Hasil.
Pertambahan Tinggi Bibit
Pertambahan tinggi bibit merupakan perbedaan tinggi tanaman setiap minggunya, berdasarkan hasil analisis sidik ragam rataan pertambahan tinggi bibit Aquilaria malaccensis (Lampiran 1) pada 12 MST menunjukkan interaksi antara frekwensi penyemprotan pupuk daun (Gandasil D) dengan naungan tidak berpengaruh nyata , sedangkan faktor tunggal naungan dan frekwensi penyemprotan pupuk daun (Gandasil D) berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi bibit. Tabel 1 menunjukkan hasil uji lanjut Duncan terhadap rataan pertumbuhan tinggi bibit. Tabel 1. Rataan pertambahan tinggi bibit A. malaccensis (cm) pada 12 minggu setelah tanam (MST) Frekwensi pemupukan Naungan Rata-rata tanpa naungan (R1) Naungan 35% (R2) Naungan 75% (R3)
5 hari sekali (A) 4.40 7.06 8.90 6.63b
10 hari sekali (B) 3.70 6.90 6.38 5.73b
15 hari sekali (C) 2.80 6.12 5.28 4.73a
Rata-rata 3.63a 6.70b 6.72b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Perlakuan taraf naungan R3 menunjukkan rataan pertambahan tinggi tertinggi yaitu 6,72 cm, sedangkan perlakuan taraf naungan R1 menunjukkan rataan pertumbuhan tinggi terendah yaitu 3,63 cm. Perlakuan taraf naungan R3 dan R2 tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata dengan taraf naungan R1. Perlakuan frekwensi A menunjukkan rataan pertambahan tinggi tertinggi yaitu 6,63 cm, sedangkan perlakuan frekwensi C menunjukkan rataan pertumbuhan tinggi terendah yaitu 4,73 cm.
Perlakuan frekwensi A dan B tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata dengan C. Gambar 1 menunjukkan grafik rataan laju pertambahan tinggi pada pengamatan ke-1 sampai ke-12 MST .
Gambar 1. Rataan laju pertambahan tinggi bibit A. malaccensis
Gambar 1 menunjukkan rataan pertambahan tinggi pada berbagai kombinasi perlakuan mengalami kenaikan setiap minggunya. Kombinasi perlakuan R3A menunjukkan laju pertambahan tinggi bibit tertinggi yaitu 9,04 cm. Laju pertambahan tinggi bibit terendah adalah bibit dengan kombinasi perlakuan R1C sebesar 2,80 cm. Pertambahan Diameter Bibit
Pertambahan diameter bibit merupakan perbedaan diameter bibit setiap minggunya, berdasarkan hasil analisis sidik ragam rataan pertambahan diameter bibit A. malaccensis (Lampiran 2) pada 12 MST menunjukkan interaksi antara frekwensi penyemprotan pupuk daun (Gandasil D) dengan naungan tidak berpengaruh nyata , begitu juga faktor tunggal naungan tidak menunjukkan pengaruh nyata. Frekwensi penyemprotan pupuk daun (Gandasil D) berpengaruh nyata terhadap pertambahan
xxvi
diameter bibit. Tabel 2 menunjukkan hasil uji lanjut Duncan terhadap pertambahan diameter bibit.
Tabel 2. Rataan pertambahan diameter bibit A. malaccensis (mm) pada 12 minggu setelah tanam (MST) Frekwensi pemupukan Naungan Rata-rata tanpa naungan (R1) Naungan 35% (R2) Naungan 75% (R3)
5 hari sekali (A) 1.94 2.01 2.07 2.00b
10 hari sekali (B) 1.56 1.65 1.95 1.64a
15 hari sekali (C) 1.01 1.65 1.63 1.43a
Rata-rata 1.50 1.76 1.87
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Frekwensi A menunjukkan rataan pertambahan diameter tertinggi yaitu 2,00mm, sedangkan perlakuan frekwensi C menunjukkan rataan pertambahan diameter terendah yaitu 1,43 mm. Perlakuan frekwensi A berbeda nyata dengan perlakuan frekuensi B dan C, perlakuan frekwensi B dan C tidak berbeda nyata, Gambar 1 menunjukkan grafik rataan laju pertambahan tinggi pada pengamatan ke-1 sampai ke-12 MST .
