• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil uji serologis dari serum kucing jalanan di pasar tradisional di Kota Bogor menggunakan uji HI menunjukan adanya antibodi terhadap virus AI H5. Gambaran ini menunjukan bahwa kucing-kucing jalanan di beberapa pasar tradisional di Kota Bogor pernah terpapar virus AI H5. Terdapat 16 sampel yang positif memiliki antibodi terhadap virus AI H5 dari 82 sampel yang diperiksa. Hal itu menunjukan bahwa prevalensi serologis Avian Influenza

H5N1 pada kucing jalanan yang berkeliaran di pasar tradisional di kota Bogor adalah sebesar 19,5 %. (Tabel 1).

Tabel 1. Hasil uji serologis pada 9 pasar tradisional di Kota Bogor

No Asal Sampel Jumlah sampel Hasil Uji Serologis Rataan titer Persen + - 1 Pasar Wr. Jambu 10 4 6 2,2 40 2 Pasar Induk kemang 10 0 10 0 0 3 Pasar Merdeka 9 0 9 0 0 4 Pasar Anyar 10 1 9 0,3 10 5 Pasar Bogor 9 0 9 0 0 6 Pasar Gunung Batu 10 5 5 2,4 50 7 Pasar Sukasari 10 4 6 1,4 40 8 Pasar Balekambang 10 1 9 0,3 10 9 Pasar Ciawi 4 1 3 0,75 25

Jumlah 82 16 66 19,5

Pada penelitian ini tingkat keterpaparan kucing jalanan yang berasal dari ke sembilan pasar tradisional di kota Bogor berkisar antara 10 – 50 %. Prevalensi tertinggi ditemukan pada kucing asal pasar Gunung Batu dan terendah di pasar Balekambang dan pasar Anyar. Penelitian lain yang dilakukan oleh Tarigan dan kawan-kawan (2008) menunjukan hasil yang

hampir sama dengan penelitian ini. Penelitian tersebut memeriksa kucing yang berasal dari peliharaan dan juga kucing jalanan menunjukan bahwa seroprevalensi AI H5N1 kucing di Bogor adalah 20% (Tarigan et al. 2008). Murtini et al. (2008) menyatakan bahwa prevalensi serologis AI H5N1 kucing jalanan di beberapa pasar mencapai 18,9%.

Rataan titer antibodi sampel serum dari kesembilan pasar berkisar 20,3 – 22,4. Nilai rataan titer antibodi tersebut lebih rendah dari penelitian Murtini

et al. (2008), yaitu 22,8 – 24,5. Rendahnya titer antibodi terhadap AI pada kucing yang diperiksa dapat dikarenakan paparan sudah berlangsung lama sehingga titer antibodi mulai menurun. Tidak ditemukannya antibodi anti AI H5N1 pada kucing di beberapa pasar tradisional lainnya dapat disebabkan tidak adanya paparan virus pada kucing-kucing di pasar tersebut atau virus gagal menginfeksi kucing.

Ditemukannya Antibodi Avian Influenza subtipe H5 pada kucing jalanan di pasar tradisional mengindikasikan bahwa kemungkinan kucing tersebut terinfeksi virus Avian Influenza subtipe H5. Kucing dipasar tidak hanya ditemukan di Bogor, namun juga di wilayah lain di Indonesia yang pernah terserang wabah AI H5N1 pada unggas. Di kota Semarang, Depok, Bekasi dan Bandung dilaporkan bahwa prevalensi serologis AI H5N1 mencapai 33,3% di kota Semarang (Dwiyanto et al. 2008) 29,6% di Depok, 16,7% di Bekasi, 20% dan 25% di kota Bandung (Nidom et al. 2008).

Konfirmasi uji menggunakan RT-PCR dari 16 sampel yang diperiksa menunjukan hasil yang negatif. Hal tersebut kemungkinan kucing telah lama terpapar sehingga tidak lagi ada virus dalam tubuhnya. Hasil isolasi dan identifikasi virus dengan uji hemaglutinasi (HA) dan PCR dari masing-masing sampel usap rektal adalah negatif (Tabel. 2) Hal ini kemungkinan tidak adanya material virus Avian Influenza yang dikeluarkan melalui feses. Selain itu juga dikarenakan jumlah virus yang dikeluarkan melalui feses belum cukup banyak tidak terjadi pengeluaran virus (shedding) dari tubuh kucing.

