Profil Tempat Pemotongan Hewan Kota Jambi
Rumah Pemotongan Hewan (RPH) kota Jambi merupakan satu di antara RPH yang mendapat penilaian bagus dari Kementerian Pertanian. Salah satu di antara 20 RPH di seluruh Indonesia yang telah memenuhi Standar Nomor Kontrol Veteriner atau telah teregistrasi dan memiliki sertifikat halal, higienis dan identitas jelas (Tribun Jambi). RPH ini hanya melakukan pemotongan ternak sapi, kerbau dan babi. Kota Jambi juga memiliki tempat-tempat pemotongan kambing yang berdiri sejak lama (1985) dan dimiliki secara perorangan. Tempat pemotongan kambing di Jambi Timur contohnya, ini merupakan tempat pemotongan kambing yang sudah berumur +25 tahun dan awalnya pemilik tempat pemotongan ini hanya seorang peternak kambing yang memiliki 2 ekor kambing. Berkat kegigihan dan kepiawaian dalam mengelola usaha hingga sekarang Tempat Pemotongan ini mampu memenuhi permintaan pasar mencapai 300 ekor/bulan. Tingginya pangsa pasar daging kambing di kota Jambi menimbulkan persaingan tersendiri bagi pengusaha lokal untuk mendirikan usaha pejualan kambing sekaligus tempat pemotongannya, sehingga pada tahun 2005 berdiri tempat penjualan kambing Aqikah dan lengkap dengan tempat pemotongannya di Kecamatan Telanaipura. Kebutuhan kambing di tempat pemotongan mencapai 150 ekor/bulan.
Berbeda dengan tempat pemotongan yang lain di Kecamatan Pasar Jambi terdapat tempat pemotongan kambing yang merupakan warisan dari orangtua kepada anaknya. Berdiri sejak tahun 1985 sampai sekarang masih produktif, ditempat pemotongan ini mampu memenuhi kebutuhan pasar hingga 180 ekor/bulan. Tiga Tempat Pemotongan Kambing ini merupakan tempat dilakukannya penelitian. walaupun masih ada tempat-tempat pemotongan kambing di Kota Jambi yang tidak di publikasikan dan hanya memproduksi daging untuk kalangan terbatas, akan tetapi pemilihan tempat pemotongan ini berdasarkan rekomendasi dari dinas setempat, karena dianggap layak dan perlu dievaluasi.
Untuk memenuhi kebutuhan kambing di kota Jambi para pemasok mendatangkan kambing dari berbagai propinsi antara lain: Bandar Lampung (Kota Metro, Pringsewu), Jawa Timur (Kediri), dan Jawa Barat (Garut). Harga jual yang tinggi dikalangan peternak menyebabkan para pemasok kambing tidak membeli kambing di kota Jambi. Jenis kambing yang mendominasi adalah jenis Peranakan Etawa (PE). Kambing PE merupakan keturunan hasil persilangan antara kambing kacang dan kambing etawa. Ciri-ciri kambing PE adalah warna bulunya antara hitam putih dan coklat putih, kaki cenderung panjang, tanduk tumbuh mengarah ke belakang kepala, telinga panjang menggantung, muka cembung dan memiliki tubuh yang kompak sehingga baik sebagai ternak pedaging (Devendra 1994). Selain kambing PE juga ada kambing kacang dan domba hanya saja dalam jumlah yang sedikit. Pada saat penelitian berlansung semua tempat pemotongan kambing di Kota Jambi mendapat pasokan ternak kambing dari kota Metro (Bandar Lampung).
