• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum

Penelitian dilaksanakan pada awal musim penghujan pada bulan Oktober. Pada saat itu curah hujan cukup tinggi pada bulan Oktober - Januari sebesar 256.0 - 272.0 mm per bulan. Muis (2008) menambahkan, curah hujan tanaman jagung sekitar 85 - 200 mm/bulan dan harus merata.

Hujan angin pada 71 HST membuat hampir seluruh hibrida dan varietas pembanding tanaman jagung manis rebah. Kerebahan paling banyak pada varietas pembanding Super Sweet Corn terutama di ulangan ke dua. Hal tersebut dikarenakan tanamannya agak tinggi bila dibandingkan dengan yang lain. Tanaman jagung manis hibrida yang diuji mengalami rebah yang lebih ringan dibandingkan varietas pembanding Super Sweet Corn.

Gulma yang sering nampak dan mendominasi di awal pertumbuhan tanaman jagung manis ini adalah gulma jenis teki (Cyperus sp). Penyebaran gulma tersebut sangat cepat, terbukti ketika penyiangan gulma dilakukan pada awal pengolahan tanah kemudian mulai muncul dan menyebar kembali di 2 - 3 MST. Gulma jenis teki (Cyperus sp) dapat mengganggu pertanaman terutama Cyperus rotundus yang cukup banyak ditemukan di lahan. Gulma tersebut mengandung alelopati yang sangat tinggi. Alelopati dapat meracuni tanaman pokok atau tanaman yang dibudidayakan. Gulma jenis teki (Cyperus sp) dan gulma jenis daun lebar (Amaranthus spinosus) semakin banyak pada fase reproduktif.

Cukup banyak faktor yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung manis di lahan. Penyakit dan hama menjadi salah satu yang dapat menganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya. Penyakit yang menyerang tanaman jagung pada umumnya adalah bulai Peronosclerospora maydis. Bulai menyerang pada 20 HST, namun kemudian menyebar dari 20 - 65 HST. Bulai juga menyerang tanaman hasil sulaman yang masih berumur kurang lebih 14 HST. Populasi tanaman hasil sulaman sangat dikhawatirkan dapat dengan mudah terkena bulai yang sudah menjangkit pertanaman sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan penyakit sudah mengenai

pertanaman tersebut, apalagi bulai ditularkan dalam bentuk spora yang sangat mudah ditularkan melalui hembusan angin pada tanaman yang sudah dewasa maupun yang masih kecil, karena tanaman sulaman tersebut masih rentan terhadap penyakit.

Penyakit hawar daun dengan bercirikan bercak kuning di setiap daunnya. Menyerang tanaman pada saat tanaman kekurangan sinar matahari dan terlalu banyak hujan. Hawar daun tersebut menyerang satu tanaman jagung hibrida harapan 3 x 8, di ulangan dua, menyerang keseluruh bagian tubuhnya hingga terlihat berbeda dengan tanaman lainnya karena bercak kuning yang berada didaunnya. Hawar daun pada tanaman penyebarannya tidak cepat, sehingga tidak terlalu mengganggu tanaman.

Gambar 1. Beberapa serangan hama pertanaman jagung manis. (A) rayap tanah; (B) penggerek tongkol (Heliothis armigera); (C) penggerek batang (Ostrinia Furnacalis);(D) aphid (Rhopalosiphum maidis).

Hama yang menyerang tanaman jagung manis pada penelitian ini adalah belalang (Melanophus sp), kepik (Nezara viridula), ulat penggerek tongkol

A B

(Heliothis armigera), penggerek batang (Ostrinia Furnacalis), aphid (Rhopalosiphum maidis), dan rayap tanah. Serangan penggerek batang dan tongkol tidak terlalu berat untuk seluruh hibrida harapan jagung manis namun untuk varietas pembanding cukup berat terutama varietas Super Sweet Corn dan Sweet Boy. Menurut Muis et al. (2008) lubang gerekan biasanya terbanyak dibuat pada buku - buku batang tanaman jagung. Serangan berat dapat menyebabakan kerusakan tanaman sampai 80 %. Mas’ud et al. (2009) menyatakan, tinggi rendahnya populasi penggerek tongkol pada beberapa varietas kemungkinan disebabkan tinggi rendahnya senyawa fenolik pada tanaman ini, dimana salah satu senyawa fenolik dapat merupakan toksik terhadap sejumlah serangga herbivora yang menyebabkan efek antibiosis pada berbagai serangga.

