• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Persentase hidup R. mucronata (%)

Persentase hidup bibit R. mucronata dengan intensitas naungan yang tertinggi adalah pada bibit R. mucronata dengan intensitas naungan 0% dan 25% yaitu 95% dan terendah pada bibit R. mucronata dengan intensitas naungan 50% yaitu 80%. Data persentase hidup bibit R. mucronata dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 12 MST. Hasil analisis sidik ragam, tinggi bibit R. mucronata dapat dilihat Lampiran 1. Intensitas naungan R. mucronata tidak berpengaruh nyata terhadap persentase hidup bibit R. mucronata. Berikut data persentase hidup bibit R. mucronata disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Persentase hidup bibit R. mucronata terhadap intensitas naungan Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa bibit R. mucronata dengan intensitas naungan 0% dan 25% mempunyai nilai yang terbesar yaitu 95%, sedangkan yang terendah yaitu pada bibit R. mucronata dengan intensitas naungan 50% yaitu 80%. Hasil uji DMRT taraf nyata 5 % pada Gambar 2 di atas

menunjukkan bahwa pertumbuhan propagul R. mucronata dengan intensitas naungan berbeda nyata antara perlakuan yang satu dengan perlakuan yang lain.

Tinggi bibit R. mucronata (cm)

Pertumbuhan tinggi bibit R mucronata dengan intensitas naungan yang tertinggi adalah pada bibit R. mucronata dengan intensitas naungan 75% yaitu 16.513 cm dan terendah pada bibit R. mucronata dengan intensitas naungan 0% yaitu 8.087 cm. Data tinggi bibit R. mucronata dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 12 MST. Hasil analisis sidik ragam, tinggi bibit R. mucronata dapat dilihat Lampiran 2. Intensitas naungan R. mucronata memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi bibit R. mucronata. Berikut pertumbuhan tinggi bibit R. mucronata disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Pertumbuhan tinggi bibit R. mucronata (cm)

Perlakuan Tinggi bibit R. mucronata (cm)

Intensitas Naungan 0% 8.087a Intensitas Naungan 25% 13.360b Intensitas Naungan 50% 11.693b Intensitas Naungan 75% 16.513c Intensitas Naungan 100% 11.553b Total 61.206

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf, kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %.

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa bibit R. mucronata dengan intensitas naungan 75% mempunyai nilai yang terbesar yaitu 16.513 cm, sedangkan yang terendah yaitu pada bibit R. mucronata dengan intensitas naungan 0% yaitu 8.087 cm. Hasil uji DMRT taraf nyata 5 % pada Tabel 1 di atas

menunjukkan bahwa pertumbuhan propagul R. mucronata dengan intensitas naungan berbeda nyata antara perlakuan yang satu dengan perlakuan yang lain.

Diameter bibit R. mucronata (cm)

Pertumbuhan diameter bibit R. mucronata dengan intensitas naungan yang terbesar adalah pada bibit R. mucronata dengan intensitas naungan 25% yaitu 0.533 cm dan terendah pada bibit R. mucronata dengan intensitas 0% yaitu 0.417 cm. Data diameter bibit R. mucronata dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 12 MST. Hasil analisis sidik ragam, diameter bibit R. mucronata dapat dilihat Lampiran 3. Intensitas naungan R. mucronata memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter bibit R. mucronata. Berikut pertumbuhan diameter bibit R. mucronata disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Pertumbuhan diameter bibit R. mucronata (cm)

Perlakuan Diameter bibit R. mucronata (cm)

Intensitas Naungan 0% 0.417a Intensitas Naungan 25% 0.533c Intensitas Naungan 50% 0.503bc Intensitas Naungan 75% 0.505bc Intensitas Naungan 100% 0.470b Total 2.428

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf, kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %.

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa bibit R. mucronata dengan intensitas naungan 25% mempunyai pertambahan diameter yang terbesar yaitu 0.533 cm, sedangkan yang terendah yaitu pada bibit R. mucronata dengan intensitas 0% yaitu 0.417 cm. Hasil uji DMRT taraf nyata 5 % pada Tabel 2 di

atas menunjukkan bahwa diameter propagul R. mucronata dengan intensitas naungan berbeda nyata antara perlakuan yang satu dengan perlakuan yang lain.

Jumlah daun R. mucronata (helai)

Rata-rata jumlah daun bibit R. mucronata dengan intensitas naungan yang terbesar adalah pada bibit R. mucronata dengan intensitas naungan 75% yaitu 4.000 dan terendah pada bibit R. mucronata dengan intensitas 0% yaitu 3.333. Data rata-rata jumlah daun bibit R. mucronata dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 12 MST. Hasil analisis sidik ragam, rata-rata jumlah daun bibit R. mucronata dapat dilihat Lampiran 4. Intensitas naungan R. mucronata memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun bibit R. mucronata. Berikut jumlah daun bibit R. mucronata disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata jumlah daun bibit R. mucronata

Perlakuan Jumlah daun bibit R. mucronata

Intensitas Naungan 0% 3.333a Intensitas Naungan 25% 3.933b Intensitas Naungan 50% 3.867b Intensitas Naungan 75% 4.000b Intensitas Naungan 100% 3.867b Total 19

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf, kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %.

