• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahapan Kegiatan Budidaya Bunga Rosella a. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan yang dilakukan oleh petani bunga rosella pada umumnya tidak berbeda dengan pengolahan pada tanaman lainnya. Pengolahan lahan ini bertujuan untuk menggemburkan tanah yang telah memadat. Lahan juga harus dibersihkan dari semak belukar, rumput, gulma dan sisa tanaman lain.

Pengolahan lahan di daerah penelitian dilakukan dengan mencangkul tanah sedalam 2-40 cm, tanah tersebut diremahkan (digemburkan), dan kemudian dibuat bedengan seluas ± 1 m, tingginya ± 15 cm dengan jarak bedengan ± 1-1,2 m, sedangkan panjang bedengan di sesuaikan dengan kondisi lahan.

Pembuatan parit antara bedengan akan memudahkan kegiatan pemupukan dan akan menghambat terjadinya penggenangan air disekitar tanaman terutama pada musim hujan. Jumlah rata-rata tenaga kerja yang digunakan untuk mengelola lahan 1 Ha adalah 17,89 HKP. Setelah lahan selesai diolah akan dibiarkan terlebih dahulu agar lahan terkena cahaya matahari dan terangin.

b. Pemberian Pupuk Kandang

Pemberian pupuk kandang berutujuan untuk memperbaiki struktur tanah dan menambah unsur hara di dalam tanah. Pupuk kandang diberikan sebelum tanah diolah atau dibuat bedengan. Jumlah pupuk kandang yang diberikan petani di daerah penelitian rata-rata sebanyak 610,26 kg/ha.

c. Penanaman

Sebelum penanaman, petani di daerah penelitian terlebih dahulu merendam benih rosella dengan air selama 24 jam, ini bertujuan untuk mengetahui bibit yang bernas dan yang tenggelam untuk ditanam. Biji rosella ini disemai di lahan semai selama 15 hari. Pada umur 2-3 minggu setelah semai, bibit ini kemudian di pindahkan ke lahan yang telah diolah. Benih yang pertama kali diusahakan diperoleh dari instansi pemerintahan yakni Kamar Dagang dan Industri Sumatera Utara.

d. Pemeliharaan

Adapun kegiatan pemeliharaan tanaman bunga rosella di daerah penelitian meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan susulan, dan perlindungan tanaman dari serangan hama dan penyakit.

1. Penyiraman

Tanaman rosella tidak memerlukan air dalam jumlah yang banyak. Penyiraman dilakukan ketika dilakukan pemindahan tanaman, dan sekali seminggu atau tergantung dengan keadaan lahan. Jika cuaca hujan tanaman tidak akan disiram.

2. Penyiangan

Petani rosella di daerah penelitian melakukan penyiangan setelah tanaman berumur 6-7 minggu setelah tanam, ini dilakukan karena tanaman rosella tumbuh dengan cepat setelah umur 60 hari. Penyiangan dilakukan untuk menghilangkan rumput dan gulma yang berada disekitar tanaman maupun disekitar parit diantara bedengan. Penjarangan tanaman rosella dilakukan petani secara bersamaan ketika penyiangan sambil dilakukan pengguludan.

3. Pemupukan Susulan

Pemumpukan ini dilakukan setelah proses penyiangan, pupuk yang digunakan adalah pupuk NPK phonska, urea, dan pupuk ZA, dengan rata-rata penggunaan pupuk di daerah penelitian adalah sebanyak 45,72 kg/hektar. Pemberian pupuk ini bertujuan untuk memperbanyak produksi buah rosella. Pemberian pupuk dilakukan pada umur 8 minggu setelah semai dan dilakukan dengan cara tabur. Untuk kegiatan ini, rata-rata penggunaan tenaga kerja yaitu sebanyak 5,86 HKP per hektar.

4. Perlindungan Hama dan Penyakit Tanaman

Penyakit yang menyerang rosella adalah busuk akar yang disebabkan oleh cendawan. Penyakit ini terjadi karena adanya genangan air di lahan atau musim hujan yang terlalu lama. Selain itu juga karena tidak adanya pergiliran tanaman dan perawatan. Sebahagian petani mengatasi masalah ini dengan menyemprotkan gromoxon karena kurangnya perawatan setelah tanaman berumur 8 minggu setelah semai, sedangkan petani lainnya mengatasi ini dengan mencabut tanaman yang terserang dan membakar sebelum menyebar ke tanaman lainnya.

