• Tidak ada hasil yang ditemukan

- Penentuan masa reseptif stigma

Perubahan warna stigma, produksi sekresi, aroma bunga, warna stigma dan keberadaan papila pada stigma.

II. Pengaruh tipe penyerbukan terhadap produksi buah

Pengamatan yang dilakukan terdiri dari:

- Perkembangan buah: ukuran, warna, tingkat kemasakan. - Padatan Terlarut Total (PTT)

- Jumlah biji yang terbentuk - Bobot 1000 biji

- Fase Perkecambahan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Menurut Gunasena et al. (2007) kondisi lingkungan optimum untuk pertumbuhan buah naga yakni dengan ketinggian 0-1700 meter diatas permukaan laut (mdpl), suhu 20-30 ºC, kelembaban 70-90 % dan pH tanah 5.5-6.6. Sabila Farm terletak pada ketinggian 525 mdpl. Suhu pada siang hari berkisar antara 26-30 ºC dan pada malam hari berkisar antara 20-24 ºC dengan kelembaban nisbi (RH) 65-70 %, jenis tanah merupakan tanah regosol dengan pH 5.9-6.2 termasuk dalam lingkungan yang optimum dalam pertumbuhan tanaman buah naga.

Buah naga ditanam dalam kondisi tidak ternaungi. Tiang panjatan buah naga yang digunakan terdiri dari panjatan beton dan panjatan hidup dengan tinggi 2 m (Gambar 1). Panjatan hidup yang digunakan ialah tanaman jaranan (Crataeva nurvala ). Bahan tanam yang digunakan pada penelitian menggunakan panjatan beton.Tanaman buah naga spesies H. undatus dan H. costaricensis berumur 7 tahun, sedangkan spesies S. megalanthus berumur 3 tahun.

Perbanyakan tanaman buah naga dilakukan secara vegetatif dengan cara stek batang (sulur). Media tanam yang digunakan adalah campuran pupuk

Jumlah polen yang berkecambah Jumlah seluruh polen yang diamati

8

kandang, kapur dolomit, NPK dan sekam bakar. Jarak tanam yang digunakan adalah 2.5 m x 2.5 m.

Gambar 1 Keadaan tanaman di tempat penelitian

Ciri tanaman H. undatus, H. costaricensis dan S. megalanthus H. undatus

Spesies H. undatus memiliki sulur berwarna hijau gelap, dengan tepi sulur cembung. Jarak antar rumpun duri jauh, selain itu tepi sulur memiliki garis berwarna putih keabu-abuan (Gambar 2A). Warna duri coklat muda pada sulur muda, sedangkan pada sulur tua duri berwarna abu-abu kusam. Bagian pangkal duri memiliki bulu halus yang berwarna putih (Gambar 3A). Duri pada H. undatus tidak terlalu runcing, dengan jumlah 1-8 duri per rumpun dan panjang 2 mm-6 mm. Bunga H. undatus memiliki kelopak berwarna kuning kehijauan, ukuran bunga besar dan posisi stigma tidak jauh dari anter.

H. costaricensis

Sulur berwarna hijau kusam dan sulur seperti dilapisi bercak putih seolah dilapisi bedak (Gambar 2B). Bagian tepi sulur cenderung lurus. Jarak antar rumpun duri dekat. Warna duri coklat muda pada sulur muda, pada sulur tua duri berwarna coklat gelap. Duri sangat runcing, dengan panjang 3 mm-8 mm dan jumlah 1-9 duri per rumpun (Gambar 3B). Kelopak pada H. costaricensis berwarna merah kehijauan, ukuran bunga sama dengan H. undatus akan tetapi posisi stigma jauh lebih tinggi dari antera.

S. megalanthus

Sulur berwarna hijau muda, pada badan sulur terdapat titik-titik kuning. Bagian tepi sulur tempat melekat duri cenderung cekung (Gambar 2C). Duri pada spesies S. megalanthus berwarna coklat muda, dengan jumlah 1-3 duri per rumpun. Duri pendek dan tidak runcing, sekitar 2 mm-4 mm (Gambar 3C). Bunga S. megalanthus memiliki kelopak berwarna kuning muda, ukuran bunga kecil dan

9

posisi stigma lebih tinggi dari antera, berbeda dengan laporan Weiss et al. (1994), yang menyatakan S. megalanthus memiliki sifat autogami karena kepala putik (stigma) setinggi kepala sari (antera). Diduga S. megalanthus yang digunakan dalam penelitian ini merupakan klon yang berbeda dengan penelitian Weiss yang dilakukan di Israel.

