• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Karakteristik Wanita Bekerja

Tabel 2 menunjukkan bahwa lebih dari separuh (70%) wanita bekerja tergolong ke dalam kategori dewasa muda dengan rata-rata usia 35 tahun. Usia wanita bekerja dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu dewasa muda, madya, dan akhir yang disesuaikan berdasarkan Hurlock (1980).

Tabel 2 Sebaran wanita bekerja berdasarkan usia

Usia (tahun) Jumlah (n)

Persentase (%)

Min-max (tahun) Rataan±Sd

Dewasa muda (18-40) 42 70.0

23-65 35.01±10.76

Dewasa madya (41-60) 17 28.3

Dewasa akhir (>60) 1 1.7

Tabel 3 menunjukkan lama pendidikan sebagian besar (86.7%) wanita bekerja berada pada jenjang sarjana. Selain itu, sebesar 8.3 persen lama pendidikan wanita bekerja berada pada jenjang tamat SMA. Rata-rata lama pendidikan wanita bekerja sebesar 16.18 tahun.

Tabel 3 Sebaran wanita bekerja berdasarkan lama pendidikan

Lama pendidikan Jumlah (n) Persentase (%) Min-max (tahun) Rataan±Sd Tidak tamat SD (<6 tahun) 1 1.7

4-22 16.18±2.62

Tamat SD (6 tahun) 0 0.0

Tamat SMP (9 tahun) 0 0.0

Tamat SMA/SMK (12 tahun) 5 8.3 Diploma (D1/D2/D3) (15

tahun)

2 3.3

Sarjana (S1/S2/S3) (16 tahun) 52 86.7

Menurut Sumarwan (2011), pendapatan menggambarkan besarnya daya beli seorang konsumen. Tabel 4 menunjukkan lebih dari setengah (65%) wanita

14

bekerja memiliki pendapatan pada kisaran lebih dari Rp7 500 000. Rata-rata pendapatan wanita bekerja sebesar Rp12 055 000. Pengelompokan pendapatan menggunakan perhitungan interval kelas.

Tabel 4 Sebaran wanita bekerja berdasarkan pendapatan per bulan

Tabel 5 menunjukkan lebih dari setengah (58.3%) wanita bekerja memiliki pengeluaran per bulan pada pada kisaran kurang dari Rp9 375 000. Lalu sebesar 36.7 persen wanita bekerja memiliki pengeluaran per bulan pada kisaran Rp9 375 001 – Rp18 750 000. Rata-rata pengeluaran per bulan sebesar Rp9 333 333. Pengelompokan pendapatan menggunakan perhitungan rataan.

Tabel 5 Sebaran wanita bekerja berdasarkan pengeluaran per bulan

Pengeluaran per bulan Jumlah (n) Persentase (%) Min-max Rataan±Sd <9 375 000 35 58.3 2 500 000-40 000 000 9 333 333±6 546 228 9 375 000- 18 750 000 22 36.7 18 750 001-28 125 000 1 1.7 >28 125 000 2 3.3

Sebaran wanita bekerja berdasarkan status penikahan dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 68.3 persen wanita bekerja memiliki status pernikahan dengan kategori menikah, sedangkan sisanya (31.7%) memiliki status pernikahan belum menikah.

Tabel 6 Sebaran wanita bekerja berdasarkan status pernikahan

Status pernikahan Jumlah (n) Persentase (%)

Belum menikah 19 31.7

Menikah 41 68.3

Sebaran wanita bekerja berdasarkan besar keluarga dapat dilihat pada Tabel 7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 78.3 persen wanita bekerja memiliki besar keluarga dengan kategori kecil. Sebesar 20 persen memiliki besar keluarga dengan kategori sedang, dan sisanya (1.7%) memiliki besar keluarga dengan kategori besar. Rata-rata jumlah anggota keluarga wanita bekerja sebesar 3.8 orang.

