• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Data pengamatan dan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 7-32 menunjukkan bahwa perlakuan cekaman kekeringan berpengaruh nyata menurunkan seluruh peubah amatan kecuali umur berbunga. Pemberian asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan seluruh peubah amatan kecuali umur panen.

Jumlah Daun

Berdasarkan Lampiran 7 dan 8 diketahui bahwa cekaman kekeringan berpengaruh nyata menurunkan jumlah daun. Sedangkan pemberian asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan jumlah daun.

Jumlah daun pada pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah daun kedelai umur 8 MST dengan pemberian asam askorbat pada kondisi cekaman kekeringan.

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.

Berdasarkam Tabel 1. diketahui bahwa pada perlakuan cekaman kekeringan 80% KL (K1) menghasilkan jumlah daun dengan rataan tertinggi 10.44 helai yang berbeda nyata menurunkan dengan perlakuan cekaman kekeringan 60% KL (K2) dengan rataan 8.17 helai dan rataan terendah pada perlakuan 40% KL (K3) sebesar 7.19 helai. Sedangkan pemberian asam askorbat

dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan jumlah daun dengan asam askorbat 200 ppm (A2) menghasilkan rataan tertinggi 9.72 helai dan terendah pada perlakuan tanpa asam askorbat (A0) yaitu 8.00 helai.

Hubungan jumlah daun kedelai pada 8 MST dengan cekaman kekeringan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan jumlah daun kedelai pada 8 MST dengan cekaman kekeringan.

Gambar 2 menunjukkan bahwa hubungan antara jumlah daun kedelai pada umur 8 MST dengan cekaman kekeringan adalah linear negatif dimana jumlah daun terus menurun seiring dengan peningkatan cekaman kekeringan hingga 40% KL.

Diameter Batang

Berdasarkan Lampiran 9 dan 10 diketahui bahwa cekaman kekeringan berpengaruh nyata menurunkan diameter batang. Sedangkan pemberian asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan diameter batang.

Diameter batang pada pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Diameter batang kedelai umur 8 MST dengan pemberian asam askorbat

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.

Berdasarkam Tabel 2. diketahui bahwa pada perlakuan cekaman kekeringan 80% KL (K1) menghasilkan diameter batang dengan rataan tertinggi 3.43 mm yang berbeda nyata menurunkan dengan perlakuan cekaman kekeringan 60% (K2) dengan rataan 3.12 mm dan rataan terendah pada perlakuan 40% KL (K3) sebesar 2.99 mm. Sedangkan pemberian asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan diameter batang dengan asam askorbat 300 ppm (A3) menghasilkan rataan tertinggi 3.35 mm dan terendah pada perlakuan tanpa asam askorbat (A0) yaitu 3.09 mm.

Jumlah Cabang Produktif

Berdasarkan Lampiran 11 dan 12 diketahui bahwa cekaman kekeringan berpengaruh nyata menurunkan jumlah cabang produktif. Sedangkan pemberian asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan jumlah cabang produktif.

Jumlah cabang produktif pada pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah cabang produktif kedelai dengan pemberian asam askorbat pada

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.

Berdasarkam Tabel 3. diketahui bahwa pada perlakuan cekaman kekeringan 80% KL (K1) menghasilkan jumlah cabang produktif dengan rataan tertinggi 3.42 cabang yang berbeda nyata dengan perlakuan cekaman kekeringan 60% (K2) dengan rataan 1.98 cabang dan pada perlakuan 40% KL (K3) sebesar 1.38 cabang. Sedangkan pemberian asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan jumlah cabang produktif dengan asam askorbat 200 ppm (A2) menghasilkan rataan tertinggi 2.42 cabang dan terendah pada perlakuan asam askorbat 0 ppm (A0) yakni 2.17 cabang.

Total Luas Daun

Berdasarkan Lampiran 13 dan 14 diketahui bahwa cekaman kekeringan berpengaruh nyata menurunkan total luas daun. Sedangkan pemberian asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan total luas daun.

Total luas daun pada pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Total luas daun kedelai umur 8 MST dengan pemberian asam askorbat

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.

