DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem Usahatani Padi Sawah
Di daerah penelitian komoditi yang diusahakan masyarakat adalah mayoritas padi sawah. Letak ladang mereka berdekatan dengan perkebunan kelapa sawit milik pemerintah. Bahkan ada beberapa penduduk membudidayakan padi sawah di pinggiran tanaman sawit dengan luas yang kecil dan ada juga di belakang atau di samping rumah mereka sendiri. Hampir sebagian besar lahan padi sawah dikelilingi luasan kebun sawit milik pemerintah. Gambaran sistem usahatani padi sawah yang dilakukan oleh petani di daerah penelitian adalah sebagai berikut :
Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan merupakan bagian terpenting dalam usahatani padi sawah, karena pengolahan bertujuan untuk mengubah sifat fisik tanah agar lapisan yang semula keras menjadi datar dan melumpur, dengan begitu gulma akan mati dan membusuk menjadi humus. Pengolahan lahan dilakukan dua minggu sebelum tanam, dengan meggunakan traktor tangan sampai terbentuk struktur lumpur dan permukaan tanah diratakan untuk mempermudah mengendalikan air. Kebiasaan didaerah penelitian pengolahan lahan dikerjakan dengan sistem borongan dengan upah Rp. 750.000/Ha
Pembibitan
Penggunaan bibit dapat mempengaruhi peningkatan produktivitas padi sawah. Penggunaan bibit yang dipakai oleh petani padi sawah di daerah penelitian
adalah jenis bibit yang bersertifikat, yaitu bibit Ciherang. Pembibitan dilakukan antara 17 – 20 hari setelah semai.
Penentuan benih yang baik adalah dengan cara menyiapkan kaleng yang berisi air yang diberi larutan abu dapur dengan perbandingan 10-12 bagian air dan 1 bagian abu dapur kemudian benih dimasukkan ke dalam campuran atau larutan air dan abu dapur serta diaduk. Setelah pengadukan dibiarkan kira-kira lima menit maka akan terlihat ada benih yang melayang atau mengapung yang berarti benih itu kurang baik untuk ditanam dan benih seperti ini harus dibuang sebab ada kemungkinan bercampur biji hampa atau berisi tetapi tidak penuh. Sedangkan benih yang baik dan siap disemaikan adalah benih yang tenggelam dalam larutan abu dapur.
Benih yang akan disemaikan terlebih dahulu dilakukan uji benih yang baik dan layak disemaikan. Setelah pemilihan benih yang baik maka akan dilakukan persemaian. Pembuatan persemaian memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya, sebab persemaian ini akan menentukan pertumbuhan padi di sawah. Dalam persiapan lahan untuk persemaian yang perlu diperhatikan adalah tanah harus subur, cahaya matahari, pengairan dan pengawasan harus baik. Tanah yang subur diperlukan karena mengandung unsur hara yang mudah diserap akar sehingga membantu pertumbuhan benih dengan cepat. Sinar matahari diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bibit agar tetap sehat dan kuat. Serta pengairan yang cukup terutama untuk perkembangan semai. Disamping itu pengawasan sangat dibutuhkan agar bibit tumbuh sesuai dengan harapan. Persemaian dibiarkan selama 17-20 hari artinya sudah berdaun 5-7 helai dan tidak
terserang hama dan penyakit. Tenaga kerja untuk pembibitan ini adalah satu orang tenaga kerja pria yang berasal dari dalam keluarga.
