• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Konsentrasi Cekaman Aluminium

Akar kedelai kultivar Lumut yang ditumbuhkan pada pH 6 memperlihatkan pertambahan panjang akar yang lebih besar yaitu sekitar 83%-95% dibandingkan pada kontrol pH 4 (Tabel 2). Rendahnya pertambahan panjang akar pada pH 4 dibandingkan pH 6 menunjukkan bahwa pertumbuhan akar dihambat oleh pH 4. Menurut Ismail dan Effendi (1993) pH yang paling baik untuk pertumbuhan kedelai adalah pH 6.8, namun pada pH 5.5-6.0 sudah dianggap cukup baik.

Tabel 2. Reduksi perpanjangan akar pH 6, pH 4+1.2 mM Al, pH 4+1.6 mM Al dibandingkan dengan pH 4.

Reduksi perpanjangan akar dibandingkan dengan pH 4

pH 4 pH 6 pH 4+1.2 mM Al pH 4+1.6 mM Al Lama cekaman PPA (cm) RPA (%) PPA (cm) RPA (%) PPA (cm) RPA (%) PPA (cm) RPA (%) 0.24 100 0.44 -83.3 0.05 79.1 0.05 79.1 0.64 100 1.25 -95.3 0.19 70.3 0.08 87.5 1.09 100 1.99 -82.5 0.24 77.9 0.16 85.3 8 jam 24 jam 48 jam 72 jam 1.49 100 2.84 -90.6 0.30 79.8 0.20 86.5 Keterangan

PPA : Pertambahan panjang akar (rata-rata 2 ulangan) RPA : Reduksi panjang akar

Perlakuan pH 4+1.2 mM Al dan pH 4+1.6 mM Al, mengakibatkan reduksi perpanjangan akar (RPA) kedelai sekitar 70%-88% (Tabel 2) dibandingkan dengan kontrol pH 4. Hal tersebut dikarenakan cekaman Al pada tanaman mengakibatkan pertumbuhan akar terhambat, akar menjadi pendek dan menebal khususnya pada akar utama (Ryan et al. 1993). Persentase reduksi ini lebih besar dibanding dengan Anwar (1999) yaitu hanya sekitar 60%.

Pada kedelai sensitif, cekaman Al menyebabkan penghambatan panjang akar yang signifikan (Lazof et al. 1994).Menurut Anwar (1999) kedelai kultivar Lumut termasuk kedelai peka karena telah terjadi RPA sebesar 50% pada cekaman Al 0.8 mM. Cekaman 1.6 mM Al menyebabkan RPA lebih tinggi

dibandingkan dengan cekaman 1.2 mM Al (Tabel 2). Setelah 8 jam perlakuan, cekaman Al baik pada konsentrasi 1.2 mM Almaupun 1.6 mM Almenyebabkan reduksi panjang akar sebesar 79% (Tabel 2). Setelah jam ke-24, ke-48, dan ke-72, perlakuan 1.6 mM Al menyebabkan reduksi panjang akar sekitar 79%-88%, lebih tinggi dari pada perlakuan cekaman 1.2 mM Alyaitu sekitar 70%-80% (Tabel 2). Hasil penelitian Anwar (1999) menunjukkan bahwa kedua konsentrasi cekaman tersebut tidak begitu berbeda, hanya berbeda 1%. Pada kedelai yang toleran yaitu kultivar Slamet, RPA sekitar 76%-78% terjadi pada tanaman yang mendapat cekaman 1.2 mM Al dan sekitar 79%-89% pada tanaman yang mendapat cekaman 1.6 mM Al (Tabel 3).

Tabel 3. Reduksi perpanjangan akar pada kultivar Slamet (Mashuda 2007) Reduksi perpanjangan akar dibandingkan dengan pH 4

pH 4 pH 6 pH 4+1.2 mM Al pH 4+1.6 mM Al Lama cekaman PPA (cm) RPA (%) PPA (cm) RPA (%) PPA (cm) RPA (%) PPA (cm) RPA (%) 0.7 100 0.4 -75.7 0.1 78.4 0.0 89.2 1.7 100 1.9 -91.9 0.2 76.7 0.2 82.6 2.9 100 1.5 -91.5 0.4 76.5 0.3 79.7 8 jam 24 jam 48 jam 72 jam 3.7 100 2.0 -88.8 0.5 76.5 0.4 79.1 Keterangan