Gambar 3 Duri tanaman buah naga: A) H. undatus, B) H. costaricensis dan C) S. megalanthus

Fenologi Pembungaan

Hasil pengamatan fenologi pembungaan pada tiga spesies buah naga berbeda-beda satu sama lain. Pengamatan fenologi pembungaan terdiri atas tiga fase pengamatan, yaitu: fase kuncup sampai bunga mekar, fase bunga mekar sampai bunga layu dan fase buah terbentuk sampai buah masak.

Fase kuncup sampai bunga mekar

Pembungaan diawali dengan munculnya kuncup bunga. Fase pembungaan buah naga di Yogyakarta berlangsung pada bulan Oktober-April dan puncak pembungaan buah naga berlangsung pada bulan Desember-Februari (Soetopo G 2 Maret 2013, komunikasi pribadi). Perkembangan kuncup bunga hingga bunga mekar pada buah naga H. undatus dan H. costaricensis berlangsung selama 19-21 hari sedangkan pada buah naga S. megalanthus berlangsung selama 29-31 hari. Fase pembungaan buah naga dimulai dengan pembentukan kuncup bunga pada tepi sulur tempat duri melekat. Rumpun duri yang akan berkembang menjadi kuncup dicirikan oleh pembengkakan dasar duri yang melekat pada sulur (Gambar 4A). Periode pengamatan kuncup bunga ditentukan sejak kuncup bunga mulai terdeferensiasi yakni dengan ukuran diameter 5 mm dan panjang 7 mm (Gambar

Gambar 2 Sulur tanaman buah naga: A) H. undatus, B) H. costaricensis, C) S. megalanthus

10

4B). Pada umur 11 hari kuncup H. undatus memiliki ukuran terpanjang dibandingkan H. costaricensis, yaitu panjang rata 4.9 cm dan diameter rata-rata 2.77 cm sedangkan H. costaricensis memiliki panjang rata-rata-rata-rata 3.65 cm dan diameter rata-rata 2.5 cm. Berbeda dengan Hylocereus spp., buah naga genus Selenicereus memiliki perkembangan kuncup yang lambat. Pada umur 11 hari panjang rata-rata hanya 1.6 cm dan diameter rata-rata 1.2 cm.

Kuncup bunga pada tiga spesies memiliki warna dan ciri yang berbeda. Spesies H. undatus memiliki kuncup bunga berwarna hijau muda dengan bentuk lonjong, sedangkan kuncup H. costaricensis berwarna hijau muda dan di bagian tepi sirip kuncup berwarna merah tua (Gambar 5). Bentuk kuncup H. costaricensis lebih bulat dari H. undatus. Kuncup S. megalanthus berwarna hijau muda, pada bagian ujung sirip kuncup terdapat tanda merah muda. Bentuk kuncup S. megalanthus cenderung lonjong dan ramping. Perkembangan kuncup S. megalanthus paling lama dibandingkan spesies H. undatus dan H. costaricensis. Laju pertumbuhan kuncup H. undatus dan H. costaricensis meningkat pada umur kuncup 5 hari, berbeda dengan S. megalanthus yang tidak memperlihatkan adanya peningkatakan laju pertumbuhan kuncup.

