• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum

Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai Agustus 2008 di kebun petani Subang, Jawa Barat, dengan ketinggian 47 m dpl. Lahan yang digunakan merupakan lahan sawah. Berdasarkan data Laboratorium Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB, lahan percobaan mempunyai pH tanah 5.50, kadar Fe 7.76 ppm, dan kandungan bahan organik 1.64%, serta mempunyai tekstur liat debu pasir (Tabel Lampiran 2). Setiadi (2005) mengemukakan, lahan sawah umumnya mempunyai sifat asam dengan pH < 6 dengan kadar liat dan Fe tinggi.

Rata-rata curah hujan pada saat penelitian adalah 115.575 mm/bulan dengan 49 hari hujan (Tabel Lampiran 3). Curah Hujan pada fase vegetatif lebih tinggi daripada saat cabai memasuki fase generatif. Kondisi tersebut sangat sesuai untuk pertanaman cabai. Menurut Setiadi (2005), penanaman cabai di lahan sawah sebaiknya dilakukan pada akhir musim hujan karena ada hubungannya dengan kandungan pH yang rendah dan Fe yang tinggi.

Penyemaian dilakukan di rumah plastik agar bibit terhindar dari hama dan penyakit. Pertumbuhan bibit telihat baik. Transplanting dilakukan pada saat bibit telah berumur 4 minggu atau telah mempunyai 4-5 helai daun. Pengajiran dilakukan satu minggu setelah tanam.

Penanaman dilakukan pada tanggal 13 April 2008. Pelaksanaan penanaman dilakukan pada sore hari agar intensitas cahaya matahari tidak tinggi. Bibit yang sehat dan curah hujan yang relatif rendah tidak mengganggu pertumbuhan tanaman sehingga tanaman tumbuh dengan baik.

Hama menyerang tanaman baik pada saat fase vegetatif dan generatif. Hama yang menyerang pada fase vegetatif adalah belalang (Valanga sp.) yang mengakibatkan batang tanaman patah dan daun yang berlubang, serangan tersebut terlihat pada saat awal penanaman. Selain itu juga terdapat serangan hama thrips (Thrips sp.) dan kutu daun (Myzus persicae) dengan gejala serangan terlihat pada saat 4 MST yang menyerang semua hibrida cabai yang diuji (Gambar 4). Lahan percobaan berdampingan dengan kebun kacang panjang yang merupakan inang kutu daun sehingga kutu daun menyerang dari awal (4 MST) sampai akhir

percobaan. Menurut Pracaya (2007), thrips menyerang bagian daun, kuncup, serta bunga dan buah yang masih muda dan berkembang baik jika kelembaban relatif sekitar 70%. Thrips menghisap cairan dari permukaan daun sehingga udara masuk ke dalam sel-sel daun dan mengakibatkan bercak putih keperakan dan daun yang menggulung ke bagian dalam. Kutu daun bersembunyi di balik daun dan mengeluarkan kotoran embun madu sehingga mengundang cendawan jelaga.

A B

C D

Gambar 4. Serangan Hama pada Tanaman Cabai. A. Belalang, B. Ulat Daun, C. Kutu Daun, D. Thrips

Hama yang menyerang pada fase generatif adalah ulat daun (Spodoptera sp.) (Gambar 4), ulat buah (Helicoperpa armigera) dan lalat buah (Dachus sp.) (Gambar 5). Serangan lalat buah dan ulat buah yang terjadi cukup tinggi dan menyerang semua hibrida yang dievaluasi, sedangkan serangan ulat daun tidak terlalu banyak sehingga tidak berpengaruh terhadap tanaman cabai. Menurut Tjahjadi (1989), lalat betina bertelur dalam buah cabai sehingga akan terdapat luka tusukan. kemudian telur akan berkembang menjadi ulat yang akan memakan daging buah dan menyebabkan buah berlubang.

