• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Kondisi tanah menurut analisis tanah di Laboraturium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan menunjukkan pH H2O sebesar 4.5 tergolong masam dan kandungan C–organik sebesar 3.44% tergolong tanah mineral dengan

10

bahan organik sedang. Kadar N total sebesar 0.22% tergolong sedang. Kadar P tersedia 7.66 ppm tergolong sedang. Nilai KTK sebesar 28.43 me 100g-1 tergolong tinggi. Kadar Al dan Fe berturut turut 1.45 me 100g-1 dan 11.74 ppm tergolong rendah (Lampiran 3).

Kondisi kompos menurut analisis Laboratorium Balai Penelitian Tanah Cimanggu, Laboratorium Ilmu Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan menunjukkan kondisi kompos cukup baik dengan nisbah C/N 14.97 yang menunjukkan telah terdekomposisi dengan baik. Kadar P tersedia mencapai 20.19 ppm termasuk tinggi, dan kandungan K 15.14 cmolc kg-1 tergolong tinggi. Kompos memiliki KTK 36.49 cmolc kg-1 tergolong tinggi dengan kejenuhan basa lebih dari 100% (Lampiran 4).

Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Kenten Sumatera Selatan (2014), curah hujan selama penelitian cenderung mengalami penurunan dengan rata-rata jumlah hari hujan 17 hari per bulan dengan fluktuasi per bulannya (Lampiran 5). Suhu rata–rata harian adalah sekitar 27.82 oC dengan suhu rata-rata maksimum dan minimum masing-masing 32.78 oC dan 24.15 oC (Lampiran 6). Penyinaran matahari 55.25% rata–rata dan tekanan udara 1009.27 mb. Kelembaban (RH) di areal penelitian rata-rata berkisar 81.9 (Lampiran 7). Akhir bulan Juli di saluran primer dan sekunder lahan penelitian mengalami kekeringan selama 2 minggu sehingga air tidak cukup untuk dipompa ke saluran sehingga ketersediaan air di lahan menurun.

Penanaman dengan teknik budidaya jenuh air (BJA) menciptakan perubahan pola pertumbuhan pada kedelai hitam. Tanaman akan mengalami aklimatisasi pada 2 MST sampai 4 MST ditandai oleh menguningnya daun akibat ditranslokasikannya nitrogen ke bagian akar sebagai respon terhadap jenuhnya air pada lahan pertanaman. Kondisi tanaman setelah penyemprotan N pada 4 dan 6 MST pada gambar 2 menunjukkan warna daun yang lebih hijau. Penyemprotan nitrogen dalam bentuk urea dilakukan pada umur 3–5 MST untuk meminimalisir efek aklimatisasi. Dosis urea yang disemprotkan adalah 10 g l-1 air. Jumlah polong tertinggi terjadi pada pemberian dosis urea 10 g l-1 karena meningkatkan jumlah daun dan mengefektifkan fotosintesis (Istiharoh 2014).Tanaman mulai berbunga pada umur 5–6 MST kemudian mulai berpolong pada umur 7 MST. Tanaman kedelai dipanen pada umur 85 HST lebih lama daripada budidaya pada lahan kering. Hama yang menyerang tanaman, yaitu Spodoptera litura, Epilachna soya, Valanga, dan Locusta migratoria. Gulma yang banyak tumbuh di petakan adalah Digitaria ciliaris, Portulaca olareceae, Eleusine indica, dan Oryza sativa.

Gambar 2 Kondisi tanaman pada a) 2 MST dan b) 4 MST

11

Rekapitulasi hasil sidik ragam

Tabel 1 menunjukkan sidik ragam pengaruh kompos, P, dan K terhadap beberapa peubah yang diamati. Kompos hanya berpengaruh terhadap jumlah daun pada 6 MST dan 8 MST. Pupuk P dan K tidak berpengaruh terhadap semua peubah yang diamati. Interaksi antara kompos dan P juga tidak berpengaruh, begitu pula interaksi kompos dan K; interaksi P dan K; dan interaksi kompos dan P dan K tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap peubah yang diamati.

Peubah bobot kering yang terdiri dari bobot daun, bobot polong, bobot akar, bobot bintil, dan bobot brangkasan memiliki koefisien keragaman yang tinggi sehingga dilakukan transformasi akar terhadap data yang ada. Nilai koefisien keragaman yang tinggi dikarenakan komponen peubah tersebut banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.