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa bibit R. mucronata dengan intensitas naungan 75% mempunyai rata-rata jumlah daun yang terbesar yaitu 4.000, sedangkan yang terendah yaitu pada bibit R. mucronata dengan intensitas 0% yaitu 3.333. Hasil uji DMRT taraf nyata 5 % pada Tabel 3 di atas

menunjukkan bahwa jumlah daun propagul R. mucronata dengan intensitas naungan berbeda nyata antara perlakuan yang satu dengan perlakuan yang lain.

Luas daun total bibit R. mucronata (cm2)

Luas daun total bibit R. mucronata dengan intensitas naungan yang terbesar adalah pada bibit R. mucronata dengan intensitas naungan 75% yaitu 128.579 cm2 dan terendah pada bibit R. mucronata dengan intensitas 0% yaitu 51.361 cm2 . Data luas daun total bibit R. mucronata dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 12 MST. Hasil analisis sidik ragam, luas daun total bibit R. mucronata dapat dilihat Lampiran 5. Intensitas naungan R. mucronata memberikan pengaruh nyata terhadap luas daun total bibit R. mucronata. Berikut luas daun total bibit R. mucronata disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Luas daun total R. mucronata (cm2)

Perlakuan Luas daun total bibit R. mucronata (cm2)

Intensitas naungan 0% 51.361a Intensitas naungan 25% 99.383b Intensitas naungan 50% 81.607b Intensitas naungan 75% 128.579c Intensitas naungan 100% 62.484a Total 423.414

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf, kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %.

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa bibit R. mucronata dengan intensitas naungan 75% mempunyai rata-rata luas total daun yang terbesar yaitu 128.579 cm2 sedangkan yang terendah yaitu pada bibit R. mucronata dengan

atas menunjukkan bahwa luas daun total propagul R. mucronata dengan intensitas naungan berbeda nyata antara perlakuan yang satu dengan perlakuan yang lain.

Biomassa total bibit R. mucronata (g)

Biomassa total bibit R. mucronata dengan intensitas naungan yang terbesar adalah pada bibit R. mucronata dengan intensitas naungan 75% yaitu 0.813 gram dan terendah pada bibit R. mucronata dengan intensitas 0% yaitu 0.529 gram. Data biomassa total bibit R. mucronata dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 12 MST. Hasil analisis sidik ragam, biomassa total bibit R. mucronata dapat dilihat Lampiran 6. Intensitas naungan R. mucronata memberikan pengaruh nyata terhadap biomassa total bibit R. mucronata. Berikut biomassa total bibit R. mucronata disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Biomassa total bibit R. mucronata (g)

Perlakuan Biomassa total R. mucronata (g)

Intensitas naungan 0% 0.529a Intensitas naungan 25% 0.695b Intensitas naungan 50% 0.809b Intensitas naungan 75% 0.813b Intensitas naungan 100% 0.662ab Total 3.508

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf, kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %.

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa bibit R. mucronata dengan intensitas naungan 75% mempunyai rata-rata biomassa total yang terbesar yaitu 0.813 gram sedangkan yang terendah yaitu pada bibit R. mucronata dengan intensitas 0% yaitu 0.529 gram. Hasil uji DMRT taraf nyata 5 % pada Tabel 5 di

atas menunjukkan bahwa biomassa total propagul R. mucronata dengan intensitas naungan berbeda nyata antara perlakuan yang satu dengan perlakuan yang lain.

Bentuk bibit R. mucronata yang dibibitkan dengan intensitas naungan yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 3.

e

a b c d

Gambar 3. Bentuk bibit R. mucronata pada 12 MST berbagai intensitas naungan a. intensitas naungan 0%, b. intensitas naungan 25%, c. intensitas

naungan 50%, d. intensitas naungan 75% dan e. intensitas naungan 100%.

Pembahasan

Persentase hidup bibit R. mucronata yang tertinggi adalah bibit dengan intensitas naungan 0% dan 25% yaitu sebesar 95% sedangkan yang terendah adalah bibit dengan intensitas naungan 50% sebesar 80%. Pertumbuhan bibit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor genetik. Setiap propagul memiliki genetik yang berbeda walaupun berasal dari satu pohon induk yang sama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Irwanto (2008), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mangrove adalah gerakan gelombang yang minimal, salinitas payau,

endapan lumpur (tanah), zona intertidal (pasang surut) yang lebar. Selain faktor di atas terdapat faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan mangrove yaitu cahaya, suhu, dan yang paling penting adalah faktor genetik dari mangrove itu sendiri.