Penanaman
Pada kegiatan penanaman kebanyakan petani melakukan dengan sistem borongan yaitu mengupahkan penanaman kepada tenaga kerja luar keluarga yang ditangani oleh wanita. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 15 x 20 cm. Tiap lubang ditanami bibit sebanyak 3 – 5 bibit dengan kedalaman 5 cm. Upah penanaman adalah Rp. 875.000/Ha
Pemupukan
Pemupukan di daerah penelitian dilakukan secara teratur agar produksi padi sawah dapat meningkat, disamping menambah kesuburan tanah serta menghindari hama penyakit yang menyerang tanaman padi. Mekanisme dan tata cara pemberian pupuk harus sesuai dengan karakterisitik pupuk dan sifat tanaman. Pupuk yang digunakan pada pemupukan awal digunakan pupuk organik. Kebutuhan pupuk organik ini tergantung pada kondisi dan tingkat kesuburan tanah yang akan ditanam. Pemupukan ini diperlukan untuk menyediakan hara tanaman padi selama umur produktif. Pemupukan ini dilakukan sebanyak 2 kali. Pemupukan pertama dilakukan 7 hari setelah masa tanam dan pemupukan yang kedua dilakukan 25 -30 hari setelah masa tanam.
Penyiangan
Pada kegiatan penyiangan petani dibantu oleh anggota keluarganya. Penyiangan tidak terlalu sering dilakukan. Kegiatan ini disesuaikan dengan melihat kondisi tanaman padi yang ada. Biasanya dilakukan setelah 10 hari penanaman dan setelah pemupukan pertama.
Pemberantasan Hama dan Penyakit
Di daerah penelitian terdapat benyak banyak sekali hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi sehingga dapat menghambat proses pertumbuhan dan produksi daripada padi tersebut. Jenis hama yang sering menyerang seperti wereng, sundep, tikus, keong sedangkan penyakit yang sering menyerang seperti bercak coklat dan blast hawar kuning berupa bintik-bintik pada daun padi. Pengendalian yang dilakukan untuk meminimalisir serangan hama dan penyakit, para petani menggunakan pestisida.
Panen
Pemanenan dilakukan apabila sebagian besar daun pada areal sawah sudah menguning, tetapi bukan dikarenakan terkena serangan hama dan penyakit lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi menguning coklat, batang berwarna kuning agak coklat, bulir gabah menguning mencapai sekitar 80% dan tangkainya sudah merunduk. Pemanenan dapat dilakukan berkisar antara 110-115 hari dengan menggunakan sabit pemotong dan perontokkan dilakukan dengan menggunakan Power Tresher yaitu alat mesin perontok yang diberi alas berupa
terpal atau juga halaman dirumah yang sudah dibersihkan untuk mengantisipasi dan meminimalisasi gabah yang banyak terbuang.
Analisis Ekonomi Usahatani Padi Sawah
Hasil wawancara dan pengamatan dilapangan bahwa biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani adalah jumlah sarana produksi yang digunakam seperti bibit, pupuk dan obat-obatan sama, demikian juga harga dari sarana produksi tersebut sama tidak ada perubahan. Keadaan ini akan dijelaskan secara rinci dibawah ini.
Bibit
Faktor produksi usahatani yang juga sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas produksi usahatani padi sawah adalah bibit. Kemudahan dalam memperoleh bibit padi akan berpengaruh terhadap kontinuitas produksi usahatani. Jumlah bibit yang digunakan di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 11. Jumlah dan Biaya Benih Dalam Usahatani Padi Sawah Di Desa Melati II
No Uraian Satuan Range Rata-rata Per Ha
1 Benih Kg 12 - 50 23,13 50,28
2 Biaya Rp 34.000 – 300.000 111933.3333 243.333 Sumber : Data diolah dari lampiran 2
Berdasarkan tabel di atas dapat dilhat bahwa jumlah bibit yang di pakai rata-rata 23,13 kg dengan rentang 12-50 kg. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah bibit dapat dipenuhi dengan baik sesuai dengan kebutuhan lahan. Kemudian, penggunaan biaya benih berada pada rata-rata Rp 111.933,3333
dengan rentang Rp 34.000 – 300.000. Hal ini menerangkan bahwa penggunaan biaya bibit masih terjangkau. Kemudahan dalam memperoleh benih dan harganya yang terjangkau menunjukkan bahwa ketersediaan benih untuk usahatani padi sawah dapat terpenuhi dengan baik. Di daerah penelitian.
