• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Permukaan bagian dorsal tubuh trenggiling dilindungi oleh sisik-sisik yang keras dan rambut-rambut yang kasar di antara sisik tersebut. Sedangkan pada bagian ventral tubuhnya tidak ditutupi sisik hanya terdapat rambut-rambut di daerah tersebut (Gambar 8).

Gambar 8 Struktur eksterior tubuh trenggiling daerah bahu tampak lateral, sisik bagian dorsal berwarna coklat tua dan bagian ventral berwarna coklat muda.

Setelah sisik-sisik pada trenggiling dilepaskan dan kulit bagian bahu dikuakkan ke dorsal, maka akan terlihat otot kulit musculus cutaneus yang

menutupi otot-otot superfisial daerah bahu dan dada. Saat mempreparir m. cutaneus, harus dilakukan secara hati-hati agar otot ini tidak ikut tersayat

karena otot ini menempel pada kulit. Serabut otot ini mengarah longitudinal dan berjalan dari lateral bahu hingga ke daerah pangkal ekor trenggiling (Gambar 9).

1

Gambar 9 Otot kulit trenggiling setelah kulit dikuakkan.

Kelompok Otot Daerah Gelang Bahu

Setelah m. cutaneus dikuakkan ke ventral, ditemukan otot-otot daerah gelang bahu yang terdiri atas m. trapezius, m. rhomboideus, m. brachiocephalicus, m. omotransversarius, m. latissimus dorsi, m. serratus ventralis, dan m. pectoralis (m. pectoralis superficialis dan m. pectoralis profundus) (Tabel 1). Kelompok otot ini menghubungkan tulang kaki depan dengan badan.

Tabel 1 Origo dan insersio otot-otot gelang bahu trenggiling

Nama Otot Origo Insersio

1 M. trapezius a. pars cervicis b. pars thoracis processus spinosus os vertebrae cervicalis I-processus spinosus os vertebrae thoracalis II processus spinosus os vertebrae thoracalis II

spina scapulae os scapulae

sepertiga proximal dari

spina scapulae os scapulae

2 M. rhomboideus a. m. rhomboideus cervicis b. m. rhomboideus thoracis os vertebrae cervicalis II - os vertebrae thoracalis V processus spinosus os vertebrae thoracalis V-IX

bagian craniomedial dan craniolateral cartilago

scapulae dan sepanjang spina scapulae os scapulae

bagian caudomedial dan caudolateral cartilago

scapulae os scapulae

3 M. brachiocephalicus alae atlantis os atlas dan processus transversus os vertebrae cervicales

bagian proksimomedial

os radius dan os ulna

4 M. omotransversarius Alae atlantis os atlas bagian proksimal spina

scapulae os scapulae

5 M. latissimus dorsi fascia lumbodorsalis dan os costae IX-XIII

tuberculum teres major os humerus 6 M. serratus ventralis a. m. serratus ventralis cervicis b. m. serratus ventralis thoracis processus transversus os vertebrae cervicalis

III-VII

os costae I-X/XI

bagian anterior fascia

serrata os scapulae

bagian posterior fascia

serrata os scapulae 7 M.pectoralis superficialis a. m. pectoralis descendens b. m. pectoralis transverses

cartilago manubri os sternum os sternum

tuberositas deltoidea dan crista humeri os humerus tuberositas deltoidea os humerus 8 M. pectoralis profundus a. m. subclavius b. m. pectoralis ascendens os sternum

-lapis superfisial: origo

bersatu dengan m. cutaneus

-lapis profundal: segmen

pertama (os costae V-VI), segmen kedua (os costae VII), segmen ketiga (os costae VIII), dan segmen keempat (os costae IX)

tuberculum minus os humerus

tuberculum minus dan fascies cranialis os humerus

Gambar 10 Otot-otot superfisial daerah gelang bahu dan lengan atas.

