• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Rerata Tinggi Tanaman Stevia

Hasil analisis ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa rata - rata tinggi tanaman stevia tidak dipengaruhi oleh interaksi antara perlakuan jenis mulsa dan dosis pupuk nitrogen disetiap umur pengamatan. Rerata tinggi tanaman stevia dipengaruhi oleh perlakuan jenis mulsa pada umur 7, 14, 42, 63, dan 70 HST (Hari Setelah Tanam), tetapi tidak berbeda nyata pada umur 21, 28, 49 HST. Rerata tinggi tanaman stevia pada berbagai dosis pupuk nitrogen tidak berbeda nyata di setiap umur pengamatan. Rerata tinggi tanaman stevia disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rerata tinggi tanaman stevia akibat perlakuan jenis mulsa dan dosis pupuk nitrogen pada setiap umur pengamatan.

Perlakuan Rerata Tinggi Tanaman (cm) HST

7 14 21 28 42 49 63 70 Mulsa Tanpa Mulsa 7,29 a 9,11 a 11,46 16,25 11,91 b 13,91 12,96 b 17,72 b Mulsa MPHP 8,38 b 10,15 b 11,63 15,95 10,30 a 12,03 10,74 a 13,06 a Mulsa Jerami 7,65 ab 9,90 ab 11,69 17,26 11,36 ab 13,43 12,96 b 19,08 b BNT 0,05 0,73 1 tn tn 1,11 tn 1,02 3,32 KK (%) 4,15 4,54 8,04 12,9 7,55 8,57 3,7 8,82 Nitrogen Tanpa N 7,57 9,47 11,33 15,76 11,55 13,4 12,11 16,81 N 100 kg ha-1 7,68 9,5 11,2 16,56 10,9 13,02 12,14 16,57 N 200 kg ha-1 8,07 10,19 12,24 17,52 11,11 12,93 12,37 16,47 BNT 0,05 tn tn tn tn tn tn tn tn KK (%) 9,3 7,07 8,7 17,54 9,96 14,05 10,26 13,58

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolo m yang sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%; HST= Ha ri Sete lah Tana m; BNT 5% = Beda Nyata Terkecil taraf 5%, tn = tida k nyata, MPHP= Mulsa plastik hitam perak, *= data transformasi, KK = Koefisien Keragaman

Pada Tabel 1 didapatkan bahwa rerata tinggi tanaman stevia pada perlakuan mulsa MPHP dan mulsa jerami lebih tinggi dibanding dengan rerata tinggi tanaman stevia pada perlakuan tanpa mulsa pada umur 7 – 14 HST. Pada umur 42, 63, dan 70 HST, rerata tinggi tanaman stevia pada perlakuan tanpa mulsa dan mulsa jerami lebih tinggi dibanding dengan rerata tinggi tanaman stevia pada

mulsa MPHP. Rerata tinggi tanaman stevia pada berbagai dosis pupuk nitrogen tidak berbeda nyata disetiap umur pengamatan.

2. Rerata Jumlah Daun Tanaman Stevia

Pada umur 42 HST, rerata jumlah daun stevia dipengaruhi oleh interaksi antara perlakuan jenis mulsa dan dosis pupuk nitrogen (Lampiran 2). Rerata jumlah daun stevia akibat interaksi perlakuan jenis mulsa dan dosis pupuk nitrogen disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rerata jumlah daun stevia akibat interaksi perlakuan jenis mulsa dan dosis pupuk nitrogen pada umur 42 HST.

Perlakuan

Rerata Jumlah Daun Stevia pada Umur Pengamatan 42 HST

Pupuk Nitrogen (kg ha-1)

Mulsa Tanpa N 100 200

Tanpa Mulsa 31,5 cde 24,67 abc 30,17 bcd Mulsa MPHP 25,78 abc 19,61 a 28,17 bc

Mulsa Jerami 23,61 ab 36,67 de 38,33 e

BNT 0,05 7,83

KK (%) 17,69

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolo m yang sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%; HST= Ha ri Sete lah Tana m; BNT 5% = Beda Nyata Terkec il taraf 5%, M PHP = Mu lsa plastik hita m pera k, N = Nitrogen KK = Koefisien Keragaman

Hasil analisis ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa rerata jumlah daun tidak berbeda nyata pada pelakuan tanpa mulsa dengan berbagai dosis pupuk nitrogen. Rerata jumlah daun pada perlakuan mulsa MPHP dengan nitrogen 200 kg ha-1lebih tinggi dibanding dengan rerata jumlah daun pada perlakuan mulsa MPHP dengannitrogen 100 kg ha-1. Rerata jumlah daun pada perlakuan mulsa jerami dengan dosis nitrogen 100 kg ha-1 dan 200 kg ha-1 lebih tinggi dibandingkan rerata jumlah daun padaperlakuan mulsa jerami dengan tanpa nitrogen.

Secara terpisah, rerata jumlah daun pada perlakuan jenis mulsa tidak berbeda nyata pada umur 7, 14, 21, 28, dan 42 HST, tetapi berbeda nyata pada umur 49, 63, dan 70 HST. Rerata jumlah daun pada dosis pupuk nitrogen tidak berbeda nyata pada umur 7, 14, 42, 63, dan 70 HST, tetapi berbeda nyata pada umur 21, 28, dan 49 HST. Rerata jumlah daun pada perlakuan tanpa mulsa dan mulsa jerami lebih tinggi dibanding dengan rerata jumlah daun pada perlakuan

mulsa MPHP pada umur 49 HST. Pada umur 63 - 70 HST, rerata jumlah daun pada perlakuan mulsa jerami lebih tinggi dibanding dengan rerata jumlah daun pada perlakuan tanpa mulsa dan mulsa MPHP. Rerata jumlah daun pada perlakuan tanpa pupuk nitrogen dan pupuk nitrogen 200 kg ha-1 lebih tinggi dibanding dengan rerata jumlah daun pada perlakuan pupuk nitrogen 100 kg ha-1 pada umur 21 HST. Pada umur 28 dan 49 HST, rerata jumlah daun pada perlakuan pupuk nitrogen 200 kg ha-1 lebih tinggi dibanding tanpa pupuk nitrogen dan pupuknitrogen 100 kg ha-1. Rerata jumlah daun stevia disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rerata jumlah daun tanaman stevia akibat perlakuan jenis mulsa dan

dosis pupuk nitrogen pada setiap umur pengamatan.

Perlakuan Rerata Jumlah Daun (Helai) HST

7 14 21 28 49 63 70 Mulsa Tanpa Mulsa 11,08 15,11 19,69 28,35 42,83 ab 61,17 a* 95,89 a* Mulsa MPHP 9,75 14,13 18,8 29,33 36,85 a 58,80 a* 97,83 a* Mulsa Jerami 10 15,17 19,3 33,68 57,24 b 101,33 b* 181,11 b* BNT 0,05 tn tn tn tn 19,71 30 73,55 KK (%) 12,95 17,58 18,25 11,42 19,05 16,49 10,34 Nitrogen Tanpa N 10,63 15,17 19,53 ab 28,61 a 44,1 a 69* 105,3* N 100 kg ha-1 9,33 13,33 16,33 a 26,86 a 42,10 a 72,94* 134,97* N 200 kg ha-1 10,86 15,91 21,94 b 35,89 b 50,72 b 79,36* 134,56* BNT 0,05 tn tn 5,16 6,04 7,02 tn tn KK (%) 15,3 15 15,05 19,3 14,98 11,54 16,96

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolo m yang sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%; HST= Ha ri Sete lah Tana m; BNT 5% = Beda Nyata Terkecil taraf 5%, tn = tida k nyata, MPHP= Mulsa plastik hitam perak, *= data transformasi, KK = Koefisien Keragaman

3. Rerata Luas Daun Tanaman Stevia

Pada umur 63 HST, rerata luas daun stevia dipengaruhi oleh interaksi antara jenis mulsa dan dosis pupuk nitrogen (Lampiran 3). Rerata luas daun tidak berbeda nyata pada pelakuan tanpa mulsa dengan berbagai dosis pupuk nitrogen. Rerata luas daun tidak berbeda nyata pada pelakuan mulsa MPHP dengan berbagai dosis pupuk nitrogen. Rerata luas daun pada perlakuan mulsa jerami dengan dosis nitrogen 100 kg ha-1 dan 200 kg ha-1 lebih tinggi dibandingkan rerata jumlah daun padaperlakuan mulsa jerami dengan tanpa nitrogen.

Rerata luas daun stevia akibat interaksi perlakuan jenis mulsa dan dosis pupuk nitrogen disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rerata luas daun stevia akibat interaksi perlakuan jenis mulsa dan dosis pupuk nitrogen pada umur 63 HST

Perlakuan

Rerata Luas Daun Stevia pada Umur Pengamatan 63 HST

Pupuk Nitrogen (kg ha-1)

Mulsa Tanpa N 100 200

Tanpa Mulsa 155,84c* 112,9 abc* 144,66 c* Mulsa MPHP 93,54 ab* 83,01 a* 88,15 ab* Mulsa Jerami 130,7 bc* 256,78 d* 268,38 d*

BNT 0,05 4,84

KK (%) 23,85

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolo m yang sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%; HST= Ha ri Sete lah Tana m; BNT 5% =Beda Nyata Terkec il taraf 5% , MPHP = Mulsa plastik hita m pera k, N = Nitrogen, * = data transformasi, KK = Koefisien Keragaman

Secara terpisah, rerata luas daun stevia pada perlakuan jenis mulsa tidak berbeda nyata pada umur 7, 21, dan 28 HST, tetapi berbeda nyata pada umur 14, 42, 49, 63 dan 70 HST. Rerata luas daun pada perlakuan dosis pupuk nitrogen tidak berbeda nyata pada umur 7, 14, 21, 28, 49, 63, dan 70 HST, tetapi berbeda nyata pada umur 42 HST. Rerata luas daun stevia disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rerata luas daun stevia akibat perlakuan jenis mulsa dan dosis pupuk nitrogen pada setiap umur pengamatan

Perlakuan Rerata Luas Daun (Helai) HST

7 14 21 28 42 49 70

Mulsa

Tanpa Mulsa 12,15* 21,04 b 46,72* 116,92* 50,4 ab* 103,95 ab* 274,87 a*

Mulsa MPHP 12,17* 18,6 a 36* 101,6* 36,08 a* 76,24 a* 247,97a* Mulsa Jerami 12,8* 21,24 b 45,14* 143,26* 61,7 b* 156,63 b* 605,39 b* BNT 0,05 tn 1,98 tn tn 3,65 5,05 12,81 KK (%) 18,58 4,31 12,39 15,95 13,65 12,48 17,56 Nitrogen Tanpa N 12,06* 21,82 42,85* 111,02* 47,6 ab* 108,51* 287,7* N 100 kg ha-1 12,09* 17,68 34,46* 96,71* 40,88 a* 93,81* 417,9* N 200 kg ha-1 12,97* 21,39 50,56* 154,05* 59,7b* 134,5* 422,63* BNT 0,05 tn tn tn tn 3,26 tn tn KK (%) 14,05 17,13 14,23 18 15,55 15,47 16,47

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolo m yang sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%; HST= Ha ri Sete lah Tana m; BNT 5% = Beda Nyata Terkecil taraf 5%, tn = tida k nyata, MPHP= Mulsa plastik hitam perak, *= data transformasi, KK = Koefisien Keragaman

Pada tabel 5 didapatkan bahwa rerata luas daun pada perlakuan tanpa mulsa dan mulsa jerami lebih tinggi dibanding dengan rerata luas daun pada perlakuan mulsa MPHP pada umur 14, 42, dan 49 HST. Pada umur 63 - 70 HST, rerata luas daun pada perlakuan mulsa jerami lebih tinggi dibanding dengan rerata luas daun pada perlakuan tanpa mulsa dan mulsa MPHP. Rerata luas daun pada perlakuan tanpa nitrogen dan nitrogen 200 kg ha-1 lebih tinggi dibanding dengan rerata luas daun pada perlakuan nitrogen 100 kg ha-1 pada umur 42 HST.