Gambar 5 Kuncup bunga berumur 11 hari: A) H. undatus, B) H. costaricensis, dan C) S. megalanthus

Fase kuncup sampai bunga mekar pada Hylocereus berlangsung selama 19-21 hari berbeda dengan perkembangan S. megalanthus yang lebih lambat. Pada saat umur kuncup 19-21 hari yang merupakan periode bunga mekar untuk H undatus dan H. costaricensis, kuncup buah naga S. megalantus masih terus

kuncup berumur 1 hari dasar duri yang membengkak

A B

Gambar 4 Perkembangan duri H. costaricensis A) dasar duri yang membengkak, B) kuncup bunga yang sudah terdeferensiasi

11

tumbuh meskipun lambat. Panjang dan diameter kuncup S. megalanthus pada umur 21 hari berkisar 7 cm dan 2 cm, sedangkan H. undatus mencapai 32 cm dan 4.3 cm dan H. costaricensis mencapai 24 cm dan 3.5 cm. Kuncup S. megalanthus mulai bertambah signifikan pada umur kuncup 23 hari. Periode perkembangan kuncup hingga bunga mekar pada S. megalanthus antara 29-31 hari dengan panjang 30 cm dan diameter 2.53 cm (Gambar 6). Bunga S. megalanthus berukuran lebih kecil dibandingkan bunga H. undatus dan H. costaricensis, dan pada tangkai mahkota terdapat duri (Gambar 7) yang mulai terlihat pada umur kuncup 23 hari. Perkembangan kuncup H. undatus, H. costaricensis, dan S. megalanthus sampai bunga mekar memiliki karakteristik yang berbeda (Tabel 1).

Gambar 6 Perkembangan kuncup bunga sampai bunga mekar. A) panjang, B) diameter. H. undatus ( ), H. costaricensis ( ), dan S. megalanthus ( ). Bunga mekar ( )

Panjang bunga H. undatus ±30 cm dengan diameter bunga sebelum mekar ±8 cm (Gambar 8A). Saat bunga mekar sempurna diameter lingkaran mahkota ±22 cm. Kelopak bunga H. undatus bagian luar berwarna hijau, sedangkan bagian dalam berwarna kuning, dan mahkota bunga ketika mekar berwarna putih. Panjang bunga H. costaricensis ±27 cm dengan diameter bunga sebelum mekar ±5 cm (Gambar 8B), sedangkan saat mekar sempurna diameter lingkaran mahkota ±20 cm. Bunga S. megalanthus memiliki panjang maksimal ±31 cm dengan diameter bunga sebelum mekar 12 cm. Saat mekar diameter maksimal mahkota ±14 cm (Gambar 8C).

Gambar 7 Morfologi bunga S. megalanthus. A) kuncup berumur 23 hari, B) bagian bunga yang memiliki duri, C) posisi duri pada bunga

12

Gambar 8 Perkembangan kuncup. A) 3 jam sebelum mekar, B) bunga mekar. Dari kiri-kanan H. undatus, H. costaricensis dan S. megalanthus. Tabel 1 Karakteristik bunga buah naga dari tiga spesies yang diamati

Parameter H. undatus1 H. costaricensis1 S. megalanthus2 Jumlah cabang stigma 24-32 22-28 14-17 Jumlah mahkota 24-27 22-25 15-18 Jumlah stamen/bunga 908-973 609-1116 391 Panjang stilus (cm) 25-27 25-28 31-32.5 Panjang cabang stigma (cm) 2.3-2.7 1.2-1.9 1.2-1.6 Panjang filamen (cm) 9.3-9.7 8-9.2 8.7-9.2 Panjang antera(cm) 0.4-0.6 0.4-0.45 0.88-0.94 1

jumlah sampel yang diamati dari 6 bunga; 2 jumlah sampel yang diamati dari 3 bunga Fase bunga mekar sampai bunga layu

Ketiga jenis bunga buah naga mekar pada waktu yang hampir bersamaan, antara pukul 19.00-20.00 WIB, walaupun ada bunga yang mekar antara pukul 20.30- 21.30. Faktor lingkungan yang paling berpengaruh terhadap pembungaan buah naga menurut Goldsworthy (1992) adalah panjang hari, intensitas cahaya dan suhu. Berdasarkan data dari BMKG Sleman, secara umum intensitas curah hujan pada bulan Januari hingga Juli 2013 mengalami penurunan. Pada Januari, curah hujan sangat tinggi yakni mencapai 560 mm/bulan dan pada bulan Juli mengalami penurunan menjadi 138 mm/bulan.