PPA : Pertambahan panjang akar (rata-rata 2 ulangan) RPA : Reduksi panjang akar

Nilai RPA pada perlakuan dan waktu perlakuan yang sama yang dimiliki kultivar Lumut (Tabel 2) tidak jauh berbeda dengan kultivar Slamet (Tabel 3). Ini menunjukkan bahwa respon fisik kultivar peka (Lumut) dan yang toleran (Slamet) terhadap cekaman Al yaitu berupa penghambatan pertumbuhan akar tidak jauh berbeda. Hal ini diduga diakibatkan pemberian cekaman aluminium yang terlalu tinggi

Agar pengaruh cekaman memberikan hasil yang nyata, maka respon tanaman yang mengalami cekaman harus menampakkan perbedaan yang cukup jelas. Berdasarkan hasil yang didapat, dari cekaman 1.6 mM Al menghasilkan reduksi perpanjangan akar (RPA) yang lebih tinggi dibandingkan pada cekaman

1.2 mM Al, sehingga analisis ekspresi gen pada tahap berikutnya hanya menggunakan cekaman Al pada konsentrasi 1.6 mM Al.

Isolasi RNA Total

RNA total telah berhasil diisolasi dari akar pada perlakuan pH 6, pH 4 dan pH 4+1.6 mM Al dengan lama perlakuan 0 jam, 8 jam, 24 jam, 48 jam dan 72 jam. RNA total diisolasi dengan menggunakan kit Trizol, kemudian hasil isolasi RNA total tersebut dianalisis keutuhan dan konsentrasinya. Keutuhan RNA total dianalisis dengan metode elektroforesis. Konsentrasi RNA total dianalisis dengan spektrofotometer. Analisis keutuhan RNA menunjukkan bahwa mRNA, rRNA dan tRNA hasil isolasi adalah baik dan tidak terdegredasi yang ditunjukkan oleh adanya dua pita rRNA yang berukuran 28s dan 18s (Gambar 2).

pH 6 pH 4 pH 4 + 1.6 mM Al 0J 8J 24J 48J 72J 8J 24J 48J 72J 8J 24J 48J 72J

Gambar 2. RNA total akar kedelai kultivar Lumut pada perlakuan pH 6, pH 4 dan pH 4+1.6 mM Al.

Sintesis cDNA Total

cDNA total telah berhasil disintesis berdasarkan RNA total sebagai cetakannya. Hanya mRNA dari RNA total yang disintesis menjadi cDNA karena oligo(dT) yang digunakan sebagai primer dalam sintesis cDNA hanya menempel pada ekor poliA yang dimiliki oleh mRNA.

Untuk mengetahui keberhasilan sintesis cDNA dan juga kualitas RNA maka dilakukan pengecekan melalui PCR menggunakan cDNA total sebagai cetakannya dan primer untuk β-aktin. PCR dengan primer β-aktin dan cetakan cDNA total menghasilkan pita amplifikasi DNA berukuran 450 pb (Gambar 3). Ini menunjukkan bahwa cDNA yang digunakan sebagai cetakan adalah murni yang tidak terkontaminasi DNA genom atau RNA total yang telah diisolasi tidak terkontaminasi dengan DNA. Bagian RNA total yang dijadikan sintesis cDNA adalah mRNA, dimana mRNA merupakan hasil transkripsi dari DNA yang telah 18 s

mengalami pemrosesan sehingga hanya mengandung ekson tanpa intron. DNA genom masih mengandung intron dan ekson. Primer reverse dan forward β-aktin terletak di daerah ekson 1 dan ekson 2 yang mengapit intron. PCR aktin dengan cetakan cDNA murni hanya akan mengamplifikasi daerah ekson 1 dan ekson 2 tanpa intron sehingga pitanya berukuran 450 pb.

pH 6 pH 4 pH 4+1.6 mM Al

0J 8J 24J 48J 72J 8J 24J 48 J 72J 8J 24J 48J 72J

Gambar 3. Hasil PCR β-Aktin yang berasal dari cetakan cDNA murni.

Hasil PCR β-aktin yang cetakan cDNA-nya berasal dari RNA total yang terkontaminasi DNA akan terlihat adanya dua pita yang berukuran 450 pb dan 550 pb (Gambar 4). Ukuran 550 pb ini disebabkan oleh adanya intron pada DNA yang berukuran 90 pb yang terapit ekson 1 dan ekson 2 yang ikut teramplifikasi. Untuk melakukan analisis ekspresi gen Gα dan GST hanya menggunakan cDNA murni tanpa kontaminasi DNA (Gambar 3).

