• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum

Keadaan iklim secara umum selama penelitian mengalami fluktuasi. Rata-rata suhu berkisar antara 21,4o C - 33,4o C, kelembaban 55.1 dan rata-rata curah hujan 460,6 mm per bulan. Menurut Djakamihardja et al. (1986) dalam Effendi dan Hidayat (1997), suhu optimal yang diperlukan untuk pertumbuhan jahe adalah 25 – 30o C. Suhu yang lebih tinggi dari kisaran tersebut akan menghambat pertumbuhan dan merugikan. Sedangkan dibawah kisaran tersebut mengakibatkan umur tanaman semakin panjang, sehingga waktu panen menjadi mundur.

Pada minggu pertama masa aklimatisasi pertumbuhan plantlet sangat baik, mencapai hampir 100 %. Memasuki minggu terakhir masa aklimatisasi, beberapa tanaman tampak layu dan timbul bercak kuning pa da tepi daun. Menjelang penanaman terdapat 10% plantlet yang mati .

Pada masa awal penanaman, 1 MST – 3 MST tanaman memperlihatkan pertumbuhan yang sangat baik. Namun saat tanaman berumur satu bulan, tanaman mulai menunjukan gejala kurang dapat beradaptasi dengan lingkungan diluar kultur. Tanaman tampak layu dan semakin banyak bercak kuning yang disebabkan oleh Pyliosticta sp.. Memasuki bulan kedua banyak tanaman yang mati. Selama bulan kedua tanaman yang mati masih dapat diganti dengan tanaman baru dengan asal perlakuan yang sama. Akan tetapi karena keterbatasan bahan tanaman, maka tanaman yang mati pada umur dua bulan keatas tidak diganti dengan tanaman baru.

Salah satu penyebab kematian tanaman adalah serangan hama dan penyakit. Berdasarkan gejala yang ditemukan di lapangan, diidentifikasikan hama yang dominan menyerang tanaman jahe adalah belalang dan ulat daun. Sedangkan penyakit yang menyerang adalah layu bakteri. Penyakit ini muncul sekitar bulan ketiga dan menyerang hampir semua tanaman pada tiap pe rlakuan. Akibat serangan penyakit tersebut daun tanaman menjadi kuning, timbul bercak-bercak pada permukaan tanaman (Gambar.1), batang layu dan mudah tercabut dari tanah.

a. Serangan Penyakit b. Serangan Hama

Gambar 1. Kondisi Serangan Penyakit dan Hama.

Serangan penyakit ini semakin meluas karena areal pertanaman merupakan rumah plastik dengan lingkungan terbatas, sehingga semakin mempercepat penularan ke tanaman lain. Penyebaran penyakit ini juga didukung oleh serangan hama belalang dan ulat. Serangan hama mempermudah penyebaran penyakit melalui bagian tanaman yang terluka. Lokasi rumah plastik yang terletak di sebelah padang ilalang diperkirakan merupakan penyebab banyaknya hama tersebut.

Secara umum pada Tabel 1 terlihat bahwa kolkisin hanya berpengaruh pada peubah bobot total, bobot akar dan jumlah kromosom. Terhadap peubah lain, pengaruh kolkisin tidak nyata.

Tabel 1. Rekapitulasi nilai F hitung Pengaruh Kolkisin Terhadap Beberapa Peubah Pada Tanaman Jahe Emprit

Peubah Pengaruh Kolkisin Fhitung Pr > F

Tinggi tanaman pada 20 MST tn 0.75 0.62

Jumlah daun pada 20 MST tn 1.34 0.32

Jumlah anakan pada 20 MST tn 3.04 0.85

Lingkar batang tn 2.71 0.0986 Bobot gabungan ** 0.0042 0.0042 Bobot rimpang ** 0.0073 0.0073 Bobot akar ** 0.0003 0.0003 Panjang stomata tn 0.9024 0.9024 Lebar stomata tn 0.3661 0.3661

Kandungan klorofil total tn 0.3182 0.3182

Jumlah stomata tn 0.4669 0.4669

Keterangan :

** : Berbeda sangat nyata berd asarkan hasil uji F pada taraf 1% tn : Tidak berbeda nyata

Pengaruh Kolkisin terhadap Sitologi Tanaman Jahe

Penggunaan kolkisin pada titik tumbuh akan mencegah pembentukan benang – benang gelendong sehingga menyebabkan penggandaan kromosom tanpa pembentukan dinding sel. Perlakuan ini dapat menyebabkan peningkatan jumlah kromosom sebelum terjadi penggandaan. Kromosom dapat terlihat jelas selama tahap – tahap tertentu pembelahan inti. Biasanya kromosom digambarkan pada tahap metafase (Crowder, 1993).