Evaluasi Pelaksanaan Good Slaughtering Practice (GSP)
Kualitas daging sangat dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan. Untuk mendapatkan daging yang baik harus memahami tatacara penanganan ternak sebelum dan setelah pemotongan. Menurut Swatland (1984), syarat untuk mendapatkan hasil pemotongan yang baik adalah sebagai berikut: Ternak tidak diperlakukan secara kasar, tidak mengalami stress, penyembelihan dan pengeluaran darah harus secepat dan sesempurna mungkin, kerusakan karkas harus minimal, cara pemotongan harus higienis dan aman bagi para pekerja. Good Slaughtering Practice (GSP) merupakan seluruh praktik di Tempat Pemotongan Hewan yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang dibutuhkan untuk menjamin keamanan dan kelayakan pangan pada seluruh tahapan dalam rantai pangan (CAC 2004). Pelaksaan GSP harus didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang baik, dimulai dari proses awal produksi sampai karkas siap untuk dipasarkan. Penerapan GSP pada semua TPH kota Jambi belum terlaksana secara maksimal, hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan kesadaran para pekerja untuk menghasilkan daging yang ASUH, tidak memiliki sarana pendukung, seperti: alat pengerek karkas (Hoist), mesin gergaji karkas atau daging (bone saw electric), dan lain sebagaianya. Hasil evaluasi penerapan GSP di TPH kota Jambi disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil evaluasi penerapan GSP pada TPH di kota Jambi
No Parameter Bobot Nilai Pengamatan TPH A Pengamatan TPH B Pengamatan TPH C Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Penerimaan dan Penanmpungan Pemeriksaan antemortem Persiapan pemotongan ternak Proses penyembelihan Pengulitan Pengeluaran jeroan Pemeriksaan postmortem Pembelahan karkas Pelayuan (aging) Pengangkutan karkas 7.50 12.50 7.50 20.00 7.50 12.50 12.50 7.50 5.00 7.50 6.25 4.50 6.25 13.5 7.50 12.50 0.00 7.50 0.00 0.00 1.25 8.00 1.25 6.50 0.00 0.00 12.50 0.00 5.00 7.50 4.50 4.50 6.25 13.5 7.50 12.50 0.00 7.50 0.00 1.25 3.00 8.00 1.25 6.50 0.00 0.00 12.50 0.00 5.00 6.25 2.75 0.00 6.25 13.5 7.50 12.50 0.00 7.50 0.00 0.00 4.75 12.5 1.25 6.50 0.00 0.00 12.50 0.00 5.00 7.50 Total Komulatif 100 58.00 42.00 57.50 42.50 58.00 42.00 TPH A= Jambi Timur; TPH B= Telanaipura; TPH C= Pasar Jambi
Penerapan GSP pada semua TPH kota Jambi belum terlaksana secara maksimal, hal ini dibuktikan dari 10 karakter penilaian TPH Jambi Timur baru mampu melaksanakan 58.00%, TPH Telanaipura baru mampu melaksanakan 57.50%, TPH Pasar Jambi baru mampu melaksanakan 58.00%. Penerapan GSP pada setiap TPH di kota Jambi hampir sama karena memiliki fasilitas yang modelnya sama dan penanganan juga dilakukan dengan cara yang sama. Gambar proses penyembelihan pada masing-masing TPH dapat dilihat pada gambar-gambar di bawah ini.
14
Gambar 1 Proses penyembelihan ternak pada TPH Jambi Timur
Gambar 2 Proses penyembelihan ternak pada TPH Telanaipura
Pada pelaksaan GSP terdapat beberapa penyimpangan dari yang seharusnya. Tahapan penampungan ternak, semua TPH melakukan dengan cara yang kurang memperhatikan keselamatan ternak sehingga menyebabkan ternak stres, pada TPH Telanaipura ternak tetap diberi makan sampai beberapa saat sebelum dilakukan pemotongan. dan juga tidak dilakukan pemisahan antara ternak yang diduga sakit (dikandang isolasi) dengan ternak yang sehat sehingga sangat besar peluang penularan penyakit antar ternak.