16

A B

Gambar 5. Serangan Hama pada Buah Cabai. A. Ulat Buah, B. Lalat Buah

Penyakit busuk batang yang disebabkan oleh cendawan Phytium sp. muncul pada awal pertanaman. Tanaman yang terserang tampak layu dan mati yang disebabkan batang yang membusuk. Menurut Tjahjadi (1989), penyebaran penyakit busuk batang melalui aliran air tanah dan air hujan. Penyakit yang menyerang pada saat fase vegetatif maupun fase generatif adalah penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum yang

menyebabkan tanaman kering dan mati. Penularan bakteri melalui air, tanah yang terinfeksi, bibit, serta alat pertanian yang digunakan. Kondisi yang optimum untuk perkembangan patogen adalah suhu 270C, cuaca kering dan curah hujan yang banyak. Penyakit lain yang menyerang adalah Antraknosa yang disebabkan oleh cendawan Colletrotrichum capsici. Gejala yang terlihat berupa bercak cokelat pada buah yang terus meluas menjadi busuk (Gambar 6).

Secara umum hama dan penyakit yang menyerang tanaman dan mengakibatkan penurunan produksi adalah hama lalat buah, ulat buah, thrips dan penyakit layu bakteri. Lalat buah, ulat buah dan thrips menyerang semua hibrida kecuali Adipati menujukkan ketahanan yang lebih baik terhadap serangan thrips. Penyakit layu bakteri banyak menyerang IPB CH5, Biola dan Gada. Hibrida IPB CH5 terserang mulai dari awal fase vegetatif sampai fase generatif. Gejala serangan terlihat pada ulangan satu, hingga akhir percobaan hanya dua tanaman yang hidup. Pada Biola dan Gada, gejala terlihat pada fase generatif. Penyemprotan pestisida dilakukan dua kali dalam seminggu pada fase generatif. Dalam percobaan ini, serangan hama lalat buah, ulat buah dan thrips yang terlihat relatif tinggi sehingga intensitas penyemprotan pestisida menjadi dua hari sekali dengan dosis dua kali lipat dari dosis anjuran.

A

B C

Gambar 6. Penyakit pada Cabai. A. Busuk Batang, B. Antraknosa, C. Layu Bakteri

Rekapitulasi F-hitung, Peluang, dan Koefisien Keragaman

Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan diantara hibrida yang diuji. Perbedaan sangat nyata terdapat pada umur berbunga, umur panen, tinggi dikotomus, bobot per buah, panjang buah, diameter buah, tebal kulit buah, bobot buah per tanaman, dan produktivitas. Terdapat perlakuan yang nyata antara hibrida yang diuji yaitu pada peubah tinggi tanaman, lebar kanopi, dan bobot buah layak pasar, serta tidak berbeda nyata pada peubah lebar daun (Tabel 2). Rekapitulasi F-hitung, peluang, dan koefisien keragaman disarikan dari Tabel Lampiran 4 sampai dengan Tabel Lampiran 16.

Koefisien keragaman (KK) berkisar anatara 4.29-20.79% (Tabel 2). Nilai koefisien keragaman menunjukkan ketepatan perlakuan dalam suatu percobaan dan menunjukkan besar kecilnya pengaruh lingkung dan faktor lainnya yang tidak dapat dikendalikan dalam suatu percobaan, makin tinggi koefisien keragaman makin rendah percobaan tersebut dapat diandalkan (Gomes dan Gomes, 1995). Koefisien keragaman paling kecil adalah peubah umur berbunga (4.28%), hal ini menunjukkan bahwa pengaruh lingkungan pada peubah umur berbunga adalah kecil. Sebaliknya, pengaruh lingkungan pada peubah bobot buah layak pasar

18 paling tinggi dibandingkan peubah lainnya, yang ditunjukkan oleh koefisien keragaman yang paling besar yaitu 25.35% (Tabel 2).

