• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN BUAH NAGA (1) (Halaman 38-81)

Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di enam lahan perkebunan buah naga yaitu Sabila Farm I (SF I), Sabila Farm II (SF II), Agrowisata Kaliurang (AK), lahan di Pantai Trisik (PT), Larso Farm (LF), dan Teguh Farm (TF). Kondisi lahan secara umum baik dan terawat. Perawatan yang dilakukan tidak berbeda jauh antara satu lahan dengan lahan lain. Lahan buah naga putih terdiri dari dua lahan di dataran tinggi dan satu lahan di dataran rendah, sedangkan lahan buah naga merah terdiri dari satu lahan di dataran tinggi dan dua lahan di dataran rendah.

Gambar 3 Peta wilayah pengamatan (Sumber: BPK 2007)

Pengelolaan dan perawatan lahan yang dilakukan di SF I dan di SF II oleh perkebunan yang sama. Sebelum ditanami buah naga, kebun ini merupakan lahan kosong yang ditumbuhi semak belukar. Pola tanam buah naga di SF I adalah monokultur, sedangkan SF II tumpang sari dengan tanaman pepaya. SF I memiliki

bagian kecil lahan yang ditanami buah sirsak, pepaya, dan srikaya, sedangkan di SF II juga ditanami nanas. Sebelum ditanami buah naga, AK ditanami berbagai jenis tanaman buah tahunan. Tanaman buah naga dilahan ini sudah banyak yang berkayu dan sudah tinggi melebihi 2 m karena umur tanaman sudah mencapai 11 tahun. Gulma dan sulur di lahan ini sangat rimbun. Drainase lahan kurang baik, karena saat pengamatan terdapat genangan air hujan diantar baris pertanaman.

Di pertanaman buah naga PT setiap tiang ditandai dengan bumbunan pasir yang dibatasi oleh sabut kelapa sebagai penahan. Kondisi kebun buah naga ini secara umum agak kurang terawat. Terlihat batok kelapa untuk pembatas bumbunan tanah yang berantakan, banyaknya gulma, serta rimbunnya sulur. LF kondisi pertanaman baik dan rapi. Setiap satu tiang terdapat bumbunan pasir yang disertai pupuk kandang dan dikelilingi oleh sabut kelapa. Di setiap bumbunan tersebut terlihat banyak arthropoda penghuni tanah seperti kelabang, luwing, kaki seribu dan lainnya yang berkaitan dengan sistem budidaya menggunakan sistem organik rasional. Tanaman tertata rapi dan setiap rumpun buah naga dibatasi oleh kotak-kotak semen. Informasi keadaan enam lahan yang diperoleh dari hasil wawancara kepada pengelola kebun dapat dilihat pada Tabel 4.

Cara Budidaya

Asal bibit dari masing-masing kebun berbeda-beda. Bibit yang digunakan di SF berasal dari daerah Pasuruan, Jawa Timur, dengan harga Rp 1500 per cm pada tahun 2005. Namun sekarang, kebun ini sudah memproduksi bibit stek batang sendiri bahkan sudah menjual bibit ke luar. AK menggunakan bibit daerah Malang, Jember, Surabaya, dan Thailand. Harga bibit yang diimpor dari Thailand dibeli dengan harga Rp 2000 per cm pada tahun 2001. Kebun LF dan petani di PT mendapatkan bibit dari kebun buah naga di Pantai Gelagah, dimana perkebunan buah naga tersebut merupakan pelopor buah naga di daerah setempat sedangkan TF mendapatkan bibit dari Jombang, Jawa Timur.

Contoh pembuatan bibit dilihat dari kebun SF. Bibit berasal dari sulur yang sudah pernah berproduksi buah. Anakan cabang yang sudah berumur dan sehat dapat digunakan untuk bibit. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan stek yaitu warna sulur hijau tua dan lengkungannya panjang, sulur

pernah berbuah, sulur mulus dan tidak terdapat bercak-bercak (gejala penyakit) atau kerak dan mengambil bagian sulur yang tidak bercabang.

A

B

C

Gambar 4 Kondisi lahan pengamatan buah naga secara umum: (A) Sabila Farm, (B) Larso Farm, dan (C) Teguh Farm.