Pertumbuhan tinggi bibit R. mucronata dengan intensitas naungan 75% merupakan pertumbuhan dengan rata-rata tertinggi yaitu sebesar 16.513 cm. Sedangkan pertumbuhan bibit dengan intensitas lain memiliki pertumbuhan yang bervariasi. Hal ini disebabkan oleh bibit kekurangan cahaya dengan intensitas naungan tinggi sehingga bibit mengalokasikan pertumbuhan hanya pada tinggi dan jumlah daun serta luas daun total. Bibit mengalokasikan pada beberapa parameter tertentu karena adaptasinya untuk memperoleh cahaya yang lebih dengan intensitas naungan tinggi. Cahaya adalah faktor yang sangat penting bagi kegiatan metabolisme dalam jaringan tanaman. Kramer dan Kozlowski (1979) dalam Irwanto (2006) menyatakan cahaya merupakan faktor penting terhadap berlangsungnya fotosintesis, sementara fotosintesis merupakan proses yang menjadi kunci dapat berlangsungnya proses metabolisme yang lain di dalam tanaman. Pernyataan di atas didukung oleh Fitter dan Hay (1991) bahwa cahaya merupakan satu dari faktor-faktor lingkungan terpenting karena perannya dari proses fotosintesis. Daun-daun musim panas yang tipis dan lebar dan daun musim semi yang lebih tebal, yang beradaptasi terhadap derajat cahaya yang lebih tinggi.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan diameter tertinggi adalah pada bibit dengan intensitas naungan 25% yaitu sebesar 0.533 cm dan yang terendah adalah bibit dengan intensitas naungan 0% yaitu sebesar 0.417 cm. Perbedaan diameter bibit tidak jauh berbeda antara satu naungan dengan naungan

yang lain disebabkan oleh ukuran bibit yang digunakan berasal dari bibit yang memiliki panjang > 60 cm. Ukuran bibit memiliki peran dalam ketersediaan karbohidrat atau cadangan makanan dalam propagul. Semakin besar ukuran bibit maka semakin bagus pertumbuhan bibit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gorat (2010) pertumbuhan bibit R. mucronata dengan ukuran ≥ 60 cm sangat berbeda dengan bibit R. mucronata dengan ukuran yang lainnya (40 cm-44 cm ; 45 cm-49 cm ; 50 cm-54 cm dan 55 cm-59 cm), karena bibit yang ukurannya ≥ 60 cm memiliki cadangan makanan yang banyak untuk menunjang pertumbuhannya, baik untuk pertumbuhan plumula dan radikula. Pernyataan Gorat (2010) didukung pula oleh Kramer dan Kozlowski (1960) yang menyatakan bahwa keberhasilan pertumbuhan suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh cadangan makanan yang ada dalam jaringan sel tanaman tersebut.

Perhitungan rata-rata jumlah daun yang dilakukan diperoleh bahwa dengan intensitas naungan 75% memiliki rata-rata jumlah daun tertinggi yaitu sebesar 4.000 sedangkan terendah adalah bibit dengan intensitas naungan 0% sebesar 3.333. Jumlah daun pada intensitas naungan 75% lebih banyak dibandingkan intensitas naungan yang lain dikarenakan tanaman beradaptasi untuk memperoleh cahaya yang lebih banyak dengan intensitas cahaya yang rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Heddy (1996) jumlah daun tanaman lebih banyak di tempat ternaung daripada di tempat terbuka. Jenis yang diteliti memberikan respon terhadap perbedaan intensitas cahaya. Pernyataan ini didukung pula oleh Marschner (1995) dalam Delvian (2006) bahwa cahaya dan suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan bibit di persemaian. Intensitas cahaya yang tinggi menyebabkan bibit tumbuh kerdil, daun kering dan gugur, bahkan

dapat berakibat bibit mati. Sedangkan intensitas cahaya yang rendah atau kurang akan menimbulkan pengaruh yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan bibit serta menyebabkan etiolasi pada bibit.

