• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ektoparasit yang didapat setelah dilakukan pemaparan ekstrak daun kisampang dengan berbagai konsentrasi adalah tungau, Menacanthus, Menopon, Goniodes, Lipeurus, Goniocotes dan Cuclotogaster. Menurut De Vaney (1986), terdapat dua kelompok ektoparasit yang dapat menyerang ayam. Kelompok pertama adalah kelompok ektoparasit yang hanya memakan sel-sel kulit yang sudah mati dan bagian kulit seperti bulu, contohnya Goniocotes, Lipeurus, Cuclotogaster dan Goniodes. Kelompok kedua adalah ektoparasit yang menimbulkan kerusakan dan kerugian ekonomi yang cukup besar, karena ektoparasit ini memakan sel-sel yang masih hidup, contohnya Menacanthus dan Menopon. Tungau umumnya memakan darah atau cairan limfe dari tubuh inang yang ditumpanginya.

Hasil pengujian pengaruh ekstrak daun kisampang terhadap jumlah populasi ektoparasit yang ada pada bagian ekor, dapat dilihat pada gambar 6. Terlihat adanya fluktuasi penurunan jumlah populasi genus ektoparasit tungau, Menacanthus, Menopon, Goniodes, Lipeurus, Goniocotes dan Cuclotogaster setelah terpapar ekstrak daun kisampang.

0 1 0 2 0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 Li peu rus Cu clo toga st Goni od es Goni oc ote Mena chant u Meno pon Tu ngau G e n u s e kto p a ra si t J u m la 0 % 0 , 5 % 1 % 2 , 5 % 5 %

Gambar 17. Diagram jumlah populasi ektoparasit pada berbagai tingkatan konsentrasi

Jumlah ektoparasit yang paling banyak ditemukan pada semua konsentrasi (0%, 0,5%, 1%, 2,5%, 5%) adalah tungau, sedangkan jumlah ektoparasit yang paling sedikit yang ditemukan setelah pemberian ekstrak daun kisampang

(Melicope denhamii) adalah genus Cuclotogaster. Adanya keanekaragaman ektoparasit yang ditemukan pada bagian ekor ayam kampung, dapat disebabkan kontak ekor dengan bagian tubuh yang lain seperti kepala dan sayap akibat adanya perilaku (behaviour) ayam. Lipeurus biasanya hidup pada bulu-bulu sayap yang besar, Menopon hidup di tangkai bulu ayam, Menacanthus disebut juga kutu tubuh yang hidup pada kulit ayam yang bulu-bulunya jarang, Cuclotogaster berhabitat daerah kepala, Gonoides ataupun Goniocotes mempunyai habitat di daerah yang tertutup oleh bulu-bulu yang pendek, sedangkan tungau biasanya menyebar pada semua bagian tubuh serta hidup di daerah bulu-bulu halus ayam (Partosodjoeno 1991).

Tabel 1. Jumlah ektoparasit pradewasa yang hidup pada berbagai tingkatan konsentrasi

Ektoparasit (3 ekor) Konsentrasi

Lipeurus Cuclotogaster Goniodes Goniocotes Menacanthus Menopon Tungau

0% 12 0 13 3 102 3 -

0,5% 10 0 4 0 46 1 -

1% 12 0 5 0 39 1 -

2,5% 0 0 2 1 8 0 -

5% 0 0 0 0 0 0 -

Pada Tabel 1, terlihat pengaruh pemberian ekstrak daun kisampang terhadap jumlah pradewasa genus ektoparasit Menacanthus, Menopon, Goniodes, Lipeurus, Goniocotes dan Cuclotogaster diberbagai konsentrasi (0%, 0,5 %, 1%, 2,5 %, 5%). Namun tidak dapat diidentifikasi tungau pradewasa sebab ukuran tungau yang sangat kecil sehingga diperlukan peralatan khusus untuk mengidentifikasinya.

Pada konsentrasi 0%, dapat ditemukan ektoparasit pradewasa dari genus Lipeurus, Goniodes, Goniocotes, Menacanthus dan Menopon, sedangkan Cuclotogaster tidak ditemukan. Pada konsentrasi 0,5% jumlah ektoparasit pradewasa genus Lipeurus, Goniodes, Goniocotes, Menacanthus dan Menopon mengalami penurunan. Penurunan jumlah ektoparasit pradewasa hingga 100%

pada konsentrasi 0,5% didapat pada genus Goniocotes. Pada konsentrasi 1% jumlah pradewasa genus Lipeurus dan Goniodes lebih banyak dibandingkan kelompok kontrol, sedangkan jumlah pradewasa genus Menacanthus mengalami penurunan. Pada konsentrasi yang sama jumlah ektoparasit pradewasa pada genus Menopon tetap jika dibandingkan dengan konsentrasi 0,5%. Genus Lipeurus, Goniodes, Menopon pada konsentrasi 2,5% mengalami penurunan hingga 100%,

sedangkan genus Goniocotes lebih tinggi jumlah pradewasanya dibanding konsentrasi 1%. Hal ini dapat disebabkan adanya telur kutu menetas sehingga jumlah pradewasa genus ini bertambah. Telur akan melekat pada bulu dan biasanya dalam bentuk bergerombol serta membutuhkan waktu 4-7 hari untuk menetas (Tabbu 2002). Pada konsentrasi 5% dari semua genus ektoparasit sudah tidak ditemukan lagi, keadaan ini dapat disebabkan semakin tingginya tingkat keterpaparan zat-zat aktif yang bersifat toksik dari daun kisampang yang dapat menyebabkan kematian ektoparasit pradewasa.