Tabel 4 Kondisi dan cara budidaya secara umum enam lahan pengamatan buah naga

a meter di atas permukaaan laut

Informasi lahan Lahan

Sabila Farm I Agrowisata Kaliurang Pantai Trisik Sabila Farm II Larso Farm Teguh Farm

Dataran lokasi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Rendah Rendah

Ketinggian

(m dpl a) 495 490 0-10 495 0-10 0-10

Luasan (ha) 1.7 1 1 1 3.5 2

Jenis buah naga Putih Putih Putih Merah Merah Merah

Umur tanaman(tahun) 5-7 11 3-4 1.5 2 3-4

Cara tanam Monokultur Monokultur Monokultur Tumpangsari Monokultur Monokultur

Jarak tanam (m) 2.5 x 2.5 3 x 3 2.5 x 2.5 3 x 3, 3 x 2 2.5 x 2.5 2.5 x 2.5

Jenis tiang penyangga Beton, kayu jaranan Kayu jaranan, kleresede Beton Kayu jaranan Beton Beton

Jumlah tanaman per tiang 4 4-6 4-6 4 4 4

Kondisi lahan Terawat Kurang terawat Kurang terawat Terawat Terawat Terawat

Keberadaan gulma Sedikit Banyak Sedang Sedikit Sedikit Sedikit

Pengendalian gulma Herbisida Manual Manual Herbisida Manual Manual, Herbisida

Gambar 5 Kondisi lahan pengamatan buah naga putih (A,B,C) dan lahan pengamatan buah naga merah (D,E,F): (A) Kebun Sabila Farm I, (B) Kebun Agrowisata Kaliurang, (C) Kebun di Pantai Trisik, (D) Kebun Sabila Farm II, (E) Kebun Larso Farm, dan (F) Kebun Teguh Farm.

Sulur yang terseleksi diproses menjadi bibit. Sulur dipotong sepanjang 30 cm, kemudian salah satu ujung sulur diruncingkan. Tujuan dari peruncingan ini untuk memudahkan pertumbuhan akar saat ditanam (Soetopo 2010). Kemudian sulur dikeringkan selama 10-15 hari agar sulur tidak mudah busuk dan lebih tahan terhadap penyakit. Sulur tersebut akan terbentuk kalus di bagian yang telah

A B

C D

dipotong. Penanaman bibit dapat dilakukan di polibag, bedengan khusus pembibitan, ataupun langsung ditanam pada lahan. Stek batang di tanam di media tanah yang terdiri dari tanah, sekam bakar, dan pupuk kandang.

Persiapan lahan yang dilakukan masing-masing kebun tidak jauh berbeda. Persiapan lahan yaitu permukaan diratakan terlebih dahulu untuk memudahkan pengelolaan selanjutnya. Setelah itu pembersihan lahan dilakukan, termasuk gulma. Persiapan lahan meliputi pembuatan lubang tanam yang berukuran 100 cm x 100 cm x 25 cm. Kemudian lubang tanam diisi dengan media tanam yang terdiri dari pupuk kandang, sekam bakar, dan dolomit. Setelah itu dilakukan pemasangan tiang penyangga. Pemindahan bibit ke lahan dilakukan setelah 2-3 bulan, ketika stek batang tersebut sudah muncul anakan sulur sepanjang ± 25 cm. Berdasarkan hasil wawancara, pemupukan semua kebun menggunakan pupuk kandang di awal dan juga aplikasi secara berkala (Tabel 5). Pemupukan selanjutnya menggunakan beberapa jenis pupuk lain, seperti NPK, ZA, urea, dan kompos buah. Aplikasi pupuk lain setiap lahan berbeda baik dosis maupun frekuensi aplikasinya.

Budidaya dilakukan dengan menyiapkan bibit yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tiga hari sebelum tanam, tanah diberi 100 g pupuk NPK sebagai starter tanaman. Stek bibit ditanam 4 sisi tiang penyangga. Satu tiang diasumsikan sebagai satu rumpun yang terdiri dari 4 tanaman buah naga. Stek bibit ditanam di tanah sedalam 2-5 cm. Bibit yang telah ditanam kemudian diikat menggunakan tali agar tidak rubuh. Pengikatan ini sebaiknya tidak terlalu kencang agar tidak melukai stek batang tersebut. Apabila batang terluka, dikhawatirkan akan menjadi jalan masuk patogen penyakit.

