• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Usaha Total Biaya Produksi

Biaya adalah nilai dari semua korbanan ekonomis yang diperlukan yang tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan sesuatu produk. Total biaya produksi atau total pengeluaran yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk, diperoleh dengan cara menghitung: biaya pembelian sapi, biaya pakan, biaya sewa kandang, biaya obat-obatan dan biaya tenaga kerja.

Biaya Bibit

Biaya bibit yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit sapi sebanyak 12 ekor. Harga diperoleh dari hasil perkalian antara bobot badan awal dengan harga bobot hidup perkilogramnya. Harga bobot hidup perkilogram yang digunakan adalah Rp. 23.500,- sehingga diperoleh biaya bibit seperti tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Harga bibit sapi/perlakuan (Rp)

Perlakuan Kelompok Total Rataan

R1 R2 R3 R4

P0 2162000 2702500 3196000 3642500 11703000 2925750 P1 2467500 2820000 3290000 3830500 12408000 3102000 P2 2585000 3008000 3431000 3995000 13019000 3254750

37130000

Biaya pembelian bibit sapi tertinggi terdapat pada perlakuan P2R4 (30% pelepah kelapa sawit fermentasi) yaitu sebesar Rp. 3.995.000,- dan yang terendah pada perlakuan P0R1 (25% pelepah kelapa sawit) sebesar Rp. 2.162.000.-.

Perbedaan harga sesuai dengan bobot badan sapi, sehingga biaya terendah pada kelompok R1 dan yang tertinggi pada R4. Total pembelian bibit sapi sebesar Rp. 37.130.000,-.

Biaya Pakan

Biaya yang dikeluarkan untuk membeli pakan yang diperoleh dari perkalian antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan harga pakan perkilogramnya sehingga diperoleh biaya pakan yang dikonsumsi selama penelitian seperti yang tertera pada Tabel 3. Biaya pakan perlakuan P0 (25% pelepah kelapa sawit segar) sebesar Rp. 1.108,-/kg, P1 (20% pelepah kelapa sawit fermentasi) sebesar Rp.1.091,-/kg dan P2 (30% pelepah kelapa sawit fermentasi) Rp. 926,-/kg.

Tabel 3. Biaya pakan selama penelitian/perlakuan (Rp)

Perlakuan Kelompok Total Rataan

R1 R2 R3 R4

P0 640424 665576 674107 686184 2666291 666572,8 P1 698022 696276 722897 695622 2812817 703204,3 P2 591245 587109 585954 583838 2348146 587036,5

7827254

Tabel 3 menunjukkan bahwa biaya pakan tertinggi terdapat pada perlakuan P1R3 (20% pelepah kelapa sawit fermentasi) yaitu Rp. 722.897,- dan biaya terendah pada perlakuan P2R4 (30% pelepah kelapa sawit fermentasi) sebesar Rp. 583.838,-. Total biaya pakan selama periode penelitian sebesar Rp. 7.827.254,-. Dalam satu periode penelitian total biaya pakan terendah terdapat pada perlakuan P2 (30% pelepah kelapa sawit fermentasi) sebesar Rp. 2.348.146,-. Pakan P2 merupakan pakan dengan biaya terendah (Rp2.348.146,-. 926,-/kg) sehingga total biayanya juga yang paling rendah.

Biaya/Upah tenaga kerja

Biaya atau upah tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk memelihara sapi selama penelitian. Berdasarkan UMRP SUMUT 2012 (Upah Minimum Regional Propinsi Sumatera) sebesar Rp. 1.200.000/bulan. Biaya tenaga kerja selama periode penelitian tersaji pada Tabel 4.

Tabel 4. Biaya tenaga kerja/perlakuan (Rp.)

Perlakuan Kelompok Total Rataan

R1 R2 R3 R4

P0 100000 100000 100000 100000 400000 100000 P1 100000 100000 100000 100000 400000 100000 P2 100000 100000 100000 100000 400000 100000

1200000

Pada Tabel 4 dapat dilihat upah tenaga kerja adalah Rp.100.000,-/ekor sapi yang dipelihara sehingga total biaya tenaga kerja selama periode penelitian sebesar Rp.1.200.000,- Diasumsikan 1 orang tenaga kerja dapat menangani 20 ekor sapi menurut Manurung (2008).