4. Rerata Waktu Panen, Bobot Segar Total, Bobot Kering Total, Rerata Kandungan Steviosida dan Total Kandungan Steviosida pada Tanaman Stevia

Pada waktu panen kedua, rerata waktu panen tanaman stevia dipengaruhi oleh interaksi antara perlakuan jenis mulsa dan dosis pupuk nitrogen (Lampiran 4). Rerata waktu panen tanaman stevia akibat interaksi perlakuan jenis mulsa dan dosis pupuk nitrogen disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rerata waktu panen tanaman stevia akibat Interaksi perlakuan jenis mulsa dan dosis pupuk nitrogen pada panen kedua.

Perlakuan Rerata Waktu Panen Stevia pada Panen Kedua Pupuk Nitrogen (kg ha-1) Mulsa Tanpa N 100 200 Tanpa Mulsa 54,33 ab 54 a 54,33 ab Mulsa MPHP 55,67 cd 57 e 56,33 de Mulsa Jerami 55 bc 54 a 54 a BNT 0,05 1 KK (%) 1,02

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolo m yang sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%; HST= Ha ri Sete lah Tana m; BNT 5% = Beda Nyata Terkec il tara f 5%, MPHP = Mu lsa plastik hita m perak, N= Nitrogen, KK = Koefisien Keragaman

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa rerata waktu panen pada perlakuan tanpa mulsa dengan berbagai dosis pupuk nitrogen tidak berbeda nyata. Rerata waktu panen pada perlakuan mulsa MPHP dengan berbagai dosis pupuk nitrogen tidak berbeda nyata. Rerata waktu panen pada perlakuan mulsa jerami dengan pupuk nitrogen 100 kg ha-1 dan nitrogen 200 kg ha-1 lebih cepat dibandingrerata waktu panen pada perlakuanmulsa jerami dengan tanpa nitrogen.

Secara terpisah, rerata waktu panen tanaman stevia pada jenis mulsa berbeda nyata pada panen ketiga tetapi pada panen kesatu tidak berbeda nyata.

Nitrogen

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa bobot segar total tanaman stevia tidak dipengaruhi oleh interaksi antara perlakuan jenis mulsa dan dosis pupuk nitrogen (Lampiran 5). Secara terpisah, bobot segar total tanaman stevia pada perlakuan jenis mulsa berbeda nyata pada panen kedua dan panen ketiga sedangkan pada panen kesatu tidak berbeda nyata. Bobot segar total tanaman stevia pada perlakuan dosis pupuk nitrogen berbeda nyata pada panen kesatu, tetapi pada panen kedua dan ketiga tidak berbeda nyata. Hasil analisis ragam menunjukan bahwa bobot kering total tanaman stevia tidak dipengaruhi oleh interaksi antara perlakuan jenis mulsa dan dosis pupuk nitrogen (Lampiran 6). Secara terpisah, bobot kering total tanaman stevia pada perlakuan jenis mulsa berbeda nyata pada panen kesatu dan ketiga, tetapi pada panen kedua tidak berbeda nyata. Bobot kering total tanaman stevia pada dosis pupuk nitrogen berbeda nyata pada panen kesatu, tetapi pada panen kedua dan ketiga tidak berbeda nyata. Rerata waktu panen, bobot segar total dan bobot kering total disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Rerata waktu panen, bobot segar total, dan bobo t kering total tanaman stevia akibat perlakuan jenis mulsa dan dosis nitrogen pada setiap waktu panen.

