• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Pasar Modal di Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.

Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:

51 a. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di

Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.

b. 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang DuniaI c. 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan

Bursa Efek di Semarang dan Surabaya

d. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.

e. 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II

f. 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)

g. 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.

h. 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.

i. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.

52 j. 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.

k. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.

l. 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.

m. 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

n. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

o. 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

p. 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

53 q. 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan

dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems). r. 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No.

8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.

s. 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya. t. 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai

diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

u. 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).

v. 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI)

Penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES) menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) paling lambat 30 November 2007. Selanjutnya BEI mulai aktif 1 Desember 2007.

Sebelum penggabungan ini, telah dilakukan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) pada tanggal 30 Oktober 2007 untuk pembahasan rencana merger tersebut. Pada saat itu, proses merger kedua bursa tersebut masih menunggu persetujuan dari Dephukham. Sebab badan hukum dan nama keduanya berubah menjadi Bursa Efek Indonesia. Setelah menjalani beberapa proses, maka sekarang namanya telah menjadi Bursa Efek

Di mana Bursa Efek Surabaya melebur ke dalam Bursa Efek Jakarta.

54 Indonesia. Mengenai direksi Bursa Efek Indonesia, posisi-posisi masih ditempati oleh direksi-direksi kedua bursa. Direksi tersebut akan melanjutkan tugas sampai RUPS 2009 dilakukan.

3. Struktur Pasar Modal Indonesia Gambar 4.1

Struktur Pasar Modal Indonesia

BAPEPAM

Bursa Efek Lembaga Keuangan Dan Lembaga Penyimpanan Dan Penjamin Penyelesaian Perusahaan Efek Lembaga Penunjang Profesi Penunjang Pemodal Emiten Perusahaan Publik k • Penjamin Emisi Efek • Perantara Pedagang Efek • Manajer Investasi • Penasehat Investasi • Biro Adm Efek • Custodian • Wali Amanat • Penanggung •Akuntan •Konsultan Hukum •Penilai •Notaris •Domestik •Asing Menteri Keuangan

55

4. Lembaga-lembaga yang terlibat di Bursa Efek Indonesia

Sebagai suatu bisnis yang berdampak sosial yang sangat luas, Bursa Efek Jakarta melibatkan benyak lembaga masing-masing pihak mempunyai peranan dan fungsi yang berbeda dan saling menunjang kepentingan pihak lainnya. Pihak-pihak dan saling kegiatan di Bursa Efek jakarta adalah :

a. Perusahaan yang go publik (Emiten)

Adalah perusahaan yang melakukan emisi atau yang telah melakukan penawaran dalam surat berharga. Pihak ini membutuhkan dana guna membelanjai operasi rencana investasi.

b. Perusahaan Efek

Adalah perusahaan yang telah memperoleh izin usaha untuk beberapa kegiatan seperti penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, manager investasi atau penasehat investasi.

c. Lembaga kliring dan penyelesaian penyimpanan

Adalah suatu lembaga yang menyelenggarakan kliring dan penyelesaian transaksi yang terjadi di bursa efek, penyimpanan efek serta penitipan harta untuk pihak lain.

d. Perusahaan Reksa dana

Adalah pihak yang kegiatan umumya melakukan investasi, investasi kembali (reinvestasi).

56

e. Lembaga Penunjang

Lembaga penunjang meliputi tempat penitipan harta, wali amanat atau penanggung yang menyediakan jasa, tempat penitipan harta adalah yang menyelenggarakan penyimpanan harta dalam penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak tanpa mempunyai hak kepemilikan atas harta tersebut. Wali amanat (trusrt agent) adalah pihak yang dipercayakan untuk mewakili kepentingan seluruh pemegang obligasi atau sertifikat kredit. Penaggung (gurator) adalah pihak yang menanggung kembali jumlah pokok atau bunga emisi obligasi atau sekuritas kredit dalam hal emiten cidera janji.

Sedangkan Biro Administrasi Efek (BAE) yang semula berperan penting dalam regristrasi saham, setelah scripless berperan memelihara investasi hingga memantau peroleh deviden investor, penawaran perdana (IPO), atau corporate action lainnya. Dan saat ini pencatatan semua daham investor beralih ke Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).

f. Profesi Penunjang

Terdiri dari akuntan publik, notaris, perusahaan penilai (appraisal) dan konsultan hukum. Akuntan publik adalah pihak yang memiliki keahlian dalam bidang akuntansi dan pemeriksa akuntan (auditing). Fungsi akuntan adalah memberi pendapat atas kewajaran laporan keuangan emiten atau calon emiten. Notaris adalah pejabat yang

57 berwenang membuat akte otentik sebagaimana dimaksudkan dalam Staad Glad 1860 No. 3 tentang pengaturan jabatab notaris.