Tabel 2. Hasil uji Isolasi, HA dan PCR terhadap Avian Influenza

No Asal Sampel Jumlah sample

Uji

Isolasi HA PCR 1 Pasar Wr. Jambu 6 - - - 2 Pasar Induk kemang 3 - - -

3 Pasar Merdeka 3 - - -

4 Pasar Anyar 4 - - -

5 Pasar Bogor 3 - - -

6 Pasar Gunung Batu 7 - - -

7 Pasar Sukasari 6 - - -

8 Pasar Balekambang 4 - - -

9 Pasar Ciawi 2 - - -

Jumlah 38

Gambar 2. Hasil PCR sampel feses, pada kolom 1 – 16 adalah sampel, Kontrol positif pada kolom 17 (Avian Influanza), sedangkan kontrol negatif pada kolom 18.

Perbedaan tingkat keterpaparan tiap pasar dapat dipengaruhi oleh karakteristik keadaan pasar (Tabel 3). Karakteristik pasar yang diamati meliputi kebersihan pasar, jumlah pedagang ayam, pola penjualan ayam, area penjualan, tempat penampungan ayam (TPnA) serta jumlah populasi kucing yang berkeliaran di pasar.

Tabel 3. Karakteristik pasar tempat pengambilan sampel

No Nama Pasar Karakteristik Pasar Kebersihan Jumlah pedagang ayam Penampungan ayam Area penjualan Populasi kucing Potong Hidup

1 Ps. Wr jambu Kotor 9 - Tidak ada

Terpisah dengan komoditi lain serta terpisah dari penjualan ayam hidup dan ayam potong 25 - 30 2 Ps. Induk

Kemang Cukup 4 - Tidak ada 15- 20

3 Ps. Merdeka Cukup 8 - Tidak ada 15-20 4 Ps. Anyar Baik 10 5 Ada 25-30 5 Ps. Bogor Cukup 15 4 Ada 35-40 6 Ps. Gn Batu Kotor 6 2 Ada 20-25 7 Ps. Sukasari Cukup 5 - Tidak ada 15-20 8 Ps. Bale

kambang Cukup 5 - Tidak ada 20-25

9 Ps. Ciawi Cukup 5 -

Tidak ada 15-20

Pasar dapat menjadi tempat penularan virus antar spesies, ayam yang terinfeksi AI subklinis. Masyarakat tidak mengetahui kondisi unggas yang terinfeksi AI subklinis karena unggas tersebut tidak menunjukan gejala penyakit (tidak sakit) sehingga dianggap sehat dan layak dijual. Selama masa penjualan unggas subklinis tersebut menyebarkan virus kelingkungan/hewan lain disekitarnya yang menyebabkan hewan lain akan terpapar.

Pasar yang kotor dapat meningkatkan resiko penularan penyakit AI karena virus AI mempunyai kemampuan untuk dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22oC dan lebih dari 30 hari pada 0oC. Sedangkan di dalam feses unggas basah dapat hidup selama satu bulan namun dalam feses unggas yang kering jangka waktu hidupnya leih pendek (WHO, 2007)

Pasar Gunung Batu, Warung Jambu dan Sukasari memiliki tingkat kebersihan yang buruk (kondisi kotor). Pada pasar ini ditemukan kucing jalanan dengan serologis positif. Adanya tempat penampungan ayam (TpnA) di pasar Anyar, pasar Bogor dan Pasar Gunung Batu yang menjual berbagai jenis ayam mempunyai resiko yang lebih besar terhadap penularan virus Avian Influenza. Pola penjualan ayam hidup dapat mempengaruhi kemungkinan kontaminasi virus dilingkungan sendiri banyak ayam hidup dijual di paar dengan kondisi subkinis dapat menyebarkan virus. Di Pasar Kemang dan Merdeka pedagang ayam sedikit serta kebersihan lokasi pasar yang terjaga mengakibatkan virus yang ada dilingkungan lebih sedikit, sehingga paparan virus terhadap kucing jalanan yang berada di pasar-pasar tersebut rendah atau tidak ada.