Bunga yang akan mekar ditandai dengan kuncup bunga merekah, sehingga mahkota bunga terlihat (Gambar 8A). Perkembangan bunga dari mekar hingga layu hanya berlangsung satu malam. Bunga H. undatus dan bunga H. costaricensis mekar penuh antara pukul 23.00-02.00 WIB sedangkan S. megalanthus sekitar pukul 20.30 WIB. Fase antesis dan bunga menutup pada H. undatus, H. costaricensis dan S. megalanthus secara umum sama (Gambar 9).

A

13

Posisi stigma pada bunga H .costaricensis dan S. megalanthus jauh lebih tinggi dibandingkan antera sedangkan pada bunga H. undatus ketinggian stigma hampir sama dengan antera (Gambar 10). Bunga H. undatus dan H. costaricensis masing-masing memiliki panjang filamen sekitar 9.7 cm dan 9 cm dengan panjang antera 0.5 cm dan 0.45 cm sedangkan bunga S. megalanthus 9.2 cm dan 0.94 cm. Stigma bunga buah naga bercabang (Gambar 11), yang memperluas permukaan stigma, sehingga mampu menangkap polen lebih banyak. Stigma Hylocereus memiliki jumlah cabang berkisar 22-32 sedangkan Selenicereus hanya 14-17. Diantara ketiga jenis yang diamati, cabang stigma bunga H. undatus paling panjang sekitar 2.5 cm.

Gambar 9 Fase antesis bunga H.undatus, H. costaricensis ( ) dan Selenicereus ( ). Matahari terbenam ( ), matahari terbit ( )

Gambar 10 Posisis stigma bunga tanaman buah naga. A) H. undatus, B) H. costaricensis, C) S. megalanthus

14

Sekresi pada stigma H. undatus mulai terlihat beberapa saat setelah bunga mekar yakni pukul 20.00 (0 JSA) dan bertambah banyak hingga pukul 02.00 (6 JSA). Pada H. costaricensis dan S. megalanthus sekresi pada stigma mulai muncul pada pukul 23.00 dan semakin bertambah hingga pukul 02.00. Pada pukul 05.00 sekresi sudah berkurang, yang merupakan indikasi mulai menurunnya reseptivitas stigma (Gambar 12, 13 dan 14). Bunga buah naga secara umum mulai menutu pada pukul 08.00 WIB (Lampiran 1).

Bersamaan dengan produksi sekresi, papila pada stigma juga terlihat dan aroma bunga semakin kuat. Pada pukul 05.00 (9 JSA) gejala penuaan bunga tampak jelas terlihat dari mahkota mulai menutup dan stigma mulai layu.

17.00 20.00 23.00 02.00 05.00 08.00

08.00

17.00 20.00 23.00 02.00 05.00

Gambar 13 Fase mekar bunga H. costaricensis Gambar 12 Fase mekar bunga H. undatus

15

Warna stigma juga dapat dijadikan indikator masa reseptif stigma. Ketiga spesies memiliki warna stigma yang sama saat bunga antesis, yaitu kuning muda, dengan permukaan bagian atas stigma licin dan mengkilap. Semakin bertambah umur bunga, papila pada stigma semakin terlihat jelas. Pada saat keesokan harinya atau 12 JSA warna stigma menjadi kuning pucat dan layu. Morfologi bunga pada genus Hylocereus dan Selenicereus secara umum sama. Dari ukurannya bunga buah naga sangat besar. Bagian terbesar merupakan organ non reproduktif, yaitu mahkota dan kelopak bunga (Gambar 15).

Gambar 15 Fase mekar bunga S. megalanthus pada lima waktu pengamatan Antera mulai pecah sebelum bunga mekar, yaitu pada pukul 17.00 WIB dan bunga mekar antara pukul 19.00-21.00 WIB. Hasil pengamatan viabilitas polen pada ke tiga spesies buah naga menunjukkan persentase viabilitas polen paling tinggi pada 3 JSA rata-rata 30.04% setelah itu mengalami penurunan. Pada pukul 02.00 (6 JSA), H. costaricensis memiliki viabilitas polen sekitar 33% sedangkan S. megalanthus sekitar 28% (Gambar 16).