Jumlah Daun Bibit
Jumlah daun bibit merupakan banyaknya daun bibit pada minggu terakhir pengukuran yakni 12 MST. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam rataan jumlah daun bibit A. malaccensis (Lampiran 3) menunjukkan interaksi antara frekwensi penyemprotan pupuk daun (Gandasil D) dengan naungan tidak berpengaruh nyata , sedangkan faktor tunggal naungan dan frekwensi penyemprotan pupuk daun (Gandasil D) berpengaruh nyata terhadap jumlah daun bibit. Tabel 3 menunjukkan hasil uji lanjut Duncan terhadap pertambahan jumlah daun bibit.
Tabel 3. Rataan jumlah daun (helai) bibit A. malaccensis pada 12 minggu setelah tanam (MST) Frekwensi pemupukan Naungan Rata-rata tanpa naungan (R1) Naungan 35% (R2) Naungan 75% (R3)
5 hari sekali (A) 12.80 15.60 18.60 15.66b
10 hari sekali (B) 11.20 14.00 15.20 13.46ab
15 hari sekali (C) 10.00 12.00 14.20 12.06a
Rata-rata 11.33a 13.86b 16.00b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Perlakuan taraf naungan R3 menunjukkan rataan rataan jumlah daun tertinggi yaitu 16.00 helai, sedangkan perlakuan taraf naungan R1 menunjukkan rataan jumlah daun terendah yaitu 11.33 helai. Perlakuan taraf naungan R3 dan R2 tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata dengan taraf naungan R1. Perlakuan frekwensi A menunjukkan rataan jumlah daun tertinggi yaitu 15.66 helai, sedangkan perlakuan frekwensi C menunjukkan rataan pertambahan jumlah daun terendah yaitu 12.06 helai. Perlakuan frekwensi A dan B tidak berbeda nyata, frekwensi B dan C tidak berbeda nyata, sedangkan A berbeda nyata dengan C.
Panjang Akar Bibit
Panjang akar bibit merupakan pengukuran panjang akar primer pada minggu terakhir pengukuran yakni 12 MST, berdasarkan hasil analisis sidik ragam rataan panjang akar bibit A. malaccensis (Lampiran 4) menunjukkan interaksi antara frekwensi penyemprotan pupuk daun (Gandasil D) dengan naungan tidak berpengaruh nyata , sedangkan faktor tunggal naungan dan frekwensi penyemprotan pupuk daun (Gandasil D) berpengaruh nyata terhadap panjang akar bibit. Tabel 4 menunjukkan hasil uji lanjut Duncan terhadap pertambahan panjang akar bibit.
xxviii Frekwensi pemupukan Naungan Rata-rata tanpa naungan (R1) Naungan 35% (R2) Naungan 75% (R3)
5 hari sekali (A) 8.10 9.58 10.44 9.37b
10 hari sekali (B) 7.98 8.18 9.22 8.46a
15 hari sekali (C) 7.56 7.96 9.34 8.28a
Rata-rata 7.88a 8.57b 9.66c
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Perlakuan taraf naungan R3 menunjukkan rataan panjang akar tertinggi yaitu 9,66 cm, sedangkan perlakuan taraf naungan R1 menunjukkan rataan panjang akar terendah yaitu 7,88 cm. Perlakuan taraf naungan R1, R2 dan R3 berbeda nyata. Perlakuan frekwensi A menunjukkan rataan panjang akar tertinggi yaitu 9,37 cm, sedangkan perlakuan frekwensi C menunjukkan rataan panjang akar terendah yaitu 8,28 cm. Perlakuan frekwensi B dan C tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata dengan A
Berat Basah Tajuk
Berat basah tajuk merupakan pengukuran berat tajuk sebelum dikering ovenkan pada minggu terakhir pengukuran yakni 12 MST. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam rataan berat basah tajuk bibit A. malaccensis (Lampiran 5) menunjukkan interaksi antara frekwensi penyemprotan pupuk daun (Gandasil D) dengan naungan tidak berpengaruh nyata , sedangkan faktor tunggal naungan dan frekwensi penyemprotan pupuk daun (Gandasil D) berpengaruh nyata terhadap berat basah tajuk. Tabel 5 menunjukkan hasil uji lanjut Duncan terhadap rataan berat basah tajuk.