Peran notaris adalah membuat perjanjian, penyusunan anggaran dasar dan perubahannya, perubahan pemilik modal dan lain-lain. Penilaian appraisal adalah pihak yang menerbitkan dan menandatangani laporan penilai. Laporan penilai mencakup pendapat atas aktiva yang disusun berdasarkan pemerikasaan menurut keahlian penilai. Konsultan hukum adalah ahli hukum mengenai emisi atau emiten. Fungsi utama konsultan hukum adalah melindungi pemodal atau calon pemodal dari segi hukum. Tugasnya antara lain meneliti akte pendirian, izin usaha dan lain-lain.

g. Pemodal (Investor)

Adalah pihak perorangan maupun lembaga yang menanamkan modalnya dalam efek-efek yang diperdagangkan.

h. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)

Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) merupakan lembaga pemerintah yang mempunyai tugas sebagai berikut :

1) Memonitor dan mengatur surat pasar dimana sekuritas-sekuritas dapat diterbitkan dan diperdagangkan secara teratur, wajar dan efisien dengan maksud untuk melinduingi kepentingan para pemodal dan masyarakat.

2) Mengawasi dan memonitor pertukaran sekuritas, clearing, settlement dan lembaga-lembaga penyimpanan reksa dana,

58 perusahaan sekuritas dan para pialang, berbagai lembaga pendukung pasar modal dan para profesional.

3) Untuk memberikan rekomendasi tentangt pasar modal kepada Menteri Keuangan.

Dengan fungsi tersebut diharapkan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) lebih bisa melaksanakan fungsi pengawasan karena kegiatan perdagangan efek dan berbagai kegiatan yang berkaitan dengannya diselenggarakan oleh Bursa Efek sendiri, selain itu peraturan mulai oleh badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) secara konsisten.

5. Mekanisme Perdagangan

a. Sistem Perdagangan Bursa Efek Indonesia

Perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) terpusat di lantai perdagangan di Indonesia Stock Exchange Building, Jl. Jenderal Sudirman Kav 52 – 53 Jakarta 12190, hingga saat ini, instrumen- instrumen yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah saham, bukti right, warant, obligasi dan obligasi konversi. Sejak 22 Mei 1995. sistem perdagangan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sudah menggunakan komputer. Sistem yang tergolong paling modern yaitu Jakarta Automated Trading System (JATS), sedangkan kegiatan administratif dan manajemen Bursa Efek Indonesia terpusat di lantai empat gedung yang sama.

59

b. Sistem pasar : digerakkan oleh Order dan Lelang Terbuka

Bursa Efek Jakarta menganut sistem order – driven market atau pasar yang digerakkan oleh order-order dari pialang dengan sistem lelang secara terus-menerus. Pembeli atau penjual, yang hendak melakukan transaksi harus menghubungi perusahaan pialang. Perusahaan pialang membeli dan menjual efek dilantai bursa atas perintah atau permintaan (order) investor. Akan tetapi, perusahaan pialang melakukan jual efek untuk dan atas nama perusahaan itu sendiri sebagai bagian dari investasi portofolio.

Setiap perusahaan pialang mempunyai orang yang akan memasuki semua order yang diterima ke terminal masing-masing di lantai bursa. Orang-orang yang bertindak di perusahaan pialang tersebut disebut Wakil Perantara Perdagangan Efek (WPPE). Dengan menggunakan Jakarta Automated Trading (JATS), order-order tersebut diolah oleh komputer yang akan melakukan matcing dengan mempertimbangkan prioritas harga dan prioritas waktu. Dengan demikian sistem perdagangan di bursa Efek Jakarta adalah sistem lelang secara terbuka yang berlangsung terus menerus selama jam bursa. Hingga saat ini, seluruh order dari perusahaan pialang memang harus dimasukkan ke dalam sistem melalui terminal yang ada di lantai bursa. Bursa Efek Indonesia telah menerapkan akses jarak jauh atau remote trading access untuk Jakarta Automated Trading System (JATS) sehingga

60 seluruh perusahaan pialang bisa langsung melakukan perdagangan dari luar lantai bursa, bahkan dari luar Jakarta.

1) Penyelesaian Transaksi

Transaksi di Bursa Efek Indonesia secara umum bukan transaksi yang bersifat tunai. Bursa menentukan apabila transaksi dilakukan hari ini, maka penterahan saham dan pembayaran harus diselesaikan melalui PT. Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI) dan PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada hari bursa ke lima (T+4) setelah terjadinya transaksi. Penyelesaian untuk transasksi obligasi dilakukan antara anggota bursa yang melakukan transaksi. Sementara itu, penyelesaian untuk transaksi right dilakukan melalui PT. Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI) dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).

2) Sistem Otomasi Perdagangan

Otomasi sistem perdgangan atau Jakarta Automated Trading System (JATS) dimulai tanggal 22 Mei 1995. awalnya, Bursa Efek Jakarta menyediakan 444 unit trader work sistem di lantai perdagangan bursa. Pada bulan Mei 2000, Bursa Efek Indonesia melakukan perluasan lantai dengan 360 terminal di lantai 5 gedung bursa, perluasan ini dilakuakn untuk sementara. Terminal-terminal yang dinamakan Trader Work System atau booth dihubungkan dengan mesin utama perdagangkan (Trading Engine) melalui jakarta Stock Exchange Network.

61 Pada tahap pertama, implementasi Jakarta Automated Trading System (JATS) lebih dipusatkan pada sistem konversi dari manual ke sistem komputerisasi. Pengembangan implementasi Jakarta Automated Trading System (JATS) terdiri dari beberapa tahap, antara lain :

a) Implementasi perdagangan tanpa warant (scriless trading) yang terintegrasi dengan sistem kliring dan penjaminan (clearing and guarante system) PT. Kliring dan Penjaminan Indonesia. b) Berkenaan dengan peningkatan transaksi, perluasan lantai

perdagangan dengan kapasitas 804 booth dilakukan untuk mengantisipasi kebutuhan anggota bursa terhadap fasilitas perdagangan pada pertengahan tahun 2000.

c) Pengembangan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading). Dengan menggunakan fasilitas ini anggota bursa dapat secara langsung mengakses Jakarta Automated Trading System (JATS) dari kantornya, kantor pusat maupun kantor.

3) Biaya Transaksi

Untuk membeli atau menjual saham, investor diwajibkan membayar biaya transaksi kepada perusahaan pialang berdasarkan kesepakatan. Dalam peraturan Bursa Efek Indonesia, biaya komisi setinggi-tingginya 1 % dari total nilai transaksi (beli atau jual). Sementara itu, pialang diwajibkan membayar biaya transaksi sebesar 0,04 % dari total nilai transaksi di bursa.

62 Perusahaan pilang diwajibkan membayar biaya-biaya sebagai berikut :

a) Untuk transaksi saham dan right dikenakan sebesar 0,04 % dari kumulatif nilai transaksi setiap bulan dan 0,01 % dari biaya tersebut oleh PT. Kliring Penjamin efek (KPEI) dan sisanya 0,015 % untuk biaya operasional bursa dan 0,006 % untuk PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).

b) Untuk transaksi obligasi atas unjuk tidak dikenakan biaya. c) Untuk transaksi warant dikenakan biaya sebesar 0,02 % dari

nilai transaksi dimana 0,005 % untuk dana jaminan dan kliring di PT. Kliring Penjamin Efek Indonesia. 0,0045 % untuk biaya penyelesaian dan kliring di Kliring Penjamin Efek Indonesia, dan sisasnya untuk biaya operasional bursa 0,0075 % dan untuk Kustodian Sentral efek Indonesia 0,003 %.

d) Untuk anggota bursa yang tidak melakukan transaksi sama sekali, wajib membayar biaya administratif kepada bursa sebesar Rp 250.000 per bulan (untuk anggota aktif).

Pengenaan komisi dan biaya-biaya transaksi ini belum termasuk Pajak Penambahan nilai (PPn) sebesar 10%. Pajak transaksi penjualan saham ditetapkan sebesar 0,1 % dari kumulatif nilai transaksi penjualan (khusus untuk saham).

63

B. Sejarah Objek Penelitian

1. Sejarah Perusahaan Yang Terdaftar Pada Indeks LQ 45

likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi yang terus direview setiap 6 bulan. Saham indeks LQ 45 harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir.

b. Ranking berdasar kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir)

c. Telah tercatat di BEI minimum 3 bulan

d. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.

Perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ 45 adalah perusahaan yang memiliki profit yang cukup tinggi dan memiliki saham yang cukup besar. Perusahaan yang terdaftar pada LQ 45 merupakan perusahaan yang masuk ke dalam perusahaan yang telah Go Publik. Di dalam indeks LQ 45 terdiri dari 45 perusahaan yang bervariasi dari berbagai sektor yang telah memenuhi persyaratan dalam indeks LQ 45.

64

2. Sejarah Perusahaan yang menjadi Objek Penelitian Tabel 4.1

Daftar Perusahaan Yang Menjadi objek Penelitian

No. Nama Perusahaan Kode Saham

1 PT. Astra Agro Lestari Tbk AALI

2 PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk ANTM

3 PT. Astra Internasional Tbk ASII

4 PT. Berlian Laju Tanker Tbk BLTA

5 PT. Bakrie & Brothers Tbk BNBR

6 PT. Barito Pacific Timber Tbk BRPT

7 PT. Bumi Resources Tbk BUMI

8 PT. International Nickel Ind. Tbk INCO

9 PT, Indofood Sukses Makmur Tbk INDF

10 PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk INKP 11 PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk INTP

12 PT. Indosat Tbk ISAT

13 PT. Kalbe Farma Tbk KLBF

14 PT. PP London Sumatra Plantion Tbk LSIP

15 PT. Medco Energi Internasional Tbk MEDC

16 PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk PTBA

17 PT. Semen gresik Tbk SMGR

18 PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk TLKM

19 PT. Timah Tbk TINS

20 PT. Unilever Indonesia Tbk UNVR

21 PT. United Tractors Tbk UNTR

(Sumber data diolah)

C. Hasil Dan Pembahasan 1. Deskriptif Data

Pengolahan data dilakukan secara elektronik mempergunakan Microsoft Excel dan SPSS 16.0 for Windows untuk mempercepat perolehan data hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang diteliti. Tabel deskriptif menunjukkan semua variabel yang digunakan dalam model analisis regresi berganda, yaitu variabel Y (Return Saham) sebagai variabel

65 terikat, variabel bebas yang terdiri dari variabel makro (Real in Rate dan Kurs) dan variabel laporan keuangan (Return On Asset, Debt Equity Ratio dan Current Asset). Penjelasan lengkap masing-masing variabel adalah:

a. Kurs

Menurut Adiningsih, dkk (1998:155), nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen, dan lain sebagainya.

Grafik 4.2

Kurs

(Sumber data diolah)

Berdasarkan hasil perhitungan Kurs terhadap US dollar tiap tahunya pada grafik 4.1, Pada Tahun 2005, kurs sebesar Rp 9165, Pada Tahun 2006, Kurs, sebesar Rp 9395, Pada Tahun 2007, Kurs, sebesar Rp 9090. Pada Tahun 2008, Kurs sebesar, Rp 7950

7,000 8,000 9,000 10,000 AAL I A N TM AS II B LT A B N B R B RP T B U MI IN CO IN DF INK P IN TP IS A T K LB F LS IP M E DC P T B A SM GR T LK M TI N S U NV R U N T R 2005 2006 2007 2008

66

b. Real Interest Rate

Real Interest Rate digunakan untuk mengukur Tingkat bunga riil adalah tingkat pertumbuhan daya beli yang berasal dari investasi. Dengan menyesuaikan tingkat bunga nominal untuk mengimbangi inflasi, agar menjaga daya beli tingkat tertentu modal konstan dari waktu ke waktu. Koreksi atas tingkat inflasi dan didefinisikan sebagai nominal interest rate dikurangi dengan tingkat inflasi.