Pupuk
Penggunaan pupuk yang tepat dapat meningkatkan produksi. Di daerah penelitian para petani menggunakan pupuk berdasarkan RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani) dari anjuran WKPP Desa Melati. Adapun beberapa jenis pupuk yang dipakai oleh petani antara lain, pupuk Urea, SP-36, Phonska, dan ZA.
Di daerah penelitian, petani tidak sulit memperoleh pupuk. Sebagian besar bahkan hampir seluruh pupuk yang digunakan dapat diperoleh di toko distribusi pupuk yang ada di desa atau melalui Gapoktan dengan harga masih sama dengan musim tanam yang lalu. Perincian jenis dan harga pupuk dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Rincian Jenis dan Harga Pupuk Di Desa Melati II
No Jenis Pupuk Jumlah
(kg/ Ha) Harga/ Unit (Rp/ kg) 1 Urea 200 1.400 2 SP-36 150 1.800 3 Phonksa 100 2.000 4 ZA 100 1.300
Sumber : RDKK BPP Kecamatan Perbaungan, 2010
Jumlah dan biaya pupuk yang digunakan petani dalam usahatani padi sawah di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 13.
Tabel 13. Jumlah dan Biaya Pupuk Dalam Usahatani Padi Sawah Di Desa Melati II Tahun 2010
No Jenis
Pupuk Jumlah (Kg) Total Biaya (Rp) Persentase
1 Urea 92,53 133.813,33 35,52 2 SP-36 70,06 12.6120 33,57 3 Phonska 46,27 92.533,33 24,56 4 ZA 18,70 24.266,66 6,44 Jumlah/Petani 376.733,33 100 Per Ha 818,985
Sumber : Data diolah dari lampiran 3
Dari Tabel 13 dapat dikemukakan bahwa petani menggunakan empat jenis pupuk, yaitu Urea, SP-36, Phonska dan ZA sehingga biaya yang dikeluarkan petani untuk pupuk sebesar Rp. 376.733 per petani atau Rp. 818.985/Ha dengan persentase 35,52 % untuk pupuk urea, 33,57 % pupuk SP-36 , 24,56 % untuk pupuk Phonska, 6,44 % untuk pupuk ZA. Tidak semua petani sampel menggunakan pupuk ZA
Obat - Obatan
Penggunaan obat-obatan hanya digunakan pada saat tanaman padi diserang hama dan penyakit. Artinya upaya yang dilakukan disini hanya berupa pengendalian bukan pencegahan. Tidak intensifnya penggunaan obat-obatan juga dapat menekan biaya produksi, tetapi akan berdampak pada hasil produksi. Gambaran jenis dan harga yang digunakan petani sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 14.
Tabel 14. Rincian Jenis dan Harga Obat-Obatan yang Digunakan Di Desa Melati II
No Jenis Obat-Obatan Satuan Harga (Rp/ Unit)
1 Fungisida Botol 37.000
2 Herbisida Bungkus 6.000
3 Insektisida Botol 34.000
Jumlah 77.000
Sumber: Data diolah dari lampiran 4
Jenis fungisida yang digunakan oleh petani adalah Ekspolre, sementara herbisida adalah Aly dan insektisida adalah Spontan. Jumlah dan biaya yang dikeluarkan untuk obat-obatan oleh petani sampel dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 15. Jumlah dan Biaya Obat-Obatan Usahatani Padi Sawah di Desa Melati II Tahun 2010
No Jenis
Obat-obatan Jumlah Total Biaya (Rp)
1 Fungisida 2,33 86333,33
2 Herbisida 2,5 15000
3 Insektisida 2,33 79333,33
Jumlah/Petani 180.666,67
Per Ha 392.753
Sumber : Data diolah dari lampiran 4
Pada Tabel 15 dapat dikemukakan bahwa tiga jenis obat-obatan fungisida, herbisida, insektisida dipergunakan oleh semua petani sampel sehingga biaya yang dikeluarkan petani untuk obat-obatan Rp. 180.666,67 per petani atau Rp 392.752/Ha