Berdasarkam Tabel 4. diketahui bahwa pada perlakuan cekaman kekeringan 80% KL (K1) menghasilkan total luas daun dengan rataan tertinggi 585.68 cm2 yang berbeda nyata dengan perlakuan cekaman kekeringan 60% (K2) dengan rataan 375.16 cm2dan perlakuan dengan rataan 40% KL (K3) sebesar 313.62 cm2. Sedangkan pemberian asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan total luas daun dengan asam askorbat 200 ppm (A2) menghasilkan rataan tertinggi 458.59 cm2 dan terendah pada perlakuan tanpa asam askorbat (A0) yaitu 390.49 cm2.

Hubungan total luas daun kedelai pada 8 MST dengan cekaman kekeringan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan total luas daun kedelai pada 8 MST dengan cekaman

Gambar 3 menunjukkan bahwa hubungan antara total luas daun kedelai pada umur 8 MST dengan cekaman kekeringan adalah linear negatif dimana total

luas daun terus menurun seiring dengan peningkatan cekaman kekeringan hingga 40% KL.

Umur Berbunga

Berdasarkan Lampiran 15 dan 16 diketahui bahwa cekaman kekeringan, pemberian asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan umur berbunga.

Umur berbunga pada pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Umur berbunga kedelai dengan pemberian asam askorbat pada kondisi cekaman kekeringan.

Berdasarkan Tabel 5. diketahui bahwa pengaruh perlakuan cekaman kekeringan pada 60% KL (K2) menghasilkan umur berbunga dengan rataan waktu

lebih lama yaitu 43.08 hari dan tercepat pada perlakuan 80% KL (K1) dan 40% KL (K3) yaitu 42.92 hari. Sedangkan pemberian asam askorbat 100 ppm

(A1) menghasilkan umur berbunga dengan rataan waktu lebih lama yaitu 43.22 hari dan tercepat pada perlakuan asam askorbat 300 ppm (A3) yaitu 42.78 hari.

Umur Panen

Berdasarkan Lampiran 17 dan 18 diketahui bahwa cekaman kekeringan berpengaruh nyata menurunkan umur panen. Sedangkan pemberian asam askorbat berpengaruh tidak nyata meningkatkan umur panen dan interaksi berpengaruh nyata menurunkan umur panen.

Umur panen pada pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan dapat dilihat pada Tabel 6.

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.

Berdasarkan Tabel 6. diketahui bahwa pada perlakuan cekaman kekeringan 80% KL (K1) menghasilkan waktu umur panen lebih lama yaitu 93.08 hari yang berbeda nyata menurunkan pada 60% KL (K2) dengan rataan waktu lebih cepat yaitu 91.98 hari dan 40% KL (K3) 90.27 hari. Sedangkan perlakuan pemberian asam askorbat 200 ppm (A2) menghasilkan rataan waktu umur panen lebih lama yaitu 92.19 hari dan pada perlakuan tanpa asam askorbat (A0) menghasilkan rataan waktu umur panen lebih cepat yaitu 91.39 hari. Interaksi perlakuan cekaman kekeringan 80%KL (K1) dan tanpa asam askorbat (A0) K1A0 menghasilkan umur panen lebih lama yaitu 94.08 hari, sedangkan interaksi perlakuan K3A3 menghasilkan umur panen lebih cepat yaitu 89.17 hari.

Bobot Kering Akar

Berdasarkan Lampiran 19 dan 20 diketahui bahwa cekaman kekeringan berpengaruh nyata menurunkan bobot kering akar. Sedangkan pemberian asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan bobot kering akar.

Bobot kering akar pada pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Bobot kering akar kedelai dengan pemberian asam askorbat pada kondisi cekaman kekeringan.

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.

Berdasarkam Tabel 7. diketahui bahwa pada perlakuan cekaman

kekeringan 80% KL (K1) menghasilkan bobot kering akar dengan rataan tertinggi 0.98 gram yang berbeda nyata dengan perlakuan cekaman kekeringan 60% (K2)

dengan rataan 0.93 gram dan rataan terendah pada perlakuan 40% KL (K3) 0.87 gram. Sedangkan pemberian asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan bobot kering akar dengan asam askorbat 200 ppm (A2) menghasilkan rataan tertinggi 0.93 gram dan terendah pada perlakuan tanpa asam askorbat (A0) yaitu 0.92 gram.