Suhu pada intensitas naungan 75% berkisar 31.1-36 0C dengan kelembaban 58-79% sedangkan intensitas naungan 0% berkisar 29.9-35 0C dengan kelembaban 57-78%. Suhu pada intensitas naungan 75% lebih tinggi dibandingkan intensitas yang lain dan yang terendah adalah suhu dengan intensitas naungan 0%. Suhu ini masih merupakan suhu optimum pertumbuhan tanaman mangrove. Hal ini sesuai dengan pernyataan Duke (2006) yang menyatakan bahwa suhu umum rata-rata bagi pertumbuhan bakau merah (R. mucronata) adalah 20–30°C (68–86°F). Suhu rata-rata maksimum dari suhu musim kemarau adalah 23–38°C (73–100°F) sedangkan suhu rata-rata minimum dari suhu musim hujan adalah 13–18°C (55–64°F). Suhu minimum yang masih dapat ditoleransi adalah 10°C (50°F). Pendapat lain menyatakan suhu hutan mangrove Teluk Sepi yang diteliti di penelitian Zamroni dan Rohyani (2008) (27,8-31,7 0C) masih merupakan suhu yang optimum bagi famili Rhizophoraceae. Muhamaze (2008) menyatakan bahwa temperatur rata-rata untuk pertumbuhan mangrove maksimal 320C pada siang hari dan minimal 230C pada malam hari.

Perhitungan luas daun total yang tertinggi adalah bibit dengan intensitas naungan 75% sebesar 128.579 cm2 sedangkan yang terendah adalah 0% sebesar 51.361 cm2. Luas daun merupakan kemampuan adaptasi daun terhadap intensitas cahaya tinggi dan rendah. Semakin mudah cahaya diperoleh maka daun semakin kecil namun semakin sulit cahaya diperoleh maka luas daun semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widiastoety dan Bahar (1995), semakin tinggi

intensitas cahaya yang diterima maka semakin kecil lebar daun tanaman anggrek Dendrobium. Pernyataan ini didukung oleh Marjenah (2001) dalam Irwanto (2006) daun mempunyai permukaan yang lebih besar di dalam naungan daripada jika berada di tempat terbuka. Jumlah luas daun menjadi penentu utama kecepatan pertumbuhan. Pernyataan lain yang mendukung kedua pernyataan di atas menurut Heddy (1996) dalam satu tanaman, daun yang terluar yang mendapat cahaya matahari penuh tumbuh lebih kecil daripada daun yang sebelah dalam yang terlindung. Bila tumbuhan berada lama dalam cahaya yang lemah, ia akan mengalami etiolasi, yakni batangnya menjadi sangat panjang tanpa jaringan serabut penyokong yang cukup, daunnya keputih-putihan tanpa klorofil yang cukup. Namun apabila penyinaran yang berlebihan akan menimbulkan tumbuhan yang kerdil dengan perkembangan yang abnormal yang akhirnya berakhir dengan kematian.

Biomassa total tertinggi adalah bibit dengan intensitas naungan 75% sebesar 0.813 gram sedangkan biomassa terendah adalah bibit dengan intensitas naungan 0% sebesar 0.529 gram. Biomassa total bergantung pada semua parameter lain yakni tinggi bibit, diameter bibit, jumlah daun, dan luas total daun. Parameter inilah yang paling menentukan. Biomassa menunjukkan banyaknya cahaya yang tertangkap oleh bibit untuk proses fotosintesis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tohari dkk (2004) besarnya cahaya yang tertangkap pada proses fotosintesis menunjukkan biomassa, sedangkan besarnya biomassa dalam jaringan tanaman mencerminkan bobot kering. Bila luas daun meningkat, asimilat yang dihasilkan akan lebih besar pula. Luas daun yang besar menyebabkan laju asimilasi bersih meningkat, sehingga laju pertumbuhan nisbi juga meningkat dan

bobot kering tanaman meningkat pula. Laju pertumbuhan nisbi adalah peningkatan bobot kering tanaman dalam suatu interval waktu tertentu saja, bukan pertambahan bobot kering tanaman. Nilai laju pertumbuhan nisbi erat kaitannya dengan efisiensi penyerapan cahaya oleh daun, dalam hal ini luas daun dan laju asimilasi bersih akan mempengaruhi laju pertumbuhan nisbi. Luas daun meningkat dengan diimbangi laju asimilasi bersih yang tinggi, akan menghasilkan laju pertumbuhan nisbi yang tinggi pula.

Intensitas naungan yang diteliti adalah intensitas naungan 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100% dengan keadaan suhu dan kelembaban yang berbeda pada tiap naungan namun bibit tetap mendapatkan panjang gelombang yang sesuai dengan kemampuan bibit menangkapnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hanafi dkk. (2005) meskipun adanya taraf naungan yang berbeda, cahaya matahari masih dapat menyinari tanaman karena cahaya matahari mempunyai panjang gelombang yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan tanaman untuk fotosintesis. Proses fotosintetik, klorofil hanya menangkap sinar merah dan sinar biru-violet saja yang dibagi menjadi dua sistem, fotosintesis I yang diaktifkan oleh cahaya merah jauh (680-700 nm) dan fotosintesis II diaktifkan oleh cahaya merah (650 nm).

Dokumen terkait