• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi Umum

Tanaman padi saat berumur 1-3 MST diserang oleh hama keong mas (Pomacea caanaliculata). Hama ini menyerang dengan memakan bagian batang dan daun tanaman yang masih muda yang menyebabkan tanaman tidak bisa tumbuh. Upaya pengendalian dilakukan dengan cara manual yaitu dengan memberi makanan umpan seperti pelepah pisang, daun singkong, dan daun pepaya dipingir-pinggir pematang sawah sehingga keong mas menggerombol disekitar makanan tersebut (Gambar 1) dan memungut keong dan telurnya dari lahan sawah. Selain hal tersebut dilakukan penyulaman tanaman yang terserang dengan sumber bibit yang sama.

Gambar 1. Cara Pengendalian Hama Keong Mas pada Awal Tanam sampai 3 MST

Hama tikus sawah (Rattus argentiventer) menyerang padi pada stadium vegetatif akhir dan awal stadium generatif. Tikus menyerang padi pada malam hari, pada siang hari tikus bersembunyi di dalam lubang pada tanggul-tanggul irigasi, jalan sawah, pematang, dan daerah perkampungan dekat sawah. Serangan hama tikus pada percobaan terjadi saat tanaman berumur 5 MST (Gambar 2). Tingkat serangan hama tersebut masih tergolong rendah yaitu di bawah 10%, tetapi bila dibiarkan akan menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan tanaman dan akan berdampak terhadap hasil penelitian. Upaya pengendalian dilakukan dengan cara memberi cairan oli bekas di sekeliling lahan penelitian.

Membersihkan lahan dan pematang dari gulma karena tikus suka daerah yang rimbun dan subur akan tumbuhan. Penggenangan lahan dengan ketinggian tertentu (10-20 cm) sehingga tikus tidak bisa masuk ke areal pertanaman.

Gambar 2. Serangan Hama Tikus pada 5 MST

Hama lain yang menyerang pertanaman yaitu belalang (Valanga nigricornis). Hama ini menyerang pada saat transplanting sampai panen. Bagian yang diserang adalah daun padi yang menyebabkan terganggunya proses fotosintesis. Upaya pengendalian dengan cara membunuh langsung dan mengusir dari daerah pertanaman.

Pengendalian hama pada percobaan ini dilakukan dengan cara manual dan penyemprotan pestisida. Penyemprotan pestisida (bahan aktif BPMC) dilakukan pada tanaman yang terserang hama kutu putih palsu dan hama sundep pada saat umur tanaman 6 MST dengan dosis anjuran.

Rekapitulasi Hasil Analisis Sidik Ragam

Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati (Tabel 1). Hasil sidik ragam terhadap berbagai peubah yang diamati menunjukan bahwa perlakuan pengaruh reduksi NPK dengan aplikasi pupuk organik dan hayati terhadap pertumbuhan tanaman berpengaruh nyata, kecuali terhadap tinggi tanaman pada 3 dan 5 MST tidak berpengaruh nyata dari pada perlakuan satu dosis pupuk NPK.

Perlakuan reduksi dosis pupuk NPK hingga 50% dengan pembenaman jerami, aplikasi pupuk organik, dan pupuk hayati menghasilkan panjang malai dan jumlah gabah/malai yang berpengaruh sangat nyata dan persentase gabah isi berpengaruh nyata dibandingkan perlakuan satu dosis pupuk NPK. Perlakuan pengurangan pupuk NPK hingga 50% dengan kombinasinya menghasilkan jumlah

anakan produktif, bobot 1000 butir, bobot gabah kering/tanaman, bobot gabah kering giling ubinan, dan dugaan gabah kering giling/ha yang tidak berpengaruh nyata dengan perlakuan dosis pupuk NPK penuh.

Menurut Gomez dan Gomez (1995) nilai koefisien keragaman menunjukan ketepatan dalam suatu percobaan dan menunjukan pengaruh lingkungan dan faktor lain yang tidak dapat dikendalikan dalam suatu percobaan. Nilai koefisien keragaman analisis masih bisa ditolerir jika masih dibawah 20%. Nilai koefisien keragaman pada percobaan ini berkisar antara 1.96 - 15.25% dan tergolong normal pada kondisi lapang.

Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam

Peubah Pengamatan Perlakuan Koefisien Keragaman (%) Pertumbuhan Tanaman Tinggi Tanaman 3 MST tn 2.24 5 MST tn 3.48 7 MST * 2.63 Jumlah Anakan 3 MST * 7.80 5 MST * 2.62 7 MST * 6.77

Bagan Warna Daun

3 MST ** 1.96

5 MST * 5.47

7 MST * 3.92

Hasil dan Komponen Hasil

Jumlah Anakan Produktif tn 8.93

Panjang Malai ** 12.63

Jumlah Gabah Per Malai ** 8.93

Bobot 1000 Butir tn 3.20

Bobot Gabah Kering per Tanaman tn 12.76

Persentase Gabah Isi * 15.25

Bobot Gabah Kering Giling Ubinan tn 10.73

Bobot Gabah Kering Panen per ha tn 8.89

Bobot Gabah Kering Giling per ha tn 10.36

Ket: tanda * = nyata pada taraf 5%; tanda ** = nyata pada taraf 10%; tn = tidak nyata

Hasil Analisis Tanah Sebelum dan Sesudah Percobaan

Berdasarkan hasil analisis tanah sebelum percobaan diketahui pH tanah tergolong agak masam , kandungan C-organik dalam tanah rendah, kandungan

hara N dalam tanah tergolong rendah, kandungan hara P rendah, dan hara K sangat rendah. Berdasarkan hasil analisis tanah tersebut, status kesuburan tanah tergolong rendah (Pusat Penelitian Tanah, 1980). Hasil analisis setelah percobaan terlihat bahwa, terjadi penurunan pada pH tanah, unsur N tanah dan unsur K tanah dan terjadi peningkatan pada C-organik serta hasil yang bervariatif terjadi peningkatan dan penurunan pada unsur P (Tabel 2).

Tabel 2. Hasil Analisis Tanah Sebelum dan Sesudah Percobaan

Perlakuan pH C Organik (%) N Total (%) K (me/100g) P (ppm) Sebelum Percobaan 5.9 1.93 0.18 1.2 5.7 1 Dosis NPK 4.7 2.39 0.14 0.61 3.5 1 Dosis NPK + Jerami 4.7 2.52 0.16 0.76 4.1

Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami 4.6 2.64 0.15 0.79 6.4

0.5 Dosis NPK + Jerami 4.6 2.60 0.17 0.81 6.2

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 4.7 2.47 0.15 0.64 3.9 0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1

+ Dekomposer 4.8 2.60 0.18 0.69 4.4

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1

+ POG 4.7 2.88 0.17 0.74 5.4

0.5 Dosis NPK + Jerami + POG +

POC + Dekomposer 4.8 2.76 0.17 0.76 6.2

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1

+ POG + Dekomposer 4.7 2.42 0.16 0.79 6.6

0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2

+ Jerami 4.8 2.60 0.14 0.59 3.7

0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2 4.8 2.52 0.15 0.64 4.6 0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati

2 4.7 2.56 0.17 0.67 7.1

0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati 2

+ Jerami 4.8 2.47 0.16 0.68 6.7

Pertumbuhan

Hasil pengamatan dan analisis statistik menunjukkan bahwa secara umum pembenaman jerami, aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati dengan pengurangan 50% dosis pupuk NPK tidak memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan tanaman baik tinggi tanaman dan jumlah anakan. Perlakuan 100% pupuk NPK dengan pembenaman jerami menghasilkan tinggi tanaman yang nyata lebih tinggi dengan perlakuan 100% dosis pupuk NPK pada 7 MST. Tinggi tanaman dan jumlah anakan pada perlakuan reduksi pupuk NPK

dengan pembenaman jerami, pupuk organik dan pupuk hayati dapat dilihat pada Tabel 3.

Perlakuan reduksi pupuk NPK sebesar 50% dari dosis anjuran dengan pembenaman jerami ditambah atau tidak ditambah pupuk organik atau pupuk hayati secara umum menghasilkan tinggi tanaman yang tidak berbeda dengan perlakuan 1 dosis pupuk NPK dan cenderung lebih rendah. Rata-rata tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan P2, yaitu 100% dosis pupuk NPK + jerami (107.6 cm) dan rata-rata tinggi tanaman terendah diperoleh pada perlakuan P3, yaitu tanpa pupuk dan tanpa jerami (96.03 cm).