Pendapatan per bulan Jumlah (n) Persentase (%) Min-max Rataan±Sd <2 500 000 0 0.0 3 000 000-40 000 000 12 055 000±7 447 293 2 500 000-5 000 000 9 15.0 5 000 001-7 500 000 12 20.0 >7 500 000 39 65.0

15

Tabel 7 Sebaran wanita bekerja berdasarkan besar keluarga

Besar keluarga Jumlah (n)

Persentase

(%) Min-max (orang) Rata-rata±Sd

Kecil (≤4 orang) 47 78.3

1-10 3.8±1.2

Sedang (5-7 orang) 12 20.0

Besar (>7 orang) 1 1.7

Self-Esteem

Self-esteem adalah evaluasi diri seseorang terhadap kualitas atau keberhargaan diri sebagai manusia. Rata-rata skor jawaban wanita bekerja berdasarkan variabel self-esteem dijelaskan pada Tabel 8. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 9 pernyataan self-esteem, rata-rata skor pilihan jawaban wanita bekerja berada pada selang pilihan jawaban 3 (setuju) dari skala pilihan jawaban 1 (sangat tidak setuju) sampai 4 (sangat setuju). Hal ini menunjukkan bahwa wanita bekerja memiliki self-esteem tinggi. Rata-rata skor tertinggi dimiliki pernyataan nomor 7 yaitu “terkadang merasa tidak berguna” yang merupakan pernyataan dengan skor yang diinvers. Hal ini berarti wanita bekerja merasa dirinya telah berguna.

Tabel 8 Rata-rata skor jawaban wanita bekerja berdasarkan kategori self-esteem

No Pernyataan Self-Esteem Rata-rata

(skala 1-4) 1 Merasa bahwa saya memiliki kualitas yang baik dalam berbagai hal 3.10 2 Mampu mengerjakan suatu hal dengan baik seperti yang dilakukan oleh

sebagian besar orang

3.18 3 Merasa menjadi seseorang yang layak, setidaknya pada situasi yang sama

dengan orang lain

3.13 4 Secara keseluruhan, puas dengan diri sendiri 3.11

5 Terkadang merasa tidak baik sama sekali* 3.20

6 Merasa tidak memiliki sesuatu yang dibanggakan* 3.30

7 Terkadang merasa tidak berguna* 3.36

8 Lebih cenderung merasa gagal* 3.35

9 Bersikap baik terhadap diri sendiri 3.26

Keterangan: *skor diinvers

Sebesar 70 persen wanita bekerja memiliki self-esteem dengan kategori tinggi. Sisanya, 30 persen wanita bekerja memiliki self-esteem dengan kategori sangat tinggi dengan rata-rata skor self-esteem wanita bekerja adalah 74.13 (Tabel 9).

Tabel 9 Sebaran wanita bekerja berdasarkan kategori self-esteem

Kategori self-esteem Jumlah (n)

Persentase

(%) Min-Max Rata-rata±Sd

Sangat rendah (skor ≤25) 0 0.0

51.8-100.0 74.13±11.99

Rendah (25<skor ≤50) 0 0.0

Tinggi (50<skor ≤75) 42 70.0 Sangat tinggi (skor >75) 18 30.0

16

Money Attitude

Money attitude adalahsikap wanita bekerja terhadap uang yang berdampak pada kehidupan wanita bekerja yang terbagi menjadi empat dimensi, yaitu power-prestige (kekuasaan), anxiety (kecemasan), distrust (ketidakpercayaan), dan retention-time (retensi waktu). Rata-rata skor money attitude terbesar berada pada dimensi retention-time dengan nilai rata-rata 68.17. Selain itu, rata-rata terkecil berada pada dimensi power prestige dengan nilai rata-rata 26.72. Nilai rata-rata skor money attitude total sebesar 44.60 (Tabel 10).

Tabel 10 Rata-rata skor money attitude dan dimensinya

Dimensi money attitude Rata-rata skor

Power prestige 26.72

Anxiety 40.22

Distrust 47.59

Retention-time 68.17

Money attitude (skor total) 44.60

Rata-rata skor jawaban wanita bekerja berdasarkan variabel money attitude dijelaskan pada Tabel 11. Pada variabel money attitude pilihan jawaban dibagi menjadi 4 skala, yaitu dari 1 (sangat tidak setuju) sampai 4 (sangat setuju). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada dimensi power prestige rata-rata skor jawaban wanita bekerja berada pada selang pilihan jawaban 1 (sangat tidak setuju) sampai 2 (tidak setuju) dengan rata-rata skor tertinggi dimiliki oleh item nomor 8, yaitu ”memiliki barang-barang yang bagus untuk mengesankan orang lain”. Pada dimensi anxiety, rata-rata skor jawaban wanita bekerja berada pada selang pilihan jawaban 2 (tidak setuju) sampai 3 (setuju) dengan rata-rata skor tertinggi dimiliki oleh item nomor 1 yaitu “merasa gugup ketika tidak memiliki cukup uang”.