Biaya Sewa Kandang

Biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan kandang diperhitungkan berdasarkan nilai sewa kandang sehingga diperoleh sewa kandang selama penelitian. Biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan kandang selama penelitian sebesar Rp.2.460.000,- yaitu biaya sewa kandang sebesar Rp.2.000.000,- (terdiri dari biaya sewa kandang permanen, penggunaan air dan listrik) dan biaya perlengkapan kandang selama penelitian sebesar Rp.460.000,-. Biaya yang dikeluarkan untuk 12 ekor sapi dengan masa pemeliharaan selama 3 bulan tertera pada Tabel 5.

Tabel 5. Biaya sewa kandang selama penelitian (Rp)

Perlakuan Kelompok Total Rataan

R1 R2 R3 R4 P0 205000 205000 205000 205000 820000 205000 P1 205000 205000 205000 205000 820000 205000 P2 205000 205000 205000 205000 820000 205000 2460000 Biaya Obat-obatan

Selama penelitian, obat-obatan yang digunakan adalah vitamin B-kompleks® dan obat cacing wormzolk-B® dengan biaya seperti yang tertera pada Tabel 6.

Tabel 6. Harga Obat-obatan yang digunakan selama penelitian (Rp)

Perlakuan Kelompok Total Rataan

K1 K2 K3 K4

P0 15000 15000 15000 15000 60000 15000 P1 15000 15000 15000 15000 60000 15000 P2 15000 15000 15000 15000 60000 15000

180000

Total Hasil Produksi

Total hasil produksi atau total penerimaan yaitu seluruh produk yang dihasilkan dalam kegiatan pemeliharaan sapi ini yang diperoleh dengan cara menhitung harga jual sapi beserta feses.

Penjualan Sapi

Penjualan sapi yaitu hasil perkalian antara bobot badan akhir dengan harga bobot hidup perkilogramnya. Harga bobot hidup perkilogram yang digunakan sebesar Rp. 33.000,- (survey harga pasar) sehingga diperoleh hasil penjualan sapi selama penelitian tertera pada Tabel 7.

Tabel 7. Harga jual sapi/ perlakuan (Rp)

Perlakuan Kelompok Total Rataan

R1 R2 R3 R4

P0 4356000 4950000 5874000 6369000 21549000 5387250 P1 5247000 5775000 6765000 6831000 24618000 6154500 P2 4917000 5874000 6336000 7029000 24156000 6039000

70323000

Biaya penjualan sapi tertinggi terdapat pada perlakuan P2R4 (30% pelepah kelapa sawit fermentasi) yaitu sebesar Rp. 7.029.000,- dan yang terendah pada perlakuan P0R1 (25% pelepah kelapa sawit) sebesar Rp. 4.356.000,-. Perbedaan harga sesuai dengan bobot badan sapi, sehingga biaya terendah pada kelompok R1 dan yang tertinggi pada R4. Total pendapatan yang berasal dari penjualan sapi Rp. 70.323.000,- dan rataan harga jual sapi tertinggi adalah pada perlakuan P1 (20% pelepah kelapa sawit fermentasi) yaitu sebesar Rp. 24.618.000,-.

Penjualan Kotoran Sapi

Yaitu hasil perkalian antara jumlah feses (basah) dengan harga perkilogramnya, harga kotoran basah perkilogram yang digunakan sesuai dengan harga jual di daerah lokasi penelitian yaitu sebesar Rp. 100,-/kg sehingga diperoleh hasil penjualan kotoran sapi seperti yang tertera pada Tabel 8.

Tabel 8. Harga penjualan kotoran sapi/ perlakuan (Rp)

Perlakuan Kelompok Total Rataan

R1 R2 R3 R4

P0 98000 87000 93000 103000 381000 95250 P1 112000 118000 109000 128000 467000 116750 P2 136000 134000 130000 127000 527000 131750

1375000

Harga penjualan kotoran sapi yang tertera pada Tabel 8 merupakan perkalian jumlah kotoran sapi per periode penelitan dikali dengan harga jual

kotoran basah per kilogram. Total pendapatan yang berasal dari penjualan kotoran sapi yaitu sebesar Rp. 1.375.000,- .

Analisis Keuntungan (Laba/Rugi)

Keuntungan (laba) dan rugi suatu usaha diketahui setelah total biaya produksi dikurangi dengan total hasil produksi. Sehingga diperoleh keuntungan (laba) seperti yang tertera pada Tabel 9.

Tabel 9. Analisis keuntungan (Rp)

Perlakuan Kelompok Total Rataan

R1 R2 R3 R4

P0 1331576 1348924 1776893 1823316 6280709 1570177 P1 1873478 2056724 2541103 2112878 8584183 2146046 P2 1556755 2092891 2129046 2257162 8035854 2008964

22900746

Data pada Tabel 9 diperoleh setelah menghitung total hasil produksi (penjualan sapi dan kotoran sapi) dikurangi dengan total biaya produksi (biaya bibit, biaya pakan, upah tenaga kerja, biaya sewa kandang dan biaya obat-obatan). Keuntungan tertinggi terdapat pada perlakuan P2R1 (perlakuan 30% pelepah kelapa sawit fermentasi) sebesar Rp.2.326.091,-. Angka tersebut bisa didapatkan karena biaya pakan sapi perlakuan P2 (perlakuan 30% pelepah kelapa sawit fermentasi) merupakan biaya pakan terendah dibandingkan dengan 2 perlakuan lainnya dan tingkat konsumsi sapinya tidak lebih tinggi dibandingkan perlakuan P1 (20% pelepah sawit fermentasi) dan P0 (25% pelepah kelapa sawit segar). Total keuntungan yang diperoleh selama penelitian sebesar Rp.19.026.936,- sedangkan rataan keuntungan tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (20% pelepah kelapa sawit fermentasi) yaitu sebesar Rp. 8.584.183,-.

Analisis Return/Cost Ratio (R/C Ratio)

Analisis R/C Ratio digunakan dalam suatu usaha untuk mengetahui layak atau tidaknya usaha tersebut untuk ke periode berikutnya atau sebaliknya usaha tersebut dihentikan saja karena kurang layak. Nilai R/C ratio dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Analisis Benefit/Cost Ratio (R/C Ratio)

Perlakuan Kelompok Total Rataan

R1 R2 R3 R4

P0 1,43 1,37 1,42 1,39 5,61 1,40

P1 1,54 1,54 1,59 1,44 6,10 1,52

P2 1,45 1,53 1,49 1,46 5,93 1,48

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat nilai R/C Ratio yang diperoleh lebih besar dari 1 yang berarti pemeliharaan sapi bali dengan menggunakan pelepah kelapa sawit fermentasi layak untuk diterapkan pada periode pemeliharaan ternak sapi berikutnya. Semua perlakuan yang dipakai layak untuk diterapkan dan efisien untuk digunakan pada periode selanjutnya. Nilai tertinggi terdapat pada perlakuan P1R3 (perlakuan 20% pelepah kelapa sawit fermentasi) sebesar 1,59 dan nilai terendah terdapat pada perlakuan P0R2 (perlakuan 25% pelepah kelapa sawit segar) sebesar 1,37. Walaupun perlakuan P0 (perlakuan 25% pelepah kelapa sawit segar) merupakan yang terendah namun nilainya tetap dalam kategori layak untuk diterapkan pada periode pemeliharaan ternak sapi berikutnya.

Menurut Kadariah (1987) yang menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya total pemasukan dibagi dengan besarnya total korbanan (pengeluaran), dimana bila: >1 berarti efisien/layak, =1 berati impas dan <1 berarti tidak efisien/tidak layak.

IOFC ( Income Over Feed Cost )

IOFC diperoleh dari hasil selisih penjualan sapi dengan biaya pakan yang digunakan selama penelitian. IOFC tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. IOFC ( Income Over Feed Cost ) (Rp)

Perlakuan Kelompok Total Rataan

R1 R2 R3 R4

P0 1553576 1581924 2003893 2040316 7179709 1794927 P1 2081478 2258724 2752103 2304878 9397183 2349296 P2 1740755 2278891 2319046 2450162 8788854 2197214 Pada Tabel 11 diatas dapat dilihat IOFC dari masing-masing perlakuan dan ternak per ekornya. Rataan IOFC tertinggi terdapat padaa perlakuan P1 (perlakuan 20% pelepah kelapa sawit fermentasi) yaitu sebesar Rp. 9.397.183,- dan IOFC terendah pada perlakuan P0 (perlakuan 25% pelepah kelapa sawit segar) sebesar Rp. 7.179.709,-. Pada perlakuan P3 (perlakuan 30% pelepah kelapa sawit fermentasi) IOFC sebesar Rp. 8.788.854,-. Hal tersebut dapat diartikan bahwa penggunaan pelepah kelapa sawit fermentasi sebagai pakan sapi bali lebih menguntungkan dibandingkan dengan penggunaaan pelepah kelapa sawit segar sebagai pakan sapi bali karena pakan dengan pelepah keapa sawit fermentasi memiliki haga yang relaif lebih murah dengan tingkat konsumsi pakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pakan pelepah kelapa sawit segar sehngga lebih ekonomis untuk berproduksi dan diterapkan pada peternak.

Dokumen terkait