Tabel 1 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh pupuk kompos, P, dan K terhadap peubah pertumbuhan dan produksi kedelai hitam

Peubah diamati Sumber Keragaman Kompos P2O5 K2O Kompos x P2O5 Kompos x K2O P2O5 x K2O Kompos x P2O5* K2O KK Tinggi 2 MST tn tn tn tn tn tn tn 4.33 4 MST tn tn tn tn tn tn tn 9.27 6 MST tn tn tn tn tn tn tn 5.62 8 MST tn tn tn tn tn tn tn 6.74 10 MST tn tn tn tn tn tn tn 5.78 Jumlah daun 2 MST tn tn tn tn tn tn tn 14.77 4 MST tn tn tn tn tn tn tn 4.77 6 MST * tn tn tn tn tn tn 8.54 8 MST * tn tn tn tn tn tn 8.87 10 MST tn tn tn tn tn tn tn 13.29 Jumlah cabang 4 MST tn tn tn tn tn tn tn #13.77 6 MST tn tn tn tn tn tn tn 18.84 8 MST tn tn tn tn tn tn tn 18.59 10 MST tn tn tn tn tn tn tn 16.58 Bobot kering Daun tn * tn tn tn tn tn #21.60 Polong tn tn tn tn tn tn tn #20.57 Batang tn tn tn tn tn tn tn #20.96 Akar tn tn tn tn tn tn tn #15.75 Bintil tn tn tn tn tn tn tn #18.64 Total tn tn tn tn tn tn tn #16.14 Polong isi tn tn tn tn tn tn tn 15.41 Polong hampa tn tn tn tn tn tn tn #22.66 Bobot 100 biji tn tn tn tn tn tn tn 2.66 Ubinan tn tn tn tn tn tn tn 14.61 Produktivitas tn tn tn tn tn tn tn 14.59

*berpengaruh nyata; **berpengaruh sangat nyata; tn : tidak berpengaruh nyata; # : transformasi ((X + 0.5)0.5); sumber: Gomez dan Gomez (1995)

Pemupukan kompos

Pemupukan kompos tidak menunjukkan pengaruh terhadap tinggi, jumlah daun, dan jumlah cabang kecuali pada jumlah daun pada umur 6 dan 8 minggu

12

setelah tanam (MST). Berdasarkan Tabel 2 peubah tinggi tanaman pada taraf dosis 2 000 kg ha-1 pada umur 8 MST adalah 101.33 cm. Kompos memberikan pengaruh terhadap jumlah daun trifoliet pada umur 6 dan 8 MST. Nilai tertinggi peubah jumlah daun yaitu pada taraf dosis 2 000 kg ha-1, namun tidak berbeda dengan taraf dosis 3 000 kg ha-1 pada 8 MST. Jumlah cabang tertinggi berada pada umur 10 MST dengan rata-rata jumlah cabang 2 buah.

Tabel 2 Rata-rata tinggi, jumlah daun, dan jumlah cabang kedelai pada berbagai taraf perlakuan kompos

Peubah diamati Umur (MST) Kompos (kg ha-1) 0 1 000 2 000 3 000 Tinggi ...cm... 2 9.97 ± 0.29b 10.00 ± 0.34 10.28 ± 0.21 10.27 ± 0.50 4 32.47 ± 1.13 32.43 ± 0.90 33.73 ± 1.21 34.70 ± 2.83 6 79.01 ± 1.67 77.73 ± 2.51 80.92 ± 2.82 81.61 ± 2.49 8 95.58 ± 2.77 93.92 ± 2.38 101.33 ± 3.20 97.78 ± 1.90 10 96.72 ± 3.23 95.32 ± 1.50 97.57 ± 2.21 97.28 ± 1.49 Jumlah daun ...trifoliet... 2 1.65 ± 0.21 1.88 ± 0.10 1.78 ± 0.03 1.73 ± 0.17 4 6.72 ± 0.18 6.70 ± 0.17 6.82 ± 0.11 6.68 ± 0.13 6 a

12.58b ± 0.66 13.72a ± 0.48 13.58a ± 0.74 14.08a ± 0.55 8 a 14.93b ± 0.90 15.52b ± 1.60 16.95a ± 0.84 16.02ab ± 0.52 10 11.65 ± 1.15 12.98 ± 0.27 13.28 ± 0.71 12.95 ± 0.55 Jumlah cabang ...cabang... 4 1.19 ± 0.17 1.44 ± 0.38 1.36 ± 0.17 1.12 ± 0.36 6 2.30 ± 0.25 2.37 ± 0.18 2.45 ± 0.20 2.33 ± 0.24 8 1.94 ± 0.13 2.09 ± 0.32 2.12 ± 0.21 1.12 ± 0.24 10 2.65 ± 0.20 2.68 ± 0.30 2.82 ± 0.23 2.68 ± 0.13