Setelah penanaman kemudian dilakukan perawatan tanaman. Penyiraman dilakukan pada kondisi tertentu saja, misalnya tidak turun hujan dalam jangka waktu lama. Pertanaman yang berada di daerah pantai cenderung memerlukan penyiraman yang lebih rutin dibandingkan di daerah dataran tinggi. Hal ini disebabkan oleh kondisi tanah yang terdiri dari pasir dan suhu yang tinggi sehingga penguapan lebih tinggi. Tetapi umumnya tanaman buah naga tidak memerlukan pengairan. Saat tanaman berada pada 2-3 bulan sebelum tanaman berbunga, sebaiknya dilakukan stressing tanaman dengan pengurangan air. Tujuannya agar tanaman lebih cepat berbunga (Soetopo 2010).

Tanaman buah naga akan berproduksi tinggi apabila dilakukan perawatan yang baik dan benar. Buah naga menghendaki kondisi sinar matahari yang terpapar langsung dan kondisi lahan yang bersih dari gulma. Agar matahari dapat terpapar langsung ke tanaman buah naga, maka naungan dari bangunan atau pohon lain harus dihindari. Selain itu, sulur yang sudah rimbun sebaiknya dilakukan pemangkasan. Pemangkasan terutama dilakukan pada sulur yang sudah tua, kemudian dapat digunakan sebagai bibit. Pemangkasan sulur juga dilakukan pada sulur yang bergejala penyakit untuk menghindari penyebaran penyakit.

Pemupukan termasuk dalam perawatan buah naga. Pemupukan yang dilakukan di SF pada bulan ke-4 dan bulan ke-8 setelah tanam. Pupuk yang diberikan adalah 10-15 kg pupuk kandang dan 100-200 g pupuk NPK. Apabila pertumbuhan tanaman masih kurang subur maka sebaiknya diberi pupuk daun sesuai aturan dalam kemasan. Kondisi kurang subur ditandai dengan pertumbuhan sulur cabang yang lambat dan tidak besar.

Pemanenan buah dilakukan setelah sekitar 33 hari bunga mekar. Ciri buah yang dapat dipanen yaitu warna merah yang menyeluruh pada permukaan kulit dan tangkai buah mulai retak. Pemanenan harus dilakukan tepat waktu, karena apabila buah telat dipanen maka akan retak dan menjadi cepat busuk. Pemanenan buah dilakukan dengan gunting khusus. Buah yang sudah dipanen kemudian dikemas untuk dikirim ke konsumen. Belum dilakukan perlakuan pascapanen di kebun pengamatan. Perlakuan pascapanen yang dilakukan hanya membersihkan buah dari semut maupun kotoran pada buah.

Buah naga dibedakan berdasarkan jenis buah baik warna kulit maupun warna daging buah. belum banyak diketahui jenis buah naga berdasarkan varietas di Indonesia. Sabila Farm memiliki 2 varietas buah naga yang sudah diuji melalui pelepasan varietas oleh Menteri Pertanian. Dua jenis varietas tersebut adalah Buah Naga Varietas Sabila Putih (2103/Kpts/SR.120/5/2010) dan Buah Naga Varietas Sabila Merah (2105/Kpts/SR.120/5/2010). Kedua varietas ini dapat beradaptasi dengan baik pada dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian 1-1000 meter di atas permukaan laut (m dpl). Persentase bunga menjadi buah tinggi, cabang yang sudah berbuah dapat berbuah lagi dan bila panen ditunda buah tidak mudah retak (Soetopo 2010).