Untuk pengendalian tanaman dari belalang, kutu daun, kumbang dan serangga lain, petani tidak menggunakan pestisida karena tanaman ini merupakan tanaman obat. Ada sebagian petani yang menggunakan daun mimba untuk mengatasi masalah serangan ini. Daun mimba ditumbuk dan dicampur dengan air lalu didiamkan selama satu malam. Saringan pestisida organik ini disemprotkan pada tanaman rosella.

e. Pemanenan

Tanaman rosella dipanen mulai umur 3,5 bulan setelah tanam. Pemanenan dilakukan hingga tanaman tidak menghasilkan bunga lagi, yakni sekitar 6 bulan setelah tanam. Lahan rosella yang telah siap panen dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 1.2 Lahan Rosella Yang Siap Panen

Pemanenan dilakukan setiap 10 hari sekali, tapi ada juga petani yang melakukannya seminggu sekali. Pemanenan rosella dilakukan sejak pagi sampai sore hari, tergantung berapa banyak produksi rosella saat panen. Produksi rata-rata yang diperoleh petani sebanyak 11,69 ton per hektar. Jumlah rata-rata tenaga kerja yang digunakan untuk tahapan ini adalah sebanyak 84,03 HKP per hektar. Kelopak rosella yang dipanen adalah kelopak yang telah kembang atau merekah. Proses pemanen rosella yang dilakukan petani dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 1.3 Bunga Rosella Yang di Panen dengan Pisau Biasa

Tanaman rosella yang berumur 5,5 bulan tidak dilakukan perawatan dan pemeliharaan oleh petani. Ini dikarenakan produksi rosella mulai menurun dan tanaman ini juga banyak yang mulai terserang penyakit busuk akar, terutama didukung curah hujan yang tinggi. Petani membiarkan tanaman mereka mati dengan sendirinya atau sampai tidak menghasilkan lagi dari pada mengeluarkan biaya yang lebih banyak.

Biaya Usahatani Bunga Rosella

Biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh petani untuk memperoleh faktor-faktor produksi, yang akan digunakan dalam mengelolah usahanya dalam mendapatkan hasil maksimal. Komponen biaya produksi usahatani bunga rosella mencakup biaya tetap dan biaya variabel.

a. Biaya Tetap

Biaya tetap merupakan biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Adapun rincian biaya tetap rata-rata di daerah penelitian (Kecamatan Tanjung Morawa, Percut Sei Tuan Kec. Lubuk Pakam, Batang Kuis, dan Pagar Merbau) dapat diperlihatkan pada Tabel berikut ini:

Tabel 9. Biaya Tetap Rata-Rata Usahatani Bunga Rosella per Petani dan per Hektar Selama1 Musim Tanam (6 bulan) di Daerah Penelitian

Uraian Per Petani Per Hektar

Fisik Rp Fisik Rp Biaya Tetap 1. Lahan - Sewa Lahan 0,14 Ha 226.923,08 1 Ha 1.584.571,68 - Milik Sendiri (PBB) 0,14 Ha 2.501,92 1 Ha 16.825,51 2. Penyusutan Peralatan 17.097,84 133.618,61 Total Biaya Tetap 246.522,84 1.735.010,08 Sumber : Data diolah dari lampiran 2a-8b

Dari Tabel 9 terlihat biaya tetap rata-rata yang dikeluarkan petani pada usahatani bunga rosella di daerah penelitian selama 1 musim tanam adalah sebesar Rp 1.735.010,08 per hektar, yang digunakan untuk biaya sewa lahan, biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan biaya penyusutan. Biaya penyusutan ini terdiri dari cangkul, parang babat, sabit, parang, gunting bunga, gunting biasa, pisau, gembor, sprayer, dan ember. Dari range luas lahan 0,08-0,3 ha, biaya tetap yang

paling tinggi adalah biaya sewa lahan, dimana sekitar 58 persen petani tidak memiliki lahan usahatani sehingga petani menyewa lahan untuk usahatani rosella. b. Biaya Tidak Tetap

