• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Berdasarkan hasil analisis data secara statistik bahwa perlakuan tipe bibit berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar, bobot kering akar, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk dan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 7 MST, 9 MST, 10 MST, 13 MST, diameter batang 2 MST, 11 MST, 12 MST, 13 MST, dan jumlah daun 3 MST, 4 MST, 8 MST, 11 MST.

Berdasarkan hasil analisis data secara statistik bahwa perlakuan dosis pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan.

Berdasarkan hasil analisis data secara statistik bahwa interaksi antara tipe bibit dan dosis pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan kecuali parameter jumlah daun pada 5 MST dan 6 MST.

Tinggi Tanaman (cm)

Data hasil sidik ragam tinggi tanaman dapat dilihat pada Lampiran 5-9.

Data tinggi tanaman pada perlakuan tipe bibit dan dosis pupuk KCl dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan pertambahan tinggi tanaman

13 MST

T1 3.48 2.94 2.20 2.87a

T2 1.61 2.16 1.52 1.76b

rataan 2.55 2.55 1.86 2.32

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan tipe bibit berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 7 MST, 9 MST, 10 MST, 13 MST, dimana pertambahan tinggi tanaman pada 13 MST yang tertinggi yaitu pada perlakuan T1 (2.87 cm) dan terendah pada perlakuan T2 (1.76 cm),

Dosis pupuk KCl tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, dimana pertambahan tinggi tanaman pada 13 MST yang tertinggi terdapat pada perlakuan K0 dan K1 (2. 55 cm) dan yang terendah terdapat pada perlakuan K2 (1.86 cm) dapat dilihat pada Tabel 1. Selanjutnya juga dapat dilihat bahwa interaksi antara tipe bibit dan dosis pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman.

Jumlah Daun (helai)

Data hasil sidik ragam jumlah daun dapat dilihat pada Lampiran 10-16.

Data jumlah daun pada perlakuan tipe bibit dan dosis pupuk KCl dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan jumlah daun

13 MST

T1 0.60 0.80 0.70 0.70

T2 0.30 0.70 0.40 0.47

rataan 0.45 0.75 0.55 0.58

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan tipe bibit berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada 3 MST, 4 MST, 8 MST, 11 MST, dimana pertambahan jumlah daun pada 13 MST yang tertinggi yaitu pada perlakuan T1 (0.70 helai) dan terendah pada perlakuan T2 (0.47 cm).

Dosis pupuk KCl tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, dimana pertambahan jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan K1 (0.75 helai) dan yang terendah terdapat pada perlakuan K0 (0.45 helai) dapat dilihat pada Tabel 2.

Selanjutnya juga dapat dilihat bahwa interaksi antara tipe bibit dan dosis pupuk KCl berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada 5 MST dan 6 MST, dimana pertambahan jumlah daun pada 13 MST yang tertinggi terdapat pada interaksi perlakuan T1K1 (0.80 helai) sedangkan pertambahan jumlah daun terendah terdapat pada interaksi perlakuan T2K0 (0.30 helai).

Diameter Batang (mm)

Data hasil sidik ragam diameter batang dapat dilihat pada Lampiran 17-20.

Data diameter batang pada perlakuan tipe bibit dan dosis pupuk KCl dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan diameter batang

13 MST

T1 0.69 0.72 0.63 0.68a

T2 0.36 0.72 0.42 0.50b

rataan 0.53 0.72 0.53 0.59

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuan tipe bibit berpengaruh nyata terhadap diameter batang pada 11 MST, 12 MST, 13 MST, dimana pertambahan diameter batang pada 13 MST yang tertinggi yaitu pada perlakuan T1 (0.68 mm) dan terendah pada perlakuan T2 (0.50 mm).

Dosis pupuk KCl tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang, dimana pertambahan diameter batang pada 13 MST yang tertinggi terdapat pada perlakuan K1 (0.72 mm) dan yang terendah terdapat pada perlakuan K0 dan K2 (0.53 mm) dapat dilihat pada Tabel 3. Selanjutnya juga dapat dilihat bahwa interaksi antara tipe bibit dan dosis pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang.

Bobot Basah Akar (gram)

Data hasil sidik ragam bobot basah akar dapat dilihat pada Lampiran 21-22. Data bobot basah akar pada perlakuan tipe bibit dan dosis pupuk KCl dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan bobot basah akar

tipe bibit

dosis pupuk KCl (gram)

Rataan

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa perlakuan tipe bibit tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar, dimana bobot basah akar tertinggi yaitu pada perlakuan T2 (2.13gram) dan terendah pada perlakuan T1 (2.03 gram).