Pada dimensi distrust, rata-rata skor pilihan jawaban wanita bekerja berada pada selang pilihan jawaban 1 (sangat tidak setuju) sampai 2 (tidak setuju) dengan rata-rata skor tertinggi dimiliki oleh item nomor 4 dan 6, yaitu “memperdebatkan atau melakukan komplain tentang harga barang yang dibeli jika tidak sesuai dengan kondisi barang” dan “merasa terganggu ketika menemukan barang dengan harga yang lebih murah di tempat lain”. Selain itu, pada dimensi retention time, rata-rata skor pilihan jawaban wanita bekerja berada pada selang pilihan jawaban dari 2 (tidak setuju) sampai 4 (sangat setuju) dengan rata-rata skor tertinggi dimiliki oleh item nomor 3, yaitu “menabung saat ini untuk mempersiapkan masa tua”.

Tabel 11 Rata-rata skor jawaban wanita bekerja pada item money attitude

No

Pernyataan Money Attitude Rata-rata (skala 1-4) Power prestige

1 Meskipun menilai keberhasilan seseorang dapat digambarkan berdasarkan perbuatannya, namun saya lebih terpengaruh dengan jumlah uang yang mereka miliki

1.65

2 Orang yang saya kenal mengatakan bahwa saya terlalu banyak penekanan pada jumlah uang yang dimiliki seseorang sebagai tanda keberhasilan

17

Lanjutan Tabel 11

No Pernyataan Money Attitude Rata-rata

(skala 1-4) 3 Menggunakan uang untuk memengaruhi orang lain untuk melakukan suatu

hal yang saya inginkan

1.80 4 Merasa lebih menunjukkan rasa hormat kepada seseorang yang memiliki

uang lebih banyak dari yang dimiliki

1.58 5 Berperilaku seolah-olah uang adalah simbol utama dari keberhasilan 1.63 6 Mengaku membeli suatu barang karena barang tersebut dapat mengesankan

orang lain

1.93 7 Sering mencari tahu apakah orang lain mencari uang lebih banyak dari yang

saya lakukan

2.03 8 Memiliki barang-barang yang bagus untuk mengesankan orang lain 2.05 9 Kadang-kadang mengakui merasa sombong dengan uang yang dimiliki 1.86

Anxiety

1 Merasa gugup ketika tidak memiliki cukup uang 2.40 2 Menunjukkan sikap kekhawatiran ketika berhubungan dengan uang 2.15 3 Merasa khawatir tidak akan aman secara finansial 2.18 4 Menghabiskan uang untuk membuat diri merasa lebih baik 2.25 5 Merasa tidak nyaman ketika melewatkan sebuah sale 2.05

Distrust

1 Secara otomatis mengatakan "saya tidak bisa membeli barang itu", meskipun pada kenyataannya dapat membeli barang tersebut

1.95 2 Ketika melakukan pembelian dalam jumlah banyak, merasa telah

dimanfaatkan oleh pedagang dari pembelian tersebut

2.08 3 Ketika membeli sesuatu, melakukan komplain tentang harga barang yang

dibeli

2.13 4 Memperdebatkan atau melakukan komplain tentang harga barang yang

dibeli jika tidak sesuai dengan kondisi barang

2.85 5 Setelah membeli suatu barang, ingin tahu apakah dapat membeli barang

yang sama dengan harga lebih murah di tempat lain

2.70 6 Merasa terganggu ketika menemukan barang dengan harga yang lebih

murah di tempat lain

2.85 Retention time

1 Melakukan financial planning untuk masa depan 3.20 2 Menyisihkan uang untuk masa depan terlepas dari pengeluaran reguler 3.26 3 Menabung saat ini untuk mempersiapkan masa tua 3.30

4 Melakukan pencatatan keuangan saya 2.78

5 Seorang yang bijaksana terhadap uang 2.88

6 Memiliki uang yang tersisa meskipun pada situasi krisis ekonomi 3.13

7 Berbelanja sesuai dengan perencanaan 2.75

Sebagian besar (85%) wanita bekerja memiliki money attitude dengan kategori rendah. Sisanya, sebesar 15 persen wanita bekerja memiliki money attitude dengan kategori tinggi. Rata-rata skor money attitude wanita bekerja sebesar 44.60 (Tabel 12).