Menurut Raghava n dan Ventaka (1943) dalam Darlington and Wylie (1945) tanaman jahe normal memiliki jumlah kromosom 2n = 22. Ramachandra dan Nair (1992) menyatakan juga menyatakan bahwa pada sel akar diploid, tanaman jahe mempunyai 22 kromosom. Sedangkan tetraploid memiliki 44 kromosom dan pada saat meiosis bentuk kromosom bervariasi.

Berdasarkan pengamatan kromosom pada satu tanaman contoh tiap perlakuan diduga terdapat pengaruh kolkisin terhadap penggandaan kromosom jahe emprit. Perlakuan kolkisin 0.25 % selama 24 jam mengganda menjadi 44 (2n = 4x = 44). Perlakuan kolkisin 0.25 % selama 48 jam memiliki jumlah kromosom 66 (2n = 6 x = 66), sedangkan perlakuan kolkisin yang lain memiliki kisaran jumlah kromosom sama dengan kontrol (Tabel 2)

Tabel 2. Jumlah Kromosom Tiap Perlakuan Tanaman Jahe

Perlakuan Kolkisin Kisaran Jumlah Kromosom Kontrol (direndam aquades selama 12 jam) 22

Konsentrasi 0.25%, lama perendaman 12 jam 22 – 24 Konsentrasi 0.50%, lama perendaman 12 jam 22 – 27 Konsentrasi 0.75%, lama perendaman 12 jam 22 – 24 Konsentrasi 0.25%, lama perendaman 24jam 37 – 44 Konsentrasi 0.75%, lama perendaman 24 jam 22 – 25 Konsentrasi 0.25%, lama perendaman 48 jam 55 - 66

Keterangan : kontrol = direndam dalam aquades s elama 12 jam; persentase menyatakan konsentrasi kolkisin; jam menyatakan lama perendaman

Hasil penelitian sesuai dengan hasil penelitian Tambong dan Sapra (1998) yang menyatakan adanya hubungan antara perlakuan kolkisin dengan jumlah kromosom, parameter stomata dan sel penjaga pada dosis 1,25 mM dan 2,5 mM.

Pada tanaman dengan perlakuan 0.25 % lama perendaman 24 jam, penggandaan kromosom terjadi satu kali, sehingga kromosom mengganda menjadi dua kali lipat (22 menjadi 44) kemudian benang gelendong terbentuk kembali. Berbeda dengan tanaman yang mengganda menjadi 66 kromosom, diperkirakan penggandaan kromosom terjadi dua kali. Pada penggandaan yang kedua benang gelendong mulai terbentuk sehingga penggandaan yang terjadi hanya setengah dari nilai penggandaan yang pertama (22 + 22 + 11). Menurut Allard (1988) selama konsentrasi kolkisin dipertahankan dalam sel, pelipatgandaan dapat diulangi berkali – kali hingga setelah 3 – 4 hari. Akan tetapi, jika kolkisin diberikan hanya sebentar saja, benang gelendong terbentuk kembali dan sel – sel poliploidi memproduksi inti anak seperti mereka sendiri. Hasil pengamatan kromosom tampak pada Gambar 2.

A(2n = 22) F (2n = 44) J (2n = 66) Gambar 2. Hasil Pengamatan Kromosom pada Tanaman Jahe Emprit yang

Mengganda dan Kontrol.

Pengaruh Kolkisin Terhadap Karakter Morfologi Tanaman Jahe Tinggi Tanaman

Pertumbuhan tanaman dapat diukur dengan cara mengamati pertambahan volume dan massanya. Menurut Salisbury dan Ross (1995) meristem apikal pada tajuk merupakan tempat tumbuhnya bagian daun, cabang dan bunga. Maka dalam penelitian ini dilakukan pengukuran tinggi, jumlah daun, dan jumlah tunas sebagai indikator pertumbuhan tanaman.