Dosis pupuk KCl tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar, dimana bobot basah akar tertinggi terdapat pada perlakuan K0 (2.10 gram) dan yang terendah terdapat pada perlakuan K2 (2.06 gram) dapat dilihat pada Tabel 4.

Selanjutnya juga dapat dilihat bahwa interaksi antara tipe bibit dan dosis pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar.

Bobot Kering Akar (gram)

Data hasil sidik ragam bobot kering akar dapat dilihat pada Lampiran 23-24. Data bobot kering akar pada perlakuan tipe bibit dan dosis pupuk KCl dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan bobot kering akar

tipe bibit

dosis pupuk KCl (gram)

rataan

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan tipe bibit tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar, dimana bobot kering akar tertinggi yaitu pada perlakuan T2 (0.51 gram) dan terendah pada perlakuan T1 (0.48 gram).

Dosis pupuk KCl tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar, dimana bobot kering akar tertinggi terdapat pada perlakuan K1 (0.52 gram) dan yang terendah terdapat pada perlakuan K0 (0.48 gram) dapat dilihat pada Tabel 5.

Selanjutnya juga dapat dilihat bahwa interaksi antara tipe bibit dan dosis pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar.

Bobot Basah Tajuk (gram)

Data hasil sidik ragam bobot basah tajuk dapat dilihat pada Lampiran 25-26. Data bobot basah tajuk pada perlakuan tipe bibit dan dosis pupuk KCl dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan bobot basah tajuk

tipe bibit

dosis pupuk KCl (gram)

Rataan

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan tipe bibit tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk, dimana bobot basah tajuk tertinggi yaitu pada perlakuan T1 (6.55gram) dan terendah pada perlakuan T2 (6.21 gram).

Dosis pupuk KCl tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk, dimana bobot basah tajuk tertinggi terdapat pada perlakuan K1 (6.65 gram) dan yang terendah terdapat pada perlakuan K0 (0.48 gram) dapat dilihat pada Tabel 6.

Selanjutnya juga dapat dilihat bahwa interaksi antara tipe bibit dan dosis pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap berat basah tajuk.

Bobot Kering Tajuk (gram)

Data hasil sidik ragam bobot kering tajuk dapat dilihat pada Lampiran 27-28. Data bobot kering tajuk pada perlakuan tipe bibit dan dosis pupuk KCl dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan bobot kering tajuk

tipe bibit

dosis pupuk KCl (gram)

Rataan

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa perlakuan tipe bibit tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk, dimana bobot kering tajuk tertinggi yaitu pada perlakuan T1 (6.55 gram) dan terendah pada perlakuan T2 (6.21 gram).

Dosis pupuk KCl tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk, dimana bobot kering tajuk tertinggi terdapat pada perlakuan K1 (6.65 gram) dan yang terendah terdapat pada perlakuan K0 (0.48 gram) dapat dilihat pada Tabel 7.

Selanjutnya juga dapat dilihat bahwa interaksi antara tipe bibit dan dosis pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering tajuk.

Unsur Hara Kalium pada Daun (%)

Data unsur hara kalium pada daun dengan perlakuan tipe bibit dan dosis pupuk KCl dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan unsur hara kalium pada daun

tipe bibit

dosis pupuk KCl (gram)

Rataan

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa kandungan unsur hara kalium

terendah pada perlakuan T1 (1.55 %). Sedangkan kandungan unsur hara kalium pada daun untuk dosis pupuk KCl yang tertinggi yaitu pada perlakuan K0 (1.92

%) dan terendah pada perlakuan K2 (1.34 %).

Unsur Hara Magnesium pada Daun (%)

Data unsur hara magnesium pada daun dengan perlakuan tipe bibit dan dosis pupuk KCl dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan unsur hara magnesium pada daun

tipe bibit

dosis pupuk KCl (gram)

rataan

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa kandungan unsur hara magnesium pada daun untuk tipe bibit yang tertinggi yaitu pada perlakuan T1 (0.31 %) dan terendah pada perlakuan T2 (0.30 %). Sedangkan kandungan unsur hara magnesium pada daun, untuk dosis pupuk KCl bernilai sama dari masing-masing taraf perlakuan yaitu K0 (0.31 %), K1 (0.31 %) dan K2 (0.31 %).

Unsur Hara Kalium pada Tanah yang diserap Tanaman (mg/kg)

Data unsur hara kalium pada tanah yang diserap oleh tanaman dengan perlakuan tipe bibit dan dosis pupuk KCl dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan unsur hara kalium pada tanah yang diserap oleh tanaman

tipe bibit

dosis pupuk KCl (gram)

rataan

K0 K1 K2

………. mg/kg ………

T1 193.14 261.20 91.22 181.85

T2 227.34 202.19 211.24 213.59

rataan 210.24 231.70 151.23 197.72

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa kandungan unsur hara kalium pada tanah yang diserap oleh tanaman untuk jenis bibit yang tertinggi yaitu pada perlakuan T2 (213.59 mg/kg) dan terendah pada perlakuan T1 (181.85 mg/kg).