Tahapan pemotongan ternak, tidak dilakukan penimbangan ternak sebelum dipotong, penimbangan hanya dilakukan setelah menjadi karkas, pemeriksaan antemortem pada TPH Jambi Timur dan Kota Jambi tidak dilakukan oleh dokter hewan tetapi diperiksa oleh peternak (pengamatan eksterior) berdasarkan pengalaman, sedangkan pada TPH Pasar Jambi tidak dilakukan pemeriksaan sama sekali, pada TPH Telanaipura tidak dilakukan pemisahan kepala dari bagian badan ketika ternak digantung sehingga kepala ternak dikotori oleh darah dan dapat menjadi sumber kontaminasi mikroba pada bagian kepala ternak (Gambar 4, 5, dan 6), semua TPH tidak melakukan pemeriksaan post mortem pada ternak yang telah mati, sehingga sangat memungkinkan daging yang terjangkit penyakit hewan menular/ zoonosis beredar di kota Jambi.
Tahapan pengangkutan karkas, tidak menggunakan alat angkut khusus (mobil boks) dan dilengkapi dengan pendingin, tidak dipisahkan alat angkut karkas dan jeroan, sehingga besar kemungkinan mikroba yang ada pada jeroan mengkontaminasi daging dalam perjalanan (Gambar 7, 8, dan 9).
Hasil rekapitulasi secara lengkap tentang penerapan GSP pada masing-masing TPH di kota Jambi dapat dilihat pada Tabel 5.
16
Gambar 5 Penggantungan hewan setelah disembelih pada TPH Telanaipura
Gambar 6 Penggantungan hewan setelah disembelih pada TPH Pasar Jambi
Gambar 8 Pengemasan karkas dengan kantong plastik
Gambar 9 Pengemasan karkas dengan karung
18
Tabel 5 Hasil rekapitulasi pelaksanaan GSP pada TPH di kota Jambi
No Aspek GSP Kondisi Seharusnya Kondisi di TPH
Jambi Timur Kondisi di TPH Telanaipura Kondisi di TPH Pasar Jambi Koreksi 1 Tahapan Penerimaan dan Penanmpungan Ternak
Hewan ternak yang baru datang harus diturunkan dari alat angkut dengan hati-hati dan tidak
membuat ternak stress
Penurunan ternak kurang hati-hati dengan cara
memaksa ternak dan penarikan kuping ternak.
Penurunan ternak yang baru datang dilakukan kurang hati-hati dan dan tidak
menggunakan tangga
Penurunan ternak dari truk kurang hati-hati dan tidak menggunakan tangga
Sebaiknya penurunan ternak dari truk menggunakan tangga dan digiring masuk ke kandang penampungan Dilakukan
pemeriksaan dokumen (surat kesehatan hewan, surat
keterangan asal hewan, surat karantina, dsb)
Dilakukan pemeriksaan
dokumen perjalanan, surat keterangan asal hewan dan karantina
Dilakukan
pemeriksaan dokumen perjalanan, surat keterangan asal ternak dan surat karantina
Dilakukan pemeriksaan dokumen perjalanan,
surat asal hewan -
Hewan ternak harus diistirahatkan terlebih dahulu dikandang penampungan minimal 12 jam sebelum pemotongan Hewan ternak diistirahatkan dikandang penampungan minimal 12 jam sebelum pemotongan Hewan ternak diistirahatkan dikandang penampungan minimal 12 jam sebelum pemotongan Hewan ternak diistirahatkan dikandang penampungan minimal 12 jam sebelum pemotongan -
Hewan ternak harus dipuasakan tetapi tetap diberi minum kurang lebih 12 jam sebelum dipotong
Hewan ternak dipuasakan dan tidak diberi minum kurang lebih 11 jam
Hewan ternak tetap diberi makan sampai beberapa saat ternak akan dipotong
Hewan ternak dipuasakan dan tidak diberi minum kurang lebih 11 jam
Ternak sebaiknya dipuasakan 12 jam sebelum pemetongan untuk mengurangi kontaminasi dari saluran pencernaan
Hewan ternak harus diperiksa kesehatannya sebelum dipotong (pemeriksaan antemortem) Pemeriksaan secara eksterior oleh peternak bukan dokter hewan Pemeriksaan secara eksterior oleh peternak bukan dokter hewan
Hewan ternak tidak diperiksa kesehatannya sebelum dipotong Seharusnya dilakukan pemeriksaan antemortem untuk memastikan kesehatan ternak 18
19 2 Tahapan pemeriksaan antemortem Pemeriksaan antemortem dilakukan oleh dokter hewan atau petugas yang ditunjuk dibawah pengawasan dokter hewan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan (surat keputusan Bupati/Walikota/Kepal a Dinas) Pemeriksaan tidak dilakukan oleh dokter hewan tetapi dilakukan oleh peternak sendiri, dengan cara melihat performance secara keseluruhan, mata, mulut dan kuku.
Pemeriksaan tidak dilakukan oleh dokter hewan tetapi dilakukan oleh peternak sendiri, dengan cara melihat performance secara keseluruhan Tidak dilakukan pemeriksaan antemortem Seharusnya pemeriksaan dilakukan oleh dokter hewan atau mantri yang telah mengikuti
pelatihan
Hewaan ternak yang dinyatakan sakit atau diduga sakit dan tidak boleh dipotong atau ditunda
pemotongannya, harus segera dipisahkan dan ditempatkan pada kandang isolasi untuk pemeriksaan lebih lanjut
Hewan ternak yang teridentifikasi sakit oleh peternak dipisahkan pada kandang isolasi, ternak yang dipisahkan biasanya yang mengalami patah tulang dan sakit parah (penyakit mulu dan kuku)
Hewan ternak yang lumpuh atau patah biasanya dipisahkan dan ditempatkan pada kandang isolasi
Hewan ternak yang diduga sakit atau ditunda pemotongannya tidak dipisahkan pada kandang isolasi karena tidak memiliki tempat
Sebaiknya tempat pemotongan mempunyai kandang isolasi
Apabila ditemukan penyakit menular atau zoonosis, maka dokter hewan/petugas yang ditunjuk harus segera mengambil tindakan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan Belum pernah ditemukan penyakit menular atau zoonosis, biasanya sakit kembung dan sakit mata
Belum pernah ditemukan penyakit menular atau zoonosis
Belum pernah ditemukan penyakit menular atau zoonosis dan peternak tidak tau penyakit zoonosis atau menular
Seharusnya dinas peternakan melakukan penyuluhan secara rutin tentang penyakit zoonosis supaya peternak mengetahui ciri-ciri ternak yang terjangikt dan langkah awal penanganannya.
3 Persiapan
pemotongan ternak
Ruangan proses produksi dan peralatan
Tempat pemotongan slalu dalam keadaan
Tempat pemotongan selalu dibersihkan
Tempat pemotongan
selalu dalam keadaan -
20
harus dalam kondisi bersih sebelum dilakukan proses penyembelihan bersih karena dibersihkan setiap selesai produksi
sebelum dan sesudah pemotongan
bersih
Hewan ternak harus ditimbang sebelum dipotong
Penimbangan dilakukan ketika ternak datang dan setelah pemotongan
Penimbangan dilakukan ketika ternak datang dan setelah pemotongan (jika diminta)
Penimbangan dilakukan ketika ternak datang dan setelah pemotongan
Sebaiknya dilakukan penimbangan sebelum ternak dipotong
Hewan ternak harus dibersihkan terlebih dahulu dengan air (disemprot) sebelum masuk ruangan pemotongan
Hewan ternak dibersihkan dengan air sebelum masuk kandang
penampungan
Hewan ternak
dibersihkan dengan air sebelum masuk
kandang penampungan
Hewan ternak
dibersihkan dengan air sebelum masuk kandang penampungan
-
Hewan ternak digiring dari kandang
penampung ke ruangan pemotongan
melalui gang way
dengan cara yang wajar dan tidak
membuat stress pada
ternak
Hewan ternak ditarik dengan hati-hati pake tali yang diikatkan pada lehernya sampai ke ruang pemotongan
Hewan ternak digiring dari kandang
penampungan ke ruang pemotongan dengan cara yang wajar
Hewan ternak digiring dari kandang
penampungan ke ruang pemotongan dengan cara yang wajar
-
4 Proses
penyembelihan
Hewan ternak harus dipingsankan atau tidak dipingsankan
Hewan ternak tidak dipingsankan
Hewan ternak tidak dipingsankan
Hewan ternak tidak
dipingsankan -
Apabila dilakukan pemingsanan, maka tatacara pemingsanan harus mengikuti Fatwa MUI tenatang tata cara pemingsanan hewan Tidak dilakukan pemingsanan Tidak dilakukan pemingsanan Tidak dilakukan pemingsanan - 20
21 yang diperbolehkan Apabila tidak dilakukan pemingsanan, maka tatacara menjatuhkan hewan harus dapat meminimalkan rasa sakit dan stress
Cara menjatuhkan ternak dilakukan dengan memegang keempat kaki ternak dan dibaringkan dengan hati-hati
Cara menjatuhkan ternak dilakukan dengan memegang keempat kaki ternak dan dibaringkan dengan hati-hati
Cara menjatuhkan ternak dilakukan dengan memegang kaki kiri ternak bagian depan dan dijatuhkan dengan hati-hati
-
Apabila hewan ternak telah rebah dan telah diikat (aman) segera dilakukan
penyembelihan sesuai dengan syariat islam, yaitu memotong bagian ventral leher dengan menggunakan pisau yang tajam, sekali tekan tanpa diangkat sehingga memutus saluran makanan, saluran pernafasan dan pembuluh darah Pengendalian ternak dilakukan dengan cara memegang erat kaki ternak.
Pemotongan dilakukan sesuai dengan syariat islam dengan
menggunakan pisau tajam setelah hewan ternak terkendali dengan aman
Pengendalian ternak dilakukan dengan cara memegang erat kaki ternak. penyembelihan sesuai dengan syariat islam, yaitu memotong bagian ventral leher dengan menggunakan pisau yang tajam, sekali tekan tanpa diangkat sehingga memutus saluran makanan, saluran pernafasan dan pembuluh darah Pengendalian ternak dilakukan dengan menginjak perut kanan atas ternak dan kepala dipegang menggunakan tangan kiri.
penyembelihan sesuai dengan syariat islam, yaitu memotong bagian ventral leher dengan menggunakan pisau yang tajam, sekali tekan tanpa diangkat sehingga memutus saluran makanan, saluran pernafasan dan pembuluh darah - Proses selanjutnya dilakukan setelah ternak benar-benar mati dan pengeluaran darah sempurna Proses selanjutnya dilakukan setelah ternak benar-benar mati Proses selanjutnya dilakukan setelah ternak benar-benar mati dan pengeluaran darah sempurna
Proses selanjutnya dilakukan setelah ternak benar-benar mati dan pengeluaran darah sempurna
-
Setelah hewan ternak tidak bergerak lagi, leher dipotong dan
Setelah ternak benar-benar mati dilakukan pemisahan antara
Setelah ternak tidak bergerak lagi maka ternak tersebut
Setelah ternak benar-benar mati dilakukan pemisahan antara kepala
Sebaiknya kepala dipisahkan terlebih dahulu sebelum
22
kepala dipisahkan dari bagian badan
kepala dan badan ternak
digantung dan badan ternak dilakukan pengantungan
Pada RPH yang fasilitasnya lengkap, kedua kaki belakang pada sendi tarsus dikaitkan dan dikere (hoisted), sehingga bagian leher berada dibawah yang bertujuan agar proses penegluaran darah benar-benar sempurna dan siap untuk proses selanjutnya
Kedua kaki belakang pada sendi tarsus dikaitkan ditempat gantungan manual sehingga bagian leher berada dibawah dan pengeluaran darah benar-benar sempurna
Kedua kaki belakang diikat pada tiang gantungan dan
dilakukan pemotongan kepala
Kedua kaki belakang pada sendi tarsus dikaitkan ditempat gantungan manual sehingga bagian leher berada dibawah dan siap untuk proses selanjutnya
-
Pada RPH yang belum memiliki fasilitas hoist, setelah hewan ternak benar-benar mati dipindahkan keatas
keranda/penyangga, dan karkas siap untuk dilakukan proses selanjutnya
_ _ _ -
5 Tahap pengulitan Sebelum proses
pengulitan dilakukan, terlebih dahulu harus dilakukan pengikatan pada saluran
percernaan dileher dan anus, sehingga isi lambung dan feses
Saluran pencernaan dileher dan anus di jepit dengan jari telunjuk dan jempol sehingga isi lambung dan feses tidak keluar dan
mencemari karkas
Sebelum proses pengulitan dilakukan, Saluran pencernaan dileher dan anus di jepit dengan jari telunjuk dan jempol sehingga isi lambung dan feses tidak keluar
Saluran pencernaan dileher dan anus di jepit dengan jari telunjuk dan jempol sehingga isi lambung dan feses tidak keluar dan mencemari karkas
-
23 tidak keluar dan
mencemari karkas
dan mencemari karkas Pengulitan dilakukan
bertahap, diawali dengan irisan panjang pada kulit sepanjang garis dada dan bagian perut
Pengulitan dilakukan bertahap, diawali dengan irisan panjang pada kulit sepanjang garis dada dan bagian perut
Pengulitan diawali dengan irisan panjang pada kulit sepanjang garis dada dan bagian perut
Pengulitan dilakukan bertahap, diawali dengan irisan panjang pada kulit sepanjang garis dada dan bagian perut
-
Irisan dilanjutkan sepanjang permukaan dalam (medial) kaki
Selanjutnya sepanjang permukaan dalam kaki Selanjutnya pengulitan dilakukan berdasarkan yang gampang dilakukan (tidak beraturan lagi) Selanjutnya sepanjang permukaan dalam kaki
-
Kulit dipisahkan mulai dari bagian tengah ke punggung
Kulit dipisahkan mulai dari bagian tengah ke punggung dengan cara ditarik menggunakan tangan
Kulit dipisahkan mulai dari bagian tengan hingga kepunggung dengan cara diiris perlahan menggunakan pisau tajam
Kulit dipisahkan mulai dari bagian tengah ke punggung dengan cara ditarik menggunakan tangan
-
Pengulitan harus hati-hati agar tidak terjadi kerusakan pada kulit dan terbuangnya daging
Pengulitan dilakukan sangat hati-hati dan tidak terjadi
kerusakan pada kulit
Pengulitan dilakukan sangat hati-hati dan tidak terjadi kerusakan pada kulit
Pengulitan dilakukan sangat hati-hati dan tidak terjadi kerusakan pada kulit
-
6 Pengeluaran jeroan Rongga perut dan
rongga dada dibuka dengan membuat irisan sepanjang garis perut dada
Untuk mengeluarkan jeroan dibuat irisan dari rongga perut sampai dada
Untuk mengeluarkan jeroan dibuat irisan dari rongga perut sampai dada
Untuk mengeluarkan jeroan dibuat irisan dari rongga perut sampai dada
-
Organ-organ yang ada di rongga perut dan dada dikeluarkan dan dijaga agar rumen dan
Organ yang pertama dikeluarkan adalah empedu dan dilanjutkan dengan
Organ yang pertama dikeluarkan adalah empedu dan dilanjutkan dengan
Organ yang pertama dikeluarkan adalah empedu dan dilanjutkan dengan jeroan hijau dan
-
24
alat pencernaan lainnya tidak pecah/robek
jeroan hijau sehingga rumen dan alat pencernaan lainnya terjaga.
jeroan lainnya dengan hati-hati sehingga rumen tidak pecah
jeroan merah lainnya
Dilakukan pemisahan antara jeroan merah (hati, jantung, paru, limpa, ginjal dan lidah) dan jeroan hijau (lambung, usus, dan esophagus)
Dilakukan pemisahan antara jeroan merah dan jeroan hijau. Usus dan esophagus dibuang
Dilakukan pemisahan antara jeroan merah dan jeroan hijau. Jeroan hijau semuanya dibuang
Dilakukan pemisahan antara jeroan merah dan jeroan hijau. Usus dan esophagus dibuang - 7 Pemeriksaan postmortem Pemeriksaan postmortem dilakukan oleh dokter hewan atau petugas yang ditunjuk dibawah pengawasan dokter hewan Tidak dilakukan pemeriksaan postmortem Tidak dilakukan pemeriksaan postmortem Tidak dilakukan pemeriksaan postmortem Sebaiknya dilakukan pemeriksaan postmortem untuk memastikan karkas tersebut aman dikonsumsi Pemeriksaan postmortem dilakukan terhadap kepala, isi rongga dada dan perut serta karkas
- - -
-
Karkas dan organ yang dinyatakan ditolak atau dicurigai harus segera dipisahkan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut - - - - Apabila ditemukan penyakit hewan menular dan zoonosis, maka dokter
- - -
-
25 hewan/petugas yang
ditunjuk dibawah pengawasan dokter hewan harus segera mengambil tindakan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan
8 Pembelahan karkas Karkas dibelah dua
sepanjang tulang dengan kapak yang tajam atau mesin yang disebut automatic cattle splinter
Pembelahan karkas dilakukan
menggunan kapak yang tajam dan dilakukan secara manual
Pembelahan karkas dilakukan menggunan kapak yang tajam dan dilakukan secara manual
Pembelahan karkas dilakukan menggunan kapak yang tajam dan dilakukan secara manual
- Pembelahan karkas dapat dilakukan menjadi dua/empat sesuai kebutuhan Pembelahan karkas dilakukan sesuai kebutuhan Pembelahan karkas dilakukan sesuai permintaan Pembelahan karkas dilakukan sesuai kebutuhan -
9 Pelayuan (aging) Karkas yang telah
dipotong/dibelah disimpan diruang yang dingin (<10oC)
Karkas yang telah dipotong tidak disimpan diruangan dingin
Karkas yang telah dipotong tidak disimpan diruangan dingin
Karkas yang telah dipotong tidak disimpan diruangan dingin
Sebaiknya dilakukan pengantungan karkas beberapa jam untuk mencapai rigor mortis Karkas selanjutnya
siap diangkut ke pasar
Karkas diangkut kepasar tanpa melalui proses penyimpanan dingin.
Karkas diangkut kepasar tanpa melalui proses penyimpanan dingin.
Karkas diangkut kepasar tanpa melalui proses
penyimpanan dingin. - 10 Pengangkutan karkas Karkas/daging harus diangkut dengan angkutan khusus daging yang didesain dengan boks tertutup, sehingga dapat
mencegah kontaminasi
Karkas diangkut dengan
menggunakan ojek motor tanpa boks tertutup, sehingga dapat terkontaminasi disepanjang
Karkas diangkut menggunakan ojek motor dan juga mobil tanpa boks, sangat memungkinkan terjadinya kontaminasi disepanjang perjalanan
Karkas diangkut dengan menggunakan ojek motor tanpa boks tertutup, sehingga dapat terkontaminasi
disepanjang perjalanan
pengangkutan dengan ojek motor seharusnya karkas ditempatkan dalam wadah kedap udara (kotak khusus) untuk meminimalisasi kontaminasi
26
dari luar perjalanan
Jeroan dari hasil sampingannya diangkut dengan wadah atau alat angkut yang terpisah dengan alat angkut
karkas/daging
Jeroan diangkut dengan wadah terpisah tetapi satu alat angkut dengan karkas. Jeroan hasil sampingannya diangkut dengan wadah yang bersamaan dengan wadah tempat daging
Jeroan diangkut dengan wadah yang sama dengan daging, antara karkas dan daging hanya dibatasi kantong plastik.
Sebaiknya ditempatkan pada wadah terpisah antara jeroan dan karkas
Karkas/daging dan jeroan harus disimpan dalam wadah/kemasan sebelum disimpan dalam boks alat angkut
Daging dimasukkan dalam karung, sedangkan jeroan dikemas dalam kantong plastik sebelum dimasukkan dalam karung dan dibawa kepasar
Karkas dikemas dalam kantong plastik, kemudian diletakkan dalam ember/nampan