• Tidak ada hasil yang ditemukan

Umumnya sifat dan kimia briket arang sangat dipengaruhi oleh sifat arang yang menjadi bahan bakunya (Sudrajat, 1982), misalnya arang berasal dari kayu yang berkerapatan tinggi maka fixed carbon tinggi, dan nilai kalornya tinggi pula.

Dari hasil pengujian sifat fisika dan kimia briket arang kayu Pelawan meliputi kadar air, kadar zat mudah menguap, kadar abu, kadar karbon terikat, kerapatan, nilai kalor dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Nilai Rata-Rata Pengujian Briket Arang Kayu Pelawan

No Pengujian Nilai Rata-Rata

1 Kadar Air (%) 6.73

Sebagai pembanding nilai pengujian sifat fisik dan kimia briket arang kayu Pelawan,berikut ditampilkan tabel standar pengujian briket arang kayu :

Tabel 5. Standar Pengujian Briket Arang Kayu No Sifat-Sifat

B. Pembahasan

1. Kadar Air

Dari hasil pengamatan kadar air briket arang kayu Pelawan diperoleh nilai rata-rata 6.73%. Apabila nilai kadar air tersebut dibandingkan standar Jepang yang berkisar 6-8% maka nilai rataan kadar yang didapatkan dari briket arang kayu Pelawan ini sudah memenuhi standar tersebut. Selain itu juga kadar air briket kayu Pelawan juga sudah memenuhi standar SNI yaitu maksimum 8%.

Kadar air briket arang erat kaitannya dengan kerapatan, semakin tinggi kerapatan briket arang maka semakin rendah daya serap briket terhadap air nya.

Kadar air briket arang yang berkerapatan tinggi lebih baik dibanding kadar air briket arang yang berkerapatan tinggi (Sudrajat, 1982).

2. Kerapatan

Kerapatan menunjukan perbandingan antara berat dan volume briket.

Besar kecilnya kerapatan dipengaruhi oleh ukuran dan kehomegan arang penyusun briket arang tersebut.

Hasil perhitungan kerapatan dengan 5 kali ulangan briket arang kayu Pelawan diperoleh nilai rata-rata 0.56 gr/cm3. Nilai kerapatan briket arang kayu Pelawan ini relatif rendah jika dibanding dengan standar yang ditetapkan oleh Jepang, USA dan Inggris. Rendahnya nilai kerapatan ini kemungkinan disebabkan kurangnya tekanan yang diberikan pada saat proses pengempaan karena pengempaaan dilakukan secara manual dan besarnya tekanan tidak terukur. Apabila dibandingkan dengan standar Jepang dan U.S.A, nilai kerapatan ini tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan. Akan tetapi nilainya mendekati standar nilai kerapatan dari standar Inggris yaitu 0.84.

3. Kadar Abu

Abu merupakan bagian yang tersisa dari hasil pembakaran dalam hal ini adalah sisa pembakaran briket arang. Salah satu unsur penyusunan abu adalah silica yang berpengaruh kurang baik terhadap nilai kalor briket arang yang di hasilkan. Kandungan abu yang tinggi dapat menurunkan nilai kalori briket arang sehingga kulitas arang tersebut menurun (Masturin,2002).

Dari hasil pengamatan kadar abu briket kayu pelawan dengan 5 kali ulangan diperoleh nilai rata-rata 11.094 %. Nilai kadar abu ini cukup tinggi bila

dibandingkan dengan SNI yaitu maksimum 8%, standar Jepang yaitu 3-6%

dan standar Inggris 8-10%. Sedangkan bila dibandingkan dengan standar U.S.A nilainya masih memenuhi standar yang ditetapkan yaitu 18%.

4. Zat mudah menguap

Dari hasil pengamatan zat mudah menguap briket kayu Pelawan diperoleh nilai rata-rata 38.766 %. Jika dibandingkan dengan standar briket arang dari Jepang, Inggris, U.S.A maupun SNI, nilai zat mudah menguap dari briket kayu Pelawan ini tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan. Dengan kata lain nilai zat mudah menguap dari briket arang kayu Pelawan ini cukup tinggi jika dibandingkan standar yang ada.

Pengaruh suhu dan lamanya proses pengolahan arang jika semakin tinggi suhu maksimum pengarangan maka proses karbonisasi sempurna sehingga memiliki kadar zat mudah menguap akan rendah dan begitu pula untuk lamanya proses pengolahan arang akan memberikan kesempatan untuk menguapkan kadar zat mudah menguap sebanyak-banyaknya sehingga didapatkan kadar zat mudah menguap yang rendah dan keadaan ini akan memberikan kualitas briket arang yang lebih tinggi.

Tinggi rendahnya kadar zat mudah menguap briket arang dipengaruhi oleh suhu dan lamanya proses pengarangan, semakin tinggi suhu dan lama proses besar sehingga diperoleh kadar zat mudah menguap yang rendah (Badri, 1987).

5. Nilai Kalor

Nilai kalor sangat menentukan kualitas briket arang. Semakin tinggi nilai kalor bakar briket arang, semakin baik pula kualitas briket arang yang dihasilkan.

Menurut Nurhayati (1974) dalam Masturin (2002), nilai kalor dipengaruhi oleh kadar air dan kadar abu briket arang.

Dari hasil pengamatan nilai kalor briket kayu Pelawan diperoleh nilai rata-rata 5764.22 kal/gr. Jika dibandingkan dengan standar nilai kalor briket arang dari Jepang, Inggris, maupun U.S.A, nilai kalor briket arang kayu Pelawan ini lebih rendah dan tidak memenuhi standar yang ditetapkan. Rendahnnya nilai kalor briket arang kayu Pelawan ini juga dipengaruhi oleh tingginya kadar abu yaitu 11.09%. Karena semakin tinggi kadar abu briket arang maka akan menurunkan nilai kalor briket arang yang dihasilkan (Nurhayati, 1974 dalam Masturin, 2002).

Sedangkan bila dibandingkan dengan standar SNI, yaitu minimum 5000, maka nilai kalor briket arang kayu Pelawan ini sudah memenuhi persyaratannya.

6. Karbon Terikat

Karbon terikat (fixed Carbon) yaitu fraksi karbon (C) yang terikat dalam arang selain fraksi air, zat menguap, dan abu. Keberadaan karbon terikat didalam briket arang dipengaruhi oleh nilai kadar abu dan kadar zat menguap. Kadar nya akan bernilai tinggi apabila kadar abu briket arang tersebut rendah. Karbon terikat berpengaruh terhadap nilai kalor bakar briket arang. Nilai kalor briket

akan tinggi apabila nilai karbon terikatnya juga tinggi. Semakin tinggi kadar karbon terikat pada arang kayu maka menandakan arang tersebut adalah arang baik (Abidin, 1973 dalam Masturin, 2002).

Hasil perhitungan karbon terikat briket arang kayu Pelawan dari 5 kali ulangan menunjukan nilai rata-rata yaitu 73,33 %. Nilai ini memenuhi standar nilai karbon terikat dari standar Jepang yaitu 60-80% dan mendekati standar Inggris yaitu 75%.

7. Uji Bakar Briket Arang Kayu Pelawan

Hasil uji bakar briket arang kayu Pelawan ini menunjukan bahwa briket arangnya mampu terbakar selama kurang lebih 3 jam, dengan awal waktu pembakaran sekitar 5 menit. Waktu 3 jam ini relatif cukup lama bila dibandingkan dengan penelitian Jamilatun, S (2008), yaitu briket tempurung kelapa menyala sampai menjadi abu adalah 116 menit atau sekitar 1,5 jam, briket serbuk gergaji 71 menit, briket sekam padi 103 menit atau sekitar 1 jam 70 menit, briket bongkol jagung 89 menit, briket arang kayu 109 menit atau sekitar 1 jam 80 menit. Dari beberapa perbandingan ini terlihat briket arang kayu Pelawan mampu terbakar lebih lama dibanding briket dari bahan-bahan lain, sehingga dapat dikatakan bahwa briket arang kayu Pelawan ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar terutama untuk konsumsi rumah tangga .

BAB V

Dokumen terkait