Tabel 2. Rekapitulasi F-hitung, Peluang, dan Koefisien Keragaman

No. Peubah F-hitung Peluang K K (%)

1. Umur Berbunga 11.50** 0.0001 4.28 2. Umur Panen 4.83** 0.0003 8.01 3. Tinggi Tanaman 2.38* 0.0289 9.56 4. Tinggi Dikotomus 15.30** 0.0001 4.69 5. Lebar Kanopi 2.73* 0.0143 9.41 6. Lebar Daun 1.82tn 0.0934 11.19

7. Bobot per Buah 16.23** 0.0001 10.70

8. Panjang Buah 11.22** 0.0001 5.37

9. Diameter Buah 13.93** 0.0001 5.12

10. Tebal Kulit Buah 6.72** 0.0001 9.45

11. Bobot Buah per Tanaman 3.03** 0.0078 20.79 12. Bobot Buah Layak Pasar 2.80* 0.0123 25.35

13. Produktivitas 3.03** 0.0078 20.79

Keterangan : * berbeda nyata pada taraf 5%, ** berbeda nyata pada taraf 1%, dan tn tidak berbeda nyata

Umur Berbunga dan Umur Panen

Hibrida IPB CH1, IPB CH2, IPB CH3, IPB CH5, IPB CH19, dan IPB CH51 berbunga lebih cepat dibandingkan dengan Hot Beauty. Hibrida IPB CH3 berbunga lebih cepat dibandingkan Adipati, Biola, dan Hot Beauty, sedangkan tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan Gada dan Imperial. Hibrida IPB CH25 berbunga lebih lama dibandingkan semua varietas pembanding kecuali dengan Hot Beauty. Hibrida IPB CH28 berbunga lebih cepat dibandingkan Imperial dan tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding lainnya, sedangkan IPB CH50 tidak berbeda umur berbunganya dibandingkan dengan semua varietas pembanding (Tabel 3).

Umur panen IPB CH1, IPB CH3, IPB CH5, dan IPB CH19 lebih cepat dibandingkan dengan Hot Beauty meskipun tidak berbeda dengan varietas pembanding lain. Hibrida IPB CH2 memiliki umur panen lebih cepat daripada

Biola dan Hot Beauty. Sementara itu hibrida IPB CH25 (73.67 HST), IPB CH28 (76.33 HST), IPB CH50 (76.00 HST), dan IPB CH51 (71.33 HST) umur panennya tidak berbeda dengan seluruh pembanding (Tabel 3).

Tabel 3. Nilai Rataan Umur Berbunga dan Umur Panen Hibrida Cabai yang Diuji Hibrida Umur Berbunga(HST) Umur Panen(HST)

IPB CH1 24.67d 60.67bd IPB CH2 25.00d 69.67d IPB CH3 22.33abd 64.00bd IPB CH5 24.00d 61.33bd IPB CH19 24.00d 65.00bd IPB CH25 30.67abce 73.67 IPB CH28 27.00e 76.33 IPB CH50 26.00 76.00 IPB CH51 24.33d 71.33 Adipati 25.33 71.33 Biola 26.67 82.33 Gada 24.67 68.33 Hot Beauty 28.00 81.33 Imperial 23.33 70.67

Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf a, b, c, d. dan e, berturut-turut berbeda nyata dengan Adipati, Biola, Gada, Hot Beauty, dan Imperial berdasarkan uji Dunnett taraf 5%

Umur berbunga IPB CH3 lebih cepat dibandingkan dengan hibrida lainnya, akan tetapi umur panen paling cepat adalah IPB CH5 (Tabel 3). Selang antara umur berbunga sampai umur panen IPB CH3 adalah 41.67 hari, sedangkan untuk IPB CH5 adalah 37.33 hari. Perbedaan selisish umur panen dengan umur berbunga tersebut karena adanya perbedaan dalam masa pengisian buah. Masa pengisian untuk buah yang lebih besar akan memerlukan waktu lebih lama jika dibandingkan dengan buah yang lebih kecil. Hibrida IPB CH3 mempunyai ukuran buah lebih besar dibandingkan dengan IPB CH5 (Tabel 5) sehingga berpengaruh terhadap selang antara umur berbunga dengan umur panen tanaman tersebut. Hal yang sama juga terjadi pada hibrida IPB CH51. Umur panen IPB CH51 lebih lama dibandingkan dengan IPB CH5 walaupun kedua hibrida tersebut mempunyai

20 umur berbunga yang sama yaitu 24 HST (Tabel 3), hal ini dikarenakan masa pengisian buah untuk IPB CH51 lebih lama dibandingkan IPB CH5.

