• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Analisis penggunaan lahan, konsentrasi sedimen melayang, debit aliran sungai, dan debit sedimen.

Lokasi Pengambilan Sampel Pada Hulu dan Hilir Sungai Belawan

Pengambilan Sampel air dilakukan pada hulu DAS dan hilir. Lokasi pengambilan sampel air di DAS ditentukan menurut koordinat, ketinggian di atas permukaan laut dan vegetasi yang ada di sekitar aliran sungai seperti tertera pada . Tabel 6. Letak Pengambilan Contoh pada Hulu dan Hilir Sungai Belawan

Lokasi Pengambilan Sampel

Koordinat Ketinggian Dasar

Sungai Hulu N : 3o29’103” E :98o35’177” 45 m dpl Pasir Hilir N: 3o29’339” E : 98o35’575” 41 m dpl Pasir

Tabel 6 diatas menunjukkan tempat pengambilan contoh sampel pada dua muara sungai pada sungai belawan, yang diamana letaknya adalah pada Desa Lama Kecamatan Pancur Batu, yang berdekatan dengan kota Medan, ketinggian tempat contoh ini dikategorikan sedang.

Penggunan Lahan

Tata guna lahan di DAS Belawan yang melewati Desa Lama Kecamatan Pancur Batu dapat dibedakan menjadi beberapa pengunaan lahan yaitu hutan di bagian hulu, serta industri dan pemukiman di beberapa bagian pada daerah hilir. Berdasarkan data yang di dapatkan dari BPS provinsi Sumatera Utara , Kecamatan Pancur Batu tahun 2014 adalah seperti pada tabel di bawah ini :

Tabel 7. Penggunaan Lahan Kecamatan Pancur Batu 2014 No. Bentuk Tata Guna Lahan Luas (Ha) Pesentase(%)

1 Hutan 130,00 1,70 2 Pertanian 614,88 8,07 3 Lahan/Huma 3296,99 43,32 4 Bangunan 731,20 9,6 5 Pdg.Rumput 37,0 0,48 6 Perkebunan 2676,00 35,16 7 Lainya 124,0 1,62 Jumlah 7610,07 100

Berdasarkan kondisi tata guna lahan di DAS Belawan Desa Lama Kecamatan Pancur Batu maka dapat kita lihat dari tabel di atas yang paling dominan adalah lahan yang tidak digunakan sebesar 43,32 %, dan yang paling sedikit adalah penggunaan lahan padang rumput sebesar 0,48%.

Tata Guna, Kemampuan dan Kesesuaian Lahan

Dari data yang didapatkan maka penggunaan lahan, yang tersedia untuk hutan adalah seluas 130 hektar, maka Indeks Penutupan Lahan (IPL) adalah sebesar :

IPL = ( KPL/LUAS DAS ) x 100% IPL = ( 130/7610,07) x 100% IPL = 1,7 %.

Dari data yang didapatkan mengenai kesesuaian lahan yang ada di DAS Belawan Desa Lama Kecamatan Pancur Batu sebesar 1,7% berarti bahwa angka kesesuaian lahan masih di bawah angka yang seharusnya atau yang ditolelir yaitu minimal sebesar 30% (UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan),jadi kesesuaian lahan di DAS Belawan Desa Lama Kecamatan Pancur Batu adalah sangat jelek.

Konsentrasi Sedimen Melayang di Hulu dan Hilir Sungai Belawan Desa Lama Kecamatan Pancur Batu

Hasil pengukuran konsentrasi sedimen melayang pada kurun waktu 6 bulan ( Juni- November 2014) pada hulu dan hilir dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8. Konsentrasi Sedimen Melayang Pada Hulu dan Hilir Sungai Belawan Pada BulanJuni- November 2014