Real Interest Rate = Nominal rate – Rate of inflation Grafik 4.3

Real Interest Rate

(Sumber data diolah)

Berdasarkan hasil perhitungan Real Interest Rate terhadap tiap tahunya pada grafik 4.2, Pada Tahun 2005, Real Interest Rate sebesar 0,14, Pada Tahun 2006, Real Interest Rate, sebesar -1,53, Pada Tahun 2007, Real Interest Rate, sebesar -0,20. Pada Tahun 2008, Real Interest Rate sebesar -1,64. (2.00) (1.50) (1.00) (0.50) - 0.50 AAL I A N TM AS II B LT A B N B R B RP T B U MI IN CO IN DF INK P IN TP IS A T K LB F LS IP M E DC P T B A SM GR T LK M TI N S U NV R U N TR 2005 2006 2007 2008

67

c. Return On Asset

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubunganya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas ini memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan beroperasi sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan. Tingkat profitabilitas yang tinggi dapat mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk going concern. Profitabilitas yang tinggi juga dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Menurut Brotman (1989) dan Boustita & Young dalam Burton, Adam and Hardwick (1998) dalam Purnomo (2005: 29) semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin rendah risiko ketidakmampuan membayar (Default) dan semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan tersebut.

Grafik 4.4 Return On Asset

(Sumber data diolah) (100.00) (50.00) - 50.00 100.00 AAL I A N TM AS II B LT A B N B R B RP T B U MI IN CO IN DF INK P IN TP IS A T K LB F LS IP M E D CO P T B A SM GR T LK M TI N S U NV R U N T R 2005 2006 2007 2008

68 Berdasarkan hasil perhitungan Return On Asset masing-masing perusahaan pada grafik 4.3, Pada Tahun 2005, Return On Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk sebesar 53,73 dan terendah dipegang oleh PT. Bakrie And Brother Tbk sebesar -7,48. Pada Tahun 2006, Return On Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk sebesar 53,28 dan terendah dipegang oleh PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk sebesar -0,5. Pada Tahun 2007, Return On Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Internasional Nickel Indonesia Tbk sebesar 88,83 dan terendah dipegang oleh PT. Barito Pasifik Tbk sebesar 0,28. Pada Tahun 2008, Return On Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk sebesar 60,58 dan terendah dipegang oleh PT. Bakrie And brothers Tbk sebesar -61,37.

d. DER (Debt To Equity Ratio)

Debt To Equity Ratio adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya. Debt to Equity Ratio mempengaruhi besarnya return karena semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal perusahaannya semakin besar pula jumlah kewajibannya. Debt To Equity Ratio dihitung dengan cara membagi total hutang dengan ekuitas.

Dengan demikian, debt to equity ratio juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang.

69

Grafik 4.5 Debt To Equity Ratio

(Sumber data diolah)

Berdasarkan hasil perhitungan Debt To Equity Ratio masing- masing perusahaan pada grafik 4.4, Pada Tahun 2005, Debt to Equity Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Bumi Resource Tbk sebesar 7,84dan terendah dipegang oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk sebesar 0,19. Pada Tahun 2006, Debt to Equity Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Medco Tbk sebesar 2,21 dan terendah dipegang oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk sebesar 0,24. Pada Tahun 2007, Debt to Equity Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Berlian Laju Tanker Tbk sebesar 5,23 dan terendah dipegang oleh PT. Semen Gresik Tbk sebesar 0,27. Pada Tahun 2008, Debt to Equity Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Berlian Laju Tanker Tbk sebesar 3,24 dan terendah dipegang oleh PT. Internasional Nickel Indonesia Tbk sebesar 0,21.

Menurut dewi Astuti (2004:17) Struktur modal adalah bauran atau perpaduan dari hutang jangka panjang saham preferen dan saham biasa. - 2.00 4.00 6.00 8.00 A A LI A N TM ASII B LTA BN BR BR P T B U M I IN CO IN DF IN K P IN TP IS A T KL BF LS IP M E DC P TB A S M G R TL K M TI N S UN V R U N TR 2005 2006 2007 2008

70 Struktur modal yang ditargetkan adalah perpaduan antara hutang saham preferen dan saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya, sedangkan struktur modal yang optimal adalah modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara resiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham.

e. Current Ratio

Rasio Likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban financial jangka pendek yang berupa hutang-hutang jangka pendek. Rasio Likuiditas pada pembahasan ini diwakili oleh current ratio.

Grafik 4.6 Current Ratio

(Sumber data diolah)

Berdasarkan hasil perhitungan Current Ratio masing-masing perusahaan pada grafik 4.5, Pada Tahun 2005, Current Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk sebesar 451,14 dan terendah dipegang oleh PT. PP London Sumatra Plantion Tbk

- 200.00 400.00 600.00 800.00 1,000.00 AAL

Dokumen terkait