• Tidak ada hasil yang ditemukan

Panjang bobot

Analisis hubungan panjang dan bobot dilakukan dengan menggunakan data panjang dan bobot ikan pari blentik sebanyak 150 ekor yang terdiri dari 78 ekor ikan betina dan 72 ekor ikan jantan. Hubungan panjang dan bobot dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6.

Gambar 5 Hubungan panjang dan bobot ikan pari blentik betina

Gambar 6 Hubungan panjang dan bobot ikan pari blentik jantan Setelah mendapatkan persamaan untuk ikan jantan dan ikan betina lalu dilakukan uji t untuk menentukan pola pertumbuhannya. Dari hasil uji menunjukan kesimpulan bahwa pola pertumbuhan ikan pari blentik adalah allometrik negatif (b<3, p<0.05). Artinya pertumbuhan panjang ikan lebih cepat dibandingkan pertambahan bobot (Effendi 2002). (Lampiran 2).

W = 0.0007 L2.1496 R² = 79.08 % n = 78 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 0 200 400 600 800 1000 B obot ( g ram ) Panjang (mm) W = 0.0004L2.251 R² = 64.20 % n = 72 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 0 200 400 600 800 1000 B obot ( g ra m ) Panjang (mm)

13

Sebaran Frekuensi Panjang

Jumlah ikan pari blentik yang diambil pada setiap pengambilan contoh di PPP Labuan berjumlah 150 ekor. Gambar 7 dibawah ini adalah sebaran frekuensi ikan pari blentik jantan dan betina di perairan Selat Sunda selama 5 bulan. Berdasarkan hasil pengelompokan dalam kelas panjang didapatkan 9 kelas panjang dengan frekuensi berbeda-beda. Frekuensi tertinggi ikan pari blentik jantan dan betina berada pada selang kelas 436-547 mm, sedangkan frekuensi terendah pari blentik jantan pada selang kelas 100-211 mm, sedangkan frekuensi pari betina tidak ditemukan pada selang kelas ini. Panjang maksimum ikan pari blentik yang didaratkan di PPP Labuan adalah 1107 mm. Perbedaan ukuran dan jumlah salah satu jenis kelamin dalam suatu populasi disebabkan adanya perbedaan pola pertumbuhan, perbedaan umur pertama kali matang gonad dan bertambahnya jenis ikan baru pada suatu populasi ikan yang suda ada (Nikolsky 1963). Menurut Febrianto umumnya perbedaan jumlah ikan jantan dan betina yang tertangkap oleh nelayan berkaitan dengan pola tingkah laku ruaya ikan, baik untuk memijah ataupun mencari makan.

Gambar 7 Sebaran frekuensi panjang ikan pari blentik jantan dan betina Dalam mempelajari umur ikan menggunakan metode frekuensi panjang, bergantung kepada sifat-sifat reproduksi dan pertumbuhan ikan. Untuk dapat mengetahui umur ikan berdasarkana frekuensi panjang digunakan anggapan bahwa ikan yang berada dalam suatu kelompok umur yang mempunyai tendensi membentuk suatu distribusi normal panjang disekitar panjang rata-ratanya. Gambar 8 dan 9 menunjukan pergeseran modus ikan pari blentik betina dan jantan.

0 5 10 15 20 25 30 35 F re kue nsi (% ) Selang kelas (mm) Betina Jantan

14

Waktu (tahun)

Gambar 8 pergeseran modus frekuensi panjang ikan pari betina

Waktu (tahun)

Gambar 9 pergeseran modus frekuensi panjang ikan pari jantan Parameter pertumbuhan dengan metode von Bertalanffy meliputi parameter K, L dan t0 diduga dengan menggunakan model Ford Walford. Model ini merupakan salah satu model yang cukup sederhana untuk menduga parameter pertumbuhan dari contoh yang diambil dalam interval waktu yang sama. Ikan pari blentik betina memiliki umur yang lebih pendek karena nilai koefisien pertumbuhan (K) nya mencapai 0.600 per tahun dengan panjang asimptotik (L sebesar 1110 mm, sedangkan ikan pari jantan memiliki nilai K sebesar 0.540 per tahun dengan panjang asimptotik (L sebesar 1370 mm (Tabel 2). Semakin cepat laju pertumbuhannya maka semakin cepat pula ikan tersebut mendekati panjang asimtotik dan semakin cepat pula ikan tersebut mati. Menurut Sparre dan Venema (1999), semakin rendah koefisien pertumbuhan maka semakin lama waktu yang dibutuhkan oleh spesies tersebut untuk mendekati panjang asimtotik begitupun sebaliknya. Adanya perbedaan nilai K dan L dapat disebabkan oleh dua

faktor yakni faktor internal (keturunan, parasit dan penyakit) dan faktor eksternal (suhu dan ketersediaan makanan) (Effendie 2002).