Hasil rataan di atas di dapatkan dengan cara menggunakan rumus berat basah sedimen dikurangi dengan berat kering sediman di bagikan dengan volume botol tempat pengambilan contoh yang dimana wadah botol ini memiliki volume sebesar satu liter diamana jika dapat kita lihat pada tabel 8, bahwa rata-rata konesentrasi sedimen pada saat hujan dan tidak hujan termasuk dalam kategori baik, tetapi hal ini mungkin saja di karenakan tingkat kerusakan lingkungan yang sudah terlalu parah sehingga sedimen di dalam air sudah menjadi sedikit dikarenakan penutupan lahan bervegetasinya sudah sangat buruk dan debit air sungai yang tingginggi mengak-ibatkan yang terggerus oleh air bukan lagi tanhanya melainkan partikel- partikel batu-batu kecil karena tanah yang berada di permukkan batu-batu- batu-batu berukuran kecil tersebut sudah habis dikikis oleh air sungai dengan debit aliran air sungai yang besar.

Bulan

Kosentrasi Sedimen Melayang (mg/L)

Tidak Hujan Setelah Hujan

Hulu Hilir Hulu Hilir

Juni 2014 28,07 27,54 28,39 30.25 Juli 2014 29,67 30,39 35,45 36.81 Agustus 2014 29,87 31,75 42,56 44.84 September 2014 31,33 32,44 36,56 37.84 Oktober 2014 32,87 33,06 46,61 47,77 November 2014 32,33 32,86 38,61 40,55

Debit Aliran Sungai Dan Tinggi Muka Air Sungai Hulu dan Hilir Sungai Belawan Desa Lama Kecamatan Pancur Batu

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa hasil pengukuran debit aliran sungai pada hulu dan hilir karena intensitas curah hujan yang berbeda. Pada bagian hulu kedalaman sungai lebih rendah karena lebih luas penampang melintangnya dari pada bagian hilir. Namun demikian debit aliran sungai tidak terlalu besar dibandingkan debit aliran sungai pada hilir sungai.

Tabel 9. Rataan Debit Aliran Sungai di Hulu dan Hilir Sungai Belawan Desa Lama Kecamatan Pancur Batu Juni- November 2014.

Tabel di atas menunjukkan debit air sungai pada DAS Belawan Desa Lama Kecamatan Pancur Batu yang rata-rata pada hulu sungai adalah 21,557 m3/s pada waktu tidak hujan dan 33,66 m3/s sewaktu hujan disini terjadi peningkatan debit sewaktu hujan diamana debit air ini menurut Kunkle (1976) adalah sangat jelek begitu pula pada hilir sungai yang rata- rata debit air sungainya sebesar 23,52 m3/s sewaktu tidak hujan dan 39,19 m3/s yang juga mengalami peningkatan debit air sewaktu diukur setelah hari hujan menurut Kunkle (1976) juga debit air sungai ini sangat jelek.

Bulan

Debit Aliran Sungai (m/detik)

Tidak Hujan Setelah Hujan

Hulu Hilir Hulu Hilir

Juni 2014 21,812 21,92 31,456 36,686 Juli 2014 21.195 22,113 31,981 38,97 Agustus 2014 21.052 22.98 32,432 35,326 September 2014 21.619 23,209 31,867 33,327 Oktober 2014 21,512 25,326 39,624 48,345 November 2014 22.152 25.624 34,605 42,52 Rata-Rata 21,557 33,66 23,52 39,19

Tabel 10. Rataan Tinggi Muka Air Sungai di hulu dan hilir sungai Belawan Desa Lama Kecamatan Pancur Batu Juni- November 2014 Hari Hujan dan Hari Tidak Hujan

Tabel di atas menunjukan debit aliran sungai dan tinggi muka air sungai, kita dapat melihat tingginya muka air sungai dipengaruhi juga oleh debit aliran sungai, semakin besar debit aliran sungai maka akan semakin tinggi juga muka air sungai pada debit aliran sungai di bulan oktober kita dapat melihat kenaikan tinggi muka air sungai yang cukup draistis, hal ini juga dapat menyebabkan terkikisnya tanah pada daerah pinggiran sungai.