Aphid menyerang malai hingga malai menjadi habis dan tidak bisa menghasilkan serbuk sari. Menurut Muis et al. (2008) aphid disamping sebagai hama langsung pada tanaman, juga berfungsi sebagai vektor penyakit virus sugarcane mosaic virus, maize dwarf mosaic virus, dan maizefleck virus. Aphid mengisap cairan tanaman sehingga menyebabkan tanaman menjadi kekuning-kuningan dengan intensitas sangat rendah.

Ulat dan aphid menyerang tanaman jagung manis ketika fase reproduktif. Rayap tanah menyerang akar dan kemudian ke atas bagian batang tanaman. Menyebabkan batang tanaman terpotong, daun menjadi kering, layu dan malai tanaman menjadi kering serta membusuk.

Hasil yang didapatkan dari rekapitulasi sidik ragam yaitu, perlakuan genotipe berpengaruh nyata terhadap lingkar batang, diameter batang, jumlah daun, jumlah biji per baris, tongkol panen per plot, bobot tongkol tanpa kelobot per plot, indeks panen bobot tongkol berkelobot dan produktivitas. Perlakuan juga sangat berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman, tinggi tongkol utama, bobot tongkol berkelobot, bobot tongkol tanpa kelobot, diameter tongkol tengah, panjang tongkol hingga biji, tanaman panen per plot, bobot tongkol per plot, umur silk dan bobot brangkasan tanaman contoh (Tabel 2). Perlakuan yang berpengaruh nyata hingga sangat nyata dilanjutkan dengan uji lanjut Dunnett. Hasil uji lanjut juga dibandingkan berdasarkan pembanding terbaik dari empat pembanding yaitu, Talenta.

Tabel 2. Rekapitulasi uji f pada berbagai peubah pengamatan No Peubah F-Hit KK (%) Pr>F 1 Tinggi tanaman 5.97** 7.82 0.0004 2 Lingkar batang 3.02* 7.04 0.0170 3 Diameter batang 2.84* 11.48 0.0225 4 Jumlah daun 2.60* 6.76 0.0328 5 Tinggi tongkol utama 3.45** 13.59 0.0088 6 Bobot tongkol berkelobot 5.18** 14.70 0.0009 7 Bobot tongkol tanpa kelobot 6.29** 16.15 0.0002 8 Diameter tongkol ujung 2.34tn 9.81 0.0505 9 Diameter tongkol tengah 7.14** 7.13 0.0001 10 Diameter tongkol bawah 1.45tn 13.93 0.2283 11 Panjang tongkol hingga biji 5.75** 6.24 0.0005 12 Panjang tongkol hingga ujung 4.95** 6.44 0.0012 13 Jumlah biji per baris 3.19* 15.36 0.0130 14 Jumlah baris per tongkol 1.58tn 6.10 0.1843 15 Tanaman yang dipanen per plot 4.27** 31.85 0.0028 16 Tongkol yang dipanen per plot 2.73* 41.71 0.0267 17 Bobot tongkol tanpa kelobot per

plot

2.79* 41.98 0.0242 18 Bobot tongkol berkelobot per plot 5.13** 33.27 0.0009 19 Umur tassel 1.82tn 2.66 0.1225 20 Umur silk 5.73** 3.03 0.0005 21 Umur panen 1.10tn 6.55 0.4049 22 Bobot brangkasan tanaman contoh 3.88** 16.00 0.0048 23 Padatan terlarut total 0.99tn 11.39 0.5065 24 Indeks panen bobot tongkol

berkelobot

3.12* 17.63 0.0145 25 Indeks panen bobot tongkol tanpa

kelobot

1.03tn 36.09 0.4515 26 Produktivitas 2.79* 41.97 0.024

Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata

* = berpengaruh nyata pada taraf 5% ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%