Sedangkan kandungan unsur hara kalium pada tanah yang diserap oleh tanaman untuk dosis pupuk KCl yang tertinggi yaitu pada perlakuan K2 (151.23 mg/kg) dan terendah pada perlakuan K2 (231.70 mg/kg).

Unsur Hara Magnesium pada Tanah yang diserap Tanaman (mg/kg)

Data unsur hara magnesium pada tanah yang diserap oleh tanaman dengan perlakuan tipe bibit dan dosis pupuk KCl dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rataan unsur hara magnesium pada tanah yang diserap oleh tanaman

tipe bibit

dosis pupuk KCl (gram)

rataan

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa kandungan unsur hara magnesium pada tanah yang diserap oleh tanaman untuk tipe bibit yang tertinggi yaitu pada perlakuan T2 (34.47 mg/kg) dan terendah pada perlakuan T1 (15.22 mg/kg). Sedangkan kandungan unsur hara magnesium pada tanah yang diserap oleh tanaman untuk dosis pupuk KCl yang tertinggi yaitu pada perlakuan K2 (39.15 mg/kg) dan terendah pada perlakuan K1 (14.10 mg/kg).

Klorofil a (mg/L)

Data kandungan klorofil a dengan perlakuan tipe bibit dan dosis pupuk KCl dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rataan klorofil a

tipe bibit

dosis pupuk KCl (gram)

rataan

Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa kandungan klorofil a untuk tipe bibit yang tertinggi yaitu pada perlakuan T1 (12.97 mg/L) dan terendah pada perlakuan T2 (12.48 mg/L). Sedangkan kandungan klorofil a untuk dosis pupuk KCl yang tertinggi yaitu pada perlakuan K1 (13.10 mg/L) dan terendah pada perlakuan K2 (12.28 mg/L).

Klorofil b (mg/L)

Data kandungan klorofil b dengan perlakuan tipe bibit dan dosis pupuk KCl dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Rataan klorofil b

tipe bibit

dosis pupuk KCl (gram)

rataan

Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa kandungan klorofil b untuk tipe bibit yang tertinggi yaitu pada perlakuan T1 (4.35 mg/L) dan terendah pada perlakuan T2 (4.21 mg/L). Sedangkan kandungan klorofil b untuk dosis pupuk

KCl yang tertinggi yaitu pada perlakuan K0 dan K1 (4.36 mg/L) dan terendah pada perlakuan K2 (4.13 mg/L).

Klorofil Total (mg/L)

Data kandungan klorofil total dengan perlakuan tipe bibit dan dosis pupuk KCl dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Rataan klorofil total

tipe bibit

dosis pupuk KCl (gram)

rataan

Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat bahwa kandungan klorofil total untuk tipe bibit yang tertinggi yaitu pada perlakuan T1 (17.31 mg/L) dan terendah pada perlakuan T2 (16.75 mg/L). Sedangkan kandungan klorofil total untuk dosis pupuk KCl yang tertinggi yaitu pada perlakuan K1 (17.50 mg/L) dan terendah pada perlakuan K2 (16.39 mg/L).

Pembahasan

Pengaruh Perbedaan Jenis Bibit Terhadap Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pre Nursery

Berdasarkan hasil sidik ragam, dapat diketahui bahwa perlakuan tipe bibit berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar, bobot kering akar, bobot basah tajuk dan bobot kering tajuk. Pertambahan tinggi tanaman pada 13

MST yang tertinggi yaitu terletak pada perlakuan T1 (2.87 cm) dan terendah pada perlakuan T2 (1.76 cm) dapat dilihat pada Tabel 1. Hal ini diduga karena tipe bibit yang tidak tanggap unsur kalium lebih berfokus kepada penyerapan unsur makro lain seperti Nitrogen. Nitrogen sendiri dapat merangsang perkembangan vegetatif baik tinggi dan pembelahan sel tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Lakitan (1995) menyatakan bahwa nitrogen dapat meningkatkan pertumbuhan kelapa sawit, karena nitrogen merupakan senyawa esensial bagi pertumbuhan, misalnya asam-asam amino, unsur ini terdapat pada seluruh bagian tanaman terutama pada jaringan muda tanaman.