Gambar 4. Hasil PCR β-aktin yang cDNAnya terkontaminasi DNA genom (1), dan cDNA murni (2).

Analisis Ekspresi Gen Gα

Ekspresi gen Gα pada perlakuan pH 4 lebih rendah dibandingkan pH 6 pada jam ke-8, dan ekspresi perlakuan pH 4+1.6 mM Al lebih rendah dibandingkan pH 4 pada jam yang sama (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa pada awal perlakuan baik cekaman pH rendah maupun cekaman Al tidak menginduksi ekspresi gen Gα. Pada pH 4 jam ke-24 ekspresi gen Gα sedikit lebih tinggi dibandingkan pH 6 tetapi kemudian pada jam ke-48, ekspresi gen Gα menurun, dan nilai ekspresi baku Gα tetap pada jam ke-72 (Tabel 4). Nilai 450 pb

450 pb 550 pb

ekspresi baku gen Gα (Tabel 4) dan pita hasil PCR (Gambar 5) tidak menunjukkan banyak perbedaan antara pH 6 dan pH 4, yang menunjukkan bahwa perlakuan cekaman pH rendah (pH 4) tidak menginduksi ekspresi gen Gα.

Pada jam ke-24, ekspresi gen Gα dari tanaman yang mendapatkan cekaman pH 4+1.6 mM Al lebih tinggi daripada cekaman pH 4. Kemudian pada jam ke-48 perlakuan cekaman pH 4+1.6 mM Al menunjukkan ekspresi Gα yang lebih rendah dibandingkan pH 4 dan pada jam ke-72 perlakuan pH 4+1.6 mM Al menyebabkan ekspresi Gα meningkat kembali dan lebih tinggi daripada perlakuan pH 4 (Tabel 4). Hal tersebut menunjukkan bahwa ekspresi gen Gα pada kedelai Lumut yang mendapat perlakuan pH 4+1.6 mM Al tidak memiliki pola yang jelas. Nilai ekspresi baku gen Gα (Tabel 4) dan pita hasil PCR (Gambar 5) tidak menunjukkan banyak perbedaan antara pH 4 dan pH 4+1.6 mM Al yang menunjukkan bahwa cekaman Al tidak menginduksi gen Gα.

Tabel 4. Ekspresi baku gen Gα pada pH 4 dan pH 4+1.6 mM Al Ekspresi gen Gα

pH 6 pH 4 pH 4 + 1.6 mM Al

Lama perlakuan

IApt IXpt EBX %EBX IApt IXpt EBX % EBX IApt IXpt EBX % EBX

8 jam 24 jam 48 jam 72 jam 45 76 1.69 100 47 75 1.56 100 47 76 1.61 100 47 76 1.61 100 47 78 1.66 98.22 48 78 1.62 103.84 49 82 1.67 103.72 49 82 1.67 103.72 49 80 1.63 96.60 50 82 1.64 105.12 49 80 1.63 101.4 50 86 1.72 106.83 Keterangan

Iapt : Intensitas aktin pada perlakuan ke-p dan waktu ke-t (rata-rata 2 ulangan) Ixpt : Intensitas Gα pada perlakuan ke-p dan waktu ke-t (rata-rata 2 ulangan) EBX : Ekspresi Baku gen Gα

%EBX : Ekspresi baku gen Gα dibandingkan dengan kontrol pH 6

Intensitas pita pH 6, pH 4 maupun pH 4+1.6 mM Al yang dihasilkan tidak begitu berbeda (Gambar 5). Ini menunjukkan bahwa ekspresi gen Gα pada pH 6 tidak jauh berbeda dengan ekspresi perlakuan pH 4 maupun pH 4+1.6 mM Al. Gen Gα tidak terinduksi baik oleh cekaman pH rendah yaitu pH 4 maupun cekaman Al yaitu pH 4+1.6 mM Al. Diduga gen Gα pada kultivar Lumut adalah gen konstitutif atau bersifat housekeeping gene.