Keterangan a : angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, b : angka setelah “±” menunjukkan standar deviasi

Tabel 3 Rata-rata bobot kering bagian tanaman pada berbagai dosis kompos

Peubah diamati Kompos (kg ha

-1)

0 1 000 2 000 3 000

Bobot kering daun (g) 9.93 ± 3.24b 7.46 ± 2.99 7.67 ± 2.35 6.42 ± 0.73 Bobot kering polong (g) 10.49 ± 2.84 10.70 ± 1.12 13.59 ± 2.00 12.91 ± 2.10 Bobot kering batang (g) 12.03 ± 1.43 9.48 ± 2.45 11.20 ± 2.51 9.47 ± 1.95 Bobot kering akar (g) 1.60 ± 0.32 1.64 ± 0.21 1.79 ± 0.31 1.67 ± 0.25 Bobot kering bintil (g) 0.71 ± 0.17 0.50 ± 0.12 0.59 ± 0.09 0.91 ± 0.23 Bobot kering total (g) 34.76 ± 5.36 29.78 ± 4.63 34.84 ± 5.70 31.38 ± 5.10

Keterangan b : angka setelah “±” menunjukkan standar deviasi

Pemberian beberapa taraf dosis kompos secara umum tidak menunjukkan pengaruh pada peubah bobot daun, bobot polong, bobot batang, bobot akar, bobot bintil, dan bobot brangkasan. Berdasarkan Tabel 3 bobot total brangkasan pada taraf dosis 2 000 kg ha-1 adalah 34.84 g, 34.76 g pada taraf dosis 0 kg ha-1, 31.38 g pada taraf dosis 3 000 kg ha-1, dan 29.78 g pada taraf dosis 1 000 kg ha-1. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian beberapa taraf dosis kompos tidak menambah biomassa tanaman.

13 Berdasarkan Tabel 4 kompos tidak mempengaruhi semua komponen hasil tanaman yang terdiri atas buku produktif, buku non-produktif, jumlah polong isi, bobot 100 biji, serat hasil bobot ubinan dan produktivitas. Buku produktif yang dihasilkan oleh pemberian kompos 2 000 kg ha-1 adalah 18.18 buku dengan simpangan baku 1.06 buku, sedangkan buku produktif pada pemberian 0 kg ha-1 adalah 16.30 buku dengan simpangan baku 1.33 buku. Jumlah polong isi pada pemberian kompos 3 000 kg ha-1 terdapat 66.92 polong dengan simpangan baku 5.59 polong, sedangkan pada pemberian 0 kg ha-1 terdapat 55.75 polong. Bobot 100 biji, bobot ubinan, serta produktivitas terdapat pada pemberian kompos dengan taraf dosis 2 000 kg ha-1 berturut–turut adalah 13.94 g, 782.17 g 2.4 m-2, dan produktivitas 3.26 ton ha-1.

Tabel 4 Komponen hasil tanaman pada berbagai taraf dosis kompos

Peubah diamati Kompos (kg ha

-1)

0 1 000 2 000 3 000

Buku produktif 16.30 ± 1.33b 16.38 ± 1.25 18.18 ± 1.06 17.83 ± 1.22

Buku non–produktif 3.87 ± 0.25 4.07 ± 0.21 3.89 ± 0.19 4.04 ± 0.73

Jumlah polong isi 55.75 ± 6.20 60.35 ± 4.71 61.77 ± 2.81 66.92 ± 5.59

Jumlah polong hampa 2.23 ± 1.01 1.94 ±1.01 2.18 ± 1.34 1.94 ± 1.18

Bobot 100 biji (g) 13.83 ± 0.10 13.81 ± 0.29 13.94 ± 0.25 13.91 ± 0.20

Ubinan (g 2.4 m-2) 662.75 ± 40.69 742.00 ± 52.44 782.17 ± 22.51 705.00 ± 15.97

Produktivitas (ton ha-1) 2.76 ± 0.17 3.09 ± 0.22 3.26 ± 0.09 2.94 ± 0.17

Keterangan b: angka setelah “±” menunjukkan standar deviasi

Gambar 3 Grafik pemupukan kompos terhadap produktivitas kedelai hitam varietas Cikuray

Gambar 3 menunjukkan grafik rata-rata pengaruh pemupukan kompos terhadap produktivitas kedelai hitam varietas Cikuray. Produktivitas kedelai lebih baik pada taraf dosis 1 000 kg ha-1, 2 000 kg ha-1, dan 3 000 kg ha-1 dibanding 0

14

kg ha-1. Pemberian kompos akan meningkatkan produktivitas kedelai sampai dosis 2 000 kg ha-1 kemudian menurun pada dosis 3 000 kg ha-1.