Ukuran buah di kebun pengamatan untuk buah naga putih berkisar antara 500-1300 g, sedangkan untuk buah naga merah antara 300-1000 g. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola kebun, LF memiliki lima jenis buah naga merah dan satu jenis buah naga putih. Jenis I disebut dengan buah naga merah mawar, bentuk sisik buah seperti buah mawar. Buah naga jenis ini memiliki tingkat kemanisan buah 22-24 briks. Jenis II disebut dengan buah naga super merah (super red). Jenis III memiliki tingkat kemanisan 20-22 briks. Jenis IV memiliki ciri buah berwarna merah keemasan dan memiliki tingkat kemanisan 18- 22 briks. Jenis V memiliki bentuk buah yang lonjong dan memiliki rasa yang paling masam diantara jenis lainnya yaitu 16-18 briks.

Tabel 5 Aplikasi pemupukan pada lahan pengamatan buah naga berdasarkan hasil wawancara pengelola kebun

Nama lahan

Jenis pupuk

Pupuk kandang NPK Pupuk lain

Dosis

(kg/tiang) Frekuensi

Dosis

(g/tiang) Frekuensi

Jenis

Pupuk Dosis Frekuensi

Sabila Farm I & II 10-15 Awal tanam dan 3 bulan sekali

50 Setahun sekali (menjelang

berbuah)

- - -

Agrowisata Kaliurang 10 Awal tanam dan setahun sekali (setelah panen)

50 3 bulan sebelum berbunga

- - -

Petani di Pantai Trisik 60 Awal tanam saja - - - - -

Larso Farm

20 Awal tanam dan 3 bulan sekali 400 (dicampur dengan pupuk Nopcor*) Saat umur tanaman 6 bulan dan 20 bulan ZA (tidak diketahui) Saat umur tanaman 20 bulan

Teguh Farm 20 Awal tanam dan 6

bulan sekali

- - Kompos

buah

5 l/tiang 2 minggu sekali

* Pupuk buatan yang berasal dari bakteri sebagai campuran pupuk NPK .

Penyerbukan

Penyerbukan tanaman buah naga putih di kebun pengamatan terjadi secara alami. Sehingga tidak dilakukan penyerbukan secara manual. Tidak sama halnya dengan tanaman buah naga merah. Penyerbukan secara alami mungkin terjadi pada tanaman buah naga merah. Tetapi, buah yang dihasilkan dari penyerbukan alami memiliki ukuran kecil dan lebih sering tidak menghasilkan buah sama sekali sehingga harus dilakukan penyerbukan manual oleh pengelola kebun.

Penyerbukan buah naga merah di SF dilakukan sekitar pukul 23:00. Penyerbukan dilakukan secara sederhana yaitu putik dan serbuk sari berasal dari bunga yang sama. Posisi putik yang lebih tinggi dari benang sari menyebabkan bunga tidak dapat terjadi penyerbukan secara normal (Pushpakumara et al. 2005). Penyerbukan buatan dilakukan dengan menaburi serbuk sari ke atas kepala putik menggunakan tangan atau kuas. Cara lain penyerbukan yaitu dengan menarik putik menjadi lebih rendah dari benang sari secara perlahan kemudian menempelkan putik pada serbuk sari dengan cara menggoyang-goyangkan. Keesokkan pagi, bunga akan menguncup perlahan dan layu. Masa kuncup bunga hingga terjadinya antesis berlangsung selama 30 hari.

Hama

Hama belum menjadi permasalahan dalam budidaya buah naga. Namun, beberapa hama di kebun pengamatan sudah banyak ditemukan. Hama yang ditemukan diantaranya kutu putih (Hemiptera:Pseudococcidae), kutu daun (Hemiptera:Aphididae), semut (Hymenoptera:Formicidae), belalang (Orthoptera:Acrididae), tungau (Acarina:Tetranychidae), bekicot (Acathina fulica), dan burung serta ayam sebagai penganggu dipertanaman.