Tinggi Tanaman, Lingkar Batang dan Diameter Batang

Tinggi tanaman, lingkar batang dan diameter batang diukur pada awal masa generatif. Hibrida harapan yang diuji memiliki kisaran tinggi tanaman antara 196.60 - 246.61 cm. Beberapa hibrida harapan berbeda sangat nyata lebih tinggi dengan varietas pembanding, yaitu hibrida harapan 6 x 3, 6 x 4A, dan 6 x 4B dengan varietas Mutiara. Hibrida harapan 6 x 4A dan 6 x 4B juga berbeda sangat nyata lebih tinggi dengan varietas pembanding terbaik Talenta. Tinggi tanaman pada hibrida 3 x 4A, 3 x 4B, 3 x 8, dan 6 x 8 tidak berbeda nyata dengan varietas

pembanding terbaik Talenta. Keempat hibrida tersebut memiliki tinggi tanaman yang sama pendek dengan varietas pembanding terbaik Talenta. Tanaman yang pendek lebih disukai oleh pembudidaya tanaman karena mudah dalam pemeliharaan. Nugroho (2002) menyatakan, semakin tinggi tanaman akan semakin meningkatkan daya hasil per tanaman. Tanaman yang tinggi dapat memberikan hasil per tanaman lebih besar, dibandingkan tanaman lebih pendek. Berbeda dengan Indradewa et al. (2005), semakin pendek tanaman semakin besar tambahan bobot biji. Berdasarkan hasil penelitian ini dibuktikan oleh varietas Talenta (Tabel 11).

Tanaman yang tinggi rentan terhadap rebah akar, menurut Nurtirtayani dan Suaidi (2000), rebah akar merupakan salah satu sifat penting yang perlu dipertimbangkan selain hasil dan umur masak, karena tanaman jagung dengan persentase rebah akar tinggi akan mempengaruhi hasil. Sejalan dengan itu, Nugroho (2002) menyatakan tingginya tanaman dapat menyebabkan rebah akar.

Tabel 3. Nilai tengah ukuran tanaman (tinggi tanaman, lingkar batang dan diameter batang) tujuh hibrida harapan dan empat varietas pembanding.

Genotipe Tinggi tanaman (cm) Lingkar batang (cm) Diameter batang (cm) 3 x 4A 198.68c 7.17bd 1.96 3 x 4B 207.53c 7.33b 1.87 3 x 8 206.73c 7.87 2.05 6 x 3 227.30d 8.11 2.31 6 x 4A 246.61ad 7.70 2.24 6 x 4B 239.16ad 8.47 2.30 6 x 8 196.60c 8.20 2.68a Mutiara 189.29 7.44 1.89 Sweet Boy 207.65 8.95 2.41

Super Sweet Corn 250.09 8.22 2.26

Talenta 180.87 8.64 2.25

Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a, b, c, d menunjukan berbeda nyata dengan varietas pembanding Mutiara, Sweet Boy, Super Sweet Corn dan Talenta berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.

Rebah akar juga dipengaruhi faktor curah hujan di lokasi penanaman. Lokasi yang selalu mendapatkan curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan rebah akar, sehingga tanaman yang pendek lebih baik ditanam pada lokasi

tersebut, sedangkan tanaman yang tinggi dapat ditanam pada lokasi dengan curah hujan yang rendah, untuk mengurangi rebah akar yang berpeluang mempengaruhi hasil. Hal ini membuktikan bahwa tinggi tanaman yang pendek dan tinggi memiliki fungsi dan peranan yang sama dalam hubungannya terhadap hasil.

Lingkar batang pada tujuh hibrida harapan berkisar 7.17 - 8.47 cm. Enam hibrida harapan selain hibrida 3 x 4A tidak berbeda dengan varietas pembanding terbaik Talenta (Tabel 3). Diameter batang enam hibrida yang diuji tidak berbeda nyata dengan empat varietas pembanding kecuali hibrida harapan 6 x 8. Hibrida harapan 6 x 8 berbeda nyata lebih besar dengan varietas pembanding Mutiara. Hibrida harapan 6 x 8 memiliki diameter yang lebih besar dibandingkan hibrida lain dan memiliki tinggi tanaman yang pendek (Tabel 3).