Housekeeping gene diekspresikan secara terus menerus, sehingga produk di dalam sel tidak berubah/konstan dan diperlukan setiap saat, yang tidak

tergantung dari lingkungan dan terdapat di semua sel meski terekpresikan pada level rendah. Mengacu pada sifat housekeeping gene, gen Gα diduga tidak berhubungan dengan sistem toleransi terhadap cekaman Al pada kultivar Lumut yang peka terhadap cekaman Al.

pH 6 pH 4 pH 4 + 1.6 mM Al 0J 8J 24J 48 J 72 J 8J 24J 48J 72J 8J 24J 48J 72J

Gambar 5. Ekspresi gen Gα dan β-aktin pada pH 6, pH 4, dan pH 4+1.6 mM Al. Pada kultivar Slamet perlakuan pH 4 dan pH 4+1.6 mM Al memperlihatkan ekspresi tertinggi pada jam ke-8, kemudian setelah jam ke-8 ekspresinya cenderung menurun (Tabel 5). Gen Gα pada kultivar Slamet terinduksi oleh cekaman pH rendah dan cekaman Al (Mashuda 2007). Gen Gα pada kultivar Slamet merupakan regulated gene atau gen teregulasi/terkendali dimana ekpresi gen tergantung pada keadaan lingkungan. Meningkatnya ekspresi gen Gα diduga berkaitan dengan metabolisme sistem pertahanan tanaman terhadap cekaman aluminium pada kultivar Slamet yang toleran cekaman Al. Tabel 5. Ekspresi baku gen Gα dan β-aktin pada kultivar Slamet (Mashuda 2007)

Ekspresi gen Gα

pH 6 pH 4 pH 4 + 1.6 mM Al

Lama perlakuan

IApt IXpt EBX %EBX IApt IXpt EBX % EBX IApt IXpt EBX % EBX

8 jam 24 jam 48 jam 72 jam 58 67.5 1.2 100 60 72.0 1.2 100 60 73.0 1.2 100 63 78.5 1.2 100 57.5 72.5 1.3 108.3 60.5 75.0 1.2 103.3 57.5 71.5 1.2 102.2 60.0 75.5 1.3 101.0 57.0 76.5 1.3 115.3 57.0 78.0 1.4 114.0 52.5 73.0 1.4 114.3 59.0 75.5 1.3 102.7 Keterangan

Iapt : Intensitas aktin pada perlakuan ke-p dan waktu ke-t (rata-rata 2 ulangan) Ixpt : Intensitas Gα pada perlakuan ke-p dan waktu ke-t (rata-rata 2 ulangan) EBX : Ekspresi Baku gen Gα

%EBX : Ekspresi baku gen Gα dibandingkan dengan kontrol pH 6

Kemungkinan ekspresi gen Gα dapat terinduksi Al dengan cekaman yang lebih singkat, misalnya 4 jam perlakuan atau pada konsentrasi Al yang lebih β-aktin 450 pb

β-Aktin GST8

rendah. Tistama (2003) mendapatkan hasil bahwa ekspresi tertinggi gen gmali50 terjadi pada dosis Al yang lebih rendah yaitu 0.2 mM Al pada kultivar peka (Lumut) daripada kultivar toleran (Slamet) yang terjadi pada dosis 0.4 mM Al.

Analisis Ekspresi gen GST8

Pada kultivar Lumut tidak ada satupun pita hasil PCR gen GST8 yang terdeteksi. Ini berarti bahwa ekspresi gen GST8 baik itu pada pH 6, pH 4 maupun pH 4+1.6 mM Al tidak ada atau diduga tidak terdeteksi karena kuantitasnya yang sangat rendah. Hal ini diduga disebabkan tidak adanya aktivitas gen GST8 di bagian akar (Gambar 6). Menurut McGonigle et al. (2000) GST8 pada kedelai banyak berperan dalam menghadapi degradasi akibat cekaman xenobiotik. Kemungkinan tidak adanya ekspresi gen GST8 berkaitan dengan tidak atau kurangnya sistem pertahanan yang dimiliki kultivar Lumut yang peka terhadap cekaman Al.

(A) (B)

Gambar 6. (A) Pada pH 6 jam ke-0, tidak ada ekspresi gen GST8 pada kultivar Lumut (peka) dan ada ekspresi pada kultivar Slamet (toleran), (B) Tidak ada ekspresi gen GST8 pada kultivar Lumut pada pH 6 (1) dan pH 4+1.6 mM Al (2)

Pada kultivar Slamet gen GST8 terekspresi di awal setelah pemberian cekaman Al yaitu pada jam ke-8 dan jam ke-24. Gen GST8 tidak terekspresi pada jam ke-48 dan jam ke-72 setelah perlakuan cekaman Al (Tabel 6). Hal ini menunjukkan bahwa lamanya perlakuan cekaman Al pada kultivar Slamet tidak menyebabkan meningkatnya ekspresi tetapi menurunkan ekspresi GST8. Pada kedelai kultivar Slamet yang toleran terhadap Al ekspresi gen GST8 tidak terinduksi oleh cekaman pH 4.