Tabel 2 dan Tabel 3 menyajikan persentasi kejadian hama berdasarkan bagian tanaman yang terserang (sulur, buah, dan bunga) di enam kebun buah naga yang diamati. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan keberadaan hama belum menjadi permasalahan karena belum menyebabkan kerugian ekonomi yang berarti. Masing-masing kebun memiliki perbedaan kejadian hama yang dominan. SF I, SF II, dan AK memiliki keberadaan hama tertinggi yaitu bekicot. Kedua kebun tersebut berada di dataran tinggi sehingga memiliki kondisi alam yang

Tabel 6 Kejadian hama pada sulur tanaman buah naga pada lahan buah naga putih dan lahan buah naga merah

Hama

Pertanaman

Buah naga putih a Buah naga merah a

Sabila Farm I Agrowisata

Kaliurang Pantai Trisik

Sabila Farm

II Larso Farm Teguh Farm

n % n % n % n % n % n %

Kutu putih 30 16.67a 29 0.00b 30 10.00ab 30 0.00a 30 0.00a 30 0.00a

Kutu daun 30 0.00a 29 0.00a 30 0.00a 30 0.00a 30 3.33a 30 0.00a

Belalang Acrididae 30 16.67a 29 6.90a 30 30.00ab 30 3.33a 30 3.33a 30 13.33a

Valanga sp. 30 0.00a 29 0.00a 30 53.33b 30 3.33a 30 3.33a 30 3.33a

Tungau (kusam) 30 10.00a 29 31.03b 30 23.33ab 30 16.67a 30 76.67b 30 35.83a

Bekicot 30 56.67a 29 34.48a 30 3.33b 30 36.67a 30 0.00b 30 10.00b

a

Angka pada baris yang sama yang diikuti huruf yang sama pada jenis tanaman yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji proporsi dengan α= 0.05

Tabel 7 Kejadian hama pada buah dan bunga tanaman buah naga pada lahan buah naga putih dan lahan buah naga merah

Hama

Pertanaman

Buah naga putih a Buah naga merah a

Sabila Farm I Agrowisata

Kaliurang Pantai Trisik

Sabila Farm

II Larso Farm Teguh Farm

n % n % n % n % n % n %

Kutu putih 21 0.00a 11 18.18a 23 13.04a 0 0.00a 18 11.11a 16 25.00a

Kutu daun 21 14.39a 11 0.00a 23 0.00a 0 0.00a 18 11.11a 16 37.50a

Semut rangrang merah 21 14.29a 11 27.27a 23 0.00ab 0 0.00a 18 22.22a 16 12.50a

Valanga sp. 21 0.00a 11 0.00a 23 34.78b 0 0.00a 18 0.00a 16 0.00a

Belalang Acrididae 21 0.00a 11 0.00a 23 39.13b 0 0.00a 18 0.00a 16 0.00a

Bekicot 21 8.00a 11 0.00a 23 0.00a 0 0.00a 18 0.00a 16 0.00a

Burung 21 23.81a 11 0.00a 23 0.00a 0 0.00a 18 0.00a 16 0.00a

Ayam 21 9.52a 11 0.00a 23 0.00a 0 0.00a 18 0.00a 16 0.00a

a Angka pada baris yang sama yang diikuti huruf yang sama pada jenis tanaman yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji proporsi dengan α= 0.05

sama. Kondisi alam yang dimaksud adalah curah hujan, suhu udara, kelembaban, dan angin yang mendukung kehidupan bekicot beserta perkembangbiakannya. Berbeda dengan tiga kebun sebelumnya, kebun di PT, LF, dan TF memiliki kejadian bekicot dibawah 10%. Ketiga kebun ini berada di daerah pantai. Kebun di PT memiliki kejadian hama tertinggi yaitu belalang. Kejadian hama belalang di kebun ini sangat banyak. Hal ini dikarenakan kondisi kebun yang panas dan kering sehingga cocok untuk perkembangan belalang dibanding di dataran tinggi.

Secara umum kejadian hama belalang di daerah pantai lebih besar jika dibandingkan di dataran tinggi. Kejadian hama belalang di kebun pantai Trisik didukung oleh keberadaan gulma. Kebun ini kurang dalam pemeliharaan pertanaman, sehingga gulma jarang dilakukan penyiangan. Saat pengamatan, belalang banyak berada di gulma tersebut. Kebun di Larso Farm dan Teguh Farm hama yang dominan adalah tungau, dimana kejadian hama ini diamati dari gejala kusam yang ditimbulkan di sulur. Kejadian belalang di kedua kebun ini tidak besar karena kebun ini melakukan perawatan kebun yang baik. Penyiangan gulma rutin dilakukan, sehingga keberadaan gulma di lahan sedikit.