Debit Sedimen di Hulu dan Hilir Sungai Belawan Desa Lama Kecamatan Pancur Batu

Debit Sedimen pada hulu dan hilir sungai Belawan Desa Lama Kecamatan Pancur Batu pada bualn Juni sampai dengan November 2014 dengan pengambilan contoh sampel pada waktu hujan dan setelah hujan pada sungai tersebut diinginkan uantuk dapat menujukkan perbedaan pada saat tidak hujan dan setelah hujan, debit sedimen sangat penting untuk melihat banyaknya partikel yang melayang pada sungai yang dapat diliahat pada tabel di bawah ini.

Bulan

Tinggi Muka Air Sungai (m)

Tidak Hujan Setelah Hujan

Hulu Hilir Hulu Hilir

Juni 2014 0,413 0,68 0,54 1,045 Juli 2014 0,38 0,53 0,583 0,97 Agustus 2014 0,425 0,64 0,675 1,547 September 2014 0,43 0,65 0,689 1,32 Oktober 2014 0,45 0,67 0,76 1,873 November 2014 0,44 0,665 0,72 1,64

Tabel 11. Rataan Debit Sedimen di Hulu dan Hilir Sungai Belawan Desa Lama Kecamatan Pancur BatuJuni- November 2014 Hari Tidak Hujan dan Hari Hujan

Tabel diatas menunjukan bahwa adanya peningkatan debit sedimen dari bulan juni ke bulan november, juga adanya erosi karena pada hulu debit sedimen lebih besar dibandingkan dengan hilir , ini membuktikan adanya pengikisan dari tanah-tanah yang berada di pinggiran sungai sehingga terbawa sampai ke hilir , hal ini juga yang dapat menyebabkan pendangkalan akan terjadi di sungai ini.

Pembahasan

Dari hasil analisis konsentrasi sedimen,debit aliran sungai, dan debit sedimen pada Sungai Belawan Desa Lama Kecamatan Pancur Batu adanya perbedaan yang juga berhubungan dengan curah hujan pada wilayah tersebut. Hal ini juga dinyatakan oleh Paimin et al. (2006) menyebutkan bahwa DAS dapat dipandang sebagai suatu sistem, dimana komponen input berupa curah hujan , prosesor adalah DAS itu sendiri yang di dalamnya terdiri dari komponen biotik, dan abiotik, dan out put berupa produksi, limpasan, erosi dan sebagainya.

Kondisi hulu dan hilir pada daerah DAS Belawan sangat berubah dari sepuluh tahun yang lalu diamana dulunya ditumbuhi oleh tanaman tahunan yang kemampuan memegang airnya sangat besar yang kemudian sekarang beruabah

Bulan

Debit Sedimen Sungai (gram/detik)

Tidak Hujan Setelah Hujan

Hulu Hilir Hulu Hilir

Juni 2014 551,72 607,65 96,5067 1.481,14 Juli 2014 569,248 699,67 1.495,89 2.013,62 Agustus 2014 594,715 704,62 1.995,391 2.435,143 September 2014 701,237 884,73 1.874,55 2.112,12 Oktober 2014 831,52 939,73 2.097,3 2.535,143 November 2014 765,87 865,54 1.820,82 2.374,492

menjadi tempat pemukiman penduduk dan aktivitas galian C dan pemukiman penduduk, Warna air sungai sangat dipengaruhi oleh kondisi dasar sungai, pada daerah hilir dasar sungai berupa lumpur dan adanya kegiatan galin C pada daerah sekitar sungai tersebut yang menyebabkan warna sungai menjadi keruh, sedangkan pada hulu berupa pasir yang sangat diminati oleh para penacari material yang kemudian di gali untuk dijual untuk bahan bangunan, kekuranagan pasir ini manyebabkan warna air lebih jernih dari pada bagian hilir, dan pada bagian hulu sungai penampang melintang sungai lebih luas dibandingkan dengan daerah hilir sungai pada hulu sungai ditemukan dua sungai yang menyatu dan mengalir ke daerah hulu sungai. Terjadinya perubahan warna aliran air sungai disebabkan adanya konsentrasi sedimen yang melayang pada air sungai dan yang juga terdapat pada dasar aliran sungai.