Berdasarkan hasil analisis statistik, perlakuan kolkisin tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Secara umum pada Tabel 3 terlihat bahwa tanaman dengan perlakuan kolkisin memiliki laju pertumbuhan yang lebih rendah dari kontrol pada 0 – 12 MST. Menurut Poespodarsono (1988), salah satu

ciri tanaman poliploid adalah laju pertumbuhannya yang lebih lambat dari tanaman diploid.

Tabel 3. Rataan Tinggi Tanaman Jahe Emprit pada 0 – 12 MST MST ke - Perlakuan 0 2 4 6 8 10 12 ……….cm……….. Kontrol 15.56 14.34 12.23 13.62 11.98 17.27 27.26 0. 25%, 12 jam 9.41 9.81 10.82 9.58 8.71 10.6 19.55 0.50%, 12 jam 9.77 9.56 9.2 7.91 6.64 11.58 15.35 0.75%, 12 jam 9.09 8.23 8.17 9.42 8.91 12.11 19.77 0.25%, 24 jam 9.11 11.45 12.4 11.55 12.17 16.66 27.06 0.75%, 24 jam 11.13 10.76 10.57 10.45 12.16 16.51 22.93 0.25%, 48 jam 10.07 9.59 9.66 10.72 8.5 14.13 14.13

Keterangan : kontrol = direndam dalam aquades selama 12 jam; persentase menyatakan konsentrasi kolkisin; jam menyatakan lama perendaman.

Sedangkan pada 14-20 MST tinggi tanaman terbaik tampak pada tanaman dengan konsentrasi 0.25% lama perendaman 24 jam. Tanaman dengan pertumbuhan yang rendah terlihat pada perlakuan 0.25% lama perendaman 48 jam (Tabel 4).

Tabel 4. Rataan Tinggi Tanaman Jahe Emprit pada 14 -20 MST MST ke - Perlakuan 14 16 18 20 ...cm………. Kontrol 35.33 47.23 52.9 54 0.25%, 12 jam 26.13 33.25 44.3 44.6 0.50%, 12 jam 25.53 36.30 39.4 39.5 0.75%, 12 jam 28.75 38.13 38.6 38 0.25%, 24 jam 36.06 48.80 56.1 57.1 0.75%, 24 jam 32.96 45.73 46.8 46.8 0.25%, 48 jam 19.83 28.67 34 34.5

Keterangan : kontrol = direndam dalam aquades selama 12 jam; persentase menyatakan konsentrasi kolkisin; jam menyatakan lama perendaman.

Jumlah daun

Secara umum kolkisin tidak berpengaruh pada jumlah daun. Terdapat tiga perlakuan kolkisin dengan jumlah daun lebih banyak dari kontrol, yaitu : perlakuan 0.25 % selama 24 jam; 0.75% selama 12 jam dan 0.75 % selama 24 jam Perlakuan kolkisin lain memiliki jumlah daun lebih sedikit dari kontrol (Tabel 5). Menurut Poespodarsono (1988) mutasi kromosom dapat mengakibatkan terjadinya perubahan sifat pada tanaman.

Tabel 5. Rataan Jumlah Daun Tanaman Jahe Dengan perlakuan Kolkisin dan Kontrol pada 0 – 20 MST

Perlakuan Minggu ke-

Kolkisin 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Kontrol 5 5 4 5 7 13 23 45 52 74 74 0.25%, 12 jam 5 5 4 4 4 7 16 29 38 57 57 0.50%, 12 jam 6 4 4 3 4 7 11 26 38 50 50 0.75%, 12 jam 5 4 4 5 7 9 18 41 48 81 81 0.25%, 24 jam 4 4 6 6 6 11 19 45 60 76 76 0.75%, 24 jam 6 5 5 4 6 12 20 50 72 84 84 0.25%, 48 jam 4 3 3 3 4 9 15 26 60 60 60

Keterangan : kontrol = direndam dalam aquades selama 12 jam; persentase menyatakan konsentrasi kolkisin; jam menyatakan lama perendaman.

Secara kasat mata tidak terdapat perbedaan signifikan pada bentuk dan warna daun tanaman jahe emprit yang mengalami penggandaan kromosom dengan tanaman jahe emprit tanpa perlakuan kolkisin (Gambar 3).