Volume Akar

Berdasarkan Lampiran 21 dan 22 diketahui bahwa cekaman kekeringan berpengaruh nyata menurunkan volume akar. Sedangkan pemberian asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan volume akar.

Rataan volume akar pada perlakuan pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Volume akar kedelai dengan pemberian asam askorbat pada kondisi

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.

Berdasarkam Tabel 8. diketahui bahwa pada perlakuan cekaman

kekeringan 80% KL (K1) menghasilkan volume akar dengan rataan tertinggi 1.13 ml yang berbeda nyata dengan perlakuan cekaman kekeringan 60% (K2)

dengan rataan 1.02 ml dan rataan terendah pada perlakuan 40% KL (K3) 0.96 ml.

Sedangkan pemberian asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan volume akar dengan asam askorbat 200 ppm (A2) menghasilkan rataan tertinggi 1.05 ml dan terendah pada perlakuan tanpa asam askorbat (A0) yaitu 1.02 ml.

Jumlah Polong Berisi Per Tanaman

Berdasarkan Lampiran 23 dan 24 diketahui bahwa cekaman kekeringan berpengaruh nyata menurunkan jumlah polong berisi per tanaman. Sedangkan pemberian asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan jumlah polong berisi per tanaman.

Jumlah polong berisi per tanaman pada pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah polong berisi per tanaman kedelai dengan pemberian asam

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.

Berdasarkam Tabel 9. diketahui bahwa pada perlakuan cekaman kekeringan 80% KL (K1) menghasilkan jumlah polong berisi per tanaman dengan rataan tertinggi 13.65 polong yang berbeda nyata dengan perlakuan cekaman kekeringan 60% (K2) dengan rataan 8.02 polong dan rataan terendah pada perlakuan 40% KL (K3) 4.27 polong. Sedangkan pemberian asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan jumlah polong berisi per tanaman dengan asam askorbat 300 ppm (A3) menghasilkan rataan tertinggi 9.28 polong dan terendah pada perlakuan tanpa asam askorbat (A0) yaitu 8.69 polong.

Jumlah Polong Hampa Per Tanaman

Berdasarkan Lampiran 25 dan 26 diketahui bahwa cekaman kekeringan berpengaruh nyata menurunkan jumlah polong hampa per tanaman. Sedangkan pemberian asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan jumlah polong hampa per tanaman.

Jumlah polong hampa per tanaman pada pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah polong hampa per tanaman kedelai dengan pemberian asam

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.

Berdasarkam Tabel 10. diketahui bahwa pada perlakuan cekaman kekeringan 80% KL (K1) menghasilkan jumlah polong hampa per tanaman dengan rataan tertinggi 5.38 polong yang berbeda nyata dengan perlakuan cekaman kekeringan 60% (K2) dengan rataan 2.73 polong dan rataan terendah pada perlakuan 40% KL (K3) 1.54 polong. Sedangkan pemberian asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatka jumlah polong hampa per tanaman dengan asam askorbat 200 ppm (A2) menghasilkan rataan tertinggi 3.47 polong dan terendah pada perlakuan asam askorbat 100 ppm (A1) yaitu 2.97 polong.

Bobot Biji Per Tanaman

Berdasarkan Lampiran 27 dan 28 diketahui bahwa cekaman kekeringan berpengaruh nyata menurunkan bobot biji per tanaman. Sedangkan pemberian asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata menurunkan bobot biji per tanaman.

Bobot biji per tanaman pada pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Bobot biji per tanaman kedelai dengan pemberian asam askorbat pada

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.

Berdasarkam Tabel 11. diketahui bahwa pada perlakuan cekaman kekeringan 80% KL (K1) menghasilkan bobot biji per tanaman dengan rataan tertinggi 3.08 gram yang berbeda nyata dengan perlakuan cekaman kekeringan 60% (K2) dengan rataan 1.72 gram serta berbeda nyata dengan perlakuan 40%

KL (K3) 1.03 gram. Sedangkan pemberian asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata terhadap bobot biji per tanaman dengan asam askorbat 100 ppm (A1) menghasilkan rataan tertinggi 2.00 gram dan terendah pada perlakuan asam askorbat 200 ppm (A2) yakni 1.80 gram..