Tabel 3. Pengaruh Reduksi Dosis Pupuk NPK dengan Pembenaman Jerami,

Pupuk Organik dan Pupuk Hayati terhadap Tinggi Tanaman dan Jumlah Anakan Perlakuan Pertumbuhan Tanaman Tinggi Tanaman 5 MST (cm) Tinggi Tanaman 7 MST (cm) Jumlah Anakan 5 MST Jumlah Anakan 7 MST 1 Dosis NPK 81.40 102.47 35 35 1 Dosis NPK + Jerami 81.30 107.60* 35 28

Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami 75.03 96.03 28 30

0.5 Dosis NPK + Jerami 78.10 100.67 31 30

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 76.17 97.17 32 28 0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 +

Dekomposer 77.67 98.57 33 29

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 + POG 79.10 101.83 34 32 0.5 Dosis NPK + Jerami + POG + POC +

Dekomposer 79.63 100.73 31 29

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 + POG +

Dekomposer 82.30 102.47 35 29

0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2 + Jerami 77.53 100.50 38 31 0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2 77.53 98.07 37 28 0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati 2 79.87 97.17 38 32 0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati 2 + Jerami 79.93 99.77 35 31 Ket: nilai pada kolom yang diikuti tanda (*) berbeda nyata dengan perlakuan 1 dosis NPK

berdasarkan uji t-dunnett pada taraf 5%

Perlakuan pembenaman jerami, aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati dengan pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% menghasilkan jumlah anakan tidak berbeda dan cenderung lebih sedikit dari pada perlakuan 100% dosis pupuk NPK. Berdasakan hasil pengamatan perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + 1 dosis pupuk hayati 2 + jerami, perlakuan 0.5 pupuk NPK + 1 dosis pupuk hayati 2, dan

perlakuan 0.5 Pupuk NPK + 0.5 dosis pupuk hayati 2 menghasilkan jumlah anakan yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan 1 dosis pupuk NPK pada 5 MST. Hal ini menunjukan bahwa perlakuan pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% dan penambahan pupuk hayati2 dengan pembenaman jerami atau tidak dapat memberikan respon yang positif terhadap pembentukan jumlah anakan. Jumlah anakan pada 7 MST terjadi penurunan terutama pada petakan perlakuan dan lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Hal ini diduga karena adanya serangan hama tikus di beberapa petak perlakuan.

Pengukuran menggunakan alat berupa bagan warna daun ini berkaitan dengan penentuan dalam pemupukan terutama dalam penyedian unsur nitrogen. Tanaman padi yang memiliki kecukupan hara N akan berwarna hijau gelap. Nilai kritis warna daun adalah 4, bila warna daun di bawah skala 4 maka tanaman tersebut harus segera diberi pupuk N. Perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + Jerami + POG + POC + Dekomposer menghasilkan warna daun 4.0 pada 7 MST. Hal ini menunjukan bahwa pada perlakuan tersebut tidak perlu penambahan unsur N, karena sudah tercukupi. Unsur N tersebut diduga dapat dipenuhi dari pembenaman jerami dengan aplikasi pupuk organik dan dekomposer. Pengaruh perlakuan terhadap warna daun padi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh Perlakuan terhadap Warna Daun Padi

Perlakuan Umur Tanaman (MST)

3 5 7

1 Dosis NPK Tanpa Jerami 3.90 3.63 3.77

1 Dosis NPK + Jerami 3.63 3.75 3.67

Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami 3.03 3.27 3.63

0.5 Dosis + Jerami 4.00 4.00 3.60

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 3.50 3.33 3.43

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 + Dekomposer 4.00 3.88 3.63 0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 + POG 3.07 3.67 3.63 0.5 Dosis NPK + Jerami + POG + POC + Dekomposer 3.10 3.90 4.00 0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 + POG + Dekomposer 3.50 3.65 3.50 1 Dosis Hayati 2 + 0.5 NPK + Jerami 4.00 3.70 3.63 1 Dosis Hayati 2 + 0.5 NPK + Tanpa Jerami 3.00 3.27 3.60 0.5 Dosis Hayati 2 + 0.5 NPK + Tanpa Jerami 3.00 3.60 3.60 0.5 Dosis Hayati 2 + 0.5 NPK + Jerami 3.73 3.67 3.63

Perlakuan lain pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% dengan pembenaman jerami aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati menghasilkan warna daun yang tidak berbeda dengan perlakuan 100% dosis pupuk NPK. Perlakuan pupuk hayati atau aplikasi dekomposer dengan pembenaman jerami terlihat dapat memberikan kecukupan unsur N yang tidak berbeda dengan aplikasi 1 dosis pupuk NPK.