Gardner et al. (1991) mengemukakan, jangka waktu pertumbuhan bervariasi tergantung pada bobot kering, volume, tinggi, dan faktor lain pada suatu organisme. Bobot kering kecambah pada periode yang pendek akan lebih kecil dibandingkan pada kecambah yang memiliki periode yang lebih panjang.

Tinggi Tanaman, Tinggi Dikotomus, dan Lebar Kanopi

Peubah tinggi tanaman menunjukkan hibrida IPB CH3 (84.10 cm), IPB CH5 (76.04 cm), IPB CH28 (84.78 cm), dan IPB CH51 (84.41 cm) berbeda nyata lebih pendek dibandingkan dengan Biola namun tidak berbeda dengan varietas pembanding yang lain. Sementara itu, hibrida IPB CH1, IPB CH2, IPB CH19, IPB CH25, dan IPB CH50 tidak berbeda nyata dengan semua pembanding (Tabel 4).

Tabel 4. Nilai Rataan Tinggi Tanaman, Tinggi Dikotomus, dan Lebar Kanopi Hibrida Cabai yang Diuji

Hibrida Tinggi Tanaman (cm) Tinggi Dikotomus (cm) Lebar Kanopi (cm) IPB CH1 92.89 25.17b 75.86b IPB CH2 88.88 29.83cde 78.21 IPB CH3 84.10b 22.76abc 76.05b IPB CH5 76.04b 28.01bde 70.11b IPB CH19 93.78 24.38ab 81.04 IPB CH25 87.66 29.99cde 86.47 IPB CH28 84.78b 26.05b 74.37b IPB CH50 89.97 24.31ab 69.62b IPB CH51 84.41b 23.30ab 69.32b Adipati 93.87 28.03 75.03 Biola 107.01 32.09 94.78 Gada 79.95 25.90 76.05 Hot Beauty 87.36 24.51 83.41 Imperial 82.76 24.90 78.41

Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf a, b, c, d, dan e, berturut-turut berbeda nyata dengan Adipati, Biola, Gada, Hot Beauty, dan Imperial berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.

Hibrida IPB CH3 (22.76 cm) mempunyai tinggi dikotomus yang lebih pendek daripada varietas Adipati, Biola dan Gada. Sementara itu, hibrida IPB CH25 (29.99 cm) mempunyai tinggi dikotomus yang lebih tinggi daripada Biola (Tabel 4).

Hibrida IPB CH1, IPB CH3, IPB CH5, IPB CH28, IPB CH50 dan IPB CH51 memiliki lebar kanopi lebih sempit dibandingkan dengan Biola. Lebar kanopi hibrida IPB tersebut berturut-turut adalah 75.86, 75.86, 70.11, 74.37, 69.62, dan 69.32 cm. Lebar kanopi hibrida IPB CH2, IPB CH19, dan IPB CH25 tidak berbeda dengan varietas pembanding (Tabel 4).

Bobot per Buah, Panjang Buah, Diameter Buah, dan Tebal Kulit Buah

Berdasarkan nilai rataan pada Tabel 5, hibrida IPB CH51 (16.50 g) memiliki bobot buah lebih besar dibandingkan dengan semua pembanding. Sementara itu IPB CH5 memiliki bobot yang lebih kecil dibandingkan dengan semua pembanding dengan bobot 5.83 g.

Seperti halnya bobot buah, IPB CH51 memiliki ukuran buah lebih panjang dibandingkan dengan semua pembanding kecuali Gada. Hibrida IPB CH5 memiliki ukuran buah lebih pendek dari semua pembanding kecuali Hot Beauty (Gambar 7). Adapun hibrida yang tidak berbeda nyata dengan semua pembanding adalah IPB CH1 dan IPB CH25 (Tabel 5).

Tabel 5 menunjukkan diameter IPB CH3 (1.75 cm) lebih besar dibandingkan dengan semua pembanding. Hibrida yang tidak berbeda nyata dengan semua pembanding adalah IPB CH19.

Hibrida IPB CH5 dan IPB CH19 memiliki tebal kulit yang tipis daripada Adipati. Hibrida IPB CH3 dan IPB CH51 memiliki kulit buah lebih tebal dibandingkan Biola, Gada, Hot Beauty, dan Imperial. Sementara itu, hibrida yang tidak berbeda nyata dengan seluruh pembanding yaitu IPB CH1, IPB CH2, IPB CH25, IPB CH28 dan IPB CH50 (Tabel 5).

22 Tabel 5. Nilai Rataan Bobot per Buah, Panjang Buah, Diameter Buah, dan Tebal

Kulit Buah Hibrida Cabai yang Diuji Hibrida Bobot Buah

(g) Panjang Buah (cm) Diameter Buah (cm) Tebal Kulit Buah (cm) IPB CH1 10.53 18.06 1.50bde 0.18 IPB CH2 10.63 17.92c 1.60bcde 0.18

IPB CH3 14.30bde 20.65bd 1.75abcde 0.23bcde IPB CH5 5.83abcde 14.46abce 1.18ac 0.14a

IPB CH19 8.77ac 16.86c 1.43 0.15a

IPB CH25 11.27 18.53 1.57bcde 0.19

IPB CH28 13.37bde 19.79d 1.63bcde 0.19 IPB CH50 12.03de 20.47bd 1.50bde 0.20 IPB CH51 16.50abcde 21.76abde 1.56bcde 0.22bcde

Adipati 13.33 18.61 1.52 0.21

Biola 9.23 17.68 1.27 0.17

Gada 12.40 20.57 1.36 0.18

Hot Beauty 8.77 16.70 1.32 0.16

Imperial 8.87 19.10 1.28 0.16

Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf a, b, c, d, dan e, berturut-turut berbeda nyata dengan Adipati, Biola, Gada, Hot Beauty, dan Imperial berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.

a b c d e f g h i j k l m n

Gambar 7. Keragaan Buah Cabai Hibrida yang Dievaluasi. a. IPB CH1, b. IPB CH2, c. IPB CH3, d. IPB CH5, e. IPB CH19, f. IPB CH25, g. IPB CH28, h. IPB CH50, i. IPB CH51, j. Adipati, k. Biola, l. Gada, m. Hot Beauty, dan n. Imperial

Bobot Buah Layak Pasar, Bobot Buah per Tanaman, dan Produktivitas

Seluruh hibrida tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding pada peubah bobot buah layak pasar kecuali IPB CH5. Hibrida IPB CH5 memiliki bobot buah layak pasar yang lebih rendah daripada Biola dengan bobot 260.00 g (Tabel 6).

Pada peubah bobot buah per tanaman dan produktivitas, hibrida IPB CH3 (827.70 g) memiliki bobot buah per tanaman lebih besar dibandingkan dengan Adipati, Gada, dan Imperial, dan tidak berbeda nyata dengan Biola dan Hot Beauty. Untuk hibrida cabai lainnya, bobot buah per tanaman dan produktivitas tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan semua pembanding (Tabel 6).