Biaya tetap tidak tergantung pada besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Rincian biaya tidak tetap (variabel) rata-rata yang dikeluarkan selama usahatani berlangsung si daerah penelitian Kecamatan Tanjung Morawa, Percut Sei Tuan Kec. Lubuk Pakam, Batang Kuis, dan Pagar Merbau) dapat diperlihatkan pada Tabel berikut ini:

Tabel 10. Biaya Variabel Rata-Rata Usahatani Bunga Rosella per Petani dan per Hektar Selama 1 Musim Tanam (6 bulan) di Daerah Penelitian

Uraian Per Petani Per Hektar

Fisik Rp Fisik Rp Biaya Variabel 1. Benih 0,17 Kg 29.076,92 1,23 Kg 214.729,02 2. Pupuk - Kandang 81,92 Kg 8.192 610,26 Kg 76.282,05 - NPK Phonska 5,69 Kg 14.331 34,72 Kg 86.804 - Urea 1,7 Kg 2.452 10,05Kg 15.075 - Za 0,13 Kg 201,92 0,95 Kg 1.418,27 3. Obat-obatan

- Gramoxon 0,42 Botol 20.538 2,32 Botol 113.322 4.Tenaga Kerja 18,27HKP 716.831,73 138,03 HKP 5.427.569,02 5. Karung Plastik 22,35 Buah 17.276,92 172,17 Buah 133.979,82 6.Pengangkutan 5.000 30.128.21 Total Biaya Variabel 815.849,04 6.099.307,80 Sumber : Data diolah dari lampiran 2a- 8b

Dari Tabel 10 terlihat biaya variabel rata-rata yang dikeluarkan petani pada usahatani bunga rosella di daerah penelitian adalah sebesar Rp 6.099.307,80 per hektar. Adapun jumlah rata-rata benih yang digunakan petani di daerah penelitian per hektarnya sebanyak 1,23 kg. Benih yang digunakan berasal dari

salah satu instansi pemerintah (Kadinsu) dan juga dari industri pengolah produksi rosella.

Pupuk yang digunakan petani di daerah penelitian adalah pupuk kandang, urea, phonska, dam pupuk Za dengan jumlah rataan 655,97 kg pe hektar. Pupuk yang paling banyak digunakan petani adalah pupuk kandang, karena pupuk kandang merupakan yang dapat memperbaiki unsur hara dalam tanah dan harga pupuk kandang dapat dijangkau oleh petani. Beberapa petani di daerah penelitian yang menggunakan gromoxon sebagai pengendali hama dan penyakit yaitu 2 botol per hektar, akan tetapi pada umumnya petani di daerah penelitian mengatasi hama dan penyakit rosella secara alami.

Penggunaan tenaga kerja per hektarnya per musim tanam pada usahatani yaitu dengan rata-rata 138,03 HKP. Tenaga kerja paling banyak berasal dari tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Usahatani ini banyak menggunakan tenaga kerja karena pada proses pemanenan rosella dilakukan secara manual yaitu dengan gunting atau pisau dan dibutuhkan ketelitian dalam pemetikan rosella. Selain itu, pemanenan juga dilakukan hingga tanaman tidak menghasilkan.

Hasil produksi rosella di daerah penelitian umumnya dibeli oleh pedagang pengumpul dan hanya sebahagian kecil petani yang mengantar langsung hasil produksinya ke tempat pengolahan rosella. Rata-rata biaya pengangkutan yang dikeluarkan petani adalah Rp 5.000 per petani dan Rp 30.128.21 per hektarnya per musim tanam.

Sehingga total biaya yang dikeluarkan petani di daerah penelitian (Kecamatan Tanjung Morawa, Percut Sei Tuan Kec. Lubuk Pakam, Batang Kuis, dan Pagar Merbau) selama satu musim tanam atau 6 bulan adalah sebesar

Rp 1.062.371,88 per pertani dan sebesar Rp 7.834.318,60 per hektarnya (lampiran 8 a dan b).

Pendapatan Usahatani Bunga Rosella

Pendapatan usahatani bunga rosella adalah selisih total penerimaan usahatani rosella dengan total biaya yang dikeluarkan petani selama proses produksi berlangsung. Tabel 11 menyajikan rataan penerimaan, biaya produksi, dan pendapatan bersih per petani dan per hektar dalam usahatani bunga rosella.