Komponen Hasil dan Hasil

Komponen Hasil

Pengurangan hingga setengah dosis pupuk NPK dengan pembenaman jerami, pupuk organik dan pupuk hayati menghasilkan jumlah anakan produktif (22.9 – 27 anakan/rumpun) yang tidak berbeda dengan perlakuan pupuk NPK dosis penuh (28.5 anakan/rumpun) dan menghasilkan jumlah anakan produktif lebih sedikit (Tabel 5).

Pengaruh pengurangan 50% dosis pupuk NPK ditambah pupuk hayati 2 manghasilkan panjang malai yang lebih panjang dari perlakuan 1 dosis pupuk NPK. Perlakuan pengurangan dosis pupuk NPK dengan pembenaman jerami, pupuk organik, dan pupuk hayati pada taraf yang lain menghasilkan panjang malai yang tidak berbeda dengan perlakuan dosis pupuk NPK penuh.

Perlakuan reduksi dosis pupuk NPK hingga 50% dengan pembenaman jerami, pupuk organik, dan pupuk hayati menghasilkan jumlah gabah/malai yang nyata lebih banyak dibandingkan dengan 1 dosis pupuk NPK, kecuali perlakuan 1 dosis pupuk NPK + jerami, perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + jerami + pupuk hayati 1, dan perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + jerami + pupuk hayati 1 + POG menghasilkan jumlah gabah/malai yang tidak berbeda dibandingkan dengan perlakuan 1 dosis pupuk NPK. Jumlah gabah/malai tertinggi diperoleh pada perlakuan 50% dosis pupuk NPK + 0.5 dosis pupuk hayati 2 (180/malai). Perlakuan pembenaman jerami, aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati dengan pengurangan 50% dosis pupuk NPK menghasilkan jumlah gabah rata-rata 149/malai dan lebih tinggi dari perlakuan 100% dosis pupuk NPK (115/malai).

Peningkatan jumlah gabah/malai akan berdampak positif terhadap produksi padi dan akan meningkatkan hasil.

Pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% dengan pembenaman jerami, pupuk organik dan pupuk hayati menghasilkan bobot 1000 butir gabah basah yang tidak berbeda dibandingkan dengan perlakuan dosis pupuk NPK penuh. Perlakuan pengurangan dosis pupuk hingga 50% dengan kombinasinya menghasilkan bobot 1000 butir rata-rata 33.78 g sedangkan perlakuan 100% dosis pupuk NPK menghasilkan bobot 1000 butir 34.31 g. Perlakuan 50% dosis pupuk NPK + pupuk hayati + jerami menghasilkan bobot 1000 butir tertinggi (35.95 g). Percobaan ini menghasilkan bobot 1000 butir yang lebih tinggi dari deskripsi varietas ciherang. Berdasarkan deskripsi varietas ciherang bobot 1000 butir padi varietas ciherang berkisar antara 27 sampai 28 g.

Tabel 5. Pengaruh Perlakuan terhadap Komponen Hasil

Perlakuan Jumlah Anakan Produktif Panjang Malai (cm) Jumlah Gabah/Malai Bobot 1000 Butir (g) 1 Dosis NPK 28.5 25.9 115 34.31 1 Dosis NPK + Jerami 25.5 25.3 132 34.89

Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami 24.6 26.3 148* 35.00

0.5 Dosis NPK + Jerami 23.3 26.4 148* 34.40

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati

1 24.3 25.9 131 34.44

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati

1 + Dekomposer 24.5 26.4 147* 33.68

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati

1 + POG 24.4 27.1 135 33.81

0.5 Dosis NPK + Jerami + POG +

POC + Dekomposer 23.5 26.9 160* 35.11

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati

1 + POG + Dekomposer 24.5 26.2 149* 34.94

0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2

+ Jerami 27.0 26.7 156* 35.95

0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2 25.4 27.2 144* 32.33 0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati

2 24.7 27.3* 180* 32.92

0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati

2 + Jerami 22.9 26.7 160* 29.03

Ket: nilai pada kolom yang diikuti tanda (*) berbeda nyata dengan perlakuan 1 dosis NPK berdasarkan uji t-dunnett pada taraf 5%

Pembenaman jerami, penambahan pupuk organik, dan pupuk hayati dengan pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% akan menghasilkan jumlah

anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah/malai, dan bobot 1000 butir yang tidak berbeda atau lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 100% dosis pupuk NPK. Hal ini menunjukan bahwa pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% tidak menurunkan komponen hasil.