Pemupukan P dan K

Pemberian pupuk P secara umum tidak menunjukkan pengaruh pada semua peubah tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah cabang. Berdasarkan Tabel 5 pemberian pupuk Pmenunjukkan tinggi tanaman maksimal pada umur 10 MST pada dosis 72 kg P2O5 ha-1. Pada umur tanaman 10 MST tinggi tanaman pada pemberian P dengan dosis 36 kg P2O5 ha-1 memiliki tinggi 96.75 cm dengan simpangan baku 1.84 cm, sedangkan pemberian dosis 72 kg P2O5 ha-1 96.76 cm dengan simpangan baku 2.61. Rata-rata jumlah daun pada pemberian dosis 36 kg P2O5 ha-1 pada umur 4, 6, dan 8 MST meningkat kemudian menurun pada umur 10 MST karena penuaan. Jumlah cabang maksimal yaitu pada umur 10 MST dengan rata-rata jumlah cabang terdapat pada pemberian dosis 36 kg P2O5 ha-1 adalah 2.73 cabang dengan simpangan baku 0.15 cabang dan pada pemberian dosis 72 kg P2O5 adalah 2.69 cabang dengan simpangan baku 0.26 cabang.

Tabel 5 Rata–rata tinggi, jumlah daun dan jumlah cabang kedelai pada berbagai taraf dosis pupuk P dan K

Peubah diamati Umur (MST) P2O5 (kg ha -1) K2O (kg ha-1) 36 72 30 60 Tinggi ...cm... 2 10.24 ± 0.39b 10.02 ± 0.28 10.16 ± 0.34 9.60 ± 0.36 4 33.96 ± 2.21 32.69 ± 1.10 33.33 ± 1.81 33.33 ± 1.93 6 80.54 ± 2.96 79.08 ± 2.33 79.53 ± 2.73 80.01 ± 2.78 8 97.22 ± 2.37 97.09 ± 4.86 96.77 ± 3.67 97.54 ± 3.93 10 96.75 ± 1.84 96.76 ± 2.61 96.41 ± 1.80 97.03 ± 2.60 Jumlah daun ...trifoliet... 2 1.75 ± 0.18 1.78 ± 0.15 1.79 ± 0.10 1.73 ± 0.20 4 6.76 ± 0.11 6.70 ± 0.17 6.67 ± 0.14 6.79 ± 0.12 6 13.50 ± 0.96 13.47 ± 0.63 13.62 ± 0.68 13.35 ± 0.91 8 15.84 ± 1.47 15.87 ± 0.98 16.18 ± 1.30 15.53 ± 1.30 10 13.08 ± 0.70 12.35 ± 1.02 12.85 ± 0.68 12.58 ± 0.68 Jumlah cabang ...cabang... 4 1.37 ± 0.30 1.19 ± 0.26 1.34 ± 0.32 1.22 ± 0.26 6 2.43 ± 0.22 2.29 ± 0.17 2.43 ± 0.16 2.19 ± 0.23 8 2.00 ± 0.24 2.04 ± 0.23 2.09 ± 0.24 1.95 ± 0.21 10 2.73 ± 0.15 2.69 ± 0.26 2.82 ± 0.18 2.59 ± 0.17

Keterangan b: angka setelah “±” menunjukkan standar deviasi

Berdasarkan Tabel 5 pemupukan K tidak berpengaruh terhadap peubah tinggi, jumlah daun, dan jumlah cabang. Pemupukan K dengan dosis 60 kg K2O ha-1 menghasilkan tinggi tanaman kedelai maksimal 97.03 cm dengan simpangan baku 2.60 cm, sedangkan pemupukan dengan dosis 30 kg K2O ha-1 menghasilkan tinggi maksimal 96.41 cm dengan simpangan baku 1.80 cm. Jumlah daun memiliki nilai yang sedikit berbeda dengan tinggi tanaman. Pada 10 MST, jumlah daun pada tanaman yang diberi K dengan dosis 30 kg K2O ha-1 dan 60 kg K2O ha-1 adalah 12 daun trifoliet. Jumlah cabang pada pemupukan dengan dosis 30 kg