Tenaga Kerja
Tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani. Sedangkan, tenaga kerja luar keluarga adalah yang bekerja tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga petani, orang-orang tersebut bisa penduduk sekitar yang bersedia bekerja sebagai buruh tani dalam usahatani padi sawah. Dan dibayar sesuai dengan upah yang berlaku didaerah penelitian yaitu besarnya biaya tenaga kerja berdasarkan tahapan pekerjaan yang umum dilkukan dapat dilihat pada tabel 16 :
Tabel 16. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah Di Desa Melati II Tahun 2010 No Tahapan TKDK TKLK Total Rata-rata (Rp) Rata-rata (Rp) 1 Pembibitan 33.100 - 33.100 2 Pengolahan Lahan - 347.700 347.000 3 Pencabutan Bibit - 177.500 177.50 4 Penanaman - 231.333 231.333 5 Pemupukan I 29.833 29.333 59.666 6 Pemupukan II 29.833 29.333 59.666 7 Penyiangan 17.167 43.000 21.467 8 Pemberantasan Hama 27.333 - 27.333 Total 136.444 858.500 994.944 Per Ha 296.598 1.866.304 2.162.902
Sumber: Data diolah dari lampiran 5
Berdasarkan tabel 16 dapat dijelaskan bahwa besarnya biaya tenaga kerja menurut kegiatan bervariasi. Untuk kegiatan pembibitan seluruh petani sampel menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dengan rata-rata biaya Rp. 33.100.
sementara kegiatan pengolahan lahan, pencabutan bibit dan penanaman seluruhnya menggunakan TKLK dengan rata-rata biaya Rp. 756.533. sedangkan untuk pemupukan I dan II dan penyiangan menggunakan TKDK dan TKLK dengan perhitungan biaya Rp.179.499 dan pemberantasan hama penyakit hanya menggunakan TKDK dengan biaya Rp. 27.333. sementara kegiatan panen sudah perhitungan khusus yang nanti masuk komponen upah panen. Maka jumlah biaya kerja dalam usahatani padi sawah per musim tanam per musim tanam per petani Rp. 858.500 atau Rp. 1.866.304 per Ha.
Penyusutan Alat
Di daerah penelitian, ada beberapa jenis alat yang digunakan dalam mengelola usahatani padi sawah, yaitu cangkul, sabit dan babat. Alat-alat usahatani padi sawah merupakan modal tetap dan harus diperhitungkan penyusutannya tiap tahun. Penyusutan biaya peralatan di daerah penelitian dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 17. Distribusi Penyusutan Biaya Peralatan Usahatani Padi Sawah/ MT di Desa Melati II
No Jenis
Peralatan Nilai Penyusutan (Rp)
1 Cangkul 6783,33
2 Sabit 4700
3 Babat 3466,67
Jumlah 14.950
Biaya Lain-Lain
Yang termasuk biaya lain-lain adalah biaya PBB dan upah panen. Didaerah penelitian, biaya PBB yang dikenakan dalam usahatani berlaku selama 1 tahun saja. Upah panen ditentukan dari hasil kesepakatan tenaga kerja dan petani pemilik lahan. Besarnya biaya PBB dan upah panen yang dikeluarkan petani dapat dilihat pada tabel 18.
Tabel 18. Distribusi Biaya PBB dan Panen Di Desa Melati II
No Uraian Rata-rata Per MT
1 PBB 46.266,665
2 Panen 968903.833
Jumlah 1.015.170,49
Sumber: Data diolah dari lampiran 7 dan 8
Besarnya biaya PBB dan upah panen per musim tanam adalah Rp. 1.015.170,49
Berdasarkan uraian diatas maka besarnya biaya produksi secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 19.