1. m. brachiocephalicus, 2. m. cleidobrachialis, 3. m. cutaneus, 4. m. deltoideus pars scapularis, 5. m. latissimus dorsi, 6. m. pectoralis

ascendens, 7. m. tensor fasciae antibrachii, 8. m. teres major,

9. a) m. trapezius pars cervicis, b) m. trapezius pars thoracis, 10. a) m. triceps brachii caput longum, b) m. triceps brachii caput laterale,

c) m. triceps brachii caput accessorium 3 8 1 2 10c 6 5 7 10a 10b 4 9a 9b 10c 2 1 6 5 7 10a 10b 4 9a 9b 10c 3 8

Gambar 11 Otot-otot daerah gelang bahu setelah m. trapezius dikuakkan.

1. m. cleidobrachialis, 2. m. deltoideus pars scapularis, 3. m. latissimus

dorsi, 4. m. longissimus thoracis, 5. a) m. rhomboideus cervicis,

b) m. rhomboideus thoracis, 6. m. serratus ventralis thoracis, 7. m. tensor

fascia antibrachii, 8. m. teres major, 9. a) m. trapezius pars cervicis,

b) m. trapezius pars thoracis, 10. a) m. triceps brachii caput longum, b) m. triceps brachii caput laterale.

1 2 10a 10b 8 7 6 5a 5b 9a 9b 9b 4 8 3 3 10a 10b 8 7 6 5a 5b 9a 9b 9b 4 8 3 3 1 2

M. trapezius merupakan otot besar yang berbentuk kipas. Berdasarkan letak origonya, otot ini dibagi dalam dua bagian yaitu m. trapezius pars cervicis yang memiliki arah serabut caudoventrad dan m. trapezius pars thoracis yang memiliki

arah serabut cranioventrad (Gambar 10). Otot yang terletak di profundal m. trapezius dan menghubungkan bagian dorsal thorax dengan os scapulae

dinamakan m. rhomboideus. Otot ini terbagi menjadi dua bagian yaitu m. rhomboideus cervicis dan m. rhomboideus thoracis (Gambar 11).

Ditemukannya insersio m. rhomboideus pada bagian medial dan lateral os scapulae merupakan hal yang menarik dari penelitian,bahkan pada m. rhomboideus cervicis memiliki insersio di sepanjang spina scapulae os scapulae.

Trenggiling memiliki m. brachiocephalicus yang panjang, besar, dan tebal serta berinsersio di bagian proksimomedial os radius dan os ulna. Pada trenggiling otot ini memiliki m. cleidobrachialis yang letaknya ada di caudodistal m. brachiocephalicus. Trenggiling memiliki m. latissimus dorsi yang tebal dan hampir menutupi seluruh m. serratus ventralis thoracis pada daerah thorax (Gambar 10). Setelah otot ini dikuakkan, ditemukan m. serratus ventralis yang menutupi daerah thorax. Otot ini terdiri atas m. serratus ventralis cervicis (Gambar 14) dan m. serratus ventralis thoracis (Gambar 12 dan 14).

M. pectoralis superficialis terdiri atas m. pectoralis descendens dan m. pectoralis transversus, sedangkan m. pectoralis profundus terdiri atas m. subclavius dan m. pectoralis ascendens (Gambar 13). Otot-otot tersebut

memiliki origo di daerah thorax dan insersio di daerah lengan atas. Trenggiling memiliki dua lapis m. pectoralis ascendens, yaitu lapis superfisial yang origonya bersatu dengan m. cutaneus dan lapis profundal yang terdiri dari empat segmen. Segmen pertama dari m. pectoralis ascendens yaitu berorigo di os costae V-VI, segmen kedua pada os costae VII, segmen ketiga pada os costae VIII, dan segmen terakhir pada os costae IX.

Gambar 12 Otot-otot daerah gelang bahu setelah m. latissimus dorsi dikuakkan.