Tabel 11. Rataan Pendapatan Per Hektar Per Musim Tanam (6 bulan) dan Per bulan di Daerah Penelitian

No Uraian Per Petani Per Hektar 1 Pendapatan (Rp/musim tanam) 5.644.743,51 40.071.712,87 2 Pendapatan (Rp/bulan) 940.790,59 6.678.618,81

Sumber : Data Diolah Dari Lampiran 8a-8b

Dari Tabel 11 diketahui bahwa secara keseluruhan rata-rata pendapatan bersih usahatani rosella per hektar per bulan adalah Rp 6.678.618,81 dan per petani per bulan 940.790,59. Bila dibandingkan dengan Upah Minuman Provinsi (UMP) yaitu sebesar Rp 905.000/bulan, maka rata-rata pendapatan bersih usahatani rosella per hektar dan per petani per bulan di daerah penelitian lebih besar dari Upah Minimum Provinsi (UMP) per bulan.

Dari ke 26 sampel penelitian pendapatan yang paling tinggi adalah sebesar Rp 12.624.350 per petani dan per hektarnya sebesar Rp 46,421,500 (lampiran 8a- 8b). Tinggi rendahnya pendapatan petani tergantung pada jumlah produksi, harga jual kelopak bunga rosella dan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam kegiatan usahatani ini.

Berdasarkan keterangan di atas hipotesis (1) yang menyatakan bahwa pendapatan bersih usahatani bunga rosella di daerah penelitian tinggi dapat diterima, karena pendapatan bersih usahatani rosella lebih besar dari pada Upah Minimum Provinsi (UMP).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Bunga Rosella di Daerah Penelitian

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani ini adalah luas lahan (X1), tenaga kerja (X2), dan harga pupuk (X3). Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pada usahatani bunga rosella si daerah penelitian dapat di lihat pada Tabel 12 di bawah ini:

Tabe l 2. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Bunga

Rosella di Daerah Penelitian

No Variabel Koefisien Regresi t-hitung signifikansi

1. Luas Lahan (X1) 5.187.708 12,061 0,000 2. Jumlah Tenaga Kerja (X2) -75.175,9 -1,676 0,108 3. Harga Pupuk ((X3) -20,703 -,187 0,854 Konstanta : 188268,1 R2 : 0,983 R : 0,991 Fhitung : 413,415 Ftabel : 3,05 t-tabel : 2,074 Sumber : Data diolah dari lampiran 10

Dari Tabel 12 diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh sebesar 0,983. Koefisien determinasi menunjukkan bahwa pendapatan (Y) dapat dijelaskan variabel luas lahan (X1), tenaga kerja (X2), dan harga pupuk (X3) sebesar 98,30% sedangkan sisanya sebanyak 1,70% dipengaruhi oleh faktor

lain tidak dimasukkan kedalam persamaan. Faktor lain tersebut berupa umur petani, pendidikan, pengetahuan, pengalaman, keterampilan, dan modal. Adapun fungsi persamaan pendapatan yang diperoleh yaitu sebagai berikut:

Y = 188.268,1 + 5.187.708 X1 – 75.175,9 X2 – 20,703X3

a. Secara Serempak

Pengaruh antara luas lahan, tenaga kerja, dan harga pupuk terhadap pendapatan usahatani bunga rosella secara serempak dapat diketahui dari uji F, dimana F-hitung yang diperoleh sebesar 413,42 dan nilai F-tabel (3,22) sebesar 3,05. Sehingga F-hitung (413,42) > F-tabel (3,05), atau dengan membandingkan nilai Sig. dengan taraf signifikansi 0,00 < 0,05, yang artinya pendapatan usahatani bunga rosella secara serempak dapat dipengaruhi oleh luas lahan, harga pupuk, dan jumlah tenaga kerja di daerah penelitian.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis (3) yang menyatakan bahwa pupuk, luas lahan, tenaga kerja, dan harga pupuk secara serempak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usahatani rosella dapat diterima (Ho ditolak, H1diterima).

b. Secara Parasial

Pengaruh antara luas lahan, tenaga kerja, dan harga pupuk terhadap pendapatan usahatani bunga rosella secara parsial dapat diketahui dengan menggunakan uji-t, berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa:

1. Karena nilai thitung = 12,061 > ttabel = 2,074 atau dengan membandingkan nilai Sig. dengan taraf signifikansi 0,00 < 0,05 maka disimpulkan variabel luas

lahan (X1) signifikan terhadap pendapatan usahatani rosella (Y). Koefisien regresi luas lahan sebesar 5.187.708 yang artinya setiap ada penambahan luas lahan sebesar 1 ha maka akan menambah pendapatan bersih sebesar Rp 5.187.708. Sehingga luas lahan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan bersih per musim tanam.