Tabel 19. Total Biaya Produksi Usaha Tani Padi Sawah No Uraian Jumlah (Rp/MT) Persentase (%) Petani Ha 1 Bibit 111.933,33 243.333 4,16 13,98 6,70 36,92 0,56 37,68 2 Pupuk 376.733,33 818.985 3 Obat-obatan 180.666,67 392.752 4 Tenaga Kerja 994.934,92 2.152.902 5 Penyusutan 14.950 - 6 Lain-lain 1.015.170,49 - Jumlah 2.694.388,74 3.364.582,33 100% Sumber dari tabel 13 s.d.19
Produksi dan Penerimaan
Perubahan produksi pada penggunaan teknologi dapat menunjukkan kecenderungan produksi yang meningkat pula. Penggunaan teknologi tersebut tentu menuntut perubahan pada biaya produksi, yang biasanya relatif tinggi. Di samping itu, beban resiko dan ketidakpastian juga relatif tinggi karena memerlukan keterampilan khusus. Hal ini sejalan pada tahap pemanenan yang dilakukan dengan menggunakan teknologi Power Tresher dengan upah 11% dari hasil produksi. Ketidaktepatan penggunaan teknologi dalam melakukan pemanenan padi dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan mutu hasil yang rendah.
Tabel 20. Produksi dan Penerimaan Usahatani Padi Sawah di Desa Melati II Tahun 2010 No Uraian Jumlah 1 Produksi Per Petani(Kg) 2.907,8 Per Ha (Kg) 6.321 2 Harga Jual (Rp/Kg) 3.025 3 Penerimaan Per Petani (Rp) 8.808.216,667 Per Ha (Rp) 19.148.297,1
Sumber: Data diolah dari lampiran 9 dan 10
Pendapatan Bersih
Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih antara penerimaan usahatani dengan total biaya produksi usahatani. Penerimaan usahatani merupakan hasil perkalian antara produksi dengan harga jual produk. Produksi yang berbeda yang dimiliki atau dihasilkan oleh para petani menyebabkan penerimaan yang diperoleh juga berbeda. Semakin tinggi produksi yang dihasilkan maka semakin tinggi pula penerimaan yang akan diperoleh. Akan tetapi, produksi yang tinggi tanpa didukung harga jual yang baik maka penerimaan yang diperoleh akan rendah. Di daerah penelitian harga jual petani lebih tinggi dari Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah tahun 2010 yaitu rata-rata harga jual petani Rp. 2980/Kg dengan range besarnya pendapatan bersih petani padi sawah di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 21
Tabel 21. Pendapatan bersih Petani/ Ha/ MT di Desa Melati II 2010
No Uraian Per Petani Per Ha
1 Penerimaan (Rp) 8.808.216,67 19.148.297,1 2 Total Biaya (Rp) 2.756.243,83 5.991.834,41 3 Pendapatan (Rp) 6.051.972,83 13.156.462,7 Sumber : Data diolah dari lampiran 9 dan 10
Sumber Benih Padi Sawah yang Digunakan Petani di Daerah Penelitian
Ada 3(tiga) sumber benih padi yang umumnya digunakan oleh petani padi sawah yaitu pertama sumber benih dari pemerintah, kedua sumber benih dari penangkar benih dan ketiga sumber benih hasil panen dari petani.
Didaerah penelitian terdapat ketiga sumber benih tersebut dan bagaimana keadaan ketiga benih sumber ini akan dijelaskan secara rinci.
a. Sumber Benih dari Pemerintah
Benih dari pemerintah yang diterima oleh petani yang terlebih dahulu melalui tahapan-tahapan yang ditetapkan oleh pemerintah. Setiap petani memperoleh 2 bungkus benih dengan berat total 10kg. Biaya 2 bungkus benih sebesar Rp. 2000. Benih yang dibutuhkan petani lebih besar dari benih bantuan pemerintah, sehingga kekurangannya dibeli dari penangkar atau dari benih hasil panen.
Gambar 2. Benih Ciherang b. Sumber Benih dari Penangkar
Yang dimaksud dengan penangkar benih adalah seseorang atau lembaga yang melakukan kegiatan mendapatkan benih sumber, menanamnya untuk menghasilkan calon benih atau jasa pengolah benih, kemudian menjual benih
tersebut kepada pemakai benih atau pedagang benih secara langsung atau melalui penyalur benih.