Jumlah Daun dan Tinggi Tongkol Utama

Daun yang terdapat pada tujuh hibrida yang diuji memiliki jumlah berkisar 10.98 - 12.62 helai sedangkan untuk varietas pembanding antara 10.49 - 11.44 helai. Hibrida harapan 6 x 4A dan 6 x 8 berbeda sangat nyata lebih banyak dibandingkan varietas Mutiara. Hibrida harapan 6 x 4A juga berbeda sangat nyata lebih banyak dibandingkan varietas terbaik Talenta dan enam hibrida memiliki jumlah daun yang sama banyak dengan varietas pembanding terbaik Talenta (Tabel 4). Menurut Kresnatita (2004), daun merupakan organ utama pada proses fotosintesis. Hal ini berkaitan dengan fotosintat (karbohidrat) yang dihasilkan semakin tinggi, terlihat pada tingginya produk biomassa tanaman yang berupa bobot kering tanaman yang dihasilkan. Produk fotosintesis tersebut sebagian besar untuk pembentukan biji dan pembesaran tongkol. Sembiring (2007) juga menyatakan, tinggi tanaman mempengaruhi jumlah daun, tetapi tidak semua tanaman yang lebih tinggi memiliki jumlah daun yang lebih banyak.

Tinggi tongkol utama tujuh hibrida harapan berkisar 65.14 - 87.67 cm. Pada hibrida harapan 6 x 4B berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan varietas terbaik Talenta. Enam hibrida memiliki tinggi tongkol utama yang tidak berbeda dengan varietas pembanding terbaik Talenta (Tabel 4). Menurut Aswidinnoor et al. (1981) tanaman yang terlalu tinggi serta tongkol utama yang lebih tinggi nampaknya kurang menguntungkan dalam hal ketahanan terhadap kerebahan oleh

angin. Berbeda dengan Nurtirtayani dan Suaidi (2000) letak tongkol yang baik adalah apabila tongkolnya berada di tengah-tengah tinggi tanaman. Sejalan dengan Sujiprihati (2003), tanaman yang lebih tinggi dengan penempatan tongkol tinggi lebih baik dibandingkan dengan tanaman lebih pendek dengan penempatan tongkol lebih rendah.

Tabel 4. Nilai tengah ukuran tanaman (jumlah daun dan tinggi tongkol utama) tujuh hibrida harapan dan empat varietas pembanding.

Genotipe Jumlah daun (helai)

Tinggi tongkol utama (cm) 3 x 4A 10.98 65.14c 3 x 4B 11.27 69.32c 3 x 8 11.87 79.67 6 x 3 11.55 76.82 6 x 4A 12.62ad 83.08 6 x 4B 12.28 87.67d 6 x 8 12.47a 71.33c Mutiara 10.49 66.27 Sweet Boy 11.14 80.09

Super Sweet Corn 11.44 103.70

Talenta 10.58 58.90

Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a, b, c, d menunjukan berbeda nyata dengan varietas pembanding Mutiara, Sweet Boy, Super Sweet Corn dan Talenta berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.

Ukuran tanaman termasuk dalam fase pertumbuhan vegetatif. Menurut Hayati (2009), pertumbuhan vegetatif tanaman sangat penting. Pertumbuhan vegetatif jagung yang lebih baik cenderung memiliki nutrisi yang lebih baik pula yang terlihat pada berat tongkol yang diproduksi.

Bobot Tongkol Berkelobot dan Bobot Tongkol Tanpa Kelobot

Bobot tongkol berkelobot hibrida harapan yang diuji berkisar 233.33 - 398.49 g. Hibrida harapan yang berbeda nyata yaitu 3 x 8, 6 x 3, 6 x 4A,

dan 6 x 4B dibandingkan varietas Mutiara. Enam hibrida harapan yaitu, 3 x 4A, 3 x 4B, 3 x 8, 6 x 3, 6 x 4A, dan 6 x 4B tidak berbeda dengan varietas pembanding terbaik Talenta. Bobot tongkol tanpa kelobot per tongkol hibrida

harapan berkisar 82.40 - 186.07 g. Hibrida harapan 6 x 4B tidak berbeda nyata dengan keempat varietas pembanding.

Tabel 5. Nilai tengah bobot tongkol berkelobot dan bobot tongkol tanpa kelobot tujuh hibrida harapan dan empat varietas pembanding

Genotipe

Bobot tongkol berkelobot

(g)

Bobot tongkol tanpa kelobot (g) 3 x 4A 268.49 159.07d 3 x 4B 265.66 147.20d 3 x 8 344.55a 161.49d 6 x 3 357.79a 167.88d 6 x 4A 398.49a 170.85d 6 x 4B 391.21a 186.07 6 x 8 233.33d 82.40cd Mutiara 229.54 125.03 Sweet Boy 288.99 158.54 Super Sweet Corn 299.47 173.47 Talenta 352.55 235.20

Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a, b, c, d menunjukan berbeda nyata dengan varietas pembanding Mutiara, Sweet Boy, Super Sweet Corn dan Talenta berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.