Tabel 6. Nilai Rataan Bobot Buah Layak Pasar, Bobot Buah per Tanaman, dan Produktivitas Hibrida Cabai yang Diuji

Hibrida Bobot Buah Layak Pasar (g) Bobot Buah per Tanaman (g) Produktivitas (ton/ha) IPB CH1 404.33 592.10 15.16 IPB CH2 372.83 488.00 12.49

IPB CH3 674.87 827.70ace 21.19ace

IPB CH5 260.00b 348.07 8.91 IPB CH19 452.03 610.43 15.63 IPB CH25 525.51 644.61 16.50 IPB CH28 427.93 673.57 17.24 IPB CH50 375.33 497.53 12.74 IPB CH51 331.87 460.90 11.80 Adipati 446.47 448.17 11.47 Biola 551.97 629.37 16.11 Gada 456.20 533.33 13.65 Hot Beauty 460.67 571.23 14.62 Imperial 469.40 525.83 13.46

Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf a, b, c, dan e, berturut-turut berbeda nyata dengan Adipati, Biola, Gada, dan Imperial berdasarkan uji Dunnett taraf 5%.

Produktivitas hibrida IPB CH3 yang tinggi juga terjadi pada penelitian Dirgantara (2007), Kaharjanti (2008), dan Anggoro (2008). Bobot buah per tanaman IPB CH3 di Bogor yaitu 289.93 g/tanaman (Dirgantara, 2007). Bobot buah per tanaman IPB CH3 di daerah Boyolali lebih tinggi dari semua

24 pembanding yaitu 476.17 g (Kaharjanti, 2008), sedangkan Anggoro (2008) mengemukakan produktivitas IPB CH3 dengan bobot buah per tanaman mencapai 1 113,00 g. Produktivitas IPB CH3 yaitu 6.66 ton/ha di Bogor, 12.19 ton/ha di Boyolali, dan mencapai 24.94 ton/ha di Rembang (Tabel 7).

Tabel 7. Produktivitas Hibrida IPB CH3 di Berbagai Lokasi Percobaan (Sumber: Dirgantara, 2007; Anggoro, 2008; dan Kaharjanti, 2008)

Hibrida Produktivitas (ton/ha)

Bogor Boyolali Rembang Subang

IPB CH1 5.65abc 6.68 16.86 15.16

IPB CH2 4.59bcd 7.91 18.96 12.49

IPB CH3 6.66a 12.19abcde 24.94 21.19ace

IPB CH5 3.29d 6.92 10.10 8.91

IPB CH19 5.38abc 6.07 - 15.63

IPB CH25 5.68abc 9.78acde 14.51 16.50

IPB CH28 4.85bc 9.00de 17.42 17.24

IPB CH50 6.69a 8.39 17.36 12.74

IPB CH51 5.25abc 9.31acde 23.79 11.80

Adipati 6.16ab 5.53 16.37 11.47

Biola 5.16abc 6.32 16.93 16.11

Gada 5.88abc 5.47 16.63 13.65

Hot Beauty 5.37abc 4.99 17.95 14.62

Imperial 4.81bc 5.29 16.77 13.46

Keterangan : - Kolom 1 diuji dengan Uji Duncan pada taraf 5%. Kolom 2, 3, dan 4 diuji berdasarkan uji Dunnett taraf 5%. Angka yang diikuti dengan huruf a, b, c, d, dan e, berturut-turut berbeda nyata dengan Adipati, Biola, Gada, Hot Beauty, dan Imperial

- (-) Tidak ditanam

Bobot buah semua hibrida dan varietas pembanding di Bogor lebih rendah dibandingkan dengan daerah percobaan lainya (Tabel 7). Adanya perbedaan yang cukup besar antara produktivitas semua hibrida dan produktivitas varietas pembanding di Bogor dengan lokasi percobaan lainnya karena adanya perbedaan iklim pada saat percobaan. Dirgantara (2007) melaporkan, curah hujan daerah Bogor pada saat percobaan sangat tinggi dengan hujan yang lebat. Menurut Prajnanta (1999), kondisi lingkungan tersebut tidak cocok untuk pertanaman cabai