Frekwensi pemupukan Naungan Rata-rata tanpa naungan (R1) Naungan 35% (R2) Naungan 75% (R3)
5 hari sekali (A) 1.44 2.31 3.49 2.41b
10 hari sekali (B) 1.17 2.18 2.50 1.95a
15 hari sekali (C) 1.10 2.02 2.46 1.86a
Rata-rata 1.24a 2.17b 2.82c
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Perlakuan taraf naungan R3 menunjukkan rataan berat basah tajuk tertinggi yaitu 2.82g, sedangkan perlakuan taraf naungan R1 menunjukkan rataan berat basah tajuk terendah yaitu 1.24g. Perlakuan taraf naungan R1, R2 dan R3 berbeda nyata. Perlakuan frekwensi A menunjukkan rataan berat basah tajuk tertinggi yaitu 2.41g, sedangkan perlakuan frekwensi C menunjukkan rataan berat basah tajuk terendah yaitu 1.86g. Perlakuan frekwensi B dan C tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata dengan A
Berat Basah Akar
Berat basah akar merupakan pengukuran berat akar sebelum dikering ovenkan pada minggu terakhir pengukuran yakni 12 MST. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam rataan berat basah akar bibit A. malaccensis (Lampiran 6) menunjukkan interaksi antara frekwensi penyemprotan pupuk daun (Gandasil D) dengan naungan tidak berpengaruh nyata , sedangkan faktor tunggal naungan dan frekwensi penyemprotan pupuk daun (Gandasil D) berpengaruh nyata terhadap berat basah akar bibit. Tabel 6 menunjukkan hasil uji lanjut Duncan terhadap rataan berat basah akar
xxx Frekwensi pemupukan Naungan Rata-rata tanpa naungan (R1) Naungan 35% (R2) Naungan 75% (R3)
5 hari sekali (A) 0.77 1.20 1.74 1.24b
10 hari sekali (B) 0.58 1.10 1.25 0.98a
15 hari sekali (C) 0.55 1.01 1.23 0.93a
Rata-rata 0.63a 1.10b 1.41c
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Perlakuan taraf naungan R3 menunjukkan rataan berat basah akar tertinggi yaitu 1.41g, sedangkan perlakuan taraf naungan R1 menunjukkan rataan berat basah akar terendah yaitu 0.63g. Perlakuan taraf naungan R1, R2 dan R3 berbeda nyata. Perlakuan frekwensi A menunjukkan rataan berat basah akar tertinggi yaitu 1.24g, sedangkan perlakuan frekwensi C menunjukkan rataan berat basah akar terendah yaitu 0.93g. Perlakuan frekwensi B dan C tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata dengan A
Berat Kering Tajuk
Berat kering tajuk merupakan pengukuran berat tajuk sesudah dikering ovenkan. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam rataan berat kering tajuk bibit Aquilaria malaccensis (Lampiran 7) menunjukkan interaksi antara frekwensi penyemprotan pupuk daun (Gandasil D) dengan naungan tidak berpengaruh nyata , sedangkan faktor tunggal naungan dan frekwensi penyemprotan pupuk daun (Gandasil D) berpengaruh nyata terhadap berat kering tajuk bibit. Tabel 7 menunjukkan hasil uji lanjut Duncan terhadap rataan berat kering tajuk.
Frekwensi pemupukan Naungan Rata-rata tanpa naungan (R1) Naungan 35% (R2) Naungan 75% (R3)
5 hari sekali (A) 0.68 1.00 1.37 1.02b
10 hari sekali (B) 0.52 0.94 1.16 0.87ab
15 hari sekali (C) 0.53 0.76 1.08 0.79a
Rata-rata 0.58a 0.90b 1.20c
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Perlakuan taraf naungan R3 menunjukkan rataan berat kering tajuk tertinggi yaitu 1.20g, sedangkan perlakuan taraf naungan R1 menunjukkan rataan berat kering tajuk terendah yaitu 0.58g. Perlakuan taraf naungan R1, R2 dan R3 berbeda nyata. Perlakuan frekwensi A menunjukkan rataan berat kering tajuk tertinggi yaitu 1.02g, sedangkan perlakuan frekwensi C menunjukkan rataan berat kering tajuk terendah yaitu 0.79g. Perlakuan frekwensi B dan C tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata , perlakuan A dan B tidak berbeda nyata tetapi perlakuan A berbeda nyata dengan C Berat Kering Akar
Berat kering akar merupakan pengukuran berat akar sesudah dikering ovenkan. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam rataan berat kering akar bibit Aquilaria malaccensis (Lampiran 8) menunjukkan interaksi antara frekwensi penyemprotan pupuk daun (Gandasil D) dengan naungan tidak berpengaruh nyata , sedangkan faktor tunggal naungan dan frekwensi penyemprotan pupuk daun (Gandasil D) berpengaruh nyata terhadap berat kering akar bibit. Tabel 8 menunjukkan hasil uji lanjut Duncan terhadap rataan berat kering akar.