Diameter Tongkol, Panjang tongkol, Panjang Tongkol Terisi

Diameter tongkol hibrida harapan berkisar 2.90 - 4.27 cm. Enam hibrida selain hibrida harapan 6 x 8 menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata dengan empat varietas pembanding (Tabel 6). Diameter tongkol tertinggi terdapat pada hibrida harapan 3 x 4A. Peubah panjang tongkol merupakan kriteria penentu kualitas jagung manis (Nugroho, 2002). Panjang tongkol jagung manis berkisar antara 15.81 - 19.28 cm. Hibrida harapan 3 x 8, 6 x 3, dan 6 x 4B berbeda nyata lebih panjang dengan varietas pembanding Mutiara. Enam hibrida selain hibrida 6 x 8 tidak berbeda dengan varietas pembanding terbaik Talenta (Tabel 6).

Panjang tongkol terisi memiliki kisaran 13.73 - 17.37 cm. Hibrida harapan 3 x 8, 6 x 3, dan 6 x 4B berbeda nyata lebih panjang dibandingkan varietas Mutiara. Lima hibrida selain hibrida 3 x 4A dan 3 x 4B tidak berbeda dengan varietas pembanding terbaik Talenta (Tabel 6). Panjang tongkol terisi dapat

menutupi tongkol jagung atau tidak menutupi hingga ujung tongkol jagung. Panjang tongkol terisi dan panjang tongkol memungkinkan memiliki panjang yang sama besar pada tongkol jagung manis.

Tabel 6. Nilai tengah diameter tongkol, panjang tongkol dan panjang baris biji pada tongkol tujuh hibrida harapan dan empat varietas pembanding.

Genotipe Diameter tongkol (cm) Panjang tongkol (cm) Panjang tongkol terisi (cm) 3 x 4A 4.27 17.41d 14.22d 3 x 4B 3.87 18.29 14.61d 3 x 8 3.84 19.10a 17.60a 6 x 3 3.90 19.28a 17.30a 6 x 4A 4.07 17.84d 15.59 6 x 4B 4.20 18.75a 16.81a 6 x 8 2.90bcd 15.80cd 15.14 Mutiara 3.59 15.77 13.47 Sweet Boy 4.11 17.48 15.23

Super Sweet Corn 4.29 18.68 15.86

Talenta 4.53 20.85 17.16

Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a, b, c, d menunjukan berbeda nyata dengan varietas pembanding Mutiara, Sweet Boy, Super Sweet Corn dan Talenta berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.

Panjang dan diameter tongkol berkaitan erat dengan rendemen hasil suatu varietas. Jika panjang tongkol rata-rata suatu varietas lebih panjang dibanding varietas yang lain, varietas tersebut berpeluang memiliki hasil yang lebih tinggi (Robi’in, 2009). Panjang tongkol dan diameter tongkol merupakan komponen hasil yang penting (Magandhi, 2010).

Jumlah Biji per Baris dan Kadar Padatan Terlarut Total

Jumlah biji per baris hibrida harapan berkisar 12.56 - 14.02 biji/baris. Hibrida harapan 6 x 4B tidak berbeda nyata dengan empat varietas pembanding. Terdapat tongkol yang panjang tetapi jumlah biji per baris sedikit, disebabkan tongkol tersebut mengalami penyerbukan yang kurang sempurna, sehingga biji yang dihasilkan sedikit atau terlihat jarang - jarang. Herawati (1990) menyatakan, tingginya curah hujan dan serangan penyakit mengakibatkan gangguan

fotosintesis dan penyerbukan hal ini berakibat pada pengisian tongkol. Banyaknya jumlah biji/baris dalam setiap tongkol berpengaruh terhadap hasil.

Padatan terlarut total (PTT) yang dihasilkan berkisar 8.00 - 13.67 °Briks. Semua hibrida harapan yang dievaluasi tidak berbeda nyata dengan empat varietas pembanding. Nilai tengah terbesar padatan terlarut total 13.67 °Briks didapatkan pada hibrida harapan 3 x 4A.