Ket: perlakuan F: direndam dalam kolkisin 0.25 % selama 24 jam, A: kontrol, direndam dalam aquades selama 12 jam, J: direndam dalam kolkisi 0.25 % selama 48 jam.

Gambar 3. Perbandingan Bentuk Daun Tanaman Jahe Emprit Dengan dan Tanpa Perlakuan Kolkisin

Lingkar Batang

Berdasarkan hasil penelitian ini, perlakuan kolkisin hanya berbeda nyata pada 4 MST dan 8 MST (Tabel 6). Secara umum tanaman dengan perlakuan kolkisin memiliki lingkar batang lebih kecil daripada tanaman kontrol. Berbeda dengan penelitian Arisumi (1973) yang menyatakan bahwa tanaman tetraploid memiliki daun yang lebih lebar dan batang yang lebih besar daripada tanaman diploid. Menurut Poespodarsono (1988) tiap spesies memiliki respon yang berbeda terhadap aplikasi kolkisin.

Tabel 6. Rataan Lingkar Batang Tanaman Jahe Emprit pada 2 – 20 MST Minggu Ke- Perlakuan Kolkisin 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 ...…….cm………... Kontrol 0.3 0.3a 0.4 0.4ab 0.5 0.5 0.5 0.6 0.6 0.5 0.25%, 12 jam 0.3 0.3a 0.3 0.4ab 0.5 0.6 0.6 0.8 0.8 0.5 0.50%, 12 jam 0.3 0.3a 0.4 0.4ab 0.5 0.6 0.6 0.7 0.7 0.5 0.75%, 12 jam 0.2 0.2b 0.3 0.3b 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.4 0.25%, 24 jam 0.2 0.3b 0.3 0.4ab 0.6 0.6 0.5 0.4 0.4 0.4 0.75%, 24 jam 0.3 0.3ab 0.4 0.5a 0.6 0.6 0.5 0.4 0.4 0.5 0.25%, 48 jam 0.2 0.2b 0.3 0.3b 0.4 0.4 0.4 0.3 0.3 0.3

Keterangan : kontrol = direndam dalam aquades selama 12 jam; persentase menyatakan konsentrasi kolkisin; jam menyatakan lama perendaman.

Jumlah Tunas

Tunas atau anakan merupakan salah satu sasaran pemuliaan tanaman jahe. Semakin banyak tunas yang dihasilkan diharapkan akan semakin banyak rimpang yang terbentuk, sehingga akan semakin banyak pula persediaan bibit untuk produksi. Pada penelitian ini kolkisin tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah tunas. Jumlah tunas tertinggi diperlihatkan oleh tanaman dengan perlakuan kolkisin 0.25 % dan lama perendaman 24 jam. Sedangkan anakan terendah tampak pada perlakuan 0.25% lama perendaman 48 jam (Gambar 4.). Menurut Dwiningsih (2004), perlakuan kolkisin menyebabkan pertumbuhan tunas jahe emprit terhambat. Semakin besar konsentrasi yang diberikan maka semakin kecil jumlah tunas yang muncul.

keterangan: A: Kontrol B: 0.25%, 12 jam C: 0.50%, 12 jam D: 0.75%, 12 jam F: 0.25%, 24 jam H: 0.75%, 24 jam J: 0.25%, 48 jam

Gambar 4. Perbandingan Jumlah Tunas Jahe Emprit pada 20 MST

Bobot Panen

Tanaman jahe dipanen pada saat berumur 7 bulan. Panen yang dilakukan merupakan panen rimpang muda. Bobot yang dihitung adalah bobot seluruh tanaman jahe, termasuk akar, rimpang dan brangkasan pertanaman. Tiap bagian kemudian ditimbang terpisah dan dilihat apakah terdapat perbedaan dengan kontrol. Berdasarkan sidik ragam terdapat beda nyata pada bobot gabungan, bobot akar dan bobot rimpang saat panen (Tabel 7.)