Variabel luas lahan berpengaruh nyata terhadap pendapatan bersih rosella dikarenakan apabila semakin luas lahan petani maka produksi semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan yang dikemuka n oleh Tjakrawiralaksana dkk (1993) yang menyatakan semakin luas lahan yang di usahakan maka hasil produksi akan semakin besar.

2. Karena nilai thitung= -1,676 < ttabel = 2,074 maka disimpulkan bahwa variabel jumlah tenaga kerja (X2) tidak signifikan terhadap pendapatan usahatani rosella (Y), atau dengan membandingkan nilai Sig. dengan taraf signifikansi 0,108>0,05. Koefisien regresi variabel tenaga kerja sebesar 75.175,9 yang artinya setiap penambahan tenaga kerja sebesar 1 HKP maka akan menurunkan pendapatan bersih sebesar Rp 75.175,9. Ini dikarenakan tingkat keterampilan tenaga kerja yang rendah, terutama pada masa panen atau proses pemetikan kelopak rosella yang membutuhkan banyak tenaga kerja, sedangkan usahatani bunga rosella merupakan usahatani skala kecil. Sehingga dapat disimpulkan jumlah tenaga kerja memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pendapatan bersih usahatani.

3. Karena nilai thitung= -0,187 < ttabel=2,074 maka disimpulkan bahwa variabel harga pupuk (X3) tidak signifikan terhadap pendapatan usahatani rosella (Y) atau dengan membandingkan nilai Sig. dengan taraf signifikan 0,854>0,05. Koefisien

regresi sebesar -20,703 yang artinya setiap adanya kenaikan harga pupuk (baik itu harga pupuk kandang, NPK phonska, urea, dan Za) sebesar Rp 1 maka akan menurunkan pendapatan bersih sebesar Rp 20,703. Hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh Suratiyah (2006) yang menyatakan bahwa kenaikan harga pupuk sangat mempengaruhi pendapatan bersih usahatani, karena pupuk merupakan salah satu faktor produksi yang harus ada dalam proses usahatani rosella. Meskipun harga pupuk mengalami kenaikan, petani harus tetap menggunakan faktor produksi ini, karena petani tidak memiliki pilihan lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa harga memiliki pengaruh negatif terhadap pendapatan bersih usahatani dan tidak berpengaruh secara signifikan.

Kelayakan Usahatani Bunga Rosella

Usahatani rosella layak atau tidak untuk dikembangkan di daerah penelitian diukur dengan menggunakan analisis R/C ratio atau dengan kata lain perbandingan total penerimaan dengan total biaya keseluruhan yang dikeluarkan petani. Rata-rata R/C ratio dari usahatani rosella per petani dan per hektar per musim tanam dapat dilihat pada Tabel 13 berikut :

Tabel 13. R/C Ratio Usahatani Bunga Rosella Per Petani dan Per Hektar Per Musim Tanam (8 bulan)

No Uraian Per Petani Per Hektar

1. Penerimaan Rp 6.707.115,38 Rp 47.906.031,47 2. Biaya Produksi p 1.062.371,88 Rp 7.834.318,60

3. R/C ratio 6,29 6,29

Dari Tabel 13 diketahui bahwa rata-rata R/C ratio per petani dan per hektar per musim tanam adalah sebesar 6,29 yang artinya setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan dalam usahatani ini akan diperoleh Rp 6,29 nilai penerimaan sebagai hasil kegiatan usahatani ini. Dari 26 sampel penelitian diperoleh nilai R/C ratio tertinggi sebesar 8,67 dan R/C ratio terendah sebesar 5,00.

Berdasarkan kriteria investasi yang menyatakan usaha dapat dikatakan layak untuk diusahakan apabila memiliki R/C ≥ 1, maka usahatani bunga rosella di daerah penelitian layak untuk diusahakan dan dikembangkan. Dengan demikian hipotesis (3) yang menyatakan usahatani bunga rosella layak untuk dikembangkan di daerah penelitian dapat diterima.

Dokumen terkait