Kejadian hama di buah dan bunga tidak ada yang terlihat begitu dominan di masing-masing kebun. Kebun Sabila Farm I memiliki kejadian hama yang tertinggi yaitu burung, sedangkan kebun pengamatan lain tidak ada kejadian hama yang diakibatkan oleh burung. Hal ini dikarenakan saat pengamatan tanaman buah naga di Sabila Farm II dan Agrowisata Kaliurang sedang tidak berbuah banyak seperti di Sabila Farm I sedangkan di ketiga lahan di pantai tidak terlihat keberadaan burung. Kebun Agrowisata Kaliurang dan Larso Farm memiliki kejadian hama di buah yang cukup dominan yaitu semut rangrang merah. Kebun di Pantai Trisik memiliki kejadian hama dominan pada buah yang sama pada sulur, yaitu belalang karena keberadaan belalang di kebun ini sangat banyak jumlahnya. Sedangkan hama dominan di Teguh Farm yaitu kutu daun.

Kejadian hama kutu daun dan kutu putih di Larso Farm dan Teguh Farm memiliki jumlah yang hampir sama. Korelasi keberadaan kutu daun dan kutu putih yaitu tingginya keberadaan semut, baik semut rangrang merah, semut polycharis, dan semut hitam biasa. Semut dan kutu tersebut memiliki hubungan

simbiosis. Semut mendapatkan makanan yang dihasilkan ekskresi kutu dan penyebaran kutu dibantu oleh semut yang mengambil makanan. Selain hama, terdapat ayam kampung yang menjadi penganggu di pertanaman buah naga. Ayam kampung merupakan hewan peliharaan yang umum masyarakat di sekitar pertanaman buah naga yang jika dibiarkan lepas di pertanaman dapat menimbulkan kerugian karena mematuki buah. Ayam mematuki buah hingga rusak dan terkadang hingga isi buah habis. Buah yang diserang ayam biasanya dekat dengan permukaan tanah, sehingga mudah dijangkau oleh ayam.

Kutu putih

Kutu putih (mealybug) ditemukan ada pada tanaman buah naga. Kutu putih famili Pseudococcidae terdiri atas banyak jenis. Terdapat tiga spesies kutu putih yang ditemukan dan berhasil diidentifikasi pada penelitian ini, yaitu Pseudococcus jackbeardsleyi, Ferrisia virgata, dan Planococcus sp. Kejadian hama kutu putih di lahan pengamatan tidak tinggi dan kejadiannya tidak berbeda antar lahan.

Kutu putih banyak ditemukan pada buah bagian sisik maupun permukaan kulit buah. Beberapa juga ditemukan di sulur pada sisi yang tidak langsung terkena cahaya matahari. Menurut Borror et al. (1996), kutu putih dapat ditemukan hampir diseluruh bagian inang. Kutu putih dapat dijumpai dalam koloni maupun individu. Beberapa koloni juga ditemukan bersama dengan ovisac yang terlapisi lilin. Buah yang terserang kutu putih terlihat nekrosis bekas tusukan stilet yang cukup jelas. Kutu putih mengkolonisasi permukaan buah menyebabkan buah menjadi menguning, mengerut, dan mengecil. Kutu putih dan lilinnya tetap tertinggal pada permukaan buah.

Keberadaan kutu putih mengundang kehadiran semut hitam maupun semut rangrang merah. Sebagian kutu putih menghasilkan embun madu dan memiliki hubungan simbiosis dengan semut serta embun jelaga (Faridah 2011). Semut memanfaatkan embun madu untuk makanannya, sehingga semut melindungi kutu putih dari serangan predator serta membantu dalam penyebaran kutu putih.

Ciri serangga famili ini adalah terdapat lapisan lilin berwarna putih pada tubuhnya. Ukuran tubuh kutu putih sekitar 3-4 mm. Tubuh betina berbentuk bulat

telur-memanjang dan beruas serta memliki tungkai yang berkembang. Beberapa jenis bertelur dan ada juga yang melahirkan nimfa (Borror et al. 2006).