1. m. deltoideus pars scapularis, 2. m. latissimus dorsi, 3. m. pectoralis

ascendens, 4. m. rhomboideus thoracis, 5. m. serratus ventralis thoracis,

6. m. teres major, 7. m. tensor fascia antibrachii, 8. a) m. trapezius pars

cervicis, b) m. trapezius pars thoracis, 9. a) m. triceps brachii caput longum,

b) m. triceps brachii caput laterale, c) m. triceps brachii caput accessorium. 5 2 2 6 4 8b 8a 9a 9b 1 4 9c 3 5 2 2 6 4 8b 8a 9a 9b 1 7 9c 3 3 3

Gambar 13 Otot-otot daerah pektoral.

1. m. brachiocephalicus, 2. m. coracobrachialis, 3. m. pectoralis ascendens,

4. m. pectoralis descendens, 5. m. pectoralis transversus, 6. m. subclavius.

1 5 4 4 2 6 3 1 5 4 4 2 6 3

Gambar 14 Otot-otot daerah bahu bagian medial.

1. m. pectoralis transversus, 2. m. pectoralis descendens, 3. m. subclavius, 4. m. scalenus dorsalis, 5. m. serratus ventralis cervicis, 6. m. serratus

ventralis thoracis, 7. m. subscapularis, 8. m. teres major, 9. m. serratus dorsalis, 10. m. latissimus dorsi, 11. m obliquus externus abdominis,

12. a) m. rhomboideus cervicis, b) m. rhomboideus thoracis, 13. m. pectoralis

ascendens, 14. m. coracobrachialis. 14 13 3 13 13 9 10 3 12a 12b 8 7 6 4 5 1 6 11 2 14 9 3 12a 12b 8 7 6 5 13 13 13 10 3 4 1 6 11 2 13

Kelompok Otot Daerah Bahu

Kelompok otot daerah bahu mempunyai origo di os scapulae dan insersio di os humerus. Otot-otot tersebut terdiri atas m. supraspinatus, m. infraspinatus,

m. deltoideus, m. teres minor, m. subscapularis, m. teres major, dan m. coracobrachialis (Tabel 2).

Tabel 2 Origo dan insersio otot-otot daerah bahu trenggiling

Nama Otot Origo Insersio

Otot Bahu Lateral

1 M. supraspinatus bidang kranial fossa

supraspinata dan spina scapulae os scapulae

tuberculum minus os humerus

2 M. infraspinatus fossa infraspinata os scapulae tuberculum majus os humerus

3 M. deltoideus

a. pars scapularis b. pars acromialis

spina scapulae dan margo caudalis os scapulae acromion os scapulae

processus styloideus lateralis et medialis os radius

tuberositas deltoidea os humerus

4 M. teres minor margo posterior os scapulae

bagian distal

tuberositas deltoidea os humerus

Otot Bahu Medial

5 M. subscapularis fossa subscapularis os scapulae

tuberculum minus os humerus

6 M. teres major bagian proksimal angulus

caudalis dan margo caudalis os scapulae

tuberositas major os humerus

bersama-sama dengan

m. latissimus dorsi

7 M. coracobrachialis processus coracoideus os scapulae

kira-kira di sepertiga daerah tengah facies cranialis

os humerus.

Otot-otot daerah bahu bagian lateral terdiri atas m. supraspinatus, m. infraspinatus, m. deltoideus, dan m. teres minor (Gambar 17). Otot-otot daerah

bahu bagian medial yang ditemukan pada trenggiling adalah m. subscapularis, m. teres major, dan m. coracobrachialis (Gambar 14).

Pada trenggiling, m. deltoideus terdiri atas m. deltoideus pars scapularis dan m. deltoideus pars acromialis (Gambar 15). Trenggiling memiliki ukuran m. deltoideus pars scapularis yang tipis dan berbentuk panjang hingga ke bagian kaudal dari os radius, serta m. deltoideus pars acromialis berukuran tebal dan pendek (Gambar 15).