Pertambahan jumlah daun pada 13 MST yang tertinggi yaitu pada perlakuan T1 (0.70 helai) dan terendah pada perlakuan T2 (0.47 cm) dapat dilihat pada Tabel 2. Hal ini diduga karena disebabkan oleh faktor genetik dimana perlakuan T1 adalah tipe bibit sawit yang memiliki genetik tidak tanggap terhadap unsur kalium, sedangkan T2 adalah tipe bibit sawit yang memiliki genetik tanggap terhadap unsur kalium, sehingga terjadi perbedaan pertambahan jumlah daun pada kedua genetik yang berbeda tersebut. Hal ini juga didukung oleh pendapat Gadner et al. (1991) yang menyatakan bahwa duduk daun pada batang adalah merata sepanjang batang tersusun secara spiral yang memutar dalam rumus yang ditentukan oleh sifat genetis tanaman baik jumlah dan ukurannya.

Pertambahan diameter batang pada 13 MST yang tertinggi yaitu pada perlakuan T1 (0.68 mm) dan terendah pada perlakuan T2 (0.50 mm) dapat dilihat pada Tabel 3. Hal ini dikarenakan pengamatan pertambahan diameter batang memiliki hubungan yang erat dengan jumlah daun. Besarnya diameter batang dipengaruhi oleh jumlah daun yang terbentuk, karena diameter batang pada

pertumbuhan awal tanaman kelapa sawit merupakan kumpulan dari pelepah daun yang terbentuk. Pertambahan jumlah daun yang semakin banyak akan memperoleh pertambahan diameter batang. Jumlah daun sendiri dapat dipengaruhi oleh faktor genetik seperti yang dijelaskan oleh Gadner et al. (1991) yang menyatakan bahwa jumlah dan ukuran daun dipengaruhi oleh genotip dan lingkungan.

Pengaruh Pemberian Dosis Pupuk KCl Terhadap Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pre Nursery

Berdasarkan hasil sidik ragam, dapat diketahui bahwa perlakuan dosis pupuk KCl berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan. Hal ini disebabkan karena taraf pemberian dosis pupuk kalium pada pembibitan di pre nursery masih sangat kecil, didalam pembibitan pre nursery sendiri unsur hara kalium dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit dibandingkan unsur N dan P sehingga pengaruhnya terhadap pertumbuhan tidak terlalu besar, seperti halnya dalam anjuran pemupukan pada pre nursery, dapat digunakan pupuk majemuk NPKMg (15-15-6-4) dimana perbandingan unsur kaliumnya masih sedikit. Hal ini sesuai dengan literatur Prihmantoro (1997) yang menyatakan bahwa dosis pupuk diberikan sesuai dengan takaran yang ada, umumnya disesuaikan dengan umur tanaman. Pupuk yang banyak digunakan pada masa vegetative adalah urea, NPKMg (15-15-6-4) pupuk kandang dan humus.

Interaksi Perbedaan Jenis Bibit dan Pemberian Pupuk KCl Terhadap Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pre Nursery

Berdasarkan hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa interaksi perbedaan tipe bibit dan pemberian dosis pupuk KCl berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun pada 5 MST dan 6 MST, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang bobot basah akar, bobot kering akar, bobot basah tajuk dan bobot kering tajuk dapat dilihat pada Tabel 2. Pertambahan jumlah daun pada 13 MST yang tertinggi terdapat pada interaksi perlakuan T1K1 (0.80 helai) sedangkan pertambahan jumlah daun terendah terdapat pada interaksi perlakuan T2K0 (0.30 helai). Hal ini diduga karena kombinasi perlakuan T1K1 merupakan yang paling optimal untuk penyerapan unsur kalium pada tanaman T1 (tidak tanggap unusr kalium) yaitu 0.3 gram KCl/tanaman. Tidak terlalu banyak dan juga tidak terlalu sedikit. Walaupun unsur kalium hanya diperlukan dalam jumlah yang sedikit, unsur kalium juga berperan dalam reaksi-reaksi biokimia tanaman yang merangsang pertumbuhan daun, dimana dijalaskan oleh Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) yang menyatakan bahwa fungsi unsur kalium pada tanaman adalah untuk mengatur kegiatan fotosintesis, transpirasi, serta reaksi biokimia dalam daun dan titik tumbuh yang merangsang pertumbuhan daun. Sedangkan untuk kombinasi perlakuan T2K0 merupakan kombinasi yang terendah dalam pertambahan jumlah daun. Hal ini dikarenakan perlakuan T2 (tanggap unsur kalium) memerlukan unsur kalium untuk kegiatan reaksi biokimia dalam daun, tetapi pada kombinasi perlakuan ini dosis pupuk KCl tidak diberikan (kontrol) sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat.

Dokumen terkait