18

Tabel 12 Sebaran wanita bekerja berdasarkan kategori money attitude

Kategori money attitude Jumlah (n)

Persentase

(%) Min-Max Rata-rata±Sd

Sangat rendah (skor ≤25) 0 0.0

32.09-60.49 44.60±6.16

Rendah (25<skor ≤50) 51 85.0

Tinggi (50<skor ≤75) 9 15.0 Sangat tinggi (skor >75) 0.0 0.0

Perilaku Penggunaan Kartu Kredit

Hasil pada Tabel 13 menunjukkan sebesar 71.7 persen wanita bekerja memiliki satu buah kartu kredit. Selain itu, sebesar 25 persen wanita bekerja memiliki dua buah kartu kredit, sisanya sebesar 1.7 persen wanita bekerja memiliki tiga dan empat buah kartu kredit. Sebagian besar (85%) wanita bekerja menggunakan kartu kredit sebanyak kurang dari 40 kali per tahun. Lalu sebesar 13.3 persen wanita bekerja menggunakan kartu kredit sebanyak 40 sampai 80 kali per tahun. Sisanya 1.7 persen wanita bekerja menggunakan kartu kredit lebih dari 80 kali per tahun. Hasil menunjukkan bahwa dari ketujuh pilihan tujuan penggunaan kartu kredit, berbelanja barang tertentu memiliki proporsi paling besar (76.7%). Pilihan terbesar kedua adalah berbelanja bulanan (40%), dan diikuti oleh pilihan-pilihan lainnya seperti yang tertera pada Tabel 13. Dalam hal ini wanita bekerja boleh memilih lebih dari satu pilihan jawaban.

Sebesar 65 persen wanita bekerja menggunakan kartu kredit berjenis Visa. Lalu sebesar 50 persen wanita bekerja menggunakan kartu kredit jenis Mastercard. Sisanya, menggunakan kartu kredit berjenis lainnya. Dalam hal ini wanita bekerja boleh memilih lebih dari satu pilihan jika memiliki lebih dari satu kartu kredit. Pada kategori metode pembayaran ke bank, sebagian besar (81.7%) wanita bekerja melakukan pembayaran tagihan kartu kredit dengan metode melunasi (full payment). Selain itu, 21.7 persen wanita bekerja memilih melakukan pembayaran tagihan dengan metode mencicil 10% dari tagihan (minimum payment). Sisanya, 1.7 persen menggunakan metode lainnya. Pada kategori ini contoh dapat memilih lebih dari satu pilihan jawaban.

Tabel 13 Sebaran wanita bekerja berdasarkan perilaku penggunaan kartu kredit

Kategori perilaku penggunaan kartu kredit Jumlah (n) Persentase (%) Jumlah kartu kredit

1 buah 43 71.6

2 buah 15 25.0

3 buah 1 1.7

4 buah 1 1.7

Frekuensi penggunaan kartu kredit

<40 kali per tahun 51 85.0

40-80 kali per tahun 8 13.3

19

Lanjutan Tabel 13

Kategori perilaku penggunaan kartu kredit Jumlah (n) Persentase (%) Tujuan penggunaan kartu kredit*

Berbelanja (barang tertentu) 46 76.7

Berbelanja bulanan 24 40.0

Alasan personal 15 25.0

Hiburan 9 15.0

Bisnis 7 11.7

Alat pembayaran tanpa cash (di kondisi tertentu)

3 5.0

Pendidikan 1 1.7

Jenis kartu kredit*

Visa 39 65.0

Mastercard 30 50.0

AMEX 0 0.0

JCB 0 0.0

Lainnya (BCA) 1 1.7

Metode pembayaran ke bank*

Full payment 49 81.7

Minimum payment (10% dari tagihan)