Gambar 15 Otot-otot daerah bahu dan lengan atas bagian lateral setelah

m. brachiocephalicus dikuakkan.

1. m. brachiocephalicus, 2. a) m. deltoideus pars scapularis,

b) m. deltoideus pars acromialis, 3. m. supraspinatus, 4. a) m. triceps brachii

caput longum, b) m. triceps brachii caput laterale, c) m. triceps brachii caput

accessorium, 5. m. tensor fascia antibrachii, 6. m. latissimus dorsi,

7. m. omotransversarius, 8. m. trapezius pars cervicis, 9. m. cleidobrachialis.

9 1 8 1 2b 2a 3 7 4c 4b 4a 5 6 4c 7 5 9 1 8 1 2b 2a 3 4b 4a 6 4c

Gambar 16 Otot-otot daerah bahu dan lengan atas.

1. m. brachiocephalicus, 2. m. supraspinatus, 3. a) m. deltoideus pars

scapularis, b) m. deltoideus pars acromialis, 4. m. barchialis, 5. a) m. triceps brachii caput longum, b) m. triceps brachii caput laterale, c) m. triceps brachii caput mediale, d) m. triceps brachii caput accessorium, 6. m. tensor fascia antibrachii, 7. m. trapezius pars cervicis, 8. m. omotransversarius.

3b 5c 3a 5d 5b 1 7 8 1 2 6 5b 3a 5a 4 3b 3a 1 7 8 1 2 5d 6 5b 3a 5c 5a 5b 4

Gambar 17 Otot-otot profundal daerah bahu dan lengan atas setelah

m. brachiocephalicus, m. deltoideus (pars acromialis dan pars scapularis),

dan m. triceps brachii caput laterale dikuakkan.

1. m. supraspinatus, 2. m. infraspinatus, 3. m. teres minor,4. a) m. triceps

brachii caput longum, b) m. triceps brachii caput laterale, c) m. triceps brachii caput mediale, d) m. triceps brachii caput accessorium, 5. m. tensor fascia antibrachii, 6. m. teres major, 7. m. latissimus dorsi, 8. m. trapezius pars thoracis, 9. m. serratus ventralis thoracis, 10. m. brachiocephalicus,

11. m. trapezius pars cervicis, 12. m. cleidobrachialis, 13. m. brachialis, 14. m. deltoideus pars acromialis.

1 2 4d 3 5 4b 4b 4c 4a 6 7 7 8 9 10 11 12 10 13 14 14 1 2 4d 3 5 4b 4b 4c 4a 6 7 7 8 9 10 10 11 12 13 14 14

Kelompok Otot Daerah Lengan Atas

Otot lengan atas trenggiling umumnya berorigo pada os scapulae dan

sebagian os humerus. Otot-otot daerah ini yang ditemukan terdiri atas m. brachialis, m. biceps brachii (Gambar 18), m. triceps brachii, dan m. tensor

fasciae antebrachii (Tabel 3). Otot lengan atas memiliki fungsi utama dalam menggerakkan fungsi siku. Selain itu, otot- otot ini juga berfungsi sebagai fiksator persendian bahu dan siku saat hewan berdiri tegak (Getty 1975).

Tabel 3 Origo dan insersio otot-otot daerah lengan atas trenggiling

Nama Otot Origo Insersio

1 M. brachialis kira-kira di sepertiga proksimal

fascies caudalis os humerus

tuberositas radii dan tepi

medial os radius

2 M. biceps brachii tuberculum supraglenoidalis os scapulae

tuberositas radii os radius

3 M. triceps brachii

a. caput longum b. caput laterale c. caput mediale

d. caput accessorium

margo posterior os scapulae spina scapulae os scapulae fascies medial dari corpus humeri di distocaudal dari tuberculum teres major os humerus

tuberositas deltoideus os humerus

bagian laterovolar

olecranon os ulna

bagian lateral olecranon

os ulna bagian mediodorsal olecranon os ulna olecranon os ulna 4 M. tensor fasciae antebrachii

margo posterior os scapulae bagian laterovolar

olecranon os ulna

Trenggiling memiliki m. triceps brachii yang kompleks dan terletak pada

siku. Otot ini pada trenggiling memiliki empat caput yang terdiri atas caput longum, caput lateral, caput medial, dan caput accessorium. M. tensor

fasciae antebrachii merupakan otot yang cukup tebal dan insersionya bersatu dengan m. triceps brachii caput longum (Gambar 16).