Lumut Lumut Slamet GST8 710 pb β-aktin 450 pb 1 2

Tabel 6. Ekspresi baku gen GST8 pada kultivar Slamet (Mashuda 2007) Ekspresi gen GST8

pH 6 pH 4 pH 4 + 1.6 mM Al

Lama Perlakuan

IApt IXpt EBX % EBX Iapt IXpt EBX % EBX IApt IXpt EBX % EBX

8 jam 24 jam 48 jam 72 jam 58 58.0 1.0 100 60 52.0 0.9 100 60 64.5 1.1 100 63 72.0 1.1 100 57.5 46.0 0.8 80.0 60.5 55.5 0.9 105.8 57.5 57.5 1.0 93.0 60.0 63.5 1.1 92.6 57.0 59.5 1.0 104.4 57.0 56.5 1.0 114.4 52.5 0.0 0.0 0.0 59.0 46.0 0.8 68.2 Keterangan

Iapt : Intensitas aktin pada perlakuan ke-p dan waktu ke-t (rata-rata 2 ulangan) Ixpt : Intensitas Gα pada perlakuan ke-p dan waktu ke-t (rata-rata 2 ulangan) EBX : Ekspresi Baku gen Gα

%EBX : Ekspresi baku gen Gα dibandingkan dengan kontrol pH 6

Adanya peningkatan ekspresi gen GST8 pada kultivar Slamet yang meningkat pada awal cekaman Al diduga berkaitan dengan metabolisme sistem pertahanan tanaman terhadap cekaman aluminium pada kultivar Slamet yang cepat dalam menanggapi cekaman Al (Mashuda 2007).

Analisis Ekspresi gen GST12

Ekspresi gen GST12 pada kedelai kultivar Lumut yang mendapat cekaman pH 4 selama 8 jam, 48 dan 72 jam lebih rendah daripada pada tanaman yang ditumbuhkan pada pH 6 pada saat yang sama (Tabel 7). Sedangkan perlakuan selama 24 jam pada pH 4 memperlihatkan nilai ekspresi baku yang sama dengan pH 6. Ini menunjukkan bahwa cekaman pH rendah tidak menginduksi ekspresi gen GST12.

Ekspresi gen GST12 pada pH 4+1.6 mM Al selama 8 jam dan 24 jam perlakuan sedikit lebih tinggi daripada pada perlakuan pH 4 pada jam yang sama, sedangkan perlakuan selama 48 jam perlakuan pH 4+1.6 mM Al menyebabkan ekspresi gen GST12 yang sama dengan perlakuan pH 4. Perlakuan cekaman selama 72 jam menunjukkan bahwa perlakuan pH 4+1.6 mM Al menyebabkan ekspresi gen GST12 yang lebih rendah dibandingkan perlakuan pH 4 (Tabel 7). Pola ekspresi yang tidak teratur pada pH 4+1.6 mM Al (Tabel 7) berdasarkan nilai ekspresi baku gen GST12 dan dicerminkan oleh intensitas pendaran pita hasil PCR pada perlakuan pH 4+1.6 mM Al yang tidak jauh berbeda dengan pita hasil

PCR pada perlakuan pH 4 (Gambar 7) menunjukkan bahwa cekaman Al pada konsentrasi 1.6 mM Al tidak menginduksi ekspresi gen GST12.

pH 6 Ph 4 pH 4+1.6 mM Al 0J 8J 24J 48J 72J 8J 24J 48J 72J 8J 24J 48J 72J

Gambar 7. Ekspresi gen GST12 dan β-aktin pada pH 6, pH 4 dan ph 4+1.6 mM Al Ekspresi gen GST12 tidak dipengaruhi atau tidak terinduksi baik itu oleh cekaman pH rendah maupun cekaman 1.6 mM Al pada kultivar Lumut yang merupakan kultivar peka terhadap cekaman Al. Tidak terinduksinya ekspresi gen ini pada kultivar Lumut yang peka terhadap Al kemungkinan disebabkan oleh tingginya konsentrasi Al dan terlalu lamanya perlakuan cekaman. Hasil analisis ekspresi gen gmali50 yang dilakukan oleh Tistama (2003) menunjukkan bahwa ekspresi gen tersebut terinduksi pada perlakuan 0.4 mM Al pada kultivar yang toleran dan 0.2 mM Al pada kultivar yang peka.