15 K2O ha-1 dibandingkan dengan dosis pemupukan 60 kg K2O ha-1 sama saja 2 cabang.

Pemupukan P tidak mempengaruhi peubah bobot kering tanaman. Tabel 6 menunjukkan bahwa bobot kering tanaman total rata-rata pada pemberian P dosis 72 kg P2O5 ha-1 adalah 33.48 g dengan simpangan baku 5.12 g dan pada dosis 36 kg P2O5 ha-1 adalah 31.9 g dengan simpangan baku 5.20 g. Dosis 72 kg P2O5 ha-1 hanya memiliki nilai cukup baik pada bobot daun, bobot akar, dan bobot brangkasan total. Berdasarkan hasil tabel tersebut juga diketahui bahwa pemupukan Ktidak berpengaruh terhadap beberapa bobot kering tanaman. Bobot kering total pada tanaman yang dipupuk dengan dosis 30 kg K2O ha-1 adalah 33.21 g dengan simpangan baku 5.28, sedangkan pada tanaman yang dipupuk dengan dosis 60 kg K2O ha-1 adalah 32.17 g dengan simpangan baku 4.96 g. Tabel 6 Rata–rata bobot kering bagian tanaman pada berbagai taraf dosis pupuk P

dan K

Peubah diamati P2O5 (kg ha

-1) K2O (kg ha-1)

36 72 30 60

Bobot kering daun (g) 6.63 ± 1.10b 9.11 ± 3.15 7.95 ± 3.34 7.79 ± 1.88 Bobot kering polong (g) 12.52 ± 1.89 11.32 ± 2.71 12.35 ± 1.71 11.49 ± 2.90 Bobot kering batang (g) 10.39 ± 1.08 10.70 ± 3.06 10.64 ± 2.78 10.45 ± 1.68 Bobot kering akar (g) 1.65 ± 0.23 1.70 ± 0.30 1.57 ± 0.14 1.78 ± 0.31 Bobot kering bintil (g) 0.71 ± 0.25 0.65 ± 0.18 0.70 ± 0.26 0.66 ± 0.16 Bobot kering total (g) 31.9 ± 5.20 33.48 ± 5.12 33.21 ± 5.28 32.17 ± 4.96

Keterangan b: angka setelah “±” menunjukkan standar deviasi

Produktivitas yang dihasilkan tanaman kedelai tidak dipengaruhi oleh pemupukan P pada dosis 36 kg P2O5 ha-1 maupun 72 kg P2O5 ha-1 (Tabel 6). Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa produktivitas yang diperoleh pada pemupukan dosis 72 kg P2O5 ha-1 adalah 3.05 ton ha-1 dengan simpangan baku 0.27 ton ha-1. Buku produktif pada dosis 36 kg P2O5 ha-1 adalah 17.68 buku dengan simpangan baku 1.14 buku dan buku produktif pada dosis 72 kg P2O5 ha-1 adalah 16.67 buku dengan simpangan baku 1.61 buku. Jumlah polong isi dan bobot 100 biji pada pemberian pupuk dosis 36 kg P2O5 ha-1 memiliki nilai rata-rata lebih baik. Bobot ubinan pada pemberian dosis 72 kg P2O5 ha-1 adalah 732.58 g 2.4 m-2 dengan simpangan baku 55.95 g 2.4 m-2.

Tabel 7 Pengaruh pemupukan P dan K terhadap komponen hasil tanaman Peubah diamati P2O5 (kg ha

-1) K2O (kg ha-1)

36 72 30 60

Buku produktif 17.68 ± 1.14b 16.67 ± 1.61 16.99 ± 1.08 17.36 ± 1.80 Buku non-produktif 3.86 ± 0.25 4.07 ± 0.47 4.08 ± 0.47 3.84 ± 0.24 Jumlah polong isi 63.09 ± 5.16 59.30 ± 6.65 61.91 ± 7.14 60.48 ± 5.18 Jumlah polong hampa 3.88 ± 1.05 4.16 ± 1.38 3.87 ± 1.25 4.17 ± 1.19 Bobot 100 biji (g) 13.93 ± 0.16 13.82 ± 0.24 13.90 ± 0.19 13.84 ± 0.22 Ubinan (g 2.4 m-2) 713.38 ± 54.32 732.58 ± 64.00 713.08 ± 62.48 732.88 ± 55.95 Produktivitas (ton ha-1) 2.97 ± 0.23 3.05 ± 0.27 2.97 ± 0.26 3.05 ± 0.23