Hasil per Tanaman

Perlakuan reduksi dosis pupuk NPK dengan pembenaman jerami, pupuk organik dan pupuk hayati di berbagai taraf dosis menghasilkan bobot gabah kering/tanaman yang tidak berbeda dibandingkan 1 dosis pupuk NPK (Tabel 6). Perlakuan 100% dosis pupuk NPK dengan pembenaman jerami menghasilkan gabah kering/rumpun yang paling tinggi yaitu 106 g, sedangkan perlakuan 100% dosis pupuk NPK menghasilkan gabah kering/rumpun hanya 89.1 g. Berdasarkan pengamatan, pengurangan 50% dosis pupuk NPK dengan pembenaman jerami, penambahan pupuk organik, dan pupuk hayati menghasilkan gabah kering giling/rumpun berkisar antara 83.3 g sampai 106 g., sedangkan perlakuan 100% dosis pupuk NPK menghasilkan 89.1 g gabah kering giling/rumpun.

Tabel 6. Pengaruh Perlakuan Reduksi Dosis Pupuk NPK dengan Pembenaman Jerami, Pupuk Organik dan Pupuk Hayati terhadap Hasil Gabah/Rumpun dan Persentase Gabah Isi

Perlakuan Hasil Gabah

Kering/rumpun (g) Gabah Isi (%)

1 Dosis NPK 89.1 94.1

1 Dosis NPK + Jerami 106.0 95.3

Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami 88.7 94.5

0.5 Dosis NPK + Jerami 89.5 95.2

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 83.3 95.3 0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 + Dekomposer 89.0 95.8 0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 + POG 92.3 95.5 0.5 Dosis NPK + Jerami + POG + POC +

Dekomposer 95.4 95.4

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 + POG +

Dekomposer 87.8 95.1

0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2 + Jerami 92.8 95.6 0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2 92.3 95.8 0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati 2 100.3 95.9* 0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati 2 + Jerami 91.3 94.6 Ket: nilai pada kolom yang diikuti tanda (*) berbeda nyata dengan perlakuan 1 dosis NPK

Secara statistik, perlakuan 50% dosis pupuk NPK + 0.5 dosis pupuk hayati 2 menghasilkan gabah isi yang nyata lebih tinggi (1.8%) dengan perlakuan pupuk NPK dosis penuh. Beberapa perlakuan pembenaman jerami dan penambahan pupuk organik atau penambahan pupuk hayati menghasilkan persentase gabah bernas yang tidak berbeda dengan perlakuan pupuk NPK dosis penuh dan lebih tinggi.

Hasil Ubinan dan Dugaan Hasil per Ha

Pembenaman jerami aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati dengan pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% menghasilkan gabah kering giling/ubinan tidak berbeda nyata dengan perlakuan 100% dosis pupuk NPK. Dugaan hasil GKG/ha dapat dihasilkan dari beberapa cara menghitung, yaitu berbasis hasil ubinan atau komponen hasil. Perhitungan dari hasil ubinan menunjukan perlakuan pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% pada semua taraf menghasilkan gabah kering giling (GKG)/ha yang tidak berbeda dibandingkan dengan perlakuan satu dosis pupuk NPK (Tabel 7).

Tabel 7. Hasil Ubinan dan Dugaan Hasil GKG/ha Berbasis Ubinan

Perlakuan Hasil GKG/Ubinan Hasil GKG/ha ...kg...ton...