xxxii Frekwensi pemupukan Naungan Rata-rata tanpa naungan (R1) Naungan 35% (R2) Naungan 75% (R3)
5 hari sekali (A) 0.34 0.43 0.68 0.48b
10 hari sekali (B) 0.26 0.39 0.58 0.41ab
15 hari sekali (C) 0.21 0.38 0.54 0.37a
Rata-rata 0.27a 0.40b 0.60c
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Perlakuan taraf naungan R3 menunjukkan rataan berat kering akar tertinggi yaitu 0.6g, sedangkan perlakuan taraf naungan R1 menunjukkan rataan berat kering akar terendah yaitu 0.27g. Perlakuan taraf naungan R1, R2 dan R3 berbeda nyata. Perlakuan frekwensi A menunjukkan rataan berat kering akar tertinggi yaitu 0.48g, sedangkan perlakuan frekwensi C menunjukkan rataan berat kering akar terendah yaitu 0.37g. Perlakuan frekwensi B dan C tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata , perlakuan A dan B tidak berbeda nyata tetapi perlakuan A berbeda nyata dengan C Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi penyemprotan pupuk daun (Gandasil D) dan naungan memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi bibit Aquilaria malaccensis. Hal ini disebabkan pupuk daun (Gandasil D) memberikan unsur hara tersedia yang dibutuhkan oleh bibit A. malaccensis. Kandungan unsur hara (N, P, K) dalam pupuk daun yang diberikan dengan frekwensi penyemprotan yang sesuai kebutuhan tanaman akan memungkinkan tanaman dapat tumbuh dan berkembang lebih baik .Salah satu faktor yang perlu mendapat perhatian pada saat aklimatisasi adalah pemupukan (Andriyani et al., 2006) menambahkan. Soeparto (1977) Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman gaharu yang baik maka
diperlukan hara yang cukup. Kebutuhan hara bagi tanaman tidak selamanya tersedia cukup dalam tanah. Dengan demikian perlu ada tambahan hara dari luar tanah itu sendiri. Hara tersebut dapat diberikan melalui pemupukan. Frekwensi penyemprotan yang semakin tinggi maka pertumbuhan tanaman akan lebih baik karena asupan unsur hara terpenuhi dengan terpenuhinya hal tersebut maka akan meningkatkan pertumbuhan. sesuai dengan pernyataan Sumekto (2006) bahwa pupuk daun dapat memenuhi kebutuhan khusus tanaman untuk satu atau lebih hara mikro dan makro dan pupuk daun dapat menyembuhkan defisiensi/kekurangan unsur hara, menguatkan jaringan tanaman yang lemah atau rusak, mempercepat pertumbuhan, dan membuat pertumbuhan tanaman lebih baik. Penggunaan pupuk daun dapat ditujukan pada suatu tahap khusus perkembangan tanaman untuk memperoleh sasaran khusus. Pada dosis yang lebih rendah belum cukup untuk mendorong pertumbuhan secara optimal sehingga pertambahan tinggi juga tidak diperoleh secara optimal. Suseno (1981) menyatakan bahwa untuk pertumbuhan tanaman yang optimal diperlukan adanya keseimbangan unsur-unsur hara.