Gambar 18 Otot-otot daerah lengan atas bagian medial.

1. m. brachiocephalicus, 2. m. biceps brachii, 3. m. triceps brachii caput

medial, 4. m. tensor fasciae antebrachii, 5. m. coracobrachialis,

6. m. pectoralis ascendens, 7. m. pectoralis descendens, 8. m. subclavius.

1 2 3 4 5 6 7 8 1 5 2 6 3 4 7 8

Pembahasan

Secara umum trenggiling memiliki fungsi otot-otot daerah bahu dan lengan atas yang mirip dengan anjing yaitu sebagai hewan penggali tanah dan beruk sebagai hewan pemanjat pohon. Perilaku hewan yang berbeda-beda akan mengakib7tkan perbedaan dalam adaptasi fungsi organ tubuhnya. Salah satu fungsi dari kaki depan pada waktu hewan berjalan adalah untuk menerima kembali beban tubuh secara elastis dan tanpa guncangan keras di bumi. Melihat adanya perbedaan fungsi akan berakibat pada perbedaan anatomi, diantaranya yaitu anatomi tulang dan otot.

Trenggiling merupakan hewan mamalia yang memiliki perilaku unik, terutama kemampuannya menggulung tubuh pada saat terancam oleh predator. Trenggiling akan membentuk suatu posisi yang kokoh dengan sisik–sisik tajam saat menggulung, sehingga predator menjadi sulit untuk memangsa (Schlitter 2005). Posisi tersebut akan memudahkan trenggiling menggelinding terutama pada daerah tebing yang miring, sehingga dapat menghindar dari pemangsa. Trenggiling mampu menggelinding sejauh 30 meter selama 10 detik (Tenaza 2005). Kemampuan trenggiling lainnya adalah dapat memanjat pohon pada saat mencari pakan dan menggali tanah untuk membuat sarang. Aktivitas-aktivitas saat menggulung, memanjat pohon, dan menggali tanah tersebut yang membutuhkan struktur tubuh khusus pada trenggiling. Keistimewaan ini terletak pada karakteristik skeletonnya (Cahyono 2007), dan otot-ototnya yang juga istimewa.

Trenggiling memiliki musculus cutaneus yang tidak terbagi dan menutupi bagian superfisial daerah dada sampai ke pangkal ekor. Otot ini memiliki ketebalan yang lebih tebal dari pemamah biak dan kuda serta berbentuk lebar, diduga berfungsi untuk menggerakkan sisik-sisik di lateral tubuh serta kulit daerah dada dan abdomen. Fungsi lain dari m. cutaneus diduga menunjang pada saat trenggiling menggulung tubuhnya. Beberapa spesies hewan seperti kuda dan pemamah biak, otot kulit ini kurang berkembang dibandingkan dengan trenggiling yaitu terdiri atas m. cutaneus omobrachialis yang menutupi bidang lateral bahu dan lengan atas, serta m. cutaneus trunci yang menutupi dinding lateral dan ventral daerah dada dan perut. Fungsi otot ini pada kuda dan pemamah biak yaitu untuk menggerakkan kulit di daerah tersebut, terutama untuk mengusir lalat atau

benda asing yang menempel pada tubuh hewan tersebut. Sedangkan pada beruk otot kulit dinamakan m. panniculus carnosus. Otot ini merupakan otot kulit yang terbentang dari daerah thorax sampai ke daerah gluteal dan berfungsi sebagai penggerak kulit daerah punggung saat menyingkirkan kotoran dan serangga yang menggigit (Husein 2012).

Kelompok otot gelang bahu pada trenggiling terdiri atas m. trapezius, m. rhomboideus, m. brachiocephalicus, m. omotransversarius, m. latisimus dorsi,

m. serratus ventralis, dan m. pectoralis (m. pectoralis superficialis dan m. pectoralis profundus). Otot-otot ini memiliki fungsi yang penting karena

otot-otot di daerah ini menghubungkan tulang kaki depan dengan badan. Hal ini berhubungan dengan fungsi kaki depan agar dapat menahan beban tubuh secara elastis (Soesetiadi 1977). Otot-otot daerah gelang bahu memiliki beberapa fungsi seperti mencegah penguakan os scapulae ke lateral, menarik os scapulae dan os humerus ke anterior dan posterior, penggantung tubuh, serta sebagai pergerakan kaki depan. Otot yang berfungsi sebagai pencegah penguakan dan mengatur pergerakan dari os scapulae adalah m. trapezius dan m. rhomboideus, sedangkan untuk menarik os scapulae dan os humerus ke anterior dan posterior adalah m. brachiocephalicus dan m. latisimus dorsi. Selain itu, otot daerah ini juga berperan dalam pergerakan kaki depan yaitu aduktor dan retraktor kaki depan.

Trenggiling memiliki m. trapezius yang terdiri atas m. trapezius pars cervicis dan m. trapezius pars thoracis. Origo m. trapezius pars cervicis pada trenggiling yaitu di processus spinosus os vertebrae cervicalis I sampaiprocessus spinosus os vertebrae thoracalis II, sementara pada hewan lain umumnya berorigo pada ligamentum nuchae. Contoh hewan yang memiliki origo pada ligamentum nuchae yaitu anjing yang berorigo di os vertebrae cervicales III sampai os vertebrae thoracales III (ligamentum nuchae ) (Miller 1993), serta beruk yang berorigo di protuberantia occipitalis externa, ligamentum nuchae, dan processus spinosus os vertebrae cervicales (Husein 2012). Trenggiling memiliki ligamentum nuchae yang tidak subur dikarenakan karakteristik tubuh trenggiling yang lentur dibuktikan dengan kemampuannya untuk menggulung diri dan menggelinding secara aktif. Sedangkan ligamentum nuchae merupakan suatu

jaringan ikat yang terdiri atas serabut elastin membentang dari protuberantia occipitalis externa pada os occipitale hingga processus spinosus daerah gumba (Soesetiadi 1977) dan memiliki fungsi utama sebagai penegak leher pada hewan besar, terutama yang memiliki leher panjang.

Otot yang terletak di profundal m. trapezius dan menghubungkan bagian dorsal thorax dengan os scapulae dinamakan m. rhomboideus. Bersama-sama

dengan m. trapezius, m. latissimus dorsi, dan m. serratus ventralis, m. rhomboideus berfungsi untuk mencegah penguakkan os scapulae (Nurhidayat

et al. 2010). Trenggiling memiliki dua bagian pada otot ini yang terdiri atas m. rhomboideus cervicis dan m. rhomboideus thoracis. Beberapa hewan lainnya seperti pada anjing, otot ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu m. rhomboideus cervicis, m. rhomboideus thoracis, dan m. rhomboideus capitis (Getty 1975). Hal yang menarik dari penelitian ini adalah ditemukannya insersio m. rhomboideus pada bagian medial dan lateral os scapulae, sedangkan pada hewan lain pada umumnya seperti kambing dan kuda, otot ini berinsersio hanya pada bagian medial cartilago os scapulae. Bahkan m. rhomboideus cervicis memiliki insersio di sepanjang spina scapulae os scapulae. Pertautan ganda pada m. rhomboideus yang berbeda dengan hewan lain pada umumnya ini yang diduga berperan dalam fiksasi os scapulae menjadi lebih kuat dari otot fiksasi lainnya serta mengatur pergerakkan os scapulae dalam kaitannya dengan menggulung tubuh. Saat trenggiling menggulung tubuhnya, maka diperlukan otot-otot yang dapat memfiksasi os scapulae dan tulang kaki depan agar tidak terkuak dan tetap terfiksasi. Trenggiling memiliki struktur m. rhomboideus thoracis yang sama dengan beruk yaitu melekat pada bagian lateral dan medial cartilago os scapulae (Husein 2012).

Trenggiling memiliki m. brachiocephalicus yang panjang, besar, dan tebal serta berinsersio di bagian proksimomedial os radius dan os ulna. Sedangkan pada kambing, otot ini hanya berupa otot tipis dan panjang serta pada kuda otot ini

berukuran besar (Getty 1975). Otot ini pada trenggiling memiliki m. cleidobrachialis yang letaknya ada di caudodistad dari m. brachiocephalicus.

Sedangkan pada kuda dan anjing ditemukan m. cleidocervicalis (transversus). Insersio m. brachicephalicus pada hewan lain umumnya di fascia antibrachii dan

tuberositas deltoideus dan crista humeri os humerus bagian proksimal. Fungsi utama dari otot ini yaitu sebagai fleksor kepala dan leher apabila kaki depan sebagai titik tetap, serta ekstensor persendian bahu dan protaktor kaki depan ketika kepala berfungsi sebagai titik tetap (Nurhidayat et al. 2010).

Terkait dengan fungsinya sebagai fleksor kepala dan leher serta sebagai ektensor bahu, m. brachiocephalicus pada trenggiling akan memberikan kekuatan yang lebih pada kaki depan dan leher saat menggulung tubuhnya. Kekuatan tersebut yang menjadikan trenggiling tidak akan mudah lepas dari posisi menggulung. Kaki depan trenggiling memiliki tingkat kerja lebih tinggi dibandingkan pada hewan lain seperti kambing dan domba yang hanya berperan sebagai alat gerak dan penumpu berat badan saja (Sisson Sisson & Grossman 1962; Tenaza 2005). Selain menggunakan kaki depan sebagai alat gerak dan penumpu berat badan, trenggiling juga menggunakan kaki depannya untuk menggali lubang dalam mencari pakan maupun membuat sarang serta memanjat pohon (Schlitter 2005). Fungsi lain dari m. brachiocephalicus pada trenggiling yaitu sebagai protaktor kaki depan dalam proses penggalian tanah.

Trenggiling memiliki m. latissimus dorsi yang tebal dan hampir menutupi seluruh m. serratus ventralis thoracis pada daerah thorax. Otot ini pada hewan lain umumnya merupakan otot yang besar, berbentuk segitiga, dan menutupi dinding laterodorsal thorax. Otot ini berasal dari daerah thorax (fascia lumbodorsalis) dan bertaut ke daerah bahu medial (tuberositas teres major os humerus) (Getty 1975). Fungsi dari otot ini yaitu sebagai fleksor persendian bahu, aduktor lengan atas (Aversi-Ferreira et al. 2007), dan retraktor lengan atas (Stone & Stone 2008). Anjing memiliki fungsi pada kaki depan terutama ketika melakukan penggalian tanah (Miller 1993). Seperti halnya pada anjing, otot ini diduga juga berpengaruh terhadap fungsi kaki depan trenggiling sebagai penggali. Selain menggali tanah, trenggiling juga dapat memanjat pohon seperti layaknya primata, salah satu contoh primata adalah beruk. Menurut Husein (2012), beruk memiliki m. latissimus dorsi yang besar dalam mendukung aktivitas memanjat saat mencari pakan. Semut yang merupakan pakan spesifik dari trenggiling sebagian besar hidup dan membuat sarang di pepohonan, sehingga aktivitas memanjat sangat penting bagi trenggiling dalam usaha mencari pakan.