Pengelolaan lahan pertanian yang kurang intensif dan terbawa oleh air hujan melalui aliran permukaan, sedangkan pada hilir DAS Sungai Belawan konsentrasi sedimen menjadi menurun terjadi kehilangan sedimen, dikarenakan sedimen yang terbawa berada pada dasar sungai (terjadi endapan lumpur), topografi datar menyebabkan aliran sungai menjadi lambat dan sedimen terkonsentrasi ke dasar sungai.Menurut Schmidt dan Ferguson(1951) Permasalahan erosi dan sedimentasi pada DAS yang frekuensi dan cakupannya meningkat disebabkan oleh perubahan alih fungsi lahan dan maraknya pemanfaatan lahan di kawasan resapan air tanpa memperhatikan dampaknya terhadap kawasan yang lebih luas.Pemanfaatan lahan di kawasan yang berfungsi sebagai resapan air telah merusak keseimbangan sistem tata air wilayah.

Konsentrasi sedimen yang terdapat pada tiap bulannya sudah dikategorikan agak jelek hingga jelek, hal ini menunjukkan sudah terjadinya degradasi lahan pada DAS Belawan Menurut Asdak, (2007) tidak semua tanah yang tererosi di permukaan daerah tangkapan air akan sampai ke titik pengamatan, sebagian tanah tererosi tersebut akan terdeposisi di cekungan-cekungan permukaan tanah, di kaki-kaki lereng dan bentuk-bentuk penampung lainnya. Dengan demikian besarnya konsentrasi sedimen yang terdapat pada aliran sungai sangat dipengaruhi oleh faktor topografi, vegetasi, iklim, pertanian dan karakteristik sungai pada setiap sub DAS.

Dari hasil analisis telah terjadinya erosi yang menyebabkan tingginya sedimen, dan peninggkatan jumlah sedimen tiap bualannya pada bulan juni-november 2014 sehingga di perlukan cara - cara untuk mengatasinya hal ini dinyatakan oleh Syah (1995) menyatakan salah satu usaha untuk pengelolaan tanaman adalah dengan penanaman kembali daerah-daerah terbuka, melakukan reboisasi hutan dan mengurangi penebangan liar atau pembukaan lahan baru. Alternatif lainnya adalah dengan penanaman sela pada kebun-kebun kopi, sehingga tajuk semakin rapat dan akan mengurangi dampak erosi yang terjadi, selain faktor pengelolaan tanaman yang harus dilakukan, maka usaha lain yang perlu dilakukan adalah dengan melakukan teknik konservasi tanah yaitu dengan membuat terrasering, penutupan mulsa dan melakukan pengolahan tanah yang sejajar garis, hujan membuat peningkatan sedimentasi hal ini sesuai dengan (Wani, 1989) yang menyatakan tetesan hujan yang menghantam muka bumi yang mengakibatkan terlemparnya partikel tanah ke udara. Karena adanya gravitasi bumi dan sebagian partikel tanah ke udara.Karena adanya gravitsi bumi, maka partikel - partikel tersebut jatuh kembali ke bumi dan sebagian

partikel halus menutup pori-pori tanah sehingga porositas menurun. Dengan menutupnya pori - pori tanah, maka laju maupun kapasitas infiltrasi tanah berkurang.Dengan demikian dapat menyebabkan terjadinya banjir hal ini sesuai dengan (Hamilton dan King, 1998) yang menyatakan banjir terjadi karena terlalu banyak hujan yang jatuh dalam waktu yang terlalu lama (berkepanjangan), di luar kapasitas lapisan tanah untuk menampungnya dan kemampuan alur - alur sungai untuk mengalirkannya. Sebenarnya pemerintah pun telah mengatur mengenai pengelolaan pada daerah aliran DAS yakni ayat 2 pasal 18 UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Pemerintah menetapkan dan mempetahankan kecukupan luas kawasan hutan dan penutupan hutan, minimal 30% (tiga puluh persen) dari luas DAS dan atau pulau dengan sebaran yang proposional untuk setiap DAS dan atau pulau, guna optimalisai manfaat sosial, dan manfaat ekonomi masyarakat setempat yang bermukim di sekitar DAS (Kodotie dan Sjarief, 2010).

Dokumen terkait