16

Persentase viabilitas polen H. costaricensis lebih tinggi dari dua spesies lainnya. Weiss et al. (1994) melaporkan di Israel, viabilitas polen H. costaricensis mencapai 90% sedangkan S. megalanthus memiliki viabilitas terendah yakni 23%. Dalam penelitian ini viabilitas polen mencapai puncaknya pada pukul 23.00. Pada 6 JSA H. costaricensis memiliki viabilitas polen paling tinggi yakni 33 %, sedangkan S. megalanthus memiliki viabilitas polen terendah yakni 28% (Gambar 16).

Berdasarkan pegamatan waktu reseptif ketiga spesies buah naga yang terjadi antara pukul 20.00-02.00 WIB dan persentase viabilitas polen paling tinggi pukul 23.00 WIB sehingga penyerbukan yang terjadi pada pukul 23.00 akan menghasilkan persentase pembentukan buah yang tinggi.

Gambar 16 Viabilitas polen. H. undatus ( ), H. costaricensis ( ) dan S. megalanthus ( )

Fase buah mulai terbentuk sampai masak

Pengamatan fase pembentukan buah hanya dilakukan pada spesies H. undatus dan H. costaricensis karena keterbatasan bunga pada S. megalanthus. Pembentukan buah ditandai dengan pembesaran ovarium yang terlihat pada 5 HSA dan mahkota bunga mengering (Gambar 17 A). Buah semakin membesar sedangkan tabung mahkota, mahkota dan stigma akan mengering dan biasanya rontok (Gambar 17).

Gambar 17 Buah H. undatus yang mulai berkembang

Perubahan warna kulit buah pada H. undatus mulai terlihat pada umur buah 27-30 HSA sedangkan pada H. costaricensis 27-33 HSA pada bagian

0 5 10 15 20 25 30 35 20.00 23.00 02.00 05.00 V iabili tas polen ( % )

Waktu pengambilan polen

(0 JSA) (3 JSA) (6 JSA) (9 JSA)

bagian buah yang mengiring buah masak

17

pangkal buah. Sementara itu perubahan warna daging buah sudah terlihat pada umur 20 HSA (Gambar 18). Ukuran buah H. costaricensis lebih kecil (Gambar 19) dengan bentuk lebih bulat (Gambar 20) dibandingkan H. undatus. Intensitas warna daging buah pada H. costaricensis semakin meningkat pada saat menjelang panen (Gambar 20). Menurut Nerd et al. (1999) di Vietnam dan Israel pemanenan buah dilakukan saat buah berumur 28-30 HSA sedangkan di Yogyakarta warna kulit buah pada umur tersebut belum merata sehingga pada penelitian ini pemanenan dilakukan pada umur buah 35 HSA.

Gambar 19 Perkembangan ukuran buah A) panjang buah, B) diameter buah pada H. undatus ( ) dan H. costaricensis ( )

B A

Gambar 18 Perubahan warna buah pada H. costaricensis. A) umur buah 10 HSA, B) umur buah 20 HSA

18

Pengaruh Penyerbukan terhadap Produksi Buah Pengaruh Penyerbukan terhadap Produksi Buah

Pembentukan buah pada masing-masing tipe penyerbukan menunjukkan persentase yang sama, mencapai 100% sementara viabilitas polen tertinggi hanya mencapai 33%. Menurut Weiss et al. (1994) viabilitas polen segar pada Hylocereus costaricensis mencapai 90-92 %. Menurut Brewbaker dan Kwack (1964) faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan polen secara in vitro dipengaruhi oleh spesies tanaman, waktu pengambilan polen dari lapang, musim, metode pengambilan polen dan kondisi perkecambahan seperti suhu, RH, media, dan pH. Rendahnya persentase viabilitas polen yang diperoleh pada penelitian ini diduga disebabkan oleh media perkecambanhan polen yang tidak optimal. (Wang

et al. 2004).