Benih dapat dibeli secara langsung dari penangkar atau dari kios tani yang terdapat didaerah penelitian dengan harga Rp 7.000/kg. Semua petani sampel menutupi kekurangan benih yang berasal dari pemerintah dengan membeli benih dari penangkar
c. Sumber Benih Hasil Panen Sebelumnya
Benih sendiri adalah benih yang dibuat oleh petani sendiri yaitu dari hasil panen sebelumnya sekaligus untuk menghemat biaya. Didaerah penelitian ada juga petani yang menggunakan benih sendiri karena hasil panen sebelumnya masih tinggi potensinya karena baru 2 kali musim tanam dipakai namun petani sampel tak ada yang mengunakan benih sendiri.
Sistem Distribusi Benih di Daerah Penelitian
a. Sumber Benih dari Pemerintah
Untuk memperkuat ketahanan pangan nasional khususnya pertanian padi, maka pemerintah memberikan bantuan langsung benih padi dan pupuk hal ini sesuai dengan Peraturan Presiden RI No:14 tahun 2011. Bantuan langsung benih padi dan pupuk diberikan kepada petani melalui kelompok tani.
Benih diterima oleh petani didaerah penelitian setelah melalui tahap-tahap yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Tahap pertama 1(satu) bulan sebelum pertanaman padi dimulai. Melalui kelompok taninya disusun Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) didampingi oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) selanjutnya RDKK tersebut disahkan oleh Kepala Unit Pelaksanaan Teknis
Dinas (KUPTD) oleh KUPTD, RDKK diserahkan kepada Dinas Pertanian Kabupaten diteruskan ke Dinas Propinsi terakhir di serahkan kepada Dinas Pertanian Pusat.
Setelah RDKK dari setiap daerah masuk ke Dinas Pertanian Pusat, maka dilaksanakan tender pengadaan benih padi yang diikuti oleh berbagai perusahaan benih (misalnya: Perum Sang Hyang Seri, PT. Pertani, Perjan Cihea dll). Bagi perusahaan benih yang menang tender, perusahaan tersebut menyalurkan benih melalui cabangnya yang didaerah, yang telah ditetapkan melalui RDKK dengan didampingi oleh PPL.
Perusahaan benih yang menang tender adalah PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS) maka melalui cabang PT. SHS yang ada didaerah penelitian benih disalurkan secara langsung kepada petani dengan jumlahnya 10 kg atau 2 bungkus (1 bungkus = 5 kg) dan harga benih Rp. 2000/kg. Secara garis besar mekanisme distribusi benih dapat dilihat dalam skema dibawah ini :
Gambar 3 : Mekanisme Distribusi Benih Dari Pemerintah ke Petani
Keterangan : Tahapan pengajuan RDKK dari petani ke Dinas Pertanian Pusat
Mekanisme penyaluran Benih dari cabang PT. SHS ke petani melalui Kelompok Tani
Petani
Kelompok Tani Penyuluh RDKK
KUPTD Dinas Pertanian Pusat Jakarta Dinas Pertanian Propinsi Dinas Pertanian Propinsi Sumut Dinas Pertanian Kabupaten Dinas Pertanian Serdang Bedagai
PT Sang Hyang Seri
Cabang PT. Sang Hyang Seri Benih Padi di Tenderkan Kelompok Tani 10 Kg/petani
Dari skema diatas menggambarkan bahwa benih yang dibagikan kepada petani jumlahnya sama yaitu 10 Kg per petani, walaupun dalam RDKK penggunaan sesuai dengan kebutuhan luas lahan yang dipakai.
Apabila jumlah benih yang digunakan sesuai dengan versi pemeintah (Anjuran Dinas Pertanian) yaitu 25 Kg/Ha maka dengan pemberian jatah yang sama (10 Kg) per petani akan menimbulkan keadaan yang berbeda dimana ada petani menerima benih sesuai yang dibutuhkan bahkan ada yang menerima benih masih kurang keadaan ini dapat diihat pada tabel 22
Tabel 22 : Jumlah Petani yang Menerima Benih Berdasarkan Kecukupan Benih Versi Pemerintah (Anjuran)
NO Uraian Jumlah Persentase (%)
1. Kurang 13 43,3
2. Cukup 4 13,3
3. Berlebih 13 43,3
Jumlah 30 100
Sumber : data diolah dari lampiran 2
Dari tabel 22 dapat dikemukakan terdapat 43,3% petani menerima benih kurang dari yang dibutuhkan 43,3% petani menerima lebih dari yang dibutuh dan hanya 13,3% menerima sesuai dengan yang dibutuhkan.