karena akan mengakibatkan bunga cabai rontok dan bunga tidak terserbuki oleh serangga penyerbuk. Air hujan yang menggenangi bedengan mengakibatkan aerasi yang buruk, selain itu hujan yang terus menerus akan meningkatkan kelembaban disekitar pertanaman. Faktor lain yang mempengaruhi adalah intensitas cahaya matahari. Intensitas cahaya matahari di Bogor lebih rendah jika dibandingkan dengan daerah percobaan lainnya. Cabai termasuk tanaman berhari netral, yaitu antara 10-12 jam penyinaran sehari. Pertumbuhan tanaman akan terhambat jika tanaman ternaungi, bunga yang dihasilkan sedikit serta kualitas dan kuantitas produksi yang rendah.

Peubah Kualitatif

Sifat kualitatif merupakan sifat yang dapat dikelompokkan dan biasanya dinyatakan dalam kategori. Sifat kualitatif dikendalikan oleh gen sederhana sehingga dapat dibedakan dengan tegas (Poespodarsono, 1988).

Tabel 8. Penampilan Batang dan Habitus Tanaman Hibrida Cabai yang Diuji

Hibrida Batang Habitus Tanaman

IPB CH1 Hijau bergaris ungu Menyamping IPB CH2 Hijau bergaris ungu Menyamping IPB CH3 Hijau bergaris ungu Menyamping IPB CH5 Hijau bergaris ungu Menyamping IPB CH19 Hijau bergaris ungu Menyamping IPB CH25 Hijau bergaris ungu Menyamping IPB CH28 Hijau bergaris ungu Menyamping IPB CH50 Hijau bergaris ungu Menyamping IPB CH51 Hijau bergaris ungu Menyamping Adipati Hijau bergaris ungu Menyamping

Biola Hijau bergaris ungu Menyamping

Gada Hijau bergaris ungu Menyamping

Hot Beauty Hijau bergaris ungu Menyamping Imperial Hijau bergaris ungu Menyamping

Secara umum cabai yang ditanam di Indonesia memiliki habitus tanaman menyamping. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh semua hibrida yang

26 dievaluasi. Semua hibrida mempunyai kesamaan baik dalam hal habitus tanaman maupun warna batang yaitu habitus tanaman menyamping dengan batang berwarna hijau bergaris ungu (Tabel 8).

Seperti halnya habitus tanaman dan warna batang, pada daun juga terdapat kesamaan yaitu berbentuk lanset, tepi daun yang rata, dan ujung daun yang meruncing. Pada sifat warna daun, IPB CH28 dan Gada memiliki daun yang berwarna lebih gelap dibandingkan dengan hibrida lainnya (Tabel 9).

Tabel 9. Penampilan Beberapa Karakter Kualitatif pada Daun Hibrida Cabai yang Diuji

Hibrida Daun

Warna Bentuk Tepi Ujung

IPB CH1 Hijau Lanset Rata Meruncing

IPB CH2 Hijau Lanset Rata Meruncing

IPB CH3 Hijau Lanset Rata Meruncing

IPB CH5 Hijau Lanset Rata Meruncing

IPB CH19 Hijau Lanset Rata Meruncing

IPB CH25 Hijau Lanset Rata Meruncing

IPB CH28 Hijau tua Lanset Rata Meruncing

IPB CH50 Hijau Lanset Rata Meruncing

IPB CH51 Hijau Lanset Rata Meruncing

Adipati Hijau Lanset Rata Meruncing

Biola Hijau Lanset Rata Meruncing

Gada Hijau tua Lanset Rata Meruncing

Hot Beauty Hijau Lanset Rata Meruncing

Imperial Hijau Lanset Rata Meruncing

Beberapa peubah kualitatif lainnya yang menunjukkan kesamaan antar hibrida adalah warna kelopak bunga, warna tangkai bunga, warna mahkota bunga, warna anther, dan warna kepala putik. Perbedaan peubah bunga hanya terdapat pada jumlah helai mahkota (Gambar 8). Hibrida IPB H28 memiliki cuping mahkota lima sampai tujuh helai, sedangkan hibrida yang lainnya memilki lima dan enam helai (Tabel 10).

Tabel 10. Penampilan Beberapa Karakter Kualitatif Bunga Hibrida Cabai yang Diuji Hibrida Warna Kelopak Warna Tangkai Warna Mahkota Jumlah Helai Mahkota Warna Anther Warna Kepala Putik IPB CH1 Hijau Hijau Putih 5 & 6 Ungu Kekuningan IPB CH2 Hijau Hijau Putih 5 & 6 Ungu Kekuningan IPB CH3 Hijau Hijau Putih 5 & 6 Ungu Kekuningan

IPB CH5 Hijau Hijau Putih 6 Ungu Kekuningan

IPB CH19 Hijau Hijau Putih 5 & 6 Ungu Kekuningan IPB CH25 Hijau Hijau Putih 6 & 7 Ungu Kekuningan IPB CH28 Hijau Hijau Putih 5, 6 & 7 Ungu Kekuningan IPB CH50 Hijau Hijau Putih 5 & 6 Ungu Kekuningan IPB CH51 Hijau Hijau Putih 5 & 6 Ungu Kekuningan Adipati Hijau Hijau Putih 5 & 6 Ungu Kekuningan Biola Hijau Hijau Putih 5 & 6 Ungu Kekuningan Gada Hijau Hijau Putih 5 & 6 Ungu Kekuningan Hot Beauty Hijau Hijau Putih 5 & 6 Ungu Kekuningan Imperial Hijau Hijau Putih 5 & 6 Ungu Kekuningan

A B C

Gambar 8. Keragaan Jumlah Helai Mahkota Bunga Cabai Hibrida yang Dievaluasi. A. Lima Helai, B. Enam Helai, C. Tujuh Helai

Buah cabai yang menunjukkan persamaan peubah adalah warna merah untuk buah tua dengan bentuk buah yang memanjang. Perbedaan terlihat pada permukaan buah dan warna buah muda. Adipati dan Biola memiliki permukaan licin sedangkan hibrida yang lainnya memiliki permukaan semi keriting. Buah muda IPB CH28 dan Gada berwarna hijau tua sedangkan hibrida lainnya memiliki warna hijau (Tabel 11).

28

Tabel 11. Penampilan Beberapa Karakter Kualitatif Buah Hibrida Cabai yang Diuji Hibrida Permukaan Buah Warna Buah Muda Warna Buah Tua Bentuk Buah

IPB CH1 Semi keriting Hijau Merah Memanjang

IPB CH2 Semi keriting Hijau Merah Memanjang

IPB CH3 Semi keriting Hijau Merah Memanjang

IPB CH5 Semi keriting Hijau Merah Memanjang

IPB CH19 Semi keriting Hijau Merah Memanjang

IPB CH25 Semi keriting Hijau Merah Memanjang

IPB CH28 Semi keriting Hijau Tua Merah Memanjang

IPB CH50 Semi keriting Hijau Merah Memanjang

IPB CH51 Semi keriting Hijau Merah Memanjang

Adipati Licin Hijau Merah Memanjang

Biola Licin Hijau Merah Memanjang

Gada Semi keriting Hijau tua Merah Memanjang

Hot Beauty Semi keriting Hijau Merah Memanjang

Kesimpulan

Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan diantara hibrida yang diuji. Perbedaan sangat nyata terdapat pada umur berbunga, umur panen, tinggi dikotomus, bobot per buah, panjang buah, diameter buah, tebal kulit buah, bobot buah per tanaman, dan produktivitas. Terdapat perlakuan yang nyata antara hibrida yang diuji yaitu pada peubah tinggi tanaman, lebar kanopi, dan bobot buah layak pasar, dan tidak berbeda nyata pada peubah lebar daun. Semua hibrida tidak menunjukkan perbedaan pada peubah kuantitatif kecuali pada

Dokumen terkait