16

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa pemupukan beberapa taraf dosis Ktidak berpengaruh terhadap komponen hasil seperti buku produktif, buku non-produktif, jumlah polong isi, jumlah polong hampa, dan bobot 100 biji (Tabel 7). Jumlah polong isi pada pemupukan 30 kg K2O ha-1 memiliki nilai rataan 61.91 polong dengan simpangan baku 7.14 polong dan berat 100 biji mencapai 13.90 g dengan simpangan baku 0.19 g. Jumlah polong hampa, bobot ubinan, dan produktivitas justru memiliki nilai lebih rataan lebih baik pada pemupukan 60 kg K2O ha-1. Buku produktif dan buku non-produktif pada pemupukan 60 kg K2O ha -1 mencapai 17.36 buku dan 3.84 buku.

Pembahasan

Budidaya jenuh air (BJA) mengkondisikan agar tanah selalu dalam keadaan lembab dengan tinggi muka air 15 cm. Kondisi tersebut mempertahankan pirit dalam kondisi tereduksi karena tidak ada oksigen bebas dari permukaan tanah sehingga pH tanah meningkat. Kedelai akan merespon cekaman jenuh air dengan adaptasi dimulai dengan meningkatnya prekursor etilen, aminocyclopropana-1-carboxylic acid (ACC) di akar yang diikuti meningkatnya etilen akar. Etilen meningkatkan aktivitas selulase yang menentukan perkembangan jaringan aerenkima dan perakaran baru (Ghulamahdi 1999).

Kandungan N dalam jaringan tanaman dan N dalam daun akan menurun pada awal pertumbuhan. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya serapan nitrogen sehingga fotosintat dialokasikan ke area perakaran dan bintil akar. Aktivitas akar dan bintil akar mulai lebih awal dan dengan laju yang lebih cepat (Indradewa et al. 2004). Pembentukan akar baru selanjutnya meningkatkan pembentukan bintil akar sehingga meningkatkan proses nitrogenase dan serapan hara daun.

Meningkatnya serapan hara daun akan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Perkembangan tanaman diketahui dari meningkatnya bobot kering, akar, batang, dan daun. Pertumbuhan yang baik selanjutnya meningkatkan jumlah polong isi dan akhirnya meningkatkan bobot biji per petak (Ghulamahdi 1999).

Pemberian kompos terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai hitam Pemberian pupuk kompos secara analisis statistik tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai hitam. Produktivitas di lapangan penelitian tetap lebih tinggi dari rata-rata nasional 1.3 ton ha-1. Jumlah polong rata-rata 60 sampai 75 buah dengan keragaan polong yang lebih besar seperti pada gambar di Lampiran 8.

Pengamatan di lapangan menunjukkan pemberian beberapa taraf dosis kompos menghasilkan pertumbuhan tinggi tanaman dengan kisaran 96–97 cm pada 10 MST (Tabel 2). Perlakuan kompos 2 000 kg ha-1 tinggi tanaman mencapai 97.57 cm dengan simpangan baku 2.21 cm. Hal ini menunjukkan tidak adanya perbedaan yang mencolok di antara setiap perlakuan sehingga tidak berpengaruh nyata. Sebaran data yang dikumpulkan juga tidak terlalu bervariasi menunjukkan pengaruh lingkungan lebih besar dibanding perlakuan. Pemberian kompos 2 000 kg ha-1 berpengaruh terhadap jumlah daun kedelai pada umur 6 dan 8 MST dengan jumlah daun terbanyak 13 daun trifoliet denga simpangan baku 0.74 daun pada umur 6 MST dan 16 daun trifoliet dengan simpangan baku 0.84 daun, 2 helai

17 lebih banyak daripada pemberian kompos 0 kg ha-1 (Tabel 2). Jumlah daun yang banyak bermanfaat bagi kedelai dalam memproduksi polong dan pengisian polong (Ghulamahdi et al. 2009). Kandungan hara dalam kompos terutama hara nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan daun diduga baru tersedia pada saat tanaman berumur 8 MST. Jumlah cabang rata-rata tanaman kedelai berada pada kisaran 2–

3 cabang pada setiap perlakuan kompos, perlakuan kompos 2 000 kg ha-1 memiliki 2 cabang dengan simpangan baku 0.23 (Tabel 2).

Musim tanam padi sebelum penelitian diduga mempengaruhi hasil dari penelitian ini. Pola tanam pada lahan pasang surut tipe C mengikuti keberadaan pasang air dan musim hujan. Bulan Oktober sampai Februari curah hujan tinggi dan air tergenang sehingga petani menanam padi. Sisa pupuk dan jerami pada saat penanaman padi dapat menyuburkan tanah pada musim tanam berikutnya. Keadaan lahan yang tidak terpengaruh pasang air laut secara langsung dan tipe kedalaman pirit >50 cm juga menjadikan lahan ini lebih baik.

Penanaman kedelai pada musim tanam kedua masih dipengaruhi oleh curah hujan pada bulan April dan Mei (Lampiran 5). Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap kodisi tajuk kedelai pada saat penelitian. Jarak tanam 12.5 cm x 40 cm diduga terlalu rapat sehingga banyak tanaman mengalami etiolasi dan rebah sehingga terdapat tinggi tanaman yang menurun seperti pada perlakuan kompos 2 000 kg ha-1 pada 8 MST memiliki tinggi 101 cm kemudian pada 10 MST menjadi 97 cm dikarenakan patah batang (Tabel 2).

Pemupukan kompos tidak berpengaruh terhadap komponen biomassa tanaman kedelai. Pemupukan kompos 0, 1 000, 2 000, dan 3 000 kg ha-1 menunjukkan biomassa total dengan rata-rata pada kisaran 29–34 g tidak terpaut terlalu jauh (Tabel 3). Perlakuan kompos 0 kg ha-1 memiliki bobot kering total 34.76 g dengan simpangan baku 5.36 g. Bobot bintil memiliki perbedaan tersendiri di mana pada pemberian kompos 3 000 kg ha-1 lebih berat bobotnya (0.91 g dengan simpangan baku 0.23 g) dibanding pemberian kompos 0, 1 000, dan 2 000 kg ha-1 walaupun tidak nyata. Hasil penelitian Lidhyapisci (2010) menunjukkan bahwa pada lahan yang diberi dosis kompos 0 kg ha-1 justru memiliki bobot bintil lebih tinggi. Hal ini diduga karena adaptasi kedelai terhadap lahan yang kurang diberi pupuk. Akar kedelai pada lahan tersebut akan masuk lebih dalam dan menghasilkan bintil lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan hara nitrogen. Perkembangan akar sangat dipengaruhi kondisi fisik, kimia tanah, ketersediaan unsur hara serta ketersediaan air (Irwan 2006)

Pemberian kompos tidak berpengaruh terhadap komponen hasil dan produksi kedelai hitam. Jumlah polong isi pada setiap perlakuan berada pada kisaran 59–63 polong, cukup bervariasi dari setiap pengamatan. Perlakuan kompos 3 000 kg ha-1 memiliki jumlah polong isi 66.92 polong dengan simpangan baku 5.59 polong. Kecenderungan data yang ditampilkan menunjukkan jumlah buku produktif, buku non-produktif, jumlah polong isi, bobot 100 biji, dan bobot ubinan hampir merata dari dosis terendah 0 kg ha-1 sampai 3 000 kg ha-1 (Tabel 4). Gambar 3 menunjukkan grafik hubungan pemberian pupuk kompos dengan produktivitas yang terus meningkat sampai dosis 2 000 kg ha-1 kemudian menurun pada dosis 3 000 kg ha-1. Berdasarkan perhitungan kuadratik diketahui bahwa nilai dosis maksimum adalah pada dosis 1.71 ton ha-1 kompos menghasilkan produktivitas rata-rata tertinggi. Hal ini diduga dipengaruhi oleh kombinasi pupuk yang mempengaruhi respon tanaman.

18

Pemupukan tunggal tidak berpengaruh terhadap produktivitas. Produktivitas kedelai hitam yang meningkat diduga karena pengaruh kombinasi dengan pupuk lainnya. Kompos juga memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah sehingga unsur hara menjadi tersedia dan dapat diserap. Menurut pernyataan Melati (2008) bahwa perlakuan kombinasi pupuk organik menghasilkan jumlah dan bobot polong isi per tanaman lebih baik dibanding perlakuan pupuk tunggal.

Kondisi cuaca, serangan hama, dan penyakit menjadi kendala di lapangan pada saat pelaksanaan penelitian. Fase vegetatif tanaman kedelai mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dan tinggi namun kemudian terganggu oleh intensitas hujan yang tinggi sehingga menyebabkan banyak tanaman yang rebah karena angin dan hujan. Pengisian polong yang merupakan periode kritis juga dihadapkan pada minggu kering tanpa hujan selama 2 minggu pada umur tanaman 11–12 MST berdasarkan data curah hujan (Lampiran 5). Serangan kepik hijau penghisap polong, walang sangit, dan tikus juga banyak terjadi pada fase generatif. Hal tersebut berpengaruh terhadap biji kedelai yang berkurang, berkeriput, dan tidak berisi atau matang secara sempurna sehingga produktivitas menurun.

Kualitas kompos sangat dipengaruhi oleh sumber, kandungan, serta kematangan kompos tersebut. Asam organik dan penguraian yang belum sempurna pada kompos dapat menyebabkan mikroorganisme pengurai mengambil N di tanah dan meningkatkan pH sementara sebelum asam organik tersebut mengikat Al dan Fe. Analisis kompos (Lampiran 4) menunjukkan kondisi kompos yang cukup baik dengan nisbah C/N pada kisaran 14:1, pH netral, serta dengan kandungan P dan K sedang. Kondisi tersebut akan menyebabkan hara tersedia apabila diaplikasikan pada tanah. Kandungan C–organik sangat tinggi 14.97%, Ca termasuk sedang dengan nilai 20.19 cmolc kg-1, K tinggi 15.14 cmolc kg-1 karena berasal dari jerami, P sedang dengan nilai 811 ppm. Hal tersebut seharusnya sangat baik apabila dilihat dari kandungannya namun masih kurang untuk pertumbuhan dan produksi kedelai hitam yang memerlukan K, P, dan Ca yang memadai. Kandungan Na pada kompos pun cukup tinggi yaitu 1.42 cmolc kg-1, Na yang tinggi akan mempengaruhi pertumbuhan kedelai karena toleransi kedelai terhadap Na ada pada kisaran 2–5 mmhos cm-1.

Lahan penelitian pada dasarnya telah dalam kondisi subur. Hasil analisis tanah (Lampiran 3) menunjukkan nilai KTK sangat tinggi, dengan kata lain tingginya KTK tersebut disebabkan karena tingginya kandungan bahan organik sejalan dengan hasil analisis C–organik yang tergolong sedang pada tanah tersebut. Lahan percobaan memiliki karakteristik pirit dalam dimana pirit berada >50 cm yang mengakibatkan reaksi oksidasi pirit tidak terlalu berbahaya kecuali apabila terjadi kekeringan sehingga pirit naik. Keadaan tanah yang asam pada analisis awal penelitian kemungkinan menjadi netral pada saat diaplikasikan teknik budidaya jenuh air. Tinggi muka air yang dijaga tetap dan tergenang 15 cm dari permukaan tanah menetralkan asam pada lahan, dan mereduktifkan proses kimia pada tanah. Hal ini diduga yang menyebabkan perlakuan pemberian kompos sebagai amelioran menjadi tidak berpengaruh terhadap kedelai baik terhadap pertumbuhan maupun produksi.

Bahan organik kompos dapat meningkatkan ketersediaan hara di tanah melalui peningkatan KTK serta perubahan sifat fisik, kimia, dan biologi tanahnya. Bahan humus mempunyai efek tidak langsung terhadap nutrisi tanaman yaitu

19 melalui: (1) Penambahan N dan S kedalam struktur bahan humus mantap selama mineralisasi atau imobilisasi; (2) Transformasi kimia bentuk N inorganik, yaitu stabilisasi N melalui fiksasi NH4+ dan konversi NO2- menjadi N2 dan N2O; (3) Pelarutan fosfor melalui kompleksasi Ca di tanah kapuran dan Fe dan Al di tanah masam; serta (4) Mengurangi keracunan logam termasuk Al pada tanah-tanah masam (Stevenson 1994). Keadaan di lapangan menunjukkan kandungan bahan organik sudah tinggi ditandai banyaknya serasah jerami walaupun setelah dianalisis kandungannya terukur sedang (Lampiran 1). Keadaan lain yang dapat diduga adalah kompos yang diberikan belum mengalami proses degradasi lanjut

Dokumen terkait