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolo m yang sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%; HST= Ha ri Sete lah Tana m; BNT 5% = Beda Nyata Terkecil taraf 5%, tn = tida k nyata, MPHP= Mulsa plastik hitam perak, *= data transformasi, KK = Koefisien Keragaman

Pada Tabel 7 didapatkan bahwa rerata waktu panen pada perlakuan mulsa MPHP lebih lama dibandingkan dengan rerata waktu panen pada perlakuan tanpa

Perlakuan

Rerata Waktu Panen (HST)

Rerata Bobot Segar Total (g m-2)

Rerata Bobot Kering Total (g m-2)

ke-1 ke-3 ke-1 ke-2 ke-3 ke-1 ke-2 ke-3

Mulsa

Tanpa Mulsa 26,11 75,44 a 71,16* 91,19ab 129,09ab* 15,48 b* 16,19 29,36 ab*

Mulsa MPHP 27,67 78,78 b 44,33* 74,84 a 117,38 a* 8,89 a* 14,37 24,96 a* Mulsa Jerami 27,67 75,89 a 87,81* 125,08b 201,97b* 15,96 b* 20,5 44,07 b* BNT 0,05 tn 2,05 tn 43,04 2,95 0,78 tn 1,31 KK (%) 10,8 1,18 24,6 19,57 10,8 9,44 21,13 10,32 Tanpa N 27,67 77,44 55,74 a* 99,11 127,09* 10,74 a* 16,82 27,3* N 100 kg ha-1 27,67 76,33 67,32ab* 92,04 161,17* 13,44 ab* 16,44 35,56* N 200 kg ha-1 26,11 76,33 80,23 b* 99,96 160,18* 16,13 b* 17,79 35,52* BNT 0,05 tn tn 1,57 tn tn 0,77 tn tn KK (%) 11,07 1,37 11 16,76 13,36 11,9 19,88 13,18

mulsa dan mulsa jerami pada panen kedua dan ketiga. Rerata waktu panen pada perlakuan mulsa jerami tidak berbeda nyata dengan tanpa mulsa pada panen kedua dan ketiga. Bobot segar total dan bobot kering total pada perlakuan mulsa jerami dan tanpa mulsa lebih tinggi dibanding dengan bobot segar total dan bobot kering totalpada perlakuan mulsa MPHP. Bobot segar total dan bobot kering total pada perlakuan dosis pupuk nitrogen 200 kg ha-1 dan pupuk nitrogen 100 kg ha-1 lebih tinggi dibanding bobot segar total dan bobot kering total pada perlakuan tanpa nitrogen pada panen kesatu.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa rerata kandungan steviosida dan total steviosida pada tanaman stevia tidak dipengaruhi oleh interaksi antara jenis mulsa dan dosis pupuk nitrogen (Lampiran 7 dan 8). Rerata kandungan steviosida dan total kandungan steviosida pada tanaman stevia akibat perlakuan jenis mulsa dan dosis pupuk nitrogen disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Rerata kandungan steviosida dan total steviosida pada tanaman stevia akibat perlakuan jenis mulsa dan dosis pupuk nitrogen.

Perlakuan Rerata Steviosida Total Steviosida (mg g-1 bobot segar) (g m-2 bobot segar) Mulsa Tanpa Mulsa 9,45 a 0,68* Mulsa MPHP 10,78 b 0,49* Mulsa Jerami 10,59 b 0,93* BNT 0,05 0,37 tn KK (%) 1,6 14,15 Nitrogen Tanpa N 9,72 a 0,54 a* N 100 kg ha-1 10,09 a 0,68 ab* N 200 kg ha-1 11 b 0,88 b* BNT 0,05 0,45 0,29 KK (%) 2,5 6,56

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolo m yang sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%; HST= Hari Setelah Tana m; BNT 5% = Beda Nyata Terkecil taraf 5%, tn = tida k nyata, MPHP= Mulsa plastik hitam perak, *= data transformasi, KK = Koefisien Keragaman