13 21.7

Lainnya (cicilan belanja tertentu) 1 1.7

Keterangan: * jawaban lebih dari satu

Penggunaan kartu kredit adalah gambaran perilaku wanita bekerja dalam menggunakan kartu kredit. Dalam hal ini, semakin rendah skor yang diperoleh, maka semakin bijak wanita bekerja dalam menggunakan kartu kreditnya. Sebaran rata-rata jawaban wanita bekerja berdasarkan kategori penggunaan kartu kredit dijelaskan pada Tabel 14. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 11 pernyataan penggunaan kartu kredit, rata-rata pilihan jawaban wanita bekerja berada pada selang pilihan jawaban 1 sampai 2 dari pilihan jawaban 1 (sangat tidak setuju/tidak pernah) sampai 7 (sangat setuju/pernah) dengan rata-rata tertinggi dimiliki oleh pernyataan nomor 4, yaitu “lebih impulsif (membeli secara tidak terencana) ketika menggunakan kartu kredit”.

Tabel 14 Rata-rata skor jawaban wanita bekerja berdasarkan kategori penggunaan kartu kredit

No Pernyataan Penggunaan Kartu Kredit Rata-rata

(skala 1-7) 1 Kartu kredit saya biasanya berada pada limit maksimum 2.08 2 Khawatir bagaimana akan membayar tagihan kartu kredit saya 1.73 3 Tidak terlalu memperhatikan harga barang yang akan dibeli jika

menggunakan kartu kredit

1.81 4 Lebih impulsif (membeli secara tidak terencana) ketika menggunakan

kartu kredit

2.16 5 Berbelanja lebih banyak ketika menggunakan kartu kredit 1.96 6 Memiliki banyak kartu kredit (lebih dari satu) 1.93 7 Menggunakan salah satu kartu kredit untuk membayar tagihan pada kartu

kredit lainnya

1.00 8 Membayar tagihan kartu kredit setelah tanggal jatuh tempo 1.35

20

Lanjutan Tabel 14

No Pernyataan Penggunaan Kartu Kredit Rata-rata

(skala 1-7) 9 Menunggak dalam melakukan pembayaran tagihan kartu kredit 1.16

10 Mengambil uang tunai pada kartu kredit 1.31

11 Membayar tagihan kartu kredit dengan tagihan paling minimum 1.75

Sebagian besar (85%) wanita bekerja memiliki penggunaan kartu kredit dengan kategori sangat rendah. Sisanya, 15 persen wanita bekerja memiliki penggunaan kartu kredit dengan kategori rendah. Rata-rata skor penggunaan kartu kredit wanita bekerja sebesar 11.03 (Tabel 15).

Tabel 15 Sebaran wanita bekerja berdasarkan kategori penggunaan kartu kredit

Kategori penggunaan kartu kredit

Jumlah (n)

Persentase

(%) Min-Max Rata-rata±Sd

Sangat rendah (skor ≤25) 51 85.0

0.00-40.90 11.03±9.76

Rendah (25<skor ≤50) 9 15.0

Tinggi (50<skor ≤75) 0 0.0 Sangat tinggi (skor >75) 0 0.0

Perilaku Pembelian Kompulsif

Perilaku pembelian kompulsif adalah perilaku pembelian yang dimiliki seseorang karena faktor intrinsik berupa stres, kecemasan, dan dorongan yang kuat untuk melakukan pembelian yang tidak direncanakan. Sebaran rata-rata jawaban wanita bekerja berdasarkan kategori perilaku pembelian kompulsif dijelaskan pada Tabel 16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 16 pernyataan perilaku pembelian kompulsif, rata-rata pilihan jawaban wanita bekerja berada pada selang pilihan jawaban 1 sampai 5 dari pilihan jawaban 1 (sangat tidak setuju/tidak pernah) sampai 7 (sangat setuju/selalu) dengan rata-rata tertinggi dimiliki oleh pernyataan nomor 4, yaitu “benci berbelanja” yang merupakan pernyataan dengan skor yang diinvers. Dalam hal ini, sebagian besar wanita bekerja menyukai berbelanja.