Jumlah populasi kucing jalanan yang terdapat di beberapa pasar dapat mempengaruhi keterpaparan virus yang diakibatkan kontak antara kucing dengan unggas hidup karena sangat mungkin unggas yang diperdagangkan merupakan unggas pembawa virus (carier) yang menyebarkan virus kelingkungan. Selain itu jumlah pedagang yang sedikit serta kebersihan lokasi pasar yang terjaga dapat mengurangi paparan virus ke lingkungan maupun kucing jalanan yang berada di pasar-pasar tersebut Kucing yang terinfeksi virus dapat menularkan penyakit pada kucing yang lain (Kuiken et al. 2004). Pada daerah tadi serangan virus AI pada unggas beresiko terjadi penularan virus pada kucing bila terjadi kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi atau feses unggas. Beberapa laporan mendukung tentang dugaan bahwa

kontak dengan unggas terinfeksi baik dari feses maupun makan bagian tubuh yang terinfeksi merupakan bentuk sumber infeksi kucing (FAO, 2006).

Resiko munculnya pandemi influenza pada manusia yang disebabkan oleh pembawa virus pada burung adalah kecil (Ferguson et. al : 2004), namun hal ini mempunyai dampak yang potensial menjadi bencana besar. Kebanyakan manusia terinfeksi flu burung terjadi di antara orang yang bekerja atau hidup dengan burung peliharaan (WHO 2004) Pasar tradisional memberikan titik kontak utama bagi orang-orang dan hewan yang hidup berdampingan, membuat mereka menjadi sumber potensial penting dari infeksi virus (Webster 2004).

Gambaran mengenai rendahnya tingkat kepedulian masyarakat terhadap bahaya flu burung hampir dapat dijumpai disemua pasar tradisional di Indonesia. Di setiap pasar becek terdapat bagian penjualan ayam hidup dan fasilitas pemotongannya. Tidak sedikit pasar yang belum memisahkan bagian penjualan ayam dengan bagian lainnya, artinya masih berbaur dengan pedagang lainnya. Di setiap kios tersebut terdapat kandang ayam tempat pemotongan dan pembersihan bulu termasuk jeroannya. Pada umumnya bulu dan kotoran ayam dibuang diselokan atau disimpan ke bak sampah, sehingga bulu dan kotoran unggas bertebaran ke mana-mana. Para pedagang pada umumnya tidak takut terhadap virus AI, karena sudah bertahun tahun menjadi pedagang ayam nyatanya tetap sehat. Pada umumnya pedagang belum paham mengenai penyakit AI dan penularannya, karena keterbatasan informasi yang diterimanya selama ini.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan kucing jalanan di pasar tradisional di kota Bogor pernah terpapar dengan tingkat prevalensi serologis 19,5 %. Namun tidak ditemukan adanya virus yang dikeluarkan oleh kucing di pasar tradisional tersebut

Saran

Perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui kemungkinan adanya virus Avian Influenza yang dapat ditularkan ke manusia maupun hewan lainnya. Pengembangan teknik diagnosa cepat dan akurat dengan antigen spesifik, sehingga dapat digunakan untuk deteksi dini terhadap penularan

Avian Influenza dan perlu melakukan penelitian lanjutan dengan wilayah yang lebih luas baik

DAFTAR PUSTAKA

[CDC] Center of Diseases Center. 2006. Question and Answer About Avian influenza (Bird flu) and Avian Influenza A (H5N1) Virus. www.cdc.gov/flu/avian/geu-info/fact.htm [4 Februari 2007].

Choi YK, Nguyen TD, Ozaki H, Webby RJ, Puthavathana P, Buranathal C, Chaisingh A, Auewarakul P, Hanh NTH, Ma SK, Hui PY, Guan Y, Peiris JSM, and Webster RG. 2005. Studies of H5N1Influenza Virus Infection of Pigs by Using Viruses Isolated in Vietnam and Thailand in 2004. J Of Virology. Vol. 79, No. 16. p. 10821–10825 .

Daryanto A. 2007. Peran pasar tradisional & modern dalam pemasaran ungas.

Trobos Oktober 62-63.

Dwiyanto R, kurniawan RA. 2008. Deteksi antibodi Avian Influenza H5N1 pada kucing jalanan di Wilayah Semaranag. Proceedings of KIVNAS 311-312. [FAO] Food Association Organization. Animal Production and Health Division. 2006. H5N1 in Cats. In: Animal Health Special Report. www.fao.org/AG/AGAINFO/SUBJECT/en/health/disease-cards/avian-cats.html-29k.htm [4 Februari 2007].

Fenner,F.J.,E.P.J., Gibss,F.A.,Murphy, R., Rott, M.J., Studdent and D.o. White.1995. Veterinary Virology 2nd Ed. (Harya Putra, dkk.,). Semarang: IKIP Semarang Press.