Berdasarkan keadaannya, m. latissimus dorsi diduga merupakan suatu bentuk adaptasi dari kerja berat yang dilakukan oleh kaki depan.

M. serratus ventralis terdiri atas m. serratus ventralis cervicis dan

m. serratus ventralis thoracis. Otot ini bertaut dari processus transversus

os vertebrae cervicalis III-VII (m. serratus ventralis cervicis) dan

os costae I-X/XI (m. serratus ventralis thoracis) hingga ke fascia serrata

os scapulae. Fungsi secara umum m. serratus ventralis pars cervicis yaitu untuk menarik basis os scapulae ke arah leher dan mengangkat leher atau membengkok leher ke lateral, sedangkan m. serratus ventralis pars thoracis memiliki fungsi untuk menarik basis os scapulae ke kaudal dan sebagai otot inspirasi dalam keadaan memaksa. Trenggiling memiliki m. pectoralis yang terdiri atas m. pectoralis superficialis (m. pectoralis descendens dan m. pectoralis transversus) serta m. pectoralis profundus (m. subclavius dan m. pectoralis ascendens). Saat memanjat pohon, m. pectoralis descendens membantu kerja dan menambah kekuatan m. pectoralis transversus (Kurniawan 2000). Otot ini juga memiliki fungsi yang sinergis dengan m. pectoralis transversus yaitu membantu kerja dan menambah kekuatan dalam melakukan gerakan aduksi dan menekan pada saat memanjat pohon (Aversi-Ferreira et al. 2007; Stone & Stone 2008). Trenggiling memiliki dua lapis m. pectoralis ascendens, yaitu lapis superfisial yang origonya bersatu dengan m. cutaneus dan lapis profundal yang terdiri dari empat segmen. Segmen pertama dari m. pectoralis ascendens yaitu berorigo di os costae V-VI, segmen kedua pada os costae VII, segmen ketiga pada os costae VIII, dan segmen terakhir pada os costae IX. Origo m. pectoralis ascendens yang kompleks inilah yang memberikan dugaan bahwa fungsi sebagai retraktor dan protaktor kaki muka pada trenggiling menjadi bertambah. Sehingga otot ini dapat berperan dalam penggalian tanah untuk mencari pakan. Selain itu, m. pectoralis ascendens menambah kekuatan lengan atas sehingga dapat melakukan gerakan aduksi dan menekan pada saat memanjat pohon. Pada trenggiling, m. pectoralis profundus berpengaruh terhadap aktivitas dalam memanjat pohon saat mencari pakan dan gerak aduktor serta retraktor lengan atas (Aversi-Ferreira et al. 2007).

Kelompok otot bahu trenggiling mempunyai origo di os scapulae dan

insersio di daerah os humerus. Otot-otot bahu tersebut terdiri dari m. supraspinatus, m. infraspinatus, m. deltoideus, m. teres minor, m. subscapularis, m. teres major, dan m. coracobrachialis (Getty 1975). Stabilitas

persendian bahu selama trenggiling bergerak dipengaruhi oleh m. teres minor, m. supraspinatus, m. infraspinatus, dan m. subscapularis.

Trenggiling memiliki m. deltoideus yang terdiri atas m. deltoideus pars acromialis dan m. deltoideus pars scapularis, serta memiliki ukuran yang tebal dan pendek (m. deltoideus pars acromialis ) dan berukuran tipis dan panjang hingga ke bagian kaudal dari os radius (m. deltoideus pars scapularis). Insersio dari m. deltoideus pars scapularis pada trenggiling yaitu di processus styloideus lateralis et medialis os radius, sedangkan hewan lain umumnya memiliki insersio pada tuberositas deltoidea. Keadaan ini yang menguatkan dugaan bahwa kaki depan trenggiling berperan dalam aktivitas menggali lubang dan memanjat pohon saat membuat sarang serta mencari pakan sehingga dibutuhkan otot yang kuat

Dokumen terkait