1 Dosis NPK 5.0 8.1

1 Dosis NPK + Jerami 4.8 7.7

Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami 4.8 7.6

0.5 Dosis NPK + Jerami 4.4 7.0

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 4.6 7.4

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 + Dekomposer 4.7 7.5 0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 + POG 4.4 7.1 0.5 Dosis NPK + Jerami + POG + POC + Dekomposer 4.2 6.8 0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 + POG + Dekomposer 4.8 7.7 0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2 + Jerami 4.8 7.8

0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2 4.2 6.7

0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati 2 4.8 7.7

0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati 2 + Jerami 3.9 6.2

Hasil perlakuan reduksi pupuk NPK terlihat cenderung lebih rendah dibandingkan satu dosis pupuk NPK. Hal ini diduga disebabkan percobaan ini baru musim tanam ke dua. Hasil penelitian Eagle et al. (2000) menyatakan bahwa

pembenaman jerami baru terlihat pengaruhnya terhadap produksi pada tahun ketiga. Selain hal tersebut adanya serangan hama tikus menyebabkan beberapa petak percobaan memiliki hasil yang rendah dari kondisi normal. Berdasarkan hasil gabah kering/rumpun menunjukan bahwa beberapa perlakuan pengurangan dosis pupuk NPK terjadi peningkatan hasil, oleh karena itu dilakukan perhitungan dugaan hasil GKG/ha berbasis komponen hasil.

Perhitungan dugaan hasil/ha berbasis komponen hasil, terlihat bahwa pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% dengan pembenaman jerami aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati menghasilkan gabah kering giling/ha tidak berbeda dengan perlakuan 100% dosis pupuk NPK. Perlakuan 100% dosis pupuk NPK dengan pembenaman jerami menghasilkan GKG tertinggi yaitu 15.3 ton/ha. Pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% dengan kombinasinya GKG cenderung lebih tinggi dari pada perlakuan 100% dosis pupuk NPK, kecuali perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + jerami + pupuk hayati 1 dan perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + jerami + pupuk hayati 1 + POG + dekomposer menghasilkan GKG/ha berturut-turut 12 ton dan 12.6 ton. Perlakuan satu dosis pupuk NPK menghasilkan 12.8 ton GKG/ha (Tabel 8). Hal tersebut menunjukan bahwa secara umum, perlakuan pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% dengan pembenaman jerami aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati dapat meningkatkan hasil.

Secara agronomis pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% dengan pembenaman jerami dan aplikasi pupuk hayati atau pupuk organik terjadi peningkatan hasil (Tabel 8). Perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + jerami + pupuk hayati1 dan perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + jerami + pupuk hayati 1 + POG + dekomposer terjadi penurunan hasil, berturut-turut menurun 0.8 ton GKG/ha (6.4%) dan 0.2 ton GKG/ha (1.4%). Peningkatan hasil yang tertinggi adalah perlakuan 100% dosis pupuk NPK dengan pembenaman jerami yaitu 19% atau meningkat 2.5 ton GKG/ha.

Tabel 8. Dugaan Hasil GKG/ha dan Peningkatan Hasil Berbasis Komponen Hasil

Perlakuan Hasil GKG/ha

(ton) Peningkatan kg GKG/ha (ton) Peningkatan Hasil (%) 1 Dosis NPK 12.8 0 0 1 Dosis NPK + Jerami 15.3 2.5 19

Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami 12.8 0 0

0.5 Dosis NPK + Jerami 12.9 0.1 0.4

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 12.0 -0.8 -6.4 0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 +

Dekomposer 12.8 0 0

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 + POG 13.3 0.5 3.6 0.5 Dosis NPK + Jerami + POG + POC +

Dekomposer 13.7 0.9 7.1

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 + POG +

Dekomposer 12.6 -0.2 -1.4

0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2 + Jerami 13.4 0.6 4.2 0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2 13.3 0.5 3.7 0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati 2 14.4 1.6 12.6 0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati 2 + Jerami 13.1 0.3 2.5

Analisis Usaha Tani

Secara umum perlakuan pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% dengan pembenaman jerami aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati dapat meningkatkan keuntungan dibandingkan perlakuan pupuk NPK dosis penuh. Perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + jerami + pupuk hayati 1 dan perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + jerami + pupuk hayati 1 + POG + dekomposer yang menurunkan keuntungan dibandingkan satu dosis pupuk NPK. Sebagian besar perlakuan pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% komponen biaya yang dikeluarkan lebih kecil dari pada perlakuan 100% dosis pupuk NPK. Hal ini membuktikan bahwa dengan pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% dapat mengurangi komponen biaya yang dikeluarkan. Perlakuan yang menggunakan pupuk organik granul membutuhkan biaya yang lebih besar. Hal ini disebabkan harga pupuk organik granul yang tinggi dan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan lebih besar.