Tabel 16 Rata-rata skor jawaban wanita bekerja berdasarkan kategori perilaku pembelian kompulsif

No Pernyataan Perilaku Pembelian Kompulsif Rata-rata (skala 1-7) 1 Orang lain menganggap saya sebagai seorang shopaholic 2.31

2 Pergi berbelanja jika ada kebutuhan* 2.70

3 Sadar bahwa saya adalah seorang pembeli impulsif 2.95

4 Benci berbelanja* 5.78

5 Berbelanja adalah suatu hal yang menyenangkan 5.36 6 Merasa orang lain akan takut melihat kebiasaan belanja saya 1.98 7 Banyak barang yang dibeli tidak pernah dipakai atau gunakan 2.36 8 Membeli barang yang tidak direncanakan untuk dibeli 3.01

9 Membeli barang yang tidak dibutuhkan 2.48

10 Pergi berbelanja dan membeli suatu barang untuk merayakan sesuatu 2.96 11 Merasa cemas atau gugup pada hari-hari tertentu jika tidak pergi

berbelanja

21

Lanjutan Tabel 16

No Pernyataan Perilaku Pembelian Kompulsif Rata-rata

(skala 1-7)

12 Merasa keasikan dengan kegiatan berbelanja 3.63

13 Merasa terdorong untuk pergi berbelanja meskipun tidak memiliki uang ataupun waktu

1.73 14 Membeli sesuatu meskipun tahu tidak bisa membelinya 1.61 15 Perilaku pengeluaran membuat kacau hidup saya 1.76 16 Jika memiliki uang yang tersisa di akhir bulan, maka akan menghabiskan uang

tersebut

2.10 Keterangan: *skor diinvers

Hasil menunjukkan sebesar 68.3 persen wanita bekerja berada pada kategori rendah. Selain itu, sebesar 30 persen wanita bekerja berada pada kategori sangat rendah, dan sisanya 1.7 persen berada pada kategori tinggi. Rata-rata perilaku pembelian kompulsif wanita bekerja sebesar 29.79 (Tabel 17).

Tabel 17 Sebaran wanita bekerja berdasarkan kategori perilaku pembelian kompulsif

Kategori perilaku pembelian kompulsif

Jumlah (n)

Persentase

(%) Min-Max Rata-rata±Sd

Sangat rendah (skor ≤25) 18 30.0

9.37-51.04 29.79±10.27

Rendah (25<skor ≤50) 41 68.3

Tinggi (50<skor ≤75) 1 1.7

Sangat tinggi (skor >75) 0 0.0

Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pembelian kompulsif

Variabel karakteristik individu, self-esteem, money attitude, dan perilaku penggunaan kartu kredit dianalisis menggunakan uji korelasi Pearson untuk melihat hubungannya dengan variabel perilaku pembelian kompulsif. Pada Lampiran 2 dapat terlihat bahwa variabel money attitude pada dimensi power prestige mempunyai hubungan positif dan nyata dengan perilaku pembelian kompulsif (r=0.284; p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa semakin wanita bekerja melihat uang sebagai sumber kekuasaan, maka semakin tinggi perilaku pembelian kompulsif yang dilakukan wanita bekerja. Dimensi anxiety berhubungan positif nyata dengan perilaku pembelian kompulsif (r=0.435; p<0.01). Artinya, semakin tinggi tingkat kecemasan wanita bekerja terhadap uang, maka semakin tinggi tingkat pembelian kompulsif yang dilakukan wanita bekerja. Dimensi retention-time memiliki hubungan negatif nyata dengan perilaku pembelian kompulsif (r=-0.394; p<0.01). Artinya, semakin baik sikap wanita bekerja dalam merencanakan keuangan untuk masa depan, maka semakin rendah tingkat pembelian kompulsif yang dilakukan wanita bekerja. Selain itu, variabel penggunaan kartu kredit menunjukkan hubungan positif nyata dengan perilaku pembelian kompulsif (r=0.635; p<0.01). Dalam hal ini, semakin tinggi skor penggunaan kartu kredit, semakin tidak bijak (misuse) perilaku wanita bekerja dalam menggunakan kartu kredit yang dimilikinya. Artinya, semakin tidak bijak (misuse) wanita bekerja dalam menggunakan kartu kredit yang dimilikinya, semakin tinggi pembelian kompulsif yang dilakukan wanita bekerja.