Tabel 7. Ekspresi baku gen GST12 pada perlakuan pH 4 dan pH 4+1.6 mM Al dibandingkan pH 6

Ekspresi gen GST12

pH 6 pH 4 pH 4 + 1.6 mM Al

Lama Perlakuan

IApt IXpt EBX % EBX Iapt IXpt EBX % EBX IApt IXpt EBX % EBX

8 jam 24 jam 48 jam 72 jam 45 60 1.33 100 47 61 1.29 100 47 61 1.29 100 47 61 1.29 100 47 62 1.31 98.49 48 62 1.29 100.00 49 62 1.26 97.67 49 62 1.26 97.67 49 65 1.32 99.24 50 65 1.30 100.77 49 62 1.26 97.67 50 57 1.14 88.37 Keterangan

Iapt : Intensitas aktin pada perlakuan ke-p dan waktu ke-t (rata-rata 2 ulangan) Ixpt : Intensitas Gα pada perlakuan ke-p dan waktu ke-t (rata-rata 2 ulangan) EBX : Ekspresi Baku gen Gα

%EBX : Ekspresi baku gen Gα dibandingkan dengan kontrol pH 6

Pada kultivar Slamet, yang mendapat perlakuan pH 4 dan pH 4+1.6 mM Al ekspresi tertinggi gen GST12 yang terjadi pada 8 jam perlakuan, kemudian setelah jam ke-8 cenderung menurun, sehingga ekspresi gen GST12 kultivar β-Aktin 450 pb

Slamet diinduksi oleh cekaman pH rendah (pH 4) dan cekaman 1.6 mM Al pada perlakuan selama 8 jam (Tabel 8). Menurut Mashuda (2007) ekspresi gen GST12 pada cekaman pH 4 dan pH 4+1.6 mM Al diduga dikendalikan oleh promoter yang diinduksi oleh cekaman pH rendah dan aluminium. Oleh sebab itu gen GST12 terlibat dalam sistem toleransi cekaman aluminium pada kultivar Slamet yang toleran cekaman Al.

Tabel 8. Ekspresi baku gen GST12 pada kultivar Slamet (Mashuda 2007) Ekspresi gen GST12

pH 6 pH 4 pH 4 + 1.6 mM Al

Lama Perlakuan

IApt IXpt EBX % EBX Iapt IXpt EBX % EBX IApt IXpt EBX % EBX

8 jam 24 jam 48 jam 72 jam 58 62 1.1 100 60 67 1.1 100 60 74 1.2 100 63 78.5 1.2 100 57.5 75.5 1.3 122.8 60.5 78.5 1.3 116.2 57.5 79.5 1.4 112.1 60 90.5 1.5 121.1 57 88 1.5 144.4 57 87.5 1.5 137.5 52.5 81.5 1.6 125.9 59 88 1.5 119.7 Keterangan

Iapt : Intensitas aktin pada perlakuan ke-p dan waktu ke-t (rata-rata 2 ulangan) Ixpt : Intensitas Gα pada perlakuan ke-p dan waktu ke-t (rata-rata 2 ulangan) EBX : Ekspresi Baku gen Gα

%EBX : Ekspresi baku gen Gα dibandingkan dengan kontrol pH 6

Pada penelitian ini ekspresi gen Gα dan GST12 pada kultivar Lumut yang peka terhadap Al tidak terinduksi oleh cekaman pH rendah (pH 4) dan cekaman aluminium pada konsentrasi 1.6 mM Al. Kedua gen tersebut diduga tidak terlibat dalam sistem toleransi terhadap cekaman aluminium pada konsentrasi yang tinggi pada kultivar Lumut.

SIMPULAN

Cekaman 1.6 mM Al menyebabkan reduksi perpanjangan akar yang lebih besar dibandingkan dengan cekaman 1.2 mM Al setelah 24 jam perlakuan atau lebih.

Cekaman pH 4 dan pH 4+1.6 mM Al tidak menginduksi ekspresi gen Gα dan gen GST12. Gen GST8 diduga tidak diekspresikan di akar kultivar Lumut.

Dokumen terkait