Perlakuan 100% dosis pupuk NPK dengan pembenaman jerami menghasilkan keuntungan yang paling tinggi yaitu Rp24 649 166,- dengan R/C ratio 1.8. Perlakuan 50% dosis pupuk NPK + 0.5 dosis pupuk hayati 2

memperoleh R/C ratio tertinggi yaitu 1.9 dengan keuntungan Rp23 476 666,- dan lebih besar dari perlakuan 100% dosis pupuk NPK. Perlakuan satu dosis pupuk NPK menghasilkan keuntungan Rp22 144 167dengan R/C ratio 1.4. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa secara ekonomi pengurangan dosis pupuk NPK dengan pembenaman jerami, aplikasi pupuk organik dan atau pupuk hayati dapat menguntungkan dan dapat meningkatkan pendapatan. Hasil analisis usaha tani dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Analisis Usaha Tani Berbasis Komponen Hasil Perlakuan Biaya (Rp) Penerimaan

(Rp) Keuntungan (Rp) R/C Ratio (%) 1 Dosis NPK 13 395 833 32 065 000 18 669 166 1.4 1 Dosis NPK + Jerami 13 520 833 38 170 000 24 649 166 1.8 Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami 11 995 833 31 920 000 19 924 166 1.7 0.5 Dosis NPK + Jerami 12 820 833 32 202 500 19 381 666 1.5 0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 12 850 833 30 002 500 17 151 666 1.3 0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 +

Dekomposer 12 930 833 32 050 000 19 119 166 1.5 0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 +

POG 14 370 833 33 230 000 18 859 166 1.3

0.5 Dosis NPK + Jerami + POG +

POC + Dekomposer 14 665 833 34 357 500 19 691 666 1.3 0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 +

POG + Dekomposer 14 550 833 31 612 500 17 061 666 1.2 0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2 +

Jerami 12 840 833 33 410 000 20 569 166 1.6

0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2 12 715 833 33 237 500 20 521 666 1.6 0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati 2 12 630 833 36 107 500 23 476 666 1.9 0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati 2

+ Jerami 12 755 833 32 852 500 20 096 666 1.6

Rendemen Beras Pecah Kulit, Beras Giling, dan Beras Kepala

Hasil analisis rendemen beras pada perlakuan reduksi dosis pupuk NPK dengan pembenaman jerami, pupuk organik dan pupuk hayati menghasilkan beras pecah kulit, dan beras giling yang tidak berbeda dibandingkan perlakuan 1 dosis pupuk NPK (Tabel 10). Pengukuran rendemen beras kepala diambil dari 100g beras giling.

Pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% dengan pembenaman jerami, pupuk organik dan pupuk hayati memberikan pengaruh yang positif terhadap persentase beras kepala dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK dosis penuh.

Perlakuan pengurangan dosis pupuk NPK dengan pembenaman jerami dan pupuk organik atau pupuk hayati menghasilkan persentase beras kepala rata-rata 81%, sedangkan persentase beras kepala pada perlakuan 1 dosis pupuk NPK rata-rata hanya 65%. Selisih persentase beras kepala antara perlakuan reduksi dosis pupuk NPK hingga 50% dan kombinasinya dengan perlakuan 1 dosis pupuk NPK yaitu 16%.

Tabel 10. Rata-rata Rendemen Beras Pecah Kulit, Beras Giling, dan Beras

Kepala Perlakuan Rendemen (%) Beras Pecah Kulit Beras Giling Beras Kepala Mutu 1 Dosis NPK 78 65 65 V 1 Dosis NPK + Jerami 80 68 90 II

Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami 80 68 84 III

0.5 Dosis NPK + Jerami 80 68 91 II

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 77 67 71 V

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 +

Dekomposer 79 66 68 V

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 + POG 80 67 90 II 0.5 Dosis NPK + Jerami + POG + POC +

Dekomposer 81 64 70 V

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 + POG +

Dekomposer 80 68 79 IV

0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2 + Jerami 79 65 84 III 0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2 80 66 80 III 0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati 2 79 66 78 III 0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati 2 + Jerami 81 68 88 III Sumber: Balai Besar Padi Muara, Ciapus, Bogor (2011)

Pembahasan

Banyak penelitian penggunaan bahan organik pada lahan sawah tidak memberikan respon yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman, namun

Dokumen terkait