Ferguson NM, Fraser C, Donnelly CA, Ghani AC, Anderson RM 2004. Public health risk from the avian H5N1 influenza epidemic. Science. Sains.

(304) : 968–969.

Hulse-Post DJ, Sturm-Ramirez KM, Humberd J, Seiler P, Govorkova EA, Krauss S, Scholtissek C, Puthavathana P, Buranathai C, Nguyen TD, Long HT, Naipospos TSP, Chen H, Ellis TM, Guan Y, Peiris JSM, and Webster RG. 2005. Role of domestic ducks in the propagation and biological evolution of highly pathogenic H5N1 influenza viruses in Asia.

Harris A, Cardone G, Winkler DC, Heymann JB, Brecher M, White JM, Steven 2006. Influenza Virus Pleiomorphy Characterizad by

Cryoelectronomography. Proc. Natl. Acad. Sci. USA. 103 : 19123-19127

Hoffmann, E., Stech, J., Levena, I., Krauss, S., Scholissek, C., Chin, P. S., Peiris, M., Shortridge, K. F., and Webster, R. G., 2000 Characterization of the influenza A virus gene pol in avian species in Southern China : Was H6N1 a derivative or a precursor of H5N1 ? J .Virol 74 (14) : 6309 – 6315.

Horimoto, T., Y. Kawaoka. 2001. Pandemic Threat Posed By Avian Influenza A Viruses. Clinical Microbiology Reviews 14: 130-145.

ICTV The Universal Virus Database .2006. Index to virus Classification and Nomenclatures Taxonomic lists and Catalogue of Viruses – ICTV 01.062.0.00.359 (CiLV) and 01.062 (Rhabdoviridae ) http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ICTVdb/Ictv/fr-index.htm. [24 Desember 2008].

Joseph P. Wood, Young W. Choi, Daniel J. Chappie, James V. Rogers, Jonathan Z. Kaye. 2010. Environmental Persistence of a Highly Pathogenic Avian Influenza (H5N1) Virus. Environmental Science & Technology, (19): 7515.

Keawcharoen, J., K. Oraveerakul., T. Kuiken., R.A.M. Fouchier., A. Amonsin., S. Payungporn., S. Noppornpanth., S. Wattanodorn., A. Theamboonlers., R. Tantilertcharoen., R. Pattanarangsan., N. Arya., P. Ratanakorn., A.D.M.E. Osterhaus and Y. Poovorawan. 2004. Avian Influenza H5N1 in Tigers and Leopard. CDC-EID. 10 (12). www.cdc.gov/ncidod/EID/vol10no12/04-0759.htm [20 Maret 2007]. Khawaja, J.Z.; Naeem, K.; Ahmed, Z. and Ahmad, S.2005. Surveillance of

Avian Influenza Virus in Wild Birds in Areas Adjacent to Epicentre of an Outbreak in federal Capital Territory of Pakistan. International Journal of Poultry Science 4 (1):39-43.

Kuiken, T., G. Rimmelzwan., D. van Riel., G. van Amerongen., M. Baars., R. Fouchier and A. Osterhaus. 2004. Avian H5N1 Influenza in

Cats. Science Daily. 306.

Kung NY, Guan Y, Perkins NR, Bisset L, Ellis T, Sims L. 2003. The impact of a monthly rest day on avian influenza virus isolation rates in retail live poultry markets in Hong Kong. Avian Dis ;47 :1037-41.

Lee CW, Senne DA, Suarez DL. 2004. Effect of Vaccine Use in the Evolution of Mexican Lineage H5N2 Avian Influenza Virus.J.Virol. 78:8372-81.

Murtini S, Susanti R, Handhayani E. 2008. Seroprevalensi Avian Influenza H5N1 pada kucing kucing liar di Bogor. Proceedings of KIVNAS 313-314.

Nguyen DC, Uyeki TM, Jadhao S, Maines T, Shaw M, Matsuoka Y. 2001

Isolation and characterization of avian influenza viruses, including highly pathogenic H5N1, from poultry in live bird markets in Hanoi, Vietnam. J Virol. ; 79:4201–4212.

[OIE] Office International des Epizooties. 2005. Manual of Standards for Diagnostic Tests and Vaccines.