Perlakuan penyerbukan menghasilkan dengan ukuran yang beragam. Penyerbukan sendiri terkendali pada H. costaricensis (P5) menghasilkan buah dengan diameter tertinggi yakni 11.68 cm, sedangkan penyerbukan terbuka menghasilkan buah dengan diameter terkecil yakni 7.66 cm. Penyerbukan terbuka dan pernyerbukan sendiri terkendali pada H. undatus (P1 dan P2) serta penyerbukan silang terkendali H. undatus x H. costaricensis (P3) menghasilkan buah dengan diameter yang tidak berbeda nyata (Tabel 2). Bentuk buah H. costaricensis lebih bulat dibandingkan buah H. undatus. Buah terpanjang dihasilkan oleh penyerbukan terbuka H. undatus (P1), pernyerbukan sendiri terkendali H. undatus (P2), penyerbukan silang terkendali H. undatus x H. costaricensis (P3) dan penyerbukan sendiri terkendali H. costaricensis (P5. Penyerbukan sendiri terkendali H. costaricensis menghasilkan buah yang lebih besar dibandingkan penyerbukan terbuka (Gambar 21). Hal ini diduga karena tidak optimalnya jumlah polen yang menempel pada stigma yang disebabkan Gambar 20 Bentuk buah dan warna daging buah A) H. undatus, B) H. costaricensis

19

posisi stigma pada H. costaricensis lebih tinggi dibandingkan antera. Perlakuan penyerbukan berpengaruh nyata pada semua parameter pengamatan ukuran dan mutu buah (Lampiran 2).

Penyerbukan terbuka dan penyerbukan sendiri terkendali pada H. undatus menghasilkan buah dengan bobot yang tidak berbeda nyata, akan tetapi persilangan H. undatus x H. costaricensis menghasilkan bobot buah yang cenderung lebih besar (Tabel 3). Pada H. costaricensis penyerbukan terbuka menghasilkan buah dengan bobot lebih rendah (205.50 g) dari pada penyerbukan sendiri terkendali (809.75 g) atau silang (565.75 g). Menurut Merten (2003) bobot H. undatus hasil persilangan mencapai 350 g sedangkan menurut Weiss et al. (1994) penyerbukan sendiri H. undatus menghasilkan bobot buah sebesar 588 g lebih rendah dari pada hasil percobaan ini, penyerbukan silang H. undatus menghasilkan bobot 725.25 g dan penyerbukan sendiri menghasilkan bobot 663.75 g (Tabel 2).

Periode kematangan buah pada semua tipe penyerbukan hampir sama sekitar 35 HSP (hari setelah penyerbukan). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa H. undatus mempunyai padatan terlarut total (PTT) lebih tinggi dibandingkan H. costaricensis. Menurut Gunasena et al. (2007) PTT pada buah naga berkisar antara 13-18 ºBrix . Persilangan H. undatus x H. costaricensis menghasilkan buah dengan nilai PTT 16.5 ºBrix yang tidak berbeda nyata dengan penyerbukan terbuka H. undatus dengan nilai 15.75 ºBrix, sedangkan penyerbukan sendiri H. undatus memiliki nilai PTT 14.5 ºBrix (Tabel 3).

Gambar 21 Ukuran buah naga H. costaricensis hasil penyerbukan sendiri terkendali (P5) lebih besar dibandingkan penyerbukan terbuka (P4).

Tabel 2 Pengaruh penyerbukan terhadap ukuran buah Perlakuan penyerbukan Diameter buah

(cm)

Panjang buah (cm)

P1= H.undatusPT 9.55 b 12.58 a

P2= H.undatus x H.undatusPS 9.65 b 12.66 a

P3= H.undatus x H.costaricensisPSI 9.88 b 12.38 a

P4= H.costaricensisPT 7.66 c 7.93 c

P5= H.costaricensis x H.costaricensisPS 11.68 a 11.68 ab

P6= H.costaricensis x H.undatusPSI 9.75 b 10.65 b PT

: penyerbukan terbuka; PT: penyerbukan sendiri terkendali; PSI: penyerbukan silang terkendali. Angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5 %.