15

Gambar 10 Kurva pertumbuhan Von Bertalanffy ikan pari batina

Gambar 11 Kurva pertumbuhan Von Bertalanffy ikan pari jantan

Pendugaan parameter pertumbuhan yang meliputi nilai koefisien pertumbuhan (K), panjang asimtotik tubuh ikan (L ), dan umur teoritik ikan pada saat panjang ikan nol dianalisis dengan menggunakan model von Bertalanffy. Pendugaan parameter pertumbuhan ikan pari betina dan jantan disajikan pada Tabel 3. Persamaan pertumbuhan von Bertalanffy untuk ikan pari blentik betina yang diperoleh adalah Lt=1110[1-e-0.600(t+0.100] dan Lt=1370[1-e-0.540(t+0.105 untuk pari jantan. 0 200 400 600 800 1000 1200 -5 0 5 10 15 20 25 Panj ang ( m m ) Waktu Lt=1110*(1-e(-0.600*(t+0.100) 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 -5 0 5 10 15 20 25 Panj ang ( m m ) Waktu Lt=1370*(1-e(-0.540*(t+0.105)))

16

Tabel 2 Parameter pertumbuhan ikan pari blentik betina dan jantan

Parameter pertumbuhan Betina Jantan

L (mm) K (tahun) t0 (waktu) 1370 0.600 -0.100 1370 0.540 -0.105

Ukuran rata rata mencapai matang gonad

Ukuran pertama kali matang gonad merupakan salah satu parameter yang penting dalam penentuan ukuran terkecil ikan yang dapat ditangkap. Awal kematangan gonad biasanya ditentukan berdasarkan umur atau ukuran ketika 50% individu di dalam suatu populasi sudah matang gonad (King 1995 dalam Andy Omar 2004). Lagler et al., (1977) dalam Syamzam (2006) menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi saat ikan pertama kali matang gonad antara lain adalah perbedaan spesies, umur dan ukuran, serta sifat-sifat fisiologi individu yang berbeda jenis kelamin dan juga tempat berpijah yang sesuai.

Analisis ukuran rata-rata matang gonad (Lm50) pada penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode Spearman-Karber (Udupa 1986). ukuran pertama kali matang gonad ikan pari blentik betina adalah 689 mm dengan kisaran panajng total tubuh 660-771, sedangkan untuk pari jantan 889 mm dengan kisaran panjang total tubuh 884-995. Jumlah pari betina dan jantan yang telah mencapai matang gonad selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Ukuran rata-rata mencapai matang gonad dengan frekuensi ikan pari betina dan jantan

Tingkat kematangan gonad

Tingkat kematangan gonad (TKG) adalah tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah.Tingkat kematangan gonad diperlukan

0 5 10 15 20 25 30 35 F re kue nsi ( % ) Selang kelas (mm) betina jantan Lmbetina 689mm Lm jantan 889 mm Lmbetina 689

17

untuk menentukan perbandingan antara organisme yang telah matang gonad dengan yang belum matang, ukuran atau umur organisme pada saat pertama kali matang gonad, untuk menentukan apakah organisme tersebut sudah memijah atau belum, masa pemijahan, dan frekuensi pemijahan. Effendie (1997) mengemukakan bahwa bagi ikan yang mempunyai musim pemijahan sepanjang tahun, pada pengambilan contoh setiap saat akan didapatkan komposisi tingkat kematangan gonad yang terdiri dari berbagai tingkat dengan persentase yang tidak sama, dan tingkat kematangan yang tertinggi akan didapatkan pada saat pemijahan akan tiba.