Tabel 7. Nilai tengah jumlah biji per baris dan dan kadar PTT tujuh hibrida harapan dan empat varietas pembanding

Genotipe Jumlah biji per baris Kadar PTT (oBriks) 3 x 4A 23.18d 13.67 3 x 4B 26.07d 9.00 3 x 8 26.20d 13.00 6 x 3 27.79d 9.67 6 x 4A 27.76d 4.00 6 x 4B 30.39 13.33 6 x 8 22.00d 8.00 Mutiara 25.47 9.33 Sweet Boy 27.51 4.00

Super Sweet Corn 27.81 7.67

Talenta 38.68 7.67

Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a, b, c, d menunjukan berbeda nyata dengan varietas pembanding Mutiara, Sweet Boy, Super Sweet Corn dan Talenta berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.

Tongkol yang diuji padatan terlarut total, merupakan tongkol tanaman hasil selfing (penyerbukan sendiri). Penyerbukan sendiri dilakukan, agar tidak menyebabkan bercampurnya kemanisan jagung manis antar genotipe, karena setiap genotipe memiliki variasi tingkat kemanisan tersendiri. Menurut Ordas (2008), variasi manisnya jagung terletak pada variasi subtansial dalam jenis endosperm yang menunjukan pentingnya latar belakang genetik dalam mengekspresikan sifat tersebut dan menunjukan adanya variasi pada lokus lain dari gen penambah manis. Pada hasil penelitian ini tidak ada perbedaan rasa manis setiap genotipenya.

Tanaman Panen per Plot, dan Tongkol Panen per Plot

Jumlah tanaman yang dipanen per plot untuk hibrida harapan yang diuji berkisar 9.00 - 22.70 tanaman. Varietas pembanding memiliki kisaran antara 10.30 - 27.00 tanaman. Empat hibrida yaitu 3 x 8, 6 x 3, 6 x 4A, 6 x 4B tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding terbaik Talenta. Jumlah tanaman yang dipanen dapat menentukan total tongkol yang dipanen, bergantung pada masing-masing genotipe dan pengaruh lingkungan (hama dan penyakit).

Tabel 8. Nilai tengah tanaman yang dipanen dan tongkol panen per plot tujuh hibrida harapan dan empat varietas pembanding

Genotipe Tanaman dipanen per plot Tongkol dipanen per plot 3 x 4A 10.30bcd 10.70c 3 x 4B 11.30cd 17.30 3 x 8 15.70 22.30 6 x 3 22.70 30.70 6 x 4A 18.70 30.30 6 x 4B 20.70 27.00 6 x 8 9.00cd 12.70 Mutiara 10.30 11.00 Sweet Boy 24.30 34.30

Super Sweet Corn 27.00 36.30

Talenta 25.70 28.00

Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a, b, c, d menunjukan berbeda nyata dengan varietas pembanding Mutiara, Sweet Boy, Super Sweet Corn dan Talenta berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.

Jumlah tongkol panen pada hibrida harapan berkisar 10.70 - 30.70 tongkol per plot, sedangkan varietas pembanding berkisar 11.00 - 36.30. Enam hibrida yaitu, 3 x 4B, 3 x 8, 6 x 3, 6 x 4A, 6 x 4B, dan 6 x 8 tidak berbeda nyata dengan empat varietas pembanding. Muis et al. (2008) menyatakan, beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik.

Bobot Tongkol Berkelobot dan Bobot Tidak Berkelobot per Plot

Bobot tongkol berkelobot per plot hibrida harapan yang diuji berkisar 3.58 - 11.48 kg. Hibrida harapan 6 x 3, 6 x 4A, dan 6 x 4B berbeda nyata lebih

besar dibandingkan varietas Mutiara. Empat hibrida yaitu, 3 x 8, 6 x 3, 6 x 4A, dan 6 x 4B tidak berbeda dengan varietas pembanding terbaik Talenta. Bobot tanpa kelobot per plot memiliki kisaran 2.27 - 4.46 kg. Hibrida harapan 6 x 4B berbeda nyata lebih besar dibandingkan varietas Mutiara. Lima hibrida harapan selain 3 x 4B dan 3 x 8 tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding terbaik Talenta (Tabel 9).