Tabel 7. Rekapitulasi Nilai F Bobot panen Jahe Emprit

Peubah Pengaruh Kolkisin Nilai F - Uji % KK

Bobot Gabungan ** 0.0042 33.68

Bobot Rimpang ** 0.0073 25.69

Bobot Akar ** 0.0003 23.71

Ket: ** = berbeda nyata berdasarkan hasil F hitung pada taraf 1 %

Pada tabel 8 terlihat bahwa tanaman jahe tetraploid hasil perlakuan 0.25 % selama 24 jam memiliki bobot rimpang terbesar. Menurut Ramachandran dan Nair (1992) tanaman jahe tetraploid memiliki rimpang yang lebih besar, lebih rapat internodenya lebih panjang dan kurang bercabang dibandingkan tanaman diploid. Selain perlakuan tersebut, terdapat dua perlakuan lain yang memiliki bobot panen lebih besar dari kontrol, yaitu perlakuan 0.75 % lama perendaman 24 jam dan perlakuan 0.75 % lama perendaman 12 jam. Bobot rimpang terkecil diperlihatkan tanaman dengan perlakuan 0.25 % lama perendaman 48 jam

0 2 4 6 8 10 12 14 A B C D F H J Perlakuan Kolkisin Jumlah tunas/tanaman Jumlah Tunas

Tabel 8. Hasil Uji Lanjut Bobot Panen Tanaman Jahe Pada 28 MST Bobot (g)

Perlakuan Akar dan rimpang Akar Rimpang

Kontrol 111.32a 76.67 a 34.65a 0.25%, 12 jam 77.52ab 50.91bc 26.61ab 0.50%, 12 jam 72.32ab 37.23 d 35.09a 0.75%, 12 jam 42.30b 27.65 d 14.65ab 0.25%, 24 jam 62.34ab 22.76cd 39.58a 0.75%, 24 jam 54.38a 15.86 b 38.52a 0.25%, 48 jam 26.97b 15.81cd 11.16b

Ket : kontrol = direndam dalam aquades selama 12 jam; persentase menyatakan konsentrasi kolkisin; jam menyatakan lama perendaman; huruf yang sama menyatakan tidak berbeda

nyata berdasarkan DMRT taraf 1 %

Selain pada bobot akar, perbedaan juga tampak melalui pengamatan pada bentuk dan ukuran akar tanaman jahe yang bervariasi bila di bandingkan dengan kontrol (Gambar 5). Berbeda dengan akar , secara umum bentuk rimpang tidak berbeda antara tanaman jahe emprit dengan perlakuan kolkisin dan tanpa kolkisin (Gambar 6)

Kontrol B C D

F H J

Ket: A= Kontrol; B= lama perendaman 12 jam konsentrasi 0.25%; C= Lama perendaman 12 jam komsentrasi 0.50%; D = Lama perendaman 12 jam konsentrasi 0.75%; F= lama per endaman 24 jam, konsentrasi 0.25%; J = lama perendaman 48 jam, konsentrasi 0.25%.

Gambar. 5 Perbedaan Morfologi Akar dan Rimpang Tanaman Jahe pada satu Contoh Tiap Perlakuan Kolkisin

c c

Kontrol B C D

F H J

Ket: A= Kontrol; B= lama perendaman 12 jam konsentrasi 0.25%; C= Lama perendaman 12 jam komsentrasi 0.50%; D = Lama perendaman 12 jam konsentrasi 0.75%; F= lama perendaman 24 jam, konsentrasi 0.25%; J = lama perendaman 48 jam, konsentrasi 0.25%.

Gambar 6. Morfologi Rimpang pada Satu contoh Tanaman Jahe Emprit pada Tiap Perlakuan kolkisin

Menurut Poespodarsono (1988) mutasi kromosom dapat mengakibatkan terjadi perubahan sifat pada tanaman. Hal ini sesuai dengan fenotipik yang muncul pada tanaman dengan perlakuan kolkisin 0.25% dengan lama prendaman 24 jam dan perlakuan kolkisin 0.25% lama perendaman 48 jam. Tanaman tetraploid hasil perlakuan 0.25%, 24 jam memiliki nilai fenotipe (tinggi, jumlah daun, bobot rimpang dan banyak anakan) lebih baik dari tanaman kontrol meskipun tidak berbeda nyata secara statistik. Di lain pihak tanaman 0.25% 48 jam memiliki nilai fenotipe untuk karakter bobot rimpang, tinggi, jumlah daun, banyak anakan dan kadar klorofil yang lebih rendah dari tanaman kontrol. Menurut poespodarsono (1988) bertambahnya jumlah kromosom dapat pula mengakibatkan penurunan ukuran sel dan produksi karena adanya penurunan fertilitas akibat poliploidi.