Pada Tabel 8 didapatkan bahwa rerata kandungan steviosida tertinggi terdapat pada perlakuan mulsa MPHP dan mulsa jerami dibandingkan dengan rerata kandungan steviosida pada perlakuan tanpa mulsa. Rerata kandungan

steviosida pada perlakuan mulsa MPHP dan mulsa jerami tidak berbeda nyata. Rerata kandungan steviosida tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk nitrogen 200 kg ha-1 dibanding dengan rerata kandungan steviosida pada perlakuan tanpa nitrogen dan nitrogen 100 kg ha-1. Rerata kandungan steviosida pada perlakuan tanpa nitrogen dan nitrogen 100 kg ha-1 tidak berbeda nyata. Secara terpisah, total kandungan steviosida pada perlakuan jenis mulsa tidak berbeda nyata. Total kandungan steviosida pada perlakuan nitrogen 100 kg ha-1 dan 200 kg ha-1 tidak berbeda nyata dan lebih tinggi dibanding dengan total kandungan steviosida pada perlakuan tanpa nitrogen.

5. Kondisi Iklim Mikro

Hasil analisis ragam (Lampiran 9) menunjukkan bahwa rerata suhu tanah dan rerata kelembaban tanah tidak dipengaruhi oleh interaksi antara perlakuan jenis mulsa dan dosis pupuk nitrogen di setiap umur pengamatan. Secara terpisah, rerata suhu tanah minimum (05.00 – 06.00), rerata suhu tanah maksimum (13.00 – 14.00) dan rerata kelembaban tanah pagi hari (05.00 – 06.00) pada perlakuan jenis mulsa berbeda nyata tetapi rerata kelembaban tanah siang hari (13.00 – 14.00) pada perlakuan jenis mulsa tidak berbeda nyata. Rerata suhu tanah minimum, rerata suhu tanah maksimum dan rerata kelembaban tanah pagi hari pada perlakuan dosis pupuk nitrogen tidak berbeda nyata, tetapi rerata kelembaban tanah siang hari pada perlakuan pupuk nitrogen berbeda nyata. Rerata suhu tanah minimum pada perlakuan mulsa MPHP dan mulsa jerami lebih tinggi dibandingkan dengan rerata suhu tanah minimum pada perlakuan tanpa mulsa. Sedangkan rerata suhu tanah maksimum pada perlakuan tanpa mulsa lebih tinggi dibandingkan dengan rerata suhu tanah maksimum pada perlakuan mulsa MPHP dan mulsa jerami. Rerata kelembaban pagi pada perlakuan mulsa MPHP dan mulsa jerami lebih tinggi dibandingkan dengan rerata kelembaban pagi pada perlakuan tanpa mulsa. Rerata kelembaban tanah pagi pada perlakuantanpa mulsa berbeda nyata dengan rerata kelembaban pagi pada perlakuan mulsa MPHP dan mulsa jerami. Rerata kelembaban tanah siang hari pada perlakuan dosis pupuk nitrogen 100 kg ha-1 dan 200 kg ha-1 lebih tinggi dibandingkan dengan rerata kelembaban tanah siang hari pada perlakuan tanpa nitrogen. Data iklim mikro disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Rerata suhu tanah, rerata kelembaban tanah dan rerata suhu udara akibat perlakuan jenis mulsa dan dosis pupuk nitrogen.

Perlakuan

Rerata Suhu Rerata Kelembaban Rerata Suhu Udara

Tanah (oC) Tanah (%) (oC)

Min Max Pagi Siang Min Max

Mulsa Tanpa Mulsa 25,17 a 29,35 b 65,3 a 60,74 20,3 35,86 Mulsa MPHP 25,59 b 27,25 a 86,03 b 62,42 20,45 38,41 Mulsa Jerami 25,68 b 27,40 a 85,73 b 60,35 20,26 36,29 BNT 0,05 0,69 1,58 11,5 tn - - KK (%) 1,2 2,49 6,42 6,83 Nitrogen Tanpa N 25,48 28,05 77,98 49,73 a - - N 100 kg ha-1 25,4 27,91 79,16 66,73 b - - N 200 kg ha-1 25,57 28,04 79,92 67,06 b - - BNT 0,05 tn tn tn 67,07 - - KK (%) 1,78 1,37 2,9 6,24

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolo m yang sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%; HST= Ha ri Sete lah Tana m; BNT 5% = Beda Nyata Terkecil taraf 5%, tn = tida k nyata, MPHP= Mulsa plastik hitam perak, *= data transformasi, KK = Koefisien Keragaman

Pada tabel 9, rerata suhu udara minimum di atas mulsa MPHP lebih tinggi dibanding dengan tanpa mulsa dan mulsa jerami. Sedangkan rerata suhu udara maksimum di atas mulsa MPHP lebih tinggi dibanding dengan rerata suhu udara maksimum di atas mulsa jerami dan tanpa mulsa.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pertumbuhan Tanaman Stevia akibat Perlakuan Jenis Mulsa dan Dosis Pupuk Nitrogen

1. Rerata Tinggi Tanaman Stevia

Rata-rata tinggi tanaman stevia tidak dipengaruhi oleh interaksi antara perlakuan jenis mulsa dan dosis pupuk nitrogen di setiap umur pengamatan, akan tetapi secara tunggal rerata tinggi tanaman pada perlak uan jenis mulsa berbeda nyata. Rerata tinggi tanaman stevia pada perlakuan mulsa MPHP dan mulsa jerami lebih tinggi dibanding dengan rerata tinggi tanaman stevia pada perlakuan tanpa mulsa pada umur 7 – 14 HST. Hal ini dikarenakan penggunaan mulsa menyebabkan peningkatan kelembaban tanah dan penurunan suhu tanah pada siang hari. Pada percobaan ini, mulsa MPHP dapat menurunkan rata – rata suhu

tanah sebesar 2,1 oC dengan rata-rata kelembaban 86,03% dan mulsa jerami sebesar 1,95 oC dengan rata-rata kelembaban 85,73%. Menurut Darmawan et al., (2014), lahan yang diberi mulsa memiliki temperatur tanah yang cenderung rendah dan kelembaban tinggi dimana pada kondisi seperti ini sangat menguntungkan tanaman pada fase pertumbuhan. Akan tetapi, pada umur 42, 63, 70 HST, rerata tinggi tanaman stevia pada perlakuan tanpa mulsa dan mulsa jerami lebih tinggi dibanding rerata tinggi tanaman stevia pada mulsa MPHP setelah dilakukan pemangkasan pertama pada interval umur 23 – 29 HST dan pemangkasan kedua pada interval umur 55 – 57 HST. Tingginya temperatur udara maksimum di atas permukaan mulsa MPHP (38,41oC) diakibatkan oleh pantulan cahaya matahari yang berpengaruh pada peningkatan suhu udara mikro. Menurut Fahrurrozi dan Stewart (1994), mulsa plastik perak dapat memantulkan sebanyak 33% cahaya yang menerpa permukaan mulsa. Radiasi cahaya matahari yang dipancarkan sebagian besar dapat ditahan, dipantulkan dan diserap sehingga terjadi peningkatan suhu permukaan mulsa dan kemudian diteruskan kepermukaan tanah sampai kedalaman tertentu (Nasrudin dan Hanum, 2015). Peningkatan temperatur udara di atas permukaan tanaman menyebabkan kematian sel pada luka bekas pangkasan tajuk tanaman. Tingginya suhu udara diatas permukaan mulsa MPHP mengakibatkan sebagian jaringan tanaman mengering akibatnya, pertumbuhan tanaman stevia terhambat. Menurut Sudaryono (2004), intensitas matahari yang tinggi dapat menyebabkan laju transpirasi tinggi sehingga bagian tubuh dalam tanaman akan kekurangan air yang dapat berakibat pengkerdilan disebabkan penghentian pembelahan atau pembesaran sel.

