• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Fungsional

Pengujian fungsional dilakukan untuk mengetahui apakah atabela dapat berfungsi dengan baik, dalam pengujian ini hanya sebatas apakah atabela dapat berjalan di permukaan sawah, pembuka alur dapat berfungsi dengan baik, serta benih dapat jatuh melalui metering device dari drum. Pengujian fungsional bertujuan agar pada saat dilakukan pengujian kinerja, atabela dapat bekerja dengan maksimal. Dari hasil pengujian fungsional didapat hasil yang baik meskipun harus dilakukan sedikit modifikasi di bagian plat ski, agar penjatuhan benih lebih bagus. Pada pengujian fungsional ini digunakan benih yang hampir menyerupai benih aslinya, yaitu benih yang seragam dengan diameter sebesar 1cm. Adapun gambar kinerja fungsional dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16 Lahan sawah hasil pengujian fungsional

Kondisi Lumpur

Indeks pelumpuran yang sesuai untuk lahan yang akan ditanami benih padi di lahan sawah yaitu kisaran 80-90% (Sawamura et al 1986). Dari pengukuran

indeks pelumpuran di lahan sawah yang digunakan untuk pengujian kinerja atabela disajikan pada Lampiran 5.

Gambar 17 Pengukuran Indeks pelumpuran

Setelah dilakukan pengujian didapat rata-rata indeks pelumpuran pada lahan sawah yaitu 82.09%. Dengan demikian lahan sawah tersebut sudah layak untuk dilakukan penanaman benih, karena sesuai dengan literatur yang ada.

Indeks kelunakan yang sesuai untuk lahan yang akan ditanami benih padi di lahan sawah yaitu kisaran 90 hingga 100% (Sawamura et al 1986). Dari pengukuran indeks kelunakan di lahan sawah yang digunakan untuk pengujian kinerja atabela disajikan pada Lampiran 6.

Gambar 18 Pengukuran indeks kelunakan

Setelah dilakukan pengujian didapat rata-rata indeks kelunakan pada lahan sawah yaitu 85.4% pada tempat A dan 88% pada tempat B. Dengan demikian lahan sawah tersebut cukup layak untuk dilakukan penanaman benih, karena kurang dari persentase yang dibutuhkan (sesuai dengan literatur yang ada).

Adapun CVIP dan CVIK tanah hasil pelumpuran yang sesuai untuk lahan yang akan ditanami benih padi di lahan sawah yaitu kurang dari 50%, sedangkan dari perhitungan didapat CVIP sebesar 5.195% dan CVIK sebesar 4.418%, dengan demikian nilai CVIK dan CVIP sudah sesuai dengan literatur. Dari perhitungan Dari penghitungan indeks keseragaman tanah hasil pelumpuran di lahan sawah yang digunakan untuk pengujian kinerja atabela disajikan pada Lampiran 7.

Setelah dilakukan pengujian didapat rata-rata indeks keseragaman tanah hasil pelumpuran pada lahan sawah yaitu 99.04%. Dengan demikian lahan sawah tersebut sudah layak untuk dilakukan penanaman benih, karena sesuai dengan literatur yang ada (90% hingga 100%).

Kinerja Penanaman

Setelah kinerja fungsional dapat berjalan dengan baik selanjutnya dilakukan pengujian kinerja penanaman. Dalam pengujian kinerja ini beberapa point penting yang perlu dilakukan pengukuran diantaranya indeks pelumpuran (IP), indeks kelunakan (IK), indeks keseragaman (IS), pengukuran unjuk kerja penanaman benih secara mekanis (direct seeding) yang terdiri dari penentuan waktu penanaman benih padi pelet, kecepatan maju penanaman benih padi pelet, kemacetan roda, interval, jumlah, dan kedalaman benih tertanam, beban tarik, serta efektifitas penanaman oleh atabela.

Gambar 19 Pengujian kinerja atabela di lahan sawah

Kapasitas Kerja Penanaman Benih

Data pengukuran waktu penanaman benih disajikan pada Lampiran 8. Dari pengukuran didapat rata-rata waktu efektif selama 35.4 detik dan rata-rata waktu belok selama 20.2 detik.

Pengukuran kecepatan pada lahan sawah menggunakan plat ski dengan jarak 10 m didapat kecepatan rata-rata sebesar 0.43 m/detik, dimana pengukuran kecepatan disajikan pada Lampiran 9.

Adapun pengukuran kecepatan pada lahan sawah tanpa menggunakan plat ski dengan jarak 10 m didapat kecepatan rata-rata sebesar 0.66 m/detik, dimana pengukuran kecepatan disajikan pada Lampiran 10.

Kecepatan atabela menggunakan plat ski didapat kecepatan yang lebih rendah dibandingkan atabela tanpa plat ski, hal ini dikarenakan dengan penggunaan plat ski maka beban yang dihasilkan atabela lebih besar, selain itu penggunaan plat ski mengakibatkan terjadinya gesekan antara plat dengan permukaan lumpur sehingga atabela menjadi lebih sulit untuk ditarik.