P 5 P 5

20

Tabel 3 Mutu dan karakteristik buah naga hasil perlakuan penyerbukan

Perlakuan penyerbukan Pembentuk

an buah (%) Bobot/ buah (g) PTT (ºBrix) Juml. biji/buah Bobot 1000 biji (g) P1= H.undatusPT 100 714.25 a 15.75 ab 7672 ab 1.489 e P2= H.undatus x H.undatusPS 100 663.75 ab 14.5 bc 6633 ab 1.167 f P3= H.undatus x H.costaricensisPSI 100 725.25 a 16.5 a 8361 a 1.667 d

P4= H.costaricensisPT 100 206.50 c 14 c 1066 c 2.648 b

P5=H.costaricensis x H.costaricensisPS 100 809.75 a 13.25 c 6611 ab 2.897 a P6=H.costaricensis x H.undatusPSI 100 565.75 b 14.5 bc 5981 ab 2.208 c PT

: penyerbukan terbuka; PS: penyerbukan sendiri terkendali; PSI: penyerbukan silang terkendali. Angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5 %

Penyerbukan juga mempengaruhi jumlah biji pada H. costaricensis. Penyerbukan sendiri terkendali pada H. costaricensis memiliki jumlah biji rata-rata 6611, berbeda nyata dengan penyerbukan terbuka H. costaricensis yang hanya memiliki jumlah biji rata-rata 1055. Akan tetapi penyerbukan sendiri terkendali H. costaricensis yang tidak berbeda nyata dengan penyerbukan silang terkendali H. costaricensis dengan H. undatus yang memiliki jumlah biji rata-rata 5981. Maheswari dan Kanta (1964) menyatakan bahwa jumlah biji yang dihasilkan dipengaruhi oleh jumlah butiran polen yang digunakan untuk menyerbuk, jumlah polen yang menempel pada stigma, lamanya waktu perkecambahan polen dan jumlah polen yang berkecambah pada stigma. Pada pengamatan yang dilakukan, jumlah biji berpengaruh terhadap ukuran buah dan ukuran buah berpengaruh terhadap bobot buah. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Merten (2003), bobot buah berkorelasi positif dengan jumlah biji.

Perlakuan penyerbukan yang berbeda dapat menghasilkan buah dengan bobot 1000 biji yang berbeda. Bobot 1000 biji dari H. costaricensis lebih besar dibandingkan H. undatus. Biji H. costaricensis memang memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan H. undatus sedangkan perlakuan yang memiliki bobot 1000 biji tertinggi ialah P5 yakni penyerbukan sendiri H. costaricensis sebesar 2.897 gram. Perlakuan yang memiliki bobot 1000 biji terendah ialah P2 yakni penyerbukan sendiri H. undatus dengan bobot sebesar 1.167 gram. Perlakuan P3 yang merupakan persilangan H. udatus x H. costaricensis memiliki bobot 1000 biji 1.667 gram, nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan perlakuan P1 dan P2.

Biji pada buah naga berukuran kecil dan berlendir. Bentuk biji bulat lonjong, tekstur halus dan berwarna hitam. Bobot 1000 butir biji pada H. costaricensis sekitar 2.648 gram, sedangkan pada H. undatus sebesar 1.167 gram, memberi indikasi bahwa ukuran benih H. costaricensis lebih besar dari H. undatus (Gambar 22).

Biji buah naga dapat berkecambah dengan mudah. Testa mulai pecah 2-3 hari setelah perkecambahan (HSP), kemudian diikuti pertumbuhan radikula dan hipokotil. Hipokotil memanjang keatas diikuti dengan kotiledon. Radikula akan muncul pada 4-5 HSP dan kotiledon akan membuka pada umur 8-10 HSP (Gambar 23). Epikotil mulai terbentuk pada umur 22-31 HSP dan pertumbuhan epikotil berlangsung lambat (Gambar 24).

21

Gambar 22 Biji buah naga. A) H. undatus, B) H. costaricensis

Gambar 23 Tahap pertumbuhan kecambah H. costaricensis

Menurut Abud et al. (2013) pada genus Cereus perkembangan epikotil menjadi tanaman kaktus berlangsung 60 hari dari fase sebelumnya sedangkan jika dari biji membutuhkan waktu sekitar 150 hari. Perkembangan dan struktur kecambah pada H. undatus dan H. costaricensis tidak berbeda. Pada kecambah tanaman buah naga terdapat epikotil yang akan berkembang menjadi tanaman kaktus. Bagian kotiledon dan hipokotil tidak berkembang sedangkan radikula akan berkembang menjadi akar.

A B Radikula Hipokotil Kotiledon Epikotil A B

22

Dokumen terkait