Naungan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi, Setiap tanaman atau jenis pohon mempunyai toleransi yang berlainan terhadap cahaya matahari. Ada tanaman yang tumbuh baik ditempat terbuka sebaliknya ada beberapa tanaman yang dapat tumbuh dengan baik pada tempat teduh/bernaungan. Ada pula tanaman yang memerlukan intensitas cahaya yang berbeda sepanjang periode hidupnya. Pada waktu masih muda memerlukan cahaya dengan intensitas rendah dan menjelang sapihan mulai memerlukan cahaya dengan intensitas tinggi (Soekotjo,1976 dalam Faridah, 1995). Pertumbuhan bibit gaharu yang baik dapat terjadi jika dapat ternaungi
xxxiv
setidaknya 35% intensitas sinar matahari sehingga temperatur sekitar tanaman juga lebih rendah. CITES (2003) menegaskan bahwa tanaman gaharu merupakan tanaman naungan (understorey plant). Pertumbuhan Aquilaria malaccensis tinggi di naungan yang intensitas cahaya tertahan lebih tinggi disebabkan fotosintesis yang baik pada kondisi ini sesuai dengan (Salisburry dan Ross, 1996) yang menyatakan bahwa Spesies yang biasa tumbuh pada kondisi naungan pada umumnya menunjukkan tingkat fotosinthesis yang rendah pada kondisi cahaya penuh, serta tingkat fotosinthesis penuh berada pada level radiasi yang lebih rendah dibandingkan spesies tumbuhan cahaya (sun plants).
Pengaruh nyata juga ditunjukkan oleh frekwensi penyemprotan pupuk daun pertambahan diameter.Upaya untuk mengefektifkan unsur-unsur hara yang diberikan lewat pemupukan pada tanaman yang ditanam adalah menggunakan frekwensi yang tepat. Pemberian pupuk dengan frekwensi yang tepat akan mampu mencukupi kebutuhan hara bagi tanaman. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman harus berada dalam kondisi yang berimbang sehingga penyerapan hara oleh tanaman lebih efektif. Menurut Harjadi (1991), penempatan pupuk yang tepat dengan dosis, frekwensi yang tepat merupakan faktor penting dalam pemupukan. Kemampuan tanaman dalam menyerap hara akan menambah kekuatan tumbuh bagi tanaman dan apabila unsur-unsur tersebut bekerja secara optimal maka pertumbuhan tanaman akan menjadi lebih baik. Penggunaan media tanam dengan penambahan bahan organik akan semakin meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman. Kandungan unsur hara N, P, dan K yang ada dalam pupuk ini merupakan unsur hara yang penting bagi tanaman terutama nitrogen. Menurut Kononova (1966) dan Janick dkk. (1969), nitrogen dapat memacu
pertumbuhan vegetatif tanaman dan memberikan warna hijau pada daun. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang ditandai dengan meningkatnya tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, jumlah cabang, luas daun, dan pertumbuhan akar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor tunggal frekwensi penyemprotan pupuk daun dan naungan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Salah satu tanda produktivitas tanaman adalah kemampuan memproduksi daun, sebab daun merupakan tempat terjadinya proses fotosintesis. Jumlah daun suatu tanaman berhubungan dengan intensitas fotosintesis. Semakin banyak jumlah daun maka semakin tinggi hasil fotosintesinya. Pertambahan tinggi tanaman akan diikuti dengan pertumbuhan daun yang menginduksi pertambahan jumlah daun. dalam Simorangkir (2000) menyatakan bahwa jumlah daun tanaman berhubungan erat dengan laju fotosintesis yang akan sebanding dengan jumlah intensitas cahaya matahari yang diterima dan respirasi menambahkan Sarief (1992) menyatakan bahwa nitrogen merupakan bahan penyusun protein, protoplasma, dan pembentuk bagian tanaman seperti batang dan daun yang merupakan tempat aktivitas fotosintesis yang menghasilkan asimilat. Menurut Munawar (2011), nitrogen berperan dalam pertumbuhan vegetatif tanaman, fosfor menentukan pertumbuhan akar serta mempercepat kematangan, dan kalium berperan dalam proses fotosintesis tanaman. Lebih jauh Lakitan (1996) dan Salisbury dan Ross (1995) menguraikan bahwa nitrogen berperan sebagai penyusun protein sedangkan fosfor dan kalsium berperan dalam memacu pembelahan jaringan meristem dan merangsang pertumbuhan akar dan perkembangan daun. Kalium mengatur kegiatan membuka dan menutupnya stomata. Pengaturan stomata yang optimal akan
xxxvi
mengendalikan transpirasi tanaman dan meningkatkan reduksi karbondioksida yang akan diubah menjadi karbohidrat.