Pengaruh Kolkisin terhadap Anatomi Tanaman Jahe

Stomata pada permukaan daun tanaman mengatur pertukaran gas antara atmosfer dengan tanaman sehingga berpengaruh terhadap fotosintesis dan

transpirasi. Pembukaan dan penutupan stomata dikendalikan oleh dua sel penjaga yang mengelilinginya.

Menurut Moore, Clark, dan Vodopich (1998) setiap sentimeter persegi permukaan daun mempunyai stomata antara 1 000 sampai 100 000 buah. Sementara itu ukuran lebar pori stomata bervariasi antara 3 - 12 mikro meter dan panjangnya 10 - 40 mikro meter. Ukuran tersebut jauh lebih besar jika dibandingkan dengan ukuran molekul-molekul gas yang melaluinya.

Pada karakter panjang stomata, tanaman perlakuan konsentrasi kolkisin 0.25% dengan lama perendaman 24 jam memiliki panjang stomata lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Untuk karakter lebar stomata, perbedaan terlihat pada tanaman dengan perlakuan konsentrasi kolkisin 0.5% dan lama perendaman 12 jam. Tanaman dengan perlakuan tersebut memiliki nilai lebar stomata yang lebih besar dari tanaman kontrol walaupun tidak berbe da nyata secara statistik (Tabel 9) Menurut Phoelman dan Sleper (1995) poliploidi seringkali menyebabkan peningkatan ukuran sel meristem dan sel penjaga.

Tabel 9. Karakter Stomata pada Tanaman Jahe Emprit dengan Perlakuan Kolkisin

Stomata

Perlakuan Panjang Lebar Jumlah

…………..…mm………… Kontrol 0.039 0.020 13 0.25%, 12 jam 0.038 0.019 15 0.50%, 12 jam 0.036 0.028 13 0.75%, 12 jam 0.036 0.019 13 0.25%, 24 jam 0.040 0.019 12 0.75%, 24 jam 0.034 0.018 15 0.25%, 48 jam 0.036 0.018 14

Keterangan : kontrol = direndam dalam aquades selama 12 jam; persentase menyatakan konsentrasi kolkisin; jam menyatakan lama perendaman.

Pada penelitian ini juga diamati pengaruh kolkisin terhadap kadar hijau daun (klorofil). Klorofil (a dan b) merupakan sebagian besar pigmen yang berada di dalam lamela kloroplas, selain juga karotenoid (Gardner, Pearce, dan Mitchell, 1991). Kloroplas muda aktif membelah sehingga diduga terpengaruh oleh perlakuan kolkisin. Hal ini terbukti pada penelitian Singsit dan Ozias (1992),

dimana terdapat korelasi positif antara jumlah kloroplas dalam sel penjaga tanaman kacang tanah dengan poliploidi.

Tabel 10. Kandungan Klorofil Pada Tanaman Jahe Emprit Dengan Perlakuan Kolkisin

Klorofil

Perlakuan Klorofil a Klorofil b Klorofil Total ……….mg/g daun………….. Kontrol 1.23 0.46 1.70 0.25%, 12 jam 1.11 0.49 1.61 0.50%, 12 jam 1.21 0.50 1.72 0.75%, 12 jam 1.24 0.51 1.75 0.25%, 24 jam 1.01 0.43 1.45 0.75%, 24 jam 0.94 0.47 1.41 0.25%, 48 jam 1.13 0.52 1.66

Keterangan : kontrol = direndam dalam aquades selama 12 jam; persentase menyatakan konsentrasi kolkisin; jam menyatakan lama perendaman.

Data yang didapat pada penelitian ini menunjukan hampir semua perlakuan kolkisin memiliki nilai klorofil a dan klorofil total yang lebih rendah dari tanaman kontrol (Tabel 10), kecuali pada tanaman dengan perlakuan konsentrasi kolkisin 0.75 % dan lama perendaman 24 jam. Tanaman dengan perlakuan tersebut memiliki nilai klorofil a, klorofil b dan klorofil totalnya lebih tinggi dari tanaman kontrol. Perbedaan respon ini besar kemungkinan disebabkan karena tiap perlakuan berbeda dosis dan lama perendaman, sehingga pengaruh kolkisin pada tanaman dalam tiap perlakuanpun berbeda.

Dokumen terkait