22

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku penggunaan kartu kredit

Hasil analisis regresi menunjukkan nilai Adjusted R Square pada uji pengaruh terhadap penggunaan kartu kredit adalah 0.175. Hal ini berarti 17.5 persen penggunaan kartu kredit dapat dijelaskan oleh variabel-variabel yang diteliti, sementara sisanya 82.5 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti, diantaranya: pengetahuan, persepsi (Ismail, Amin, Syaheri, dan Hasyim 2014), dan kebutuhan (Ludlum, Tilker, Ritter, Cowart, Xu, dan Smith 2012). Secara parsial, terdapat pengaruh negatif dan nyata antara lama pendidikan wanita bekerja terhadap penggunaan kartu kredit (β=-0.398; p<0.05). Artinya semakin lama jenjang pendidikan yang dimiliki wanita bekerja, akan menurunkan satu satuan penggunaan kartu kredit sebesar 1.472 poin. Selanjutnya, terdapat pengaruh positif dan nyata antara dimensi anxiety terhadap penggunaan kartu kredit (β=0.385; p<0.05). Semakin tinggi tingkat kecemasan wanita bekerja terhadap uang, maka akan menaikkan satu satuan penggunaan kartu kredit sebesar 0.259 poin (Tabel 18).

Persamaan regresi faktor-faktor yang memengaruhi perilaku penggunaan kartu kredit adalah:

Y1 = 15.229+0.071X1 -1.472X2+9.784E-7X3 -1.178X4 -1.524D1+0.018X5 -0.037X6 +0.259X7 +0.223X8-0.068X9+

Tabel 18 Hasil analisis regresi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku penggunaan kartu kredit

Keterangan: *Nyata pada p<0.05 Variabel Koefisien Tak Terstandardisasi Koefisien Terstandardisasi Sig. B Beta Konstanta 15.229 0.422 Usia (X1) (tahun) 0.071 0.076 0.695

Lama pendidikan (X2) (tahun) -1.472 -0.398 0.012*

Pendapatan individu (X3) (rupiah) 9.784E-7 0.245 0.132

Besar keluarga (X4) (orang) -1.178 -0.156 0.274

Status pernikahan (0= Belum menikah; 1= Menikah). (D1)

-1.524 -0.073 0.648

Self-esteem (X5) (indeks) 0.018 0.022 0.887

Power prestige (X6) (indeks) -0.037 -0.056 0.744

Anxiety (X7) (indeks) 0.259 0.385 0.023* Distrust (X8) (indeks) 0.223 0.222 0.097 Retention-time (X9) (indeks) -0.068 -0.091 0.558 N 60 Df 10 R2 0.320 Adjusted R Square 0.175 F 2.209 Sig. 0.034*

23

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pembelian kompulsif

Hasil analisis regresi menunjukkan nilai Adjusted R Square pada uji pengaruh terhadap perilaku pembelian kompulsif adalah 0.519. Hal ini berarti 51.9 persen perilaku pembelian kompulsif dapat dijelaskan oleh variabel-variabel penelitian, sementara sisanya 48.1 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Secara parsial, terdapat pengaruh negatif dan nyata dimensi retention-time terhadap perilaku pembelian kompulsif (β=-0.351; p<0.01). Selanjutnya, terdapat pengaruh positif dan nyata penggunaan kartu kredit terhadap perilaku pembelian kompulsif (β=0.606; p<0.01). Dengan demikian, variabel penggunaan kartu kredit adalah yang paling tinggi pengaruhnya dibandingkan dengan variabel lainnya (Tabel 19).

Tabel 19 Hasil analisis regresi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pembelian kompulsif

Keterangan: ** Nyata pada p<0.01

Persamaan regresi faktor-faktor yang memengaruhi perilaku pembelian kompulsif adalah:

Y1 = 36.141+0.067X1 -0.010+0.114X3 -0.081X4 -0.276X5+0.638X6 + Setiap peningkatan satu satuan retention-time akan menurunkan pembelian kompulsif sebesar 0.276 poin. Setiap peningkatan satu satuan penggunaan kartu kredit, maka akan menaikkan pembelian kompulsif sebesar 0.638 poin.

Variabel Koefisien Tak Terstandardisasi Koefisien Terstandardisasi Sig. B Beta Konstanta 36.141 0.002 Self-esteem (X1) (indeks) 0.067 0.078 0.492 Power prestige (X2) (indeks) -0.010 -0.015 0.896 Anxiety (X3) (indeks) 0.114 0.160 0.195 Distrust (X4) (indeks) -0.081 -0.076 0.432 Retention-time (X5) (indeks) -0.276 -0.351 0.002** Penggunaan kartu kredit (X6) (indeks) 0.638 0.606 0.000** N 60 Df 6 R2 0.568 Adjusted R Square 0.519 F 11.613 Sig. 0.000**

24

Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab faktor-faktor yang berhubungan dan memengaruhi penggunaan kartu kredit dan perilaku pembelian kompulsif pada wanita bekerja. Pada penelitian ini, terdapat tiga hipotesis penelitian. Hipotesis pertama adalah terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu, self-esteem, money attitude, dan perilaku penggunaan kartu kredit dengan perilaku pembelian kompulsif. Hipotesis kedua adalah terdapat pengaruh nyata antara karakteristik individu, self-esteem, dan money attitude terhadap penggunaan kartu kredit pada wanita bekerja. Hipotesis ketiga adalah terdapat pengaruh nyata antara self-esteem, money attitude, dan penggunaan kartu kredit terhadap perilaku pembelian kompulsif pada wanita bekerja. Hasil penelitian menunjukkan ketiga hipotesis hanya dapat terjawab sebagian. Pada hipotesis pertama, hipotesis yang dapat dijawab adalah terdapat hubungan nyata antara dimensi power prestige, anxiety, retention-time, dan penggunaan kartu kredit dengan perilaku pembelian kompulsif. Pada hipotesis kedua, hipotesis yang dapat dijawab adalah terdapat pengaruh nyata antara lama pendidikan dan anxiety terhadap penggunaan kartu kredit. Sementara itu, pada hipotesis ketiga, hipotesis yang dapat dijawab adalah terdapat pengaruh nyata antara retention-time dan penggunaan kartu kredit terhadap perilaku pembelian kompulsif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hipotesis didukung sebagian.

Contoh pada penelitian ini adalah wanita bekerja dengan rata-rata usia adalah 35 tahun dan termasuk pada kategori dewasa muda. Berdasarkan studi yang dilakukan Dittmar (2005), Li, Unger, dan Bi (2014), Verheij (2014), dan Black (2007), gender berpengaruh positif nyata terhadap pembelian kompulsif dengan wanita cenderung lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Penelitian Dittmar (2005), Ergin (2010), dan Saleem dan Salaria (2010) menyatakan bahwa usia berpengaruh nyata terhadap perilaku pembelian kompulsif dan sebagian besar yang terpengaruh adalah konsumen muda.

Rata-rata lama pendidikan wanita bekerja adalah 16 tahun dan termasuk pada jenjang sarjana. Selain itu, rata-rata pendapatan per bulan wanita bekerja sebesar 12 juta rupiah. Rata-rata pendapatan wanita bekerja yang relatif tinggi tersebut dipengaruhi oleh jenis pekerjaan wanita bekerja yang beragam, diantaranya Pegawai Negeri Sipil (PNS), pegawai swasta, dan wiraswasta. Studi yang dilakukan Dittmar (2005) yang menyatakan bahwa pendidikan dan variabel finansial (pendapatan dan pengeluaran individu) tidak berhubungan myata terhadap perilaku pembelian kompulsif. Namun hal tersebut tidak sesuai dengan Verheij (2014) yang menyatakan bahwa pendidikan dan pendapatan memiliki hubungan nyata terhadap pembelian kompulsif, semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi peluang seseorang untuk menjadi pembeli kompulsif.

Menurut Durvasula dan Lysonksi (2007), power prestige adalah sikap seseorang yang melihat uang sebagai alat untuk mendapatkan kekuasaan, lalu anxiety adalah sikap seseorang yang menganggap uang sebagai sumber kecemasan

Dokumen terkait