Sjafei et al., (1991) menyatakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi kematangan gonad ikan di daerah subtropis adalah suhu dan makanan. Pada suhu dibawah optimum maka proses pemijahan tidak dapat berlangsung walaupun kedua induk telah matang gonad. Analisis tingkat kematangan gonad dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai kapan ikan akan memijah, mulai memijah, atau sudah selesai memijah. Tingkat kematangan gonad ikan pari blentik yang diamati selama penelitian terdiri atas TKG I-III. Grafik tingkat kematangan gonad ikan pari betina dan jantan pada setiap pengambilan contoh disajikan pada Gambar 13 dan Gambar 14. Berdasarkan Gambar 13 dan Gambar 14 diketahui bahwa pada setiap pengambilan contoh terdapat ikan pari yang matang gonad. Peningkatan jumlah ikan yang matang gonad dimulai sejak bulan Juli. Ikan pari blentik betina lebih dan jantan diketahui banyak matang gonad pada bulan Juli dan Juli, sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak musim pemijahan ikan pari blentik berlangsung pada bulan Juli dan Juli. (Lampiran 3 dan 4).

Gambar 13 Frekuensi tingkat kematangan gonad ikan pari betina 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

18 Juni 7 Juli 28 Juli 15 Agustus 5-Sep 28-Sep 17 Oktober

Fre k uens i rel at if ( % )

Waktu pengamblan contoh

III II I

18

Gambar 14 Frekuensi tingkat kematangan gonad ikan pari blentik jantan Faktor kondisi

Faktor kondisi menurut Lagler (1977) merupakaan suatu keadaan yang menyatakan kemontokan ikan. Gambar 15 disajikan faktor kondisi ikan pari blentik betina dan jantan selama waktu pengambilan contoh. Nilai fator kondisi ikan pari betina da jantan berfluktuasi setiap bulanya. (Lampiran 5).

Gambar 15 Faktor kondisi rata-rata ikan ikan betina dan jantan berdasarkan waktu pengambilan contoh

Mortalitas dan laju eksploitasi

Penurunan terhadap stok disebabkan oleh dua faktor, yaitu karena mortalitas alami (M) dan eksploitasi spesies yang berupa mortalitas penangkapan (F). Mortalitas dapat terjadi karena adanya aktivitas penangkapan yang dilakukan

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

18 Juni 7 Juli 28 Juli 15 Agust 5-Sep 28-Sep 17 Oktobr

Fre k uens i rel at if ( % )

Waktu pengambilan contoh

III II I 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 Fak tor k ondi si

Waktu pengambilan contoh

Jantan Betina

19

manusia dan faktor alami yang terjadi karena predasi dan penyakit, tetapi menurut King (1995) in Bahdad (2006) faktor terbesarnya adalah predasi. Pendugaan konstanta laju mortalitas total (Z) ikan pari dilakukan dengan kurva hasil tangkapan yang dilinierkan berbasis data panjang. Dugaan mortalitas penangkapan, alami dan total dari ikan pari Neotrygon kuhlii pada Tabel 3. Tingginya nilai mortalitas penangkapan ikan pari dibandingkan nilai mortalitas alaminya menunjukkan bahwa sebagian besar ikan pari mati akibat proses penangkapan. Laju eksploitasi ikan pari sudah melebihi 50% yang artinya diduga pari di Selat Sunda telah mengalami tangkap lebih. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gulland (1971) in Pauly (1984) dimana angka eksploitasi optimal hanya sebesar 50%. (Lampiran 8 dan 9).

Tabel 3 Laju mortalitas dan laju eksploitasi ikan pari blentik selama penelitian

Parameter Betina Betina Jantan M (mortalitas alami) 0.3969 0.3493 F (mortalitas penangkapan) 0.9112 3.1129 Z (mortalitas total) 1.3081 3.4622 E (laju eksploitasi 0.6966 0.8991 Pembahasan

Jumlah contoh yang diperoleh selama penelitian ini sebanyak 150 ekor terdiri dari 78 ekor ikan betina dan 72 ekor ikan jantan. Hasil analisis panjang bobot ikan pari Neotrygon kuhlii diketahui persamaan pola pertumbuhan ikan pari betina adalah W = 0.0007L2.1496 dengan koefisien determinasi (R) 79%, sedangkan untuk ikan pari jantan adalah W = 0.0005L2.251dengan koefisien determinasi (R) 64%. Hal ini menunjukan bahwa ikan pari blentik memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif artinya, pertambahan panjang lebih dominan dari pada pertambahan bobot.