Hubungan bobot biji pertanaman kedelai dengan cekaman kekeringan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 menunjukkan bahwa hubungan antara bobot biji per tanaman kedelai dengan cekaman kekeringan adalah linear negatif dimana bobot biji per tanaman terus menurun seiring dengan peningkatan cekaman kekeringan hingga 40% KL.

Bobot 100 Biji

Berdasarkan Lampiran 29 dan 30 diketahui bahwa perlakuan cekaman kekeringan berpengaruh nyata menurunkan bobot 100 biji. Sedangkan pemberian asam askorbat serta interaksi berpengaruh tidak nyata menurunkan bobot 100 biji.

Bobot 100 biji pada pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.

Berdasarkam Tabel 12. diketahui bahwa pada perlakuan cekaman kekeringan 80% KL (K1) menghasilkan bobot 100 biji dengan rataan tertinggi 9.11 gram yang berbeda nyata dengan perlakuan 60% KL (K2) dengan rataan7.93 gram dan 40% KL (K3) 7.52 gram sebagai yang terendah. Sedangkan pemberian asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata menurunkan bobot 100 biji kering dengan tanpa asam askorbat (A0) menghasilkan rataan tertinggi 8.44 gram dan terendah pada perlakuan (A3) yaitu 7.59 gram.

Ŷ= -0.794x + 9.773 r = 0.928

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00

80% 60% 40%

Bobot 100 biji (g)

% KL

Hubungan bobot 100 biji kedelai dengan cekaman kekeringan dapat dilihat pada Gambar 5 .

Gambar 5. Hubungan bobot 100 biji kedelai dengan cekaman kekeringan.

Gambar 5 menunjukkan bahwa hubungan antara bobot 100 biji kering kedelai dengan cekaman kekeringan adalah linear negatif dimana bobot 100 biji kering terus menurun seiring dengan peningkatan cekaman kekeringan hingga 40% KL.

Indeks Panen

Berdasarkan Lampiran 31 dan 32 diketahui bahwa cekaman kekeringan berpengaruh nyata menurunkan indeks panen. Sedangkan pemberian asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan indeks panen.

Indeks panen pada pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan dapat dilihat pada Tabel 13.

80 60 40

Tabel 13. Indeks panen kedelai dengan pemberian asam askorbat pada kondisi

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.

Berdasarkam Tabel 13. diketahui bahwa pada perlakuan cekaman kekeringan 80% KL (K1) memiliki rataan tertinggi 0.35 yangdan 60% KL (K2) menghasilkan indeks panen dengan rataan 0.34 yang berbeda nyata dengan perlakuan cekaman kekeringan 40% KL (K3) dengan rataan 0.28 sebagai yang terendah. Sedangkan pemberian asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan indeks panen dengan asam askorbat 100 ppm (A1) menghasilkan rataan tertinggi 0.33 dan terendah pada perlakuan tanpa asam askorbat (A1) yaitu 0.32.

Hubungan indeks panen kedelai dengan cekaman kekeringan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Hubungan indeks panen kedelai dengan cekaman kekeringan.

Ŷ = -0.035x + 0.394

Gambar 6 menunjukkan bahwa hubungan antara indeks panen kedelai dengan cekaman kekeringan adalah linear negatif dimana indeks penen terus menurun seiring dengan peningkatan cekaman kekeringan hingga 40% KL.

Pembahasan

Pengaruh Cekaman Kekeringan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max L. (Merill)

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan cekaman kekeringan berpengaruh nyata menurunkan peubah amatan pertumbuhan dan produksi antara lain jumlah daun, diameter batang, total luas daun, jumlah cabang produktif, jumlah polong berisi per tanaman, jumlah polong hampa per tanaman, volume akar, bobot kering akar, bobot kering biji per tanaman, bobot 100 biji, dan indeks panen.

Analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan cekaman kekeringan berpengaruh nyata menurunkan peubah amatan pertumbuhan yaitu jumlah daun dan total luas daun. Ketersediaan air yang tidak cukup pada media tanam mengakibatkan tanaman kekurangan suplai air untuk diserap oleh akar namun respirasi pada daun tetap tinggi. Permintaan air yang berlebihan oleh daun akibat laju transpirasi mengakibatkan penurunan ukuran dan jumlah daun. Hal ini dikarenakan tanaman memiliki mekanisme avoidance yaitu melakukan tindakan proteksi diri dalam mengatasi kekurangan air dengan mengecilkan ukuran atau menutup stomata daun untuk mengurangi trasnsiprasi dan mengoptimalkan penggunaan air dalam mempertahankan kehidupannya. Hal ini sesuai dengan literatur Mapegau (2006) yang menyatakan bahwa tanaman yang mengalami cekaman air stomata daunnya menutup sebagai akibat menurunnya turgor sel daun sehingga mengurangi jumlah CO yang berdifusi ke dalam daun. Selain itu

dengan menutupnya stomata, laju transpirasi menurun sehingga mengurangi suplai unsur hara dari tanah ke tanaman, karena transpirasi pada dasarnya memfasilitasi laju aliran air dari tanah ke tanaman, sedangkan sebagian besar

unsur hara masuk ke dalam tanaman bersama-sama dengan aliran air.

Aboyami (2008) juga menyatakan bahwa tanaman kedelai yang mengalami kekeringan pada fase vegetatif mengalami penurunan pertumbuhan dan perkembangan yang sangat besar.

Perlakuan cekaman kekeringan berpengaruh nyata menurunkan peubah amatan pertumbuhan yaitu diameter batang dan jumlah cabang produktif.

Peningkatan intensitas cekaman kekeringan menurunkan ukuran diameter batang dan jumlah cabang produktif. Hal ini diduga karena kebutuhan air tanaman yang tidak cukup mengakibatkan penurunan tekanan turgor sel sehingga aktivitas pembelahan sel dan fotosintetis tanaman terganggu. Air memiliki peran penting sebagai bahan baku pelarut dalam absorbsi nutrisi dan unsur hara dari dalam tanah. Kekurangan air juga mengakibatkan aktivitas metabolisme pembuluh xylem dan floem serta translokasi asimilat berkurang yang mengakibatkan

laju pertumbuhan menjadi terhambat. Hal ini sesuai dengan literatur Sarjan dan Isman (2014) yang menyatakan cekaman kekeringan berhubungan

dengan kondisi kandungan kadar air tanah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman kedelai baik vegetatif maupun fase generatif. Sperry dan Tyree (1988) menyatakan bahwa penurunan tekanan turgor dilakukan tanaman untuk mempertahankan kadar air dalam jaringan tanaman dan untuk mengurangi transpirasi. Cekaman kekeringan dapat menyebabkan terjadinya embolisme pada

xilem. Embolisme dapat menghambat aliran air dalam kolom yang dapat menyebabkan kematian tajuk, cabang bahkan seluruh tanaman.

Perlakuan cekaman kekeringan berpengaruh nyata menurunkan peubah amatan volume akar dan bobot kering akar. Hal ini dikarenakan tanaman mengalami pemanjangan akar namun dalam bentuk pengecilan ukuran dan menumbuhkan banyak cabang akar. Pemanjangan akar difungsikan untuk mencari air lebih dalam lagi kedalam tanah. Kondisi ini merupakan salah satu mekanisme toleransi tanaman kedelai terhadap cekaman kekeringan. Hal ini sesuai dengan literatur Supijatno (2012) yang menyatakan bahwa tanaman yang mengalami kekurangan air memiliki kemampuan mengambil air secara maksimal dengan perluasan dan kedalaman sistem perakaran yang meningkat. Ritche (1980) menyatakan bahwa proses yang sensitif terdapat kekurangan air adalah pembelahan sel. Hal ini dapat diartikan bahwa pertumbuhan tanaman sangat peka terhadap defisit (cekaman) air karena berhubungan dengan turgor dan hilangnya turgiditas dapat menghentikan pembelahan dan pembesaran sel yang mengakibatkan tanaman lebih kecil.

Analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan cekaman kekeringan berpengaruh nyata menurunkan peubah amatan produksi yaitu jumlah polong berisi per tanaman, jumlah polong hampa per tanaman, bobot biji kering per tanaman, bobot 100 biji dan indeks panen. Keberadaan air yang minim mengakibatkan jumlah produksi tanaman kedelai menurun. Hal ini dikarenakan tanaman yang kekurangan air akan berdampak pada proses penyerapan air oleh akar untuk disuplai ke daun sehingga mengganggu aktivitas fotosintesis yang mengakibatkan pengguguran bunga dan cadangan makanan yang terbentuk pada

polong terhambat. Aktivitas metabolisme tanaman dipengaruhi oleh keadaan air yang merupakan komponen utama pelarut nutrisi dan unsur hara dari reaksi fotosintesis yang menghasilkan hasil akhir berupa glukosa dan karbohidrat. Hal ini sesuai dengan literatur Hendriyani dan Setiari (2009) yang menyatakan bahwa cekaman air pada masa generatif, misalnya pada saat pengisian polong, akan menurunkan produksi. Kurangnya ketersediaan air akan menghambat sintesis

klorofil pada daun akibat laju fotosintesis yang menurun dan terjadinya peningkatan temperatur dan transpirasi yang menyebabkan disentegrasi klorofil.

Daneshian dan Zare (2005) menyatakan bahwa hasil panen tanaman kedelai menurun dengan meningkatnya cekaman kekeringan. Penurunan hasil pada kondisi kekeringan berhubungan penurunan jumlah polong yang disebabkan oleh keguguran bunga pada masa pembungaan dan mempengaruhi pembentukan jumlah biji per polong yang disebabkan oleh kurangnya air pada masa pembungaan dan tahap pengisian biji.

Pengaruh Pemberian Asam Askorbat Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max L. (Merill)

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa pemberian asam askorbat berpengaruh tidak nyata meningkatkan jumlah daun, diameter batang, total luas daun, umur berbunga, umur panen, jumlah cabang produktif, jumlah polong berisi per tanaman, jumlah polong hampa per tanaman, bobot biji kering per tanaman, bobot 100 biji kering, volume akar, bobot kering akar, dan indeks panen.

Analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian asam askorbat berpengaruh tidak nyata meningkatkan seluruh peubah amatan pertumbuhan yaitu jumlah daun, total luas daun, diameter batang, jumlah cabang produktif, umur

berbunga, umur panen, volume akar, dan bobot kering akar. Efek dari pemberian asam askorbat tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan kedelai yang dilihat dari perlakuan kontrol yaitu tanpa pemberian asam askorbat.

Hal ini diduga karena keberadaan jumlah besaran konsentrasi asam askorbat pada tanaman bervariasi di setiap jaringan yang berbeda dan berfluktuasi selama fase perkembangan serta memiliki sifat tanggap terhadap cekaman abiotik yang berbeda-beda. Menurut Lin dan Wang (2002) menyatakan bahwa kemampuan enzim antioksidan berbeda-beda dalam menghadapi cekaman oksidatif, oleh karena itu keseimbangan antara ROS dan kemampuan antioksidan sangat penting bagi tanaman. Selain itu tiap genotipe tanaman memiliki keseimbangan yang berbeda antara ROS dan antioksidan, oleh karena itu masing-masing genotipe memiliki ketahanan yang berbeda.

Analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian asam askorbat berpengaruh tidak nyata menurunkan peubah amatan produksi yaitu jumlah polong berisi per tanaman, jumlah polong hampa per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot 100 biji dan indeks panen. Hal ini di diduga karena antioksidan alami yang tersedia secara endogen pada tanaman kedelai masih cukup untuk

Analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian asam askorbat berpengaruh tidak nyata menurunkan peubah amatan produksi yaitu jumlah polong berisi per tanaman, jumlah polong hampa per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot 100 biji dan indeks panen. Hal ini di diduga karena antioksidan alami yang tersedia secara endogen pada tanaman kedelai masih cukup untuk

Dokumen terkait