Tabel 9. Nilai tengah bobot tongkol berkelobot dan tongkol tidak berkelobot per plot tujuh hibrida harapan dan empat varietas pembanding Genotipe Bobot tongkol berkelobot

(kg)

Bobot tidak berkelobot (kg) 3 x 4A 3.62d 3.19 3 x 4B 4.18d 2.27d 3 x 8 7.15 2.60d 6 x 3 10.57a 4.46 6 x 4A 9.45a 3.92 6 x 4B 11.48a 5.58a 6 x 8 3.58d 3.23 Mutiara 3.02 1.70 Sweet Boy 9.02 3.12

Super Sweet Corn 9.58 4.43

Talenta 10.23 6.95

Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a, b, c, d menunjukan berbeda nyata dengan varietas pembanding Mutiara, Sweet Boy, Super Sweet Corn dan Talenta berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.

Umur Muncul Silk dan Bobot Brangkasan Tanaman Contoh

Umur silk atau keluarnya bunga betina berkisar antara 47 - 51 HST pada ketujuh hibrida harapan. Tujuh hibrida memiliki umur silk berbeda nyata lebih cepat dibandingkan varietas Sweet Boy dan tidak berbeda dengan varietas Talenta. Sujiprihati et al. (2006) menyatakan, faktor genetik dan respon genetik terhadap lingkungan merupakan faktor utama penyebab umur berbunga dari genotipe yang diuji bervariasi. Khaliy (2010) juga menyatakan hari munculnya silk dipiIih yang lebih pendek dan toleran kekeringan pada persilangan tunggal jagung.

Bobot brangkasan hibrida harapan tanaman contoh berkisar 2.37 - 4.30 kg. Hibrida harapan 6 x 3, 6 x 4B dan 6 x 8 berbeda nyata lebih besar dengan varietas

pembanding Mutiara. Empat hibrida harapan yaitu, 3 x 4A, 3 x 4B, 3 x 8, dan 6 x 4A tidak berbeda nyata terhadap empat varietas pembanding. Bobot brangkasan varietas pembanding berkisar 2.30 - 3.42 kg.

Tabel 10. Nilai tengah umur silk dan bobot brangkasan tanaman contoh tujuh hibrida harapan dan empat varietas pembanding

Genotipe Umur silk (HST) Bobot brangkasan tanaman contoh (kg) 3 x 4A 48.33b 2.37 3 x 4B 49.67b 2.67 3 x 8 51.00b 3.33 6 x 3 47.00b 3.63a 6 x 4A 48.00b 3.47 6 x 4B 45.67b 4.30a 6 x 8 47.67b 3.57a Mutiara 49.00 2.30 Sweet Boy 53.67 3.37

Super Sweet Corn 47.67 3.42

Talenta 48.33 3.18

Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a, b, c, d menunjukan berbeda nyata dengan varietas pembanding Mutiara, Sweet Boy, Super Sweet Corn dan Talenta berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.

Bobot brangkasan menunjukan besarnya asimilat yang dapat dialirkan ke bagian tanaman (batang, akar, daun). Bobot brangkasan dapat berupa brangkasan basah maupun kering. Brangkasan basah (segar) ditimbang setelah panen sedangkan bobot brangkasan kering ditimbang setelah bagian tanaman tersebut dikeringkan. Penelitian ini hanya mengukur bobot brangkasan segar yang diambil pada saat panen.

Indeks Panen dan Produktivitas

Indeks panen tongkol berkelobot berkisar antara 0.28 - 0.53. Indeks panen tongkol berkelobot hibrida 3 x 4A, 3 x 4B, 3 x 8, 6 x 3, 6 x 4A, 6 x 4B tidak berbeda nyata dengan empat varietas pembanding. Menurut Sari (2011), semakin tinggi nilai indeks panen, maka semakin tinggi kemampuan tanaman untuk mengalokasikan bahan kering ke tongkol jagung.

Produktivitas tujuh hibrida yang dihasilkan berkisar 2.2 - 5.4 ton/ha, sedangkan untuk varietas pembanding antara 1.6 - 6.7 ton/ha. Hasil yang didapatkan cukup rendah dikarenakan sedikitnya tanaman jagung yang tumbuh dan gangguan hama dan penyakit tanaman, sehingga menghasilkan jumlah tongkol yang sedikit.

Tabel 11. Nilai tengah indeks panen tongkol berkelobot, dan produktivitas tujuh hibrida harapan dan empat variets pembanding.