Tabel 2. Jumlah ektoparasit dewasa yang hidup pada berbagai tingkatan konsentrasi

Ektoparasit (3 ekor) Konsentrasi

Lipeurus Cuclotogaster Goniodes Goniocotes Menacanthus Menopon Tungau

0% 11 2 13 6 59 57 211 0,5% 9 1 6 1 35 46 187 1% 4 0 2 1 13 12 143 2,5% 2 0 2 1 5 3 108 5% 1 0 0 1 0 1 50

Dari Tabel 2 dapat dilihat, ekstrak daun kisampang berpengaruh terhadap jumlah ektoparasit dewasa pada berbagai tingkatan konsentrasi. Umumnya populasi ektoparasit mengalami penurunan seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak daun kisampang. Pada konsentrasi 0%, populasi ektoparasit dewasa didominasi oleh tungau dan Menacanthus. Tungau mempunyai habitat di seluruh tubuh, mereka dapat hidup dan berkembang pada celah-celah lantai, dinding kandang, tempat mengeram dan benda-benda lain di kandang, sedangkan

Menacanthus hidup dengan cara menghisap darah (Loomis 1984 dalam Hofstad et al.).

Pada konsentrasi 0,5%, populasi semua genus ektoparasit dewasa mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kontrol (0%). Namun pada genus Goniocotes terlihat penurunan hampir mencapai 100%. Cuclotogaster juga masih ditemukan, meskipun genus ini berhabitat pada kepala, disebabkan ayam yang mempunyai kebiasaan mematuk-matuki bagian tubuhnya yang gatal (Bains 1979 dalam Lancaster dan Meisch 1986).

Seperti halnya pada konsentrasi 0,5%, secara keseluruhan populasi semua genus ektoparasit pada konsentrasi 1% mengalami penurunan. Hal yang paling mencolok pada tingkat konsentrasi 1 %, Cuclotogaster tidak ditemukan lagi. Ayam sudah mulai tenang sehingga tidak adanya perilaku mematuk-matuki tubuhnya lagi. Penurunan jumlah kutu pada kelompok ini diduga diakibatkan matinya kutu-kutu tersebut akibat adanya zat alkaloid didalam tanaman kisampang yang dapat menginhibisi syaraf parasimpatik pada system syaraf pusat (Aminah 1995).

Pada konsentrasi 2,5%, jumlah Goniodes dan Goniocotes tidak mengalami penurunan jika dibandingkan dengan konsentrasi 1%. Ekstrak daun kisampang pada konsentrasi 5% sangat berpengaruh terhadap jumlah populasi ektoparasit dewasa jika dibandingkan dengan kontrol. Genus Cuclotogaster, Goniodes dan Menacanthus tidak ditemukan lagi pada konsentrasi ini. Keberadaan tungau masih mendominasi meskipun tidak sebanyak jumlahnya pada tingkatan konsentrasi sebelumnya akan tetapi genus Goniocotes dan Menopon mengalami penurunan jumlah ektoparasit dewasa.

Tabel 3. Persentase penurunan jumlah populasi tungau dan kutu dengan membandingkan populasi perlakuan terhadap kontrol (0%)

Konsentrasi Tungau Kutu

0,5% 11.37 43.42

1% 32.23 68.33

2,5% 48.81 91.46

Pada tabel 3, terlihat perbandingan persentase jumlah total dari tungau dan kutu setelah dilakukan pemaparan ekstrak daun kisampang (Melicope denhamii) dengan konsentrasi 0,5%, 1%, 2,5% dan 5%. Pada konsentrasi 0,5% kutu mengalami penurunan persentase sebesar 43,42% sedangkan tungau hanya 11,37 %. Persentase penurunan sudah melebihi 50% terlihat pada kutu di konsentrasi 1%, tungau hanya mengalami penurunan sebesar 32,23%. Efektifitas dari daun kisampang sangat terlihat pada konsentrasi 2,5% pada kutu dan tungau. Pada kutu penurunan telah mencapai 91,46% sedangkan tungau 48,81%. Pada konsentrasi 5%, penurunan persentase kutu sudah mencapai 98,93% sedangkan tungau 76,30%. Penurunan populasi kutu lebih besar daripada tungau pada semua tingkatan konsentrasi setelah dilakukan pemaparan ekstrak daun kisampang.

Akibat adanya pengaruh zat-zat aktif pada daun kisampang yang bersifat toksik akan menyebabkan keracunan serta kematian pada ektoparasit. Tanaman ini juga diduga mengandung minyak atsiri (essensial oil), tanin, alkaloid, saponin, dan flavanoid yang dapat mempengaruhi perkembangan serangga (Aminah 1995). Senyawa tanin terdapat dalam bagian tanaman pada daun, buah kulit, buah, kayu maupun batang. Tanin merupakan antiseptik untuk mencegah hama serangga yang akan mengganggu kehidupan tanaman itu sendiri. Alkaloid pada tanaman kisampang mengandung bahan aktif evodiamine dan rutaecarpin. Evodiamine menyebabkan kehilangan produksi panas dan pada saat yang bersamaan menghilangkan energi yang berada dalam makanan yang kemudian akan berakibat pada kehilangan berat badan (Anonim 2004). Rutaecarpin adalah zat yang dapat menyebabkan hipotensi dan vasorelaksasi (Wang 2002). Menurut Aminah (1995), zat saponin dapat menurunkan tegangan permukaan mukosa traktus digestivus sehingga terjadi degeneratif dan selanjutnya kematian.

Semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang diberikan semakin banyak pula kematian ektoparasit ini. Selain sebagai insektisida kemungkinan kutu dan tungau ini mengalami keracunan. Zat-zat yang bersifat toksik ini dapat masuk melalui beberapa bagian tubuh serangga yaitu dinding tubuh, jalur pernafasan, dan alat pencernaan (Sastrodihardjo 1979).

Dokumen terkait