Namun didaerah penelitian tidak ada sama sekali dijumpai petani yang mengunakan benih dengan jumlah yang sesuai dengan versi Pemerintah (Anjuran) petani punya alasan jumlah 25 Kg/Ha (Anjuran) tidak mencukupi serta perlu mengantisipasi masalah gangguan Keong Mas pada masa pertanaman maka petani memperbanyak penggunaan benih menjadi 50Kg/Ha. Didaerah penelitian petani
Oleh karena itu jumlah benih dengan versi petani didaerah penelitian akan jauh lebih besar dari versi pemerintah (anjuran). seperti terlihat pada tabel 23 berikut
Tabel 24. Jumlah Benih dan Kebutuhan Benih Berdasarkan Pemerintah (Anjuran) dengan versi Petani di Daerah Penelitian
No Uraian Populasi
Petani Sampel
Total Rata
1 Luas Lahan (Ha) 1847 13,88 0,46
2 Kebutuhan Benih a.Versi Anjuran 25 Kg/Ha 46.175 347,5 11,5 b.Versi Petani 50 Kg/Ha 92.350 695 23 3 Jumlah Petani (KK) 1.936 30 -
4 Jumlah Benih Yang disalurkan 10 Kg/Petani 19.360 300 10 5 Kekurangan Benih (Kg) a. Versi Anjuran b. Versi Petani 26.815 72.990 47,5 395 1,5 13 6 Kekurangan a. Versi Anjuran b. Versi petani 58.07 79.03 13,67 58,83 13,04 56,52 Sumber : Data diolah dari Lampiran 2 dan sampel
Kekurangan benih dari jatah yang diterima petani dari pemerintah dipenuhi dengan membeli dari penangkar benih dengan harga lebih tinggi dari benih pemerintah. Harga benih dari penangkar benih di daerah penelitian Rp.7.000/kg dengan sistem distribusi langsung dari penangkar benih ke petani.
Sesuai kebutuhan (Kg)
Petani Penangkar
Rp. 7.000/Kg
Besarnya jumlah benih yang dibeli oleh petani sampel dari penangkar yang ada didaerah penelitian dapat dilhat pada tabel 24
Tabel 24 Jumlah Benih yang Harus di Beli dari Penangkar di Daerah Penelitian
No Uraian Rata-rata Range
1 Luas Lahan (Ha) 0,46 0,24 – 1
2 Kebutuhan Benih (Kg) 23,13 12 – 50
3 Benih yang Harus di Tambahkan Petani (Kg)
13,13 2 – 40
4 Biaya Benih (Rp) 91.933,33 14.000 – 280.000 Sumber : data diolah dari lampiran 2
Dari uraian diatas dapat diasumsikan bahwa benih dari pemerintah maupun dari penangkar disalurkan langsung dari produsen benih ke konsumen Menurut Danfar (2009) suatu proses penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen dan para pemakai, sewaktu-waktu dan dimana barang atau jasa itu diperlukan disebut distribusi.
Dalam hal ini yang dimaksud barang atau jasa ialah benih padi yang disalurkan produsen (PT. SHS) ke konsumen (petani) sewaktu benih itu diperlukan pada saat musim tanam didaerah penelitian artinya penyaluran benih padi tersebut dari produsen (PT.SHS) ke petani adalah secara langsung tanpa melalui perantara dimana menurut Hastuti dan Rahim dalam bukunya Pengantar
Teori dan Kasus Ekonomi Pertanian disebut distribusi langsung (direct channel of distribution). Hanya proses pengajuan RDKK yang disusun petani melalui kelompok tani harus diajukan 1 (satu) bulan sebelum pertanaman di mulai.