Tingkat kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui informasi tentang kapan ikan akan memijah (Effendie 2002). Ikan pari Neotrygon kuhlii dengan TKG III banyak terdapat pada bulan Juni-Juli (Gambar 13 dan Gambar 14). Oleh karena itu diduga bahwa musim pemijahan ikan pari Neotrygon kuhlii

terjadi pada bulan Juni-Juli. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jahyadi (2011) ikan pari telah memasuki musim puncak pemijahan pada bulan Juni-Juli dan memiliki siklus pemijahan tahunan dimana masa kehamilan sembilan bulan dengan jumlah telur berkisar 1-2 butir yang akan dilahirkan secara keseluruhan pada satu musim pemijahan.

Faktor kondisi ikan pari blentik pada waktu pengamatan cenderung tinggi dibandingkan dengan jantan. Penurunan faktor kondisi ikan pari betina dikarenakan baru selesai memijah atau sedang beradaptasi dengan lingkungan. Sari (2013) menjelaskan faktor kondisi ikan tergantung pada beberapa faktor yakni faktor eksternal lingkungan dan faktor internal diantaranya kematangan gonad. Faktor kondisi menunjukan kemontokan ikan dengan meningkatnya nilai TKG karena semakin besar TKG maka semakin besar pula nilai IKG.

20

Analisis kelompok umur dilakukan untuk melihat perubahan rata-rata panjang ikan disetiap pengambilan contoh. Gambar 8 dan 9 terlihat adanya pergeseran kurva kearah kanan yang menunjukan adanya pertumbuhan pada ikan pari Neotygon kuhlii

Parameter pertumbuhan dengan metode Von Bertalanffy meliputi parameter K, L dan t0 diduga dengan model Ford Walford. Data masukan panjang yang digunakan diperoleh dari hasil analisis metode ELEFAN 1 dalam program FISAT II. Nilai dugaan koefisien pertumbuhan (K) ikan betina lebih tinggi dibanding ikan jantannya (Tabel 2). Hal ini menunjukan bahwa ikan betina lebih cepat mencapai L dibandingkan dengan jantan. Semakin cepat laju pertumbuhan maka semakin cepat ikan mendekati panjang asimtotiknya dan semakin cepat pula ikan tersebut mati. Perbedaan hasil dugaan parameter pertumbuhan (K, L dan t0) dapat dipengaruhi oleh variasi contoh yang digunakan, kondisi lingkungan dan tingkat eksploitasi ikan tersebut. Faktor contoh diantaranya panjang maksimum, panjang minimum dan sebaran panjang ikan yang tertangkap. Semakin besar kisaran antara panjang maksimum dengan panjang minimum maka dugaan yang diperoleh diharapkan akan memberikan hasil yang lebih mewakili keadaan di alam jika dibandingkan dengan kisaran panjang ikan yang lebih kecil.

Ukuran pertama kali matang gonad ikan pari jantan lebih besar dibandingkan dengan ukuran pertama kali matang gonad adalah 889 dengan kisaran panjang total tubuh 884-995 mm sedangkan untuk ikan pari betina 689 mm dengan kisaran panjang total tubuh 660-771 mm. Lagler et al, (1997) menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi saat ikan pertama kali matang gonad antara lain perbedaan spesies, umur dan ukuran serta sifat-sifat fisiologi individu yang berbeda jenis kelamin dan juga berpijah yang sesuai. Adanya perbedaan ukuran pertama kali matang gonad antara ikan jantan dan betina dikarenakan laju pertumbuhan yang berbeda.

Dalam penelitian ini menujukan bahwa nilai mortalitas alami pari betina lebih besar dibandingkan dengan mortalitas ikan pari blentik jantan dimana nilai mortalitas alami pari betina 0.3969 dan jantan sebesar 0.3493, sedangkan untuk mortalitas penangkapan ikan pari betina lebih besar dibandingkan dengan mortalitas penangkapan ikan pari jantan dimana nilai yang diperoleh masing-masing untuk betina sebesar 3.1129 dan jantan sebesar 0.9112 (Tabel 3). Tingginya laju mortalitas penangkapan mengindikasikan terjadinya penurunan stok yang diakibatkan oleh mortalitas alami. Dengan kata lain jumlah ikan tua lebih sedikit karena ikan muda tidak sempat tumbuh akibat penangkapan. Hal ini juga dibuktikan melalui hasil tangkapan ikan pari blentik di perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan, dimana lebih dari 50% ikan pari blentik yang tertangkap memiliki panjang tubuh dibawah ukuran rata-rata matang gonad. Pencegahan growth overfishing dapat dilakukan dengan adanya pembatasan upaya penangkapan, pengaturan mata jaring, dan penutupan musim atau daerah penangkapan (Widodo dan Suadi 2008).