Faktor tunggal penyemprotan pupuk dan naungan berpengaruh nyata terhadap panjang akar. Terkandungnya unsur hara fosor dalam pupuk daun dan frekwensi penyemprotan yang tepat menyebabkan pertumbuhan akar bertumbuh lebih baik . Unsur fosfor dibutuhkan untuk pertumbuhan awal terutama dalam merangsang perakaran tanaman yang nantinya berguna untuk menopang tegaknya tanaman dan penyerapan unsur hara dari media tanam. Hal ini sesuai pernyataan Suseno (1981), bahwa unsur fosfor bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan sejumlah tanaman muda, fosfor juga merupakan bahan mentah untuk pembentuk sejumlah protein, membantu asimilasi dan pernafasan sekaligus mempercepat pembungaan. Pertumbuhan akar berbanding lurus dengan pertumbuhan panjang batang/pucuk atau tinggi maka semakin bertambah panjang akar semakin bertambah tinggi tanaman. Fosfor diperlukan tanaman sebagai penyusun asam nukleat dan perkembangan jaringan meristem serta merangsang pertumbuhan akar. Fosfor berperan dalam proses fotosintesis, produksi karbohidrat dan pertumbuhan awal tanaman. Unsur hara yang cukup dan berimbang yang tersedia bagi tanaman menyebabkan aktivitas fisiologi tanaman semakin meningkat.
Perlakuan penyemprotan pupuk daun berpengaruh nyata terhadap berat basah (BB) dan berat kering (BK) tajuk. Begitu juga dengan perlakuan taraf naungan semakin tinggi taraf naungan, maka semakin tinggi juga BB dan BK tajuk yang dihasilkan. Pertumbuhan tanaman tidak terlepas dari laju fotosintesis yang erat kaitan nya dengan intensitas cahaya. Terutama untuk tanaman Aqularia malaccensis yang
proses fotosintesisnya berjalan baik ditempat yang intensitas cahayanya rendah sesuai dengan pernyataan Tourney & Korstia (1974) Menurut Schuzle dan Cadwell (1995), ketersediaan hara terutama unsur N akan meningkatkan alokasi biomassa tanaman terutama pada daun dan batang. Semakin meningkat bobot kering menunjukkan bahwa proses fotosintesa berjalan dengan baik dan berarti pertumbuhan berjalan baik pula.
Perlakuan penyemprotan pupuk daun berpengaruh nyata terhadap berat basah (BB) dan berat kering (BK) akar. Begitu juga dengan perlakuan taraf naungan semakin tinggi taraf naungan, maka semakin tinggi juga BB dan BK akar yang dihasilkan. Peningkatan berat kering tanaman merupakan indikator berlangsungnya pertumbuhan yang merupakan hasil proses fotosintesis tanaman. Proses fotosintesis yang terjadi pada bagian daun menghasilkan fotosintat yang selanjutnya ditranslokasikan kebagian tanaman yakni akar, batang dan daun. Tabel 9 menunjukkan deskriptif pengaruh interaksi dan faktor tunggal terhadap setiap parameter penelitian . Pertumbuhan akar yang terhambat pada tingkat kepadatan tanah yang tinggi dapat dilihat pada berat kering akarnya. Dari hasil pengukuran, semakin tinggi tingkat kepadatan tanah berat kering akar semakin rendah. Wiersum (1975) dalam Russel (1977) berpendapat bahwa akar tidak dapat menembus pori tanah yang ukurannya lebih kecil dari diameternya, jika perpanjangan itu dibatasi oleh hambatan luar, biasanya diameter akar naik.
xxxviii
Tabel 8. Deskriptif pengaruh interaksi dan faktor tunggal terhadap parameter penelitian bibit A. malaccensis
Parameter Interaksi Faktor tunggal
tn N Frekwensi penyemprotan
pupuk
Naungan
Nyata Tidak nyata Nyata Tidak nyata
A B C A B C R1 R2 R3 R1 R2 R3 Tinggi - 1 2 3 - - - 3 2 1 - - - Diameter - - - - 1 2 3 3 2 1 - - - Panjang akar - 1 2 3 - - - 3 2 1 - - - Jumlah daun - 1 2 3 - - - 3 2 1 - - - Berat basah tajuk - 1 2 3 - - - 3 2 1 - - - Berat basah akar - 1 2 3 - - - 3 2 1 - - - Berat kering tajuk - 1 2 3 - - - 3 2 1 - - - Berat kering akar - 1 2 3 - - - 3 2 1 - - -