Genotipe Indeks panen tongkol berkolobot Produktivitas (ton/ha) 3 x 4A 0.32 3.10 3 x 4B 0.36 2.20d 3 x 8 0.42 2.52d 6 x 3 0.44 4.32 6 x 4A 0.47 3.80 6 x 4B 0.53 5.41a 6 x 8 0.28d 3.14 Mutiara 0.37 1.65 Sweet Boy 0.43 3.02

Super Sweet Corn 0.37 4.30

Talenta 0.45 6.74

Keterangan : angka yang diikuti dengan huruf a, b, c, d menunjukan berbeda nyata dengan varietas pembanding Mutiara, Sweet Boy, Super Sweet Corn dan Talenta berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.

Produktivitas hibrida harapan 6 x 4B sebesar 5.41 ton/ha berbeda nyata lebih besar dibandingkan varietas Mutiara. Hibrida 3 x 4A, 6 x 3, 6 x 4A, 6 x 4B, dan 6 x 8 tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding terbaik Talenta. Iryani et al. (2011) menyatakan potensi hasil yang tinggi disebabkan adanya interaksi gen-gen yang sesuai yang disumbangkan oleh tetua-tetua yang terlibat.

Heritabilitas

Heritabilitas diartikan sebagai proporsi keragaman teramati yang disebabkan oleh sifat mewaris (Poespodarsono, 1988). Heritabilitas dibagi menjadi arti luas dan sempit. Heritabilitas arti luas adalah perbandingan antara pengaruh genetik terhadap penampilan fenotipe. Nilai duga heritabilitas suatu karakter perlu diketahui untuk menduga kemajuan dari suatu seleksi, apakah

dipengaruhi genetik atau lingkungan (Sujiprihati et al. 2005). Heritabilitas yang didapatkan memiliki kisaran 0 - 67.10 %. Nilai heritabilitas (h2bs) tinggi terdapat pada peubah bobot tongkol tanpa kelobot, diameter tongkol tengah, panjang tongkol hingga biji, panjang tongkol hingga ujung, dan jumlah tanaman yang dipanen (Tabel 12). Hal tersebut menyatakan bahwa faktor genetik lebih besar pengaruhnya dalam penampilan fenotipe karakter - karakter yang diamati, dibandingkan faktor lingkungan.

Tabel 12. Nilai komponen ragam dan heritabilitas dalam arti luas

Peubah σ2

g σ2

p

h2bs

% Tinggi tongkol utama 86.07 191.38 44.97 (sedang) Bobot tongkol tanpa

kelobot 1186.34 1859.17 63.81 (tinggi) Diameter tongkol tengah 16.28 24.25 67.10 (tinggi) Panjang tongkol hingga biji 1.53 2.49 61.31 (tinggi) Panjang tongkol hingga

ujung 1.79 3.15 56.81 (tinggi) Jumlah biji per baris 13.08 30.96 42.23 (sedang) Jumlah baris per tongkol 0.13 0.82 16.19 (rendah) Jumlah tanaman yang

dipanen 35.02 67.12 52.17 (tinggi) Jumlah tongkol yang

dipanen 56.42 154.13 36.60 (sedang) Bobot brangkasan perpetak 7.90 16.91 46.73 (sedang) Kadar PTT 0.00 2.17 0.08 (rendah) Produktivitas (ton) -0.09a 0.32 0.00 (rendah)

Keterangan : a = dianggap 0

Komponen yang memiliki nilai heritabilitas rendah yaitu, jumlah baris per tongkol, kadar PTT dan produktivitas. Komponen tersebut memiliki nilai heritabilitas sebesar 16.19 %, 0.08 % dan 0.00 % yang merupakan proporsi genetik yang dapat diwariskan. Hasil penelitian Sari (2012), nilai heritabilitas rendah didapatkan pada komponen bobot tongkol tanpa kelobot, tinggi tongkol utama, jumlah tanaman panen, panjang tongkol, jumlah baris per tongkol, jumlah biji per baris, diameter tongkol dan produktivitas. Hasil penelitian ini, didapatkan

komponen bobot tongkol tanpa kelobot, diameter tongkol, jumlah tanaman panen, panjang tongkol, panjang tongkol hingga biji dan jumlah baris per tongkol

Dokumen terkait