Kutu Daun

Kutu daun (aphid) menjadi salah satu hama yang ditemukan di pertanaman buah naga. Kutu daun termasuk famili Aphididae. Spesies kutu daun yang ditemukan di pertanaman buah naga berdasarkan hasil identifikasi yaitu Aphis gossypii, Branchycaudus helichrysi, dan Toxoptera odinae. Terdapat beberapa jenis koloni kutu daun yang ditemukan, diantaranya terdapat koloni kutu yang berwarna tubuh hijau, hitam keabuan, dan coklat.

Kutu ini dapat terlihat pada sisik buah yang masih hijau maupun sudah merah. Kutu daun juga terdapat di kelopak bunga. Sisi buah yang terdapat imago atau nimfa kutu terlihat nekrotik (menguning) akibat hisapan melalui alat mulutnya yang bertipe menusuk menghisap. Buah terserang pertumbuhannya tidak baik sehingga buah mengecil dan mengerut. Eksuvia kutu daun berwarna putih dan ditemukan disekitar koloni.

Keberadaan hama ini mengundang datangnya semut, terutama semut rangrang merah. Aphid menyekresikan embun madu yang dikeluarkan dari dubur. Embun madu terdiri dari cairan tumbuhan yang ditelan serangga secara berlebihan. Cairan tumbuhan itu dicampur oleh gula dan bahan limbah yang dihasilkan dari dalam tubuh aphid. Embun madu ini diproduksi dalam jumlah yang cukup sehingga menyebabkan permukaan objek dibawahnya menjadi lekat. Embun madu adalah makanan kesenangan dari banyak semut (Borror et al. 1996). Ukuran imago antara 2-3 mm. Kutu daun biasanya dapat dikenali dengan bentuk persik mereka yang khas, sepasang kornikel pada ujung posterior abdomen, dan antena yang cukup panjang (Borror et al. 1996). Ketiga spesies kutu daun ini memiliki ciri khas masing-masing. Identifikasi Toxoptera sp. dicirikan oleh adanya stribulatory pada bagian abdomen tubuh kutu. Identifikasi Branchycaudus helichrysi dicirikan oleh lubang spiracular pendek dan kauda pendek. Aphis gossypii dicirikan oleh kauda pucat atau kehitam-hitaman dan siphunculi bercorak gelap. Ketiga kutu ini merupakan serangga polifag (Blackman dan Eastop 2000).

Gambar 6 Hama kutu putih: (A) serangan kutu putih pada buah, (B) Semut yang berasosiasi dengan kutu putih, (C) Pseudococcus jackbeardsleyi, (D) F erisia virgata, (E) Planococcus sp., (F) Gejala akibat kutu putih, buah menjadi kerdil dan mengerut, dan (G) Preparat kutu Ferisia virgata.

A B

E G

D C

Gambar 7 Hama kutu daun: (A) Koloni kutu daun berwarna abu-abu pada sisik buah, (B) Koloni kutu daun berwarna coklat yang berasosiasi dengan semut hitam, (C) Preparat slide Aphis gossypii., (D) Preparat slide Branchycaudus helichrysi, dan (E) Preparat slide Toxoptera odinae.

A B

C D

Semut

Semut berperan sebagai predator beberapa jenis hama di alam. Namun pada beberapa kasus, famili Formicidae ini dapat tergolong sebagai hama seperti pada tanaman buah naga. Terdapat beberapa spesies semut yang ditemukan di pertanaman buah naga, yaitu semut rangrang merah, semut hitam, semut hitam abdomen besar, dan semut merah kecil. Semut yang dinilai sebagai hama adalah semut rangrang merah. Spesies semut rangrang merah yang diidentifikasi yaitu Oecophylla sp., Camponotus sp., dan Euprenolepis sp.

Semut rangrang merah teramati merusak buah dengan membuat sarang. Buah menjadi berlubang dan hitam, sehingga menurunkan kualitas buah beserta harga jual bahkan tidak layak jual. Terdapat juga gejala akibat keberadaan semut rangrang merah yaitu bekas gigitan semut yang mengakibatkan permukaan kulit buah menjadi coklat dan tampilan menjadi tidak menarik lagi. Selain di buah,

Dalam dokumen HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN BUAH NAGA (1) (Halaman 38-81)

Dokumen terkait