Payungporn., S. Noppornpanth., S. Wattanodorn., A. Theamboonlers., R. Tantilertcharoen., R. Pattanarangsan., N. Arya., P. Ratanakorn., A.D.M.E. Osterhaus and Y. Poovorawan. 2004. Avian Influenza H5N1 in Tigers and Leopard. CDC-EID. 10 (12). www.cdc.gov/ncidod/EID/vol10no12/04-0759.htm [20 Maret 2007]. Pusat Veterinaria Farma. 2006. Pengawasan dan Diagnosa Avian Influenza.

Buletin Veterinaria Farma 3 (6) . Surabaya.

Roberts, P.C., Lamb, R.A., Compans, R.W., 1998. The M1 and M2 proteins of influenza A virus are important determinants in filamentous particle formation. Virology 240 (1), 127–137.

Sambrook J, Fritsch EF, Maniatis T. 1989. In Vitro Amplification of DNA by the Polymerase Chain Reaction. In : Molecular Cloning: A Laboratory Manual. 2nd ed. Cold Spring Harbor, N.Y: Cold Spring Harbor Laboratory Press.

Suarez DL, Perdue ML, Cox N, Rowe T, Bender C, Huang J, Swayne DE, 1998.Comparisons of Highly Virulent H5N1 Influenza A Viruses Isolated from Humans and Chickens from Hong kong . J. Virol. 72:6678-6688. Susanti R, Soejoedono RD, Mahardika IGNK, Wibawan IWT, Suhartono MT.

2008. Filogenetik dan struktur antigenik virus avian influenza subtipe H5N1 isolat unggas air. J Vet. 9(3):99-106.

Suzuki Y, 2005. Sialobiolgy of Influenza Moleculer mechanismof Host Range Variation of Influenza Viruses. Biol.Pharm.Bull.28:399-408.

Suzuki Y, Ito T, Suzuki T, Holland RE, Chambers TM, Kiso M, Ishida H, KawaokaY, 2000. Sialic Acid Species As A Determinant of The Host Range of Influenza A Viruses. J. Virol, 74:11825-11831.

Tabbu, C. R. 2000. Penyakit ayam dan penanggulangannya. Penyakit Bakterial, Mikal dan viral. Penerbit Kanisisus, Yogyakarta. Vol. 1 Hal 232-244.

Tamura SI and Kurata T, 2004. Defense Mechanism Against Influenza Virus Infection in the Respiratory Tract Mucosa. Jpn.J.Infect.Dis.57:236-247. Tarigan S, Darminto, Loth L, Indriani R, Indi N. 2008. Infeksi virus flu burung

pada kucing di Jawa Barat. Proceedings of KIVNAS 308-310.

Thiry E, Zicola A, Addie D, Egberink H, HartmannK, Lutz H, Pouletr H, Horzinek MC. 2007. Highly pathogenic avian influenza H5N1 virus in cats and other carnivores. VetMicrobiol. 122:125.

Vines A, Wells K, Matrosovich M, castrucci MR, Ito T, Kawaoka Y, 1998. The Role of Influenza A Virus Hemagglutinin Residues 226 and 228 in Receptor Specifity and Host Range Restriction.J.Virol.72:7626-7631. Viljoen GJ, Neland LH, Crowther JR. 2005. Molecular Diagnostic PCR

Handbook, Springer Publication, Netherlands.

Webster RG. 2004. Wet markets—a continuing source of severe acute respiratory syndrome and influenza? Webster RG. Lancet. (363) 234– 236.

Whittaker GR, 2001. Intercellular Trafficking of InfluenzaVirus: Clinical Implications for Molecular Medicine. Cambridge University Press.

[WHO] World Health Organization-Indonesia. 2007. Avian Influenza. Jakarta. www.worldhealthorganization-indonesia.htm [24 Januari 2007].

[WHO] World Health Organization-Indonesia. 2006. H5N1 Avian Influenza in Domestic cats. Jakarta. www.worldhealthorganization-indonesia.htm [24 Januari 2007].

[WHO] World Health Organization. Southeast Asian section. avian influenza

2004. Available from

http://w3.whosea.org/en/Section10/Section1027_6761.htm dari

http://w3.whosea.org/en/Section10/Section1027_6761.htm. [24 Desember 2008].

[WHO] World Health Organization-Indonesia. 2002. Manual on Animal Influenza. Diagnosis and Surveilance. http://WHO/CDS/CSR/NCS/2002.5. [10 Mei 2008].

Dokumen terkait