Laju eksploitasi (E) ikan pari blentik betina sebesar 0.6966 dan jantan 0.8991, dimana nilai eksploitasi untuk pari betina sudah melampaui nilai E optimum. Menurut Gulland (1971) laju ekploitasi (E) suatu stok ikan berada pada tingkat produksi maksimum dan lestari (MSY) jika nilai F=M atau laju eksploitasi (E) = 0.5. Tingginya laju eksploitasi mengindikasikan adanya tekanan

21

penangkapan yang sangat tinggi terhadap stok ikan pari blentik di perairan Selat Sunda akan melebihi batasan hasil tangkapan lestari.

Rencana pengelolaan sumberdaya ikan pari blentik

Pengelolaan sumberdaya perikanan tidak hanya sekedar proses mengelola sumberdaya ikan tetapi sesungguhnya adalah proses mengelola manusia sebagai pengguna, pemanfaat, dan pengelola sumberdaya ikan (Widodo dan Suadi 2006). Permasalahan pemanfaatan sumberdaya perikanan ialah seberapa banyak ikan dapat diambil tanpa mengganggu stok yang ada di alam itu sendiri. Prinsip pengelolaan perikanan terdiri dari sistem manajemen perikanan, pemantauan, pengendalian dan pengawasan serta sistem perikanan berbasis peradilan. Tiga prinsip pengelolaan perikanan ini satu sama lain saling tergantung untuk kesuksesan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa ikan pari blentik di PPP Labuan sudah mengalami growth overfishing dan recruitment overfishing.

kedua kondisi tersebut dapat dikatakan sebagai biological overfishing.

Pencegahaan biological overfishing meliputi pengaturan upaya penangkapan. Kebijakaan pembatasan upaya ditempuh mengingat besarnya total upaya yang beroprasi. Menurut Yusuf et al., (2007) permasalahan teknis dan sosial akan muncul, khususnya pada pengalihan keahlian.

Salah satu pendekatan yang bisa dilakukan untuk pengaturan upaya penangkapan dan penetapan kuota hasil tangkapan adalah dengan pengaturan ukuran mata jaring dan ukuran ikan yang harus di tangkap. Oleh sebab itu ukuran pertama kali matang gonad penting sehubungan dengan ukuran ikan yang bisa ditangkap pada suatu perairan. Ukuran mata jaring akan mempengaruhi jumlah dan ukuran hasil tangkapan. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa nelayan yang menangkap ikan pari blentik (nelayan dogol) menggunakan mata jaring dengan ukuran 2.5 inchi. Dengan ukuran mata jaring tersebut hasil tangkapan didominasi oleh ikan-ikan yang panjangnya masih di bawah panjang rata-rata matang gonad.

Selain pengaturan ukuran mata jaring, upaya pengelolaan yang dapat dilakukan adalah dengan pengaturan musim penangkapan. Menurut Bedding dan Rettig (1983) in Basson et al. (1996) mengatakan paling tidak ada dua bentuk penutupan musim penangkapan ikan. Pertama, menutup musim penangkapan ikan pada waktu tertentu untuk memungkinkan ikan dapat memijah dan berkembang. Kedua, penutupan kegiatan penangkapan ikan karena sumberdaya ikan telah mengalami degradasi, dan ikan yang ditangkap semakin sedikit. Penutupan musim penangkapan dapat membantu mengatasi ketidakpastian dan mampu meningkatkan keuntungan ketika hasil tangkapannya optimal (Grafton et al., 2005). Berdasarkan hasil penelitian ini, puncak pemijahan ikan pari diduga terjadi pada bulan Juli-Juli. Oleh karena itu pari blentik musim penangkapan sebaiknya dilakukan pada bulan tersebut, sehingga ikan-ikan yang sudah matang gonad memiliki kesempatan untuk memijah terlebih dahulu sebelum tertangkap. Dengan demikian proses rekrutmen bagi populasi pari blentik tetap berjalan.

22

4 KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait