahan sebanyak lebih dari tiga kali. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat perpindahan kartu perdana pada remaja SLTA Kota Bogor masih sangat tinggi. Hal ini yang perlu diperhatikan oleh Telkomsel agar dapat meningkatkan pangsa pasar untuk kedepannya khususnya untuk remaja SLTA Kota Bogor. Faktor Harga yang telah dijelaskan sebelumnya dapat mempengaruhi pelayanan kualitas sinyal dan internet yang cepat.

Hasil tabulasi silang keterkaitan antara belanja pulsa dengan jumlah perpindahan didapatkan nilai Asymp. Sig. pada uji chi-square sebesar 0.05 signifikan di nilai eror 5%, 10% dan 15% yang berarti H0 ditolak, ada hubungan antara belanja pulsa dengan jumlah perpindahan, semakin tinggi belanja pulsa konsumen, semakin tinggi jumlah perpindahan yang terjadi.

Perpindahan Merk Faktor-Faktor Penyebab Perpindahan Merek

Faktor-faktor penyebab perpindahan merek adalah faktor-faktor bauran produk yang merupakan penyebab terjadinya perpindahan merek. Hasil survei mengindikasikan bahwa faktor utama penyebab responden kartu perdana berpindah ke merek lain adalah kualitas sinyal (31%). Artinya, konsumen remaja SLTA Kota Bogor merasakan kualitas sinyal yang diperoleh menjadi faktor penyebab terjadinya perpindahan merek. Konsumen akan memilih provider yang

23 memiliki kualitas sinyal yang baik, maka konsumen akan loyal pada produk tersebut. Kemudahan akses internet menjadi faktor penyebab perpindahan merek lainnya. Secara lengkap data mengenai alasan yang dianggap penting oleh responden dalam beralih merek kartu perdana dapat dilihat pada Tabel 14

Tabel 14 Faktor penyebab perpindahan merek

NO Alasan Presentase (%)

1 Kualitas sinyal 31

2 Kualitas layanan internet 30

3 Features yang disediakan 14

4 Kemudahan akses SMS 10

5 Merek 7

6 Kesesuaian dengan spesifikasi 5

7 Keragaman produk 3

8 Pelayanan costumer care 0

Berdasarkan data yang ada, kualitas sinyal yang dirasakan oleh sebagian besar remaja siswa SLTA Kota Bogor belum sesuai dengan harapan konsumen. Perlu adanya perbaikan dalam kualitas sinyal untuk tetap dapat mempertahankan konsumen lama dan mendapatkan konsumen baru. Salah satu strategi yang tepat untuk mengatasi masalah kualitas sinyal adalah dengan mendirikan tower pemancar baru di setiap daerah di Kota Bogor. Sehingga nantinya harapan akan kualitas sinyal yang bagus akan dirasakan oleh remaja siswa SLTA Kota Bogor.

Faktor Pendorong Penyebab Perpindahan Merek

Faktor pendorong penyebab perpindahan merek adalah faktor-faktor lain di luar bauran produk yang masih memiliki keterkaitan dengan penyebab terjadinya perpindahan merek. Hasil survei yang dilakukan, diketahui alasan utama faktor pendorong perpindahan merek adalah faktor harga (47%) seperti tarif internet, sms dan layanan lainnya.

Faktor harga menjadi hal yang penting bagi konsumen remaja SLTA Kota Bogor karena remaja SLTA masih belum memiliki penghasilan sendiri sehingga faktor harga menjadi faktor yang penting dalam pendorong penyebab perpindahan merek.

Tabel 15 Faktor pendorong perpindahan merek

No Alasan Presentase (%)

1. Faktor harga 47

2. Kepribadian 24

3. Pengaruh gedget yang digunakan 16

4. Hanya mencoba 5

5. Pengaruh teman 4

6. Tergantung situasi 4

Faktor pendorong utama terjadinya perpindahan merek untuk segmen remaja siswa SLTA Kota Bogor adalah faktor harga. Telkomsel perlu mengembangkan strategi bauran harga yang tepat untuk segmen remaja SLTA Kota Bogor, disamping harus memperhatikan aspek bauran produk seperti kualitas sinyal dan kualitas internet. Telkomsel juga harus menyesuaikan harga yang tepat seperti tarif percakapan, tarif internet, tarif sms dan tarif aplikasi pendukung lainnya, agar pelayanan yang diberikan dapat memenuhi harapan konsumen.

24

Brand Switching Pattern

Telkomsel mempunyai pangsa pasar awal sebesar 12.50%, sedangkan Indosat memiliki nilai pangsa pasar paling tinggi dibanding kartu perdana merek lainnya yaitu sebesar 35.50%. Telkomsel merupakan pemimpin pasar dalam persaingan secara nasional, akan tetapi untuk segmen remaja SLTA Kota Bogor, Telkomsel berada dibawah pesaingnya Indosat.

Tabel 16 Data pangsa pasar awal kartu perdana No Pangsa Pasar Awal Persentase (%)

1 Telkomsel 12.50 2 Indosat 35.50 3 XL 18 4 Tri 22.50 5 SmartFreen 0.50 6 Axis 11

Hasil perhitungan brand switching pattern menunjukkan bahwa konsumen Telkomsel yang loyal sebesar 32% dan konsumen Indosat yang loyal sebesar 58%. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen produk kartu perdana Indosat sebagian besar cenderung lebih memilih untuk tidak beralih ke produk kartu perdana lain, berbeda dengan konsumen Telkomsel yang sebagian besar memilih untuk berpindah ke merek lain. Dapat dilihat pada Tabel 17 perpindahan antara kartu perdana ke kartu perdana lainnya, untuk segmen remaja SLTA Kota Bogor.

Tabel 17 Matriks brand switching pattern.

Selanjutnya Matriks Brand Switching Pattern diolah dalam bentuk persentase. Sebelum dianalisis perlu diketahui bahwa asumsi dasar untuk pemakaian Rantai Markov adalah bahwa keadaan pasar dianggap konstan dan variabel-variabel pemasaran dianggap stabil. Secara lengkap persetase peralihan merek konsumen dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Persentase Brand Switching Pattern

Berdasarkan Tabel 18, dapat dilihat bahwa konsumen produk kartu perdana Telkomsel mayoritas lebih memilih untuk berpindah ke merek lain, hal ini terlihat dari perpindahan yang terjadi paling banyak ke kartu peradana Tri yaitu

Dokumen terkait