Dari perhitungan kapasitas kerja penanaman benih menggunakan plat ski didapat kapasitas lapangan efektif (KLE) sebesar 0.0763 ha/jam dan kapasitas lapangan teoritis (KLT) sebesar 0.154 ha/jam, sehingga didapat efisiensi atabela menggunakan plat ski sebesar 49.54%. Sedangkan kapasitas kerja penanaman benih tanpa plat ski didapat kapasitas lapang efektif sebesar 0.117 ha/jam dan kapasitas lapang teoritis (KLT) sebesar 0.237 ha/jam, sehingga didapat efisiensi atabela tanpa plat ski sebesar 49.37%. Perhitungan kapasitas kerja penanaman disajikan pada Lampiran 13.

Kemacetan Roda

Dari pengukuran kemacetan pada lahan sawah menggunakan penambahan plat ski didapat kemacetan roda rata-rata sebesar 21.61%. Adapun data pengukuran kemacetan roda disajikan pada Lampiran 11.

Pengukuran kemacetan roda pada lahan sawah tanpa menggunakan plat ski didapat kemacetan rata-rata sebesar 17.90%. Adapun data pengukuran kemacetan roda disajikan pada Lampiran 12.

Kemacetan roda atabela menggunakan plat ski didapat kemacetan yang lebih tinggi dibandingkan atabela tanpa plat ski. Hal ini dikarenakan dengan penggunaan plat ski maka beban yang dihasilkan atabela lebih besar, selain itu penggunaan plat ski mengakibatkan terjadinya gesekan antara plat dengan permukaan lumpur yang mengakibatkan roda atabela terhambat untuk maju. Pada atabela dengan menggunakan plat ski roda tidak efetif bekerja, karena menembus lapisan yang lebih padat sehingga diameter roda aktual menjadi lebih kecil, seperti terlihat pada Gambar 20.

Gambar 20 Sketsa posisi roda yang diinginkan dan di lapangan

Jarak Tanam, Jumlah Benih, dan Kedalaman Penanaman

Dari pengukuran didapat interval tanam rata-rata benih tertanam dengan atabela menggunakan plat ski yaitu 25.6 cm dengan standar deviasi sebesar 2.5, sedangkan interval tanam rata-rata benih tertanam dengan atabela tanpa plat ski yaitu 24.9 cm, dengan standar deviasi sebesar 2.7. Interval tanam menggunakan atabela dengan plat ski menghasilkan nilai lebih jauh dibandingkan dengan interval tanam menggunakan atabela tanpa plat ski, hal ini disebabkan karena pada atabela dengan plat ski memiliki beban yang besar sehingga kemacetan yang dihasilkan juga lebih besar dibandingkan dengan yang tanpa plat ski. Solusi untuk mengatasi agar jarak tanam sesuai yang diinginkan (25 cm) maka perlu penambahan corong pengeluaran sehingga benih padi pellet yang keluar dari lubang drum (hopper) tidak terlempar saat atabela ditarik. Data pengukuran jarak tanam disajikan pada Lampiran 14. Adapun jumlah benih yang jatuh setiap lubang keluaran ketika atabela dijalankan pada jalan yang lurus maka jumlah benih yang jatuh rata 1 buah, sedangkan jumlah benih yang jatuh pada saat berbelok rata-rata 2 buah. Dari perhitungan didapat ketepatan jarak antar benih atabela dengan menggunakan plat ski sebesar 72%, sedangkan ketepatan jarak antar benih atabela tanpa plat ski sebesar 75.5%.

Kedalaman tanam benih untuk atabela dengan plat ski (penambahan pembuka alur) memiliki kedalaman sebesar 2.5 cm, sedangkan atabela tanpa plat ski tidak memiliki kedalaman atau berada di atas permukaan lumpur. Plat ski ini perlu digunakan karena apabila tanpa plat ski maka tidak ada proses pembukaan alur, sehingga solusi yang perlu dilakukan yaitu penggantian bahan plat ski atau dengan mengurangi ketebalan plat ski. Karena plat ski yang digunakan di

Yang diinginkan Yang terjadi di lapanagan

Tanah keras

Tanah keras

lapangan memiliki ketebalan 3 mm, dengan bahan logam baja, adapun solusi yang dapat dilakukan yaitu dengan mengurangi ketebalan plat ski menjadi 2 mm atau mengubah bahan menjadi bahan yang lebih ringan seperti penggunaan bahan baja ringan (seperti alumunium).

Beban Tarik

Dari pengukuran didapat gaya tarik rata-rata atabela dengan plat ski sebesar 257.02 N dengan kecepatan sebesar 0.43 m/detik, sehingga didapat beban tarik untuk menarik atabela sebesar 111.75 Watt. Adapun data dari pengujian beban tarik dengan plat ski disajikan pada Lampiran 15. Sedangkan pengukuran beban tarik tanpa menggunakan plat ski didapat gaya tarik sebesar 121.64 N dengan kecepatan sebesar 0.66 m/detik, shingga didapat beban tarik atabela sebesar 80.29 Watt. Dari pengukuran didapat beban tarik atabela menggunakan plat ski lebih besar dibandingkan tanpa plat ski, hal itu terjadi karena pada atabela yang menggunakan plat ski memiliki beban tambahan dan tejadi tambahan gesekan antara plat ski dan permukaan lumpur, hal tersebut pun terbukti dari kecepatan maju atabela menggunakan plat ski lebih lamban jika dibandingkan dengan atabela yang tanpa plat ski. Adapun data dari pengujian beban tarik tanpa plat ski disajikan pada Lampiran 16.

Gambar 21 Pengukuran beban tarik

Dokumen terkait