2. Rerata Jumlah Daun Tanaman Stevia

Rerata jumlah daun tanaman stevia dipengaruhi oleh interaksi antara jenis mulsa dan dosis pupuk nitrogen pada umur 42 HST. Rerata jumlah daun tidak berbeda nyata pada pelakuan tanpa mulsa dengan berbagai dosis pupuk nitrogen. Jumlah daun suatu tanaman pada umumnya berbanding lurus seiring peningkatan dosis nitrogen mencapai dosis optimum. Hal ini dikarenakan lahan yang tidak ditutupi dengan mulsa memiliki potensi kehilangan unsur hara yang tinggi terutama unsur hara anorganik yang bersifat higroskopis seperti nitrogen sehingga, pemberian tidak memberikan pengaruh pada peningkatan jumlah daun stevia di

lahan tanpa mulsa. Rerata jumlah daun pada perlakuan mulsa MPHP dengan nitrogen 200 kg ha-1 lebih tinggi dibanding dengan rerata jumlah daun pada mulsa MPHP dengan nitrogen 100 kg ha-1. Mulsa pada umumnya dapat menjaga kelembaban tanah. Jika kelembaban tanah terjaga maka kandungan air tanah juga tersedia dan digunakan untuk penyerapan unsur hara nitrogen secara optimum sehingga pengaruhnya dapat diamati pada pembentukan daun. Rerata jumlah daun pada perlakuan mulsa jerami dengan dosis nitrogen 100 kg ha-1 dan 200 kg ha-1 lebih tinggi dibandingkan rerata jumlah daun pada perlakuan mulsa jerami dengan tanpa nitrogen. Hal ini dikarenakan mulsa jerami dapat mempertahankan kelembaban tanah dengan memperkecil penguapan air tanah sehingga kelembaban tanah tetap terjaga (Noorhadi dan Supriyadi, 2003). Kondisi iklim mikro tersebut mendukung perakaran tanaman dalam menyerap unsur nitrogen dari pupuk urea secara optimum. Unsur nitrogen berperan penting dalam pembentukan organ-organ vegetatif tanaman, salah satunya adalah pembentukan daun, sehingga pada mulsa jerami dengan dosis nitrogen 100 kg ha-1 dan 200 kg ha-1 memberikan hasil jumlah daun lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa nitrogen. Hasil ini sejalan dengan pendapat Djamaan (2006), bahwa aplikasi pupuk urea dengan kondisi lembab menjadikan nutrisi yang terkandung dalam urea, nitrogen mudah diserap oleh akar tanaman yang dipergunakan untuk melakukan pertumbuhan vegetatif, diantaranya pertumbuhan dan pembentukan daun.

Secara terpisah, rerata jumlah daun pada perlakuan jenis mulsa berbeda nyata. Rerata jumlah daun pada perlakuan tanpa mulsa dan mulsa jerami lebih tinggi dibanding dengan rerata jumlah daun pada perlakuan mulsa MPHP pada umur 49 HST. Pada umur 63 - 70 HST, rerata jumlah daun pada perlakuan mulsa jerami lebih tinggi dibanding dengan rerata jumlah daun pada perlakuan tanpa mulsa dan mulsa MPHP. Menurut Damayanti et al., (2013), mulsa organik dapat menstabilkan suhu, menjaga kelembaban dan ketersediaan air tanah yang digunakan untuk translokasi unsur hara dari akar ke daun. Rerata jumlah daun pada perlakuan tanpa pupuk nitrogen dan pupuk nitrogen 200 kg ha-1 lebih tinggi dibanding dengan pupuk nitrogen 100 kg ha-1 pada umur 21 HST. Pada umur 28 dan 49 HST, rerata jumlah daun pada perlakuan pupuk nitrogen